Ga selamanya mimpi kita akan berjalan sesuai dengan kenyataan yang ada. Kadang kita perlu mengubur dalam-dalam sebagian mimpi-mimpi kita karena sebuah situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi. Bukan menyerah kalah, tapi bak busur panah, ditarik mundur kebelakang agar bisa jauh melesat kedepan guna mengenai sasaran.
Mentari pagi selalu memancarkan sinarnya sekalipun cuaca mendung, hanya sebentar tertutup awan kemudian muncul kembali dengan kehangatannya.
Yuppzzz kangen banget sama dunia tulis menulis, finally setelah hibernasi sejenak... i'm back😁. Kangen sama komen-komen ga santuynya emak-emak santen, kangen sama do'a-do'a dari readers semua.. pokoknya sekangen itu sama para readers semua.
Semoga dikarya kali ini, bisa menghibur seperti karya-karya sebelumnya. Setiap karya punya rasa yang berbeda, itulah kenapa sulit untuk membuat sekuel dari karya sebelumnya, karena tak mampu merusak rasa yang sudah menetap disana .. ahayyyyy🤭. Membuat sekuel berarti ada dua kemungkinan, melengkapi karya sebelumnya atau justru merusak rasa karya yang sudah dikenal terlebih dulu. Jadi biarlah saya menikmati karya sebelumnya dengan tokoh yang sudah sangat kuat dalam ingatan semua pembacanya. So, semoga pembaca semua paham ya kenapa saya belum mampu menulis sekuel Senja seperti banyak request yang ada, karena ada kekhawatiran tidak bisa membuat tokoh-tokohnya menjadi lebih kuat.
Selamat berpetualang di DM World, inget ya .. ini cuma cerita rekaan semata, jika ada persamaan alur cerita atau tokoh (baik nama, karakter maupun ucapannya) itu hanya kebetulan belaka.
Jangan bingung antara jalanmu dengan tujuan. Hanya karena sekarang sedang badai, bukan berarti kamu tidak menuju sinar matahari. Inilah saatnya menyapa.... HELLO SUNSHINE 🌄
❤️Bunda DM❤️
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
"Haidar ... urus tuh adik kamu yang sekarang lagi ada di kantor polisi. Ga ada kapok-kapoknya, hampir tiap bulan digelandang kesana.. bikin malu" ucap Pak Isam penuh amarah.
"Kenapa lagi kali ini Pi? ribut di club malam? ikut balapan liar? atau digerebek bareng teman-temannya yang lagi pesta sabu?" tanya Haidar dengan santai.
"Tadi Gita bilang kalo dia ditangkap karena ikut demo anarkis menolak kenaikan harga BBM bareng mahasiswa" jawab Pak Isam.
"Demo???? sama Mahasiswa? Dia kan masih anak putih abu-abu .. ngapain ikut demo segala? tuh anak ada-ada aja, emang dia ngerti sama apa yang lagi diperjuangkan dalam demo itu?" kata Haidar kaget.
"Kaya ga tau dia aja, gampang banget ikut arus. Dia kan pergaulannya luas, mungkin diajak sama temannya buat ikut demo, pokoknya kamu bantu urus deh, tadi Gita udah ke kantor polisi, tapi pihak berwajib meminta pihak keluarga yang menjamin. Gak mungkin dong Papi yang kesana, rasanya malu tiap bulan ke kantor polisi buat jemput dia. Sampe nih ada polisi yang kenal sama Papi, sarannya malah minta Papi masukin Faqi ke pesantren aja biar ga nakal lagi" cerita Pak Isam.
"Emang pesantren tempat anak-anak nakal Pi? tempat itu merupakan kawah candradimukanya para alim ulama. Papi pemikirannya sama kaya orang tua jaman dulu aja, kalo anak bandel ya masukin pesantren biar bener. Ya udah, nanti Haidar yang kesana, anak itu cuma perlu perhatian aja kok Pi. Coba kalo dia nyaman di rumah, ga bakalan cari pelarian diluar sana" saran Haidar.
Pak Isam hanya terdiam mendengar jawaban anaknya.
"Pi .. udahlah Pi .. terima suratan takdir yang ada" ucap Haidar.
Pak Isam hanya melihat putranya tanpa ekspresi apapun.
🍒
Ainayya Fathiyyaturahma, biasa dipanggil Nay, seorang wanita yang parasnya biasa aja, dibilang cantik ga terlalu, dibilang standar pun ngga, ya pas digaris sedang-sedang aja, walaupun begitu banyak lelaki tertarik padanya. Pembawaannya yang supel. Wajahnya ayu khas wanita dataran Pulau Jawa yang manis, ga bosenin kalo dipandang mata. Sebenarnya dengan tinggi semampainya serta bentuk tubuh yang langsing dan lekukan yang nyaris sempurna, dia bisa saja menjadi pramugari seperti impian masa kecilnya dulu, tujuannya apalagi kalo ga karena ingin keliling dunia secara gratis. Tapi apalah daya, kenyataan yang terbentang didepan mata, Nay sekarang hanyalah seorang front office (resepsionis) disebuah perusahaan yang bergerak dibidang Horeka (Hotel Restoran dan Kafe). Kariernya dari beberapa perusahaan yang dia sambangi hanya mentok sebagai front office, mandeg disana, ga bisa naik dan ga bisa turun dari jabatan tersebut. Tingkat pendidikan setaraf SMA yang dia miliki ga memungkinkan mempunyai karier yang lebih tinggi. Ikut seleksi pramugari pun selalu berakhir dengan kegagalan. Entah apa kurangnya, karena hanya mendapatkan jawaban tidak memenuhi persyaratan yang maskapai penerbangan butuhkan tanpa embel-embel syarat seperti apa yang diinginkan pihak maskapai penerbangan.
Nay sekarang tergabung disebuah perusahaan outsourcing (jaman sekarang, banyak perusahaan yang ga mau ambil resiko dengan punya karyawan tetap, karena akan banyak kewajiban perusahaan jika punya karyawan tetap. Makanya bisnis perusahaan outsourcing menjadi salah satu solusi, cukup buat kontrak dengan salah satu outsourcing, perusahaan dapat karyawan sesuai spesifikasi dan kebutuhan tanpa mikirin gaji dan tunjangan lain sebagainya).
Dikontrak baru, Nay ditempatkan disalah satu Hotel berbintang lima di Ibukota negara yang dia cintai ini, tempat para selebriti dan sosialita membuat pesta perayaan (baik pernikahan, ulang tahun, anniversary, launching produk dan sebagainya).
Dengan postur tubuhnya yang sangat menunjang pekerjaannya, ga jarang para tamu Hotel mengajaknya untuk berkenalan, dari sekedar iseng sampai menawari ikut agensi dunia modelling. Tapi Nay masih mau berada di comfort zonenya, lagi pula dia masih belum berniat berhubungan dengan lawan jenis, baginya berbakti buat keluarga dan melanjutkan hidup adalah prioritas utamanya. Sampai detik ini dia ga menggubris para tamu yang berniat berkenalan lebih lanjut, bahkan ga akan memberikan nomer HP nya ke siapapun, teman-teman kerjanya juga ga semua dikasih nomer HP nya.
Peluang mendapatkan uang ga halal amat sangat terbuka lebar buat Nay, karena pernah ada selebriti ternama yang mengirimkan manager artistnya beberapa kali untuk mengajak Nay ngedate, bahkan mau menjadikan Nay sebagai simpanannya dengan segala fasilitas mewah.
"Saya ga serendah itu, bilang sama artisnya Mas .. SALAH ORANG ..." hardik Nay saat sang manager artist mengirimkan buket bunga yang dibundling dengan sebuah cincin berlian.
"Come on .. ga usah sok jual mahal lah .. berapa sih harga yang kamu buka buat ngedate, atau ngamar .. atau mau short time aja?" ucap sang manager artist merendahkan Nay.
Nay meletakkan buket tersebut kedalam sebuah tong sampah yang ga jauh letaknya dari tempat Nay berdiri.
"Wowww... sok suci banget nih cewek" umpat manager artist.
"Lebih baik Mas pergi deh sekarang, daripada saya panggilin security buat ngusir Mas dari sini" lanjut Nay.
"Sombong amat .. cewe yang lebih dari kamu tuh banyak ... tinggal petik jari aja ... dan semua bakal silau sama tawaran ini" ucap sang manager artist sambil tertawa penuh kemenangan.
💐
Haidar Zhafran Abrisam, seperti arti namanya, anak lelaki tampan yang beruntung memiliki keberanian untuk mencari kemenangan sejati. Lelaki mapan nan rupawan ini baru aja pulang ke tanah air setelah menyelesaikan studinya di salah satu universitas ternama di Inggris.
Haidar, ia biasa disapa, menjadi calon pengganti posisi Papinya di Abrisam Group. Papinya, Pak Isam, telah membangun bisnis Horeka ini dari saat beliau masih muda. Terlepas memang beliau juga masih dari keluarga terpandang di Kota asal, Surabaya.
Pak Isam memang seorang milyader, terkenal sebagai salah satu crazy rich. Siapa yang ga kenal nama dan sosoknya. Pernah diundang beberapa stasiun televisi untuk bercerita tentang bagaimana beliau membangun bisnis hingga besar seperti sekarang ini.
Bisnis Horeka (Hotel, Restoran dan Kafe) bermula dari Kakeknya dan secara turun temurun berhasil dikembangkan. Awal mulanya dari daerah Surabaya, kemudian berkembang dan berkutat di wilayah Jawa Timur. Pak Isam muda inilah yang berani melebarkan sayapnya ke Jakarta hingga berkembang. Penuh perjuangan, tetes keringat dan air mata untuk berada diposisi Pak Isam hari ini. Dunia bisnis menjadi candu buat Pak Isam muda, hingga terus menerus ketagihan. Ketika sukses di bisnis restoran berkonsep tradisional, kembali beliau membuka ditempat lain dengan konsep yang berbeda. Hotel pun sudah punya dua, yang satu lebih untuk family staycation dan yang lainnya untuk orang-orang bisnis serta tempat yang disewakan untuk berbagai acara.
Haidar, anak keduanya, tipikal anak penurut dan selalu patuh atas apa yang diperintahkan orang tuanya, bagi Haidar, titah orang tua harus ia laksanakan dengan baik. Termasuk pilihan kuliah dan mengikat tali pertunangan dengan Anindya, anak teman Papinya, sekaligus pemilik butik yang sedang menjadi buah bibir dikalangan selebritis tanah air karena karya-karyanya yang modis mengikuti tren jaman yang semakin dinamis.
🏢
Hari ini, Pak Isam akan memperkenalkan Haidar kekhalayak ramai (bahkan mengundang wartawan dan beberapa kolega bisnisnya), Haidar akan diperkenalkan sebagai Pimpinan Hotel yang baru (karena pimpinan lama telah dipecat seusai ketahuan korupsi). Bisnis utama Pak Isam memang Hotel, walaupun sekarang sudah merambah beberapa restoran yang tersebar di Hotel dan Mall-mall premium.
Hotel ini memiliki lokasi yang strategis di jantung Ibukota, memiliki akses langsung ke gerbang tol, dekat Bank, Stasiun Bus dan Kereta Api, termasuk shelter bus dari dan ke Bandara.
Kesibukan mulai tampak di ruang serbaguna yang dilengkapi dengan pencahayaan alami, Wi-Fi berkecepatan tinggi dan peralatan audio visual yang canggih, ruangan ini dapat menampung hingga seratus lima puluh orang sekaligus.
Gita, Sekretaris Pak Isam, sudah sangat detail menyiapkan acara perkenalan calon pengganti Pak Isam kelak di Hotel milik Pak Isam ini. Persiapan sudah diplanning selama sepekan yang lalu. Gita terlihat mondar-mandir memeriksa venue dan rangkaian acara nantinya bisa berjalan dengan baik, karena dia tau Pak Isam merupakan atasan yang sangat perfeksionis. Beliau ga mau tampak ada sedikit celah kesalahan untuk acara sepenting ini.
Disudut ruangan, tampak Gita sedang berbincang dengan Nay.
"Oke Nay, ini kamu pelajari ya susunan acaranya, jangan sampe salah, acara penting nih buat Hotel ini" wanti-wanti Gita ke Nay.
Nay didaulat menjadi MC diacara penyambutan kali ini karena memang kemampuannya mumpuni dan sering menjadi MC diberbagai acara yang diadakan di Hotel ini (Nay juga berprofesi sebagai MC acara dan beberapa kali ikut jadi model fashion show skala butik/rumah mode kalo sedang libur kerja).
"Ya Mba Gita, saya akan berusaha memberikan kemampuan terbaik .... kemarin sudah diberikan rundown acara sama Pa Bimo, insyaa Allah semua susunan acaranya sudah saya pelajari semalam, tinggal nanti eksekusinya aja ... do'ain ya Mba" jawab Nay dengan penuh percaya diri.
"Bagussss .. emang deh MC andalan banget" jawab Gita sambil mengacungkan jempolnya.
"Bukannya rencana awal mau pakai MC yang sering wira wiri di TV ya Mba?" tanya Nay.
"Biasalah kalo orang udah punya nama, banyak tingkah. Lagipula bayarannya ga cocok, ya buat apa pake MC kaya gitu. Toh ada kamu yang Mba rasa punya kemampuan yang ga jauh beda sama MC terkenal itu" jawab Gita.
"Wah masih kalah jam terbang saya Mba" ujar Nay sambil tersenyum.
"Makanya harus banyakin jam terbang, kan kalo kamu tenar, Mba bisa jadi managernya" ledek Gita.
"Masih mau jadi Manager yang bergaji receh Mba? sekarang aja udah enak jadi Sekretarisnya Big Boss" sahut Nay yang tampak akrab sama Gita.
"Hahaha .. kan lumayan buat jajan mie ayam kalo jadi Manager kamu" jawab Gita.
"Wow... kebayang deh gajinya Mba Gita pasti gede, secara kalo jadi Manager Artist aja sekedar buat mie ayam .. hehehe" lanjut Nay.
"Lumayanlah kalo beli mie ayam bisa sama gerobak-gerobaknya" canda Gita.
"Ga sekalian sama tukangnya Mba?" sahut Nay.
"Ya begitulah kurang lebihnya.. hahaha. Udah ah, becanda mulu nih, sebentar lagi Big Boss dan calon Boss datang, Mba mau rapih-rapih dulu" jawab Gita.
💐
Mobil Pak Isam sudah terlihat memasuki parkiran Hotel. Mobil keluaran terbaru dikelas premium car. Dengan sigap para security menyambut kehadiran mereka dengan membukakan pintu mobil, Haidar pun ikut turun dari pintu mobil sebelahnya. Gita juga sudah menyambut didepan meja front office dengan senyum mengembang.
"Pagi Pak Isam.. Pagi Pak Haidar.. selamat datang" sapa Gita dengan senyum lebarnya.
"Pagi... bagaimana Git... sudah oke semua buat menyambut putra mahkota saya ini" ujar Pak Isam bangga sambil menepuk pundak Haidar.
Gita mengangguk dan tersenyum kearah Pak Isam sebagai jawabannya.
"Tolong dipastikan semua berjalan dengan lancar, ini penting buat keluarga saya" ucap Pak Isam.
"Ya Pak, semoga sesuai dengan arahan Bapak" jawab Gita.
Pak Isam dan Haidar berjalan dibarisan paling depan dan diikuti para Manager dan staff Hotel yang sudah menunggu kehadiran Big Bossnya. Saat memasuki Ballroom Hotel, para tamu undangan dan staff Hotel berdiri menyambut kedatangan mereka dengan riuh tepuk tangan. Kilatan lampu blitz dari kamera wartawan juga ikut menyambut Pak Isam dan Haidar, keduanya duduk di panggung kecil yang telah dipersiapkan.
Pandangan Haidar langsung tertuju ke Nay yang berdiri dipinggir bibir panggung. Mata Nay pun turut beradu pandang dengan Haidar. Tapi Nay buru-buru tersadar, ia harus profesional menjalankan tugasnya hari ini dengan baik.
Haidar kembali mencuri pandang kearah Nay.
"Siapa ya yang jadi MC, melihatnya kok kaya klik banget dihati .... ahh... andai cincin ini ga melekat ditangan, rasanya ingin langsung berkenalan" ucap Haidar dalam hatinya sambil melihat cincin yang melingkar dijari manis tangan kirinya.
Hampir sebagian besar yang hadir di Ballroom tersebut berbisik tentang ketampanan dari sosok seorang Haidar, bahkan saling berebut menjadikannya calon mantu buat anaknya dan calon suami idaman. Haidar terus menyunggingkan senyum manisnya sepanjang acara, hampir sepanjang acara, dia melihat ke arah Nay, gerakannya tentu ga menimbulkan rasa curiga dari banyak pihak, karena posisi Nay sebagai MC, wajar aja semua orang pasti melihat kearahnya. Nay pun terlihat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa terganggu sama pandangan Haidar.
Acara berjalan selama hampir satu jam, memang sengaja dibuat ga lama dan penuh kekeluargaan. Seusai acara, Pak Isam mengajak Haidar memasuki ruangan yang akan menjadi ruangan Haidar di Hotel ini, yaitu ruang kerja milik Pak Isam.
"Haidar... disinilah ilmu kamu akan diuji, selamat datang di dunia bisnis keluarga kita. Ditanganmulah, Papi letakkan kepercayaan ini, semoga kamu akan lebih memajukan bisnis keluarga kita lagi. Ini jadi salah satu ujian buat kamu setahun kedepan, Papi akan liat performa kamu sebagai seorang pimpinan, kedepannya akan Papi evaluasi, apa kamu bisa mengemban perusahaan yang lebih besar lagi" ujar Pak Isam dengan nada bahagia.
"Mohon bimbingannya Pi.... Haidar kan juga masih nol pengalaman" jawab Haidar sambil tersenyum.
Pak Isam menepuk pundak Haidar, tanda beliau memberikan kepercayaan penuh pada Haidar dan siap berada dibelakang Haidar buat membimbing.
"Oh ya... Git.. kamu sudah dapat calon Sekretaris buat Haidar?" tanya Pak Isam ke Gita yang tengah mengecek jadwal Pak Isam.
"Belum Pak, karena kriteria yang diminta Pak Haidar agak banyak, jadi belum ketemu calon kandidatnya" jawab Gita.
"Kamu mau cari seperti apa sih Haidar?" tanya Pak Isam penasaran.
"Dia harus cekatan, good looking (enak dilihat) dan pastinya panteslah Pi kalo dibawa meeting ketemu klien. Simpel ajalah. Ga harus cantik kok, yang penting smart" jawab Haidar dengan nada becanda.
"Kamu ini cari sekretaris atau cari pendamping hidup? Ingat ya kamu tuh udah jadi tunangan orang. Jangan mikir macam-macam, keluarga Anindya itu sudah seperti keluarga kita sendiri, kalian pun sudah kenal sejak kecil" Pak Isam mewanti-wanti anaknya.
"Siap Boss" jawab Haidar mencoba melucu. "Git, kamu tunggu saya diluar dulu ya, ada hal yang akan saya bicarakan dulu sama Haidar" perintah Pak Isam, Gita pun segera pamit keluar ruangan.
Pak Isam dan Haidar duduk di kursi ruang tamu di ruangan tersebut.
"Ngomong-ngomong Anindya kenapa ga datang ya hari ini, kamu ga undang?" lanjut Pak Isam.
"Lagi sibuk Pi, dia lagi jadi sponsor busana buat film terbarunya DM Production, itu loh Pi, PH (Production House) yang filmnya selalu box office di bioskop-bioskop" jawab Haidar.
"Makin maju aja ya butiknya Anindya, pekerja keras banget sih anaknya" sahut Pak Isam.
"Dia kan channel-nya bagus, butiknya udah jadi langganannya artis, jadi pasti direkomendasiin sama artis" jawab Haidar ogah-ogahan.
"Kamu masih aja begitu Haidar, come on ... terimalah Anindya dengan baik, kita kan udah janji selepas kamu kuliah, pernikahan akan segera dipersiapkan" ujar Pak Isam dengan nada agak kesal.
"Pi.... ga bisakah Haidar punya pilihan hati sendiri? Mulai dari kecil hingga detik ini, hidup Haidar selalu Papi yang atur. Bahkan buat sekedar mimpi pun Haidar ga boleh" Haidar mulai menyampaikan unek-uneknya.
"Tapi kan kamu udah setuju buat menikah sama Anindya, jangan jadi lelaki yang ga pegang janji" gertak Pak Isam.
Haidar merasa malas membahas hal ini. Karena ujung-ujungnya pasti dia akan kalah sama ucapan Papinya.
⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️⬅️
"Kalo ga demi menyelamatkan muka keluarga, mungkin saat ini Haidar udah pergi Pi.." jawab Haidar mengenang saat dipaksa tunangan.
"Kamu jangan coba-coba buat malu Papi ya, Anindya calon terbaik buat kamu, Papi menyiapkan kamu jadi pimpinan pengganti Papi. Jadi kamu perlu pendamping yang bisa mendukung kamu secara fisik dan materi juga" sahut Papi.
"Ada Faqi kan Pi... anak laki-laki Papi juga, kenapa dia bebas memilih apapun yang dia mau... Papi ga pernah bolehin Haidar memilih sekolah? karena menurut Papi kualitas sekolah Internasional pilihan Papi itu yang terbaik. Faqi bisa sekolah dimana yang dia mau dan bebas bermain sama siapa aja tanpa Papi larang, bahkan dia bisa pergi ke sekolah bawa motor sendiri. Sekarang dia udah kelas XII pun, Papi bebasin dia ga ikut les ini itu biar bisa sekolah keluar negeri kaya Haidar" tambah Haidar.
"Papi ga bisa mengharapkan dia, dia tipe pemberontak, susah diatur.." sergah Pak Isam.
"Tapi Pi... dia juga anak Papi kan?" sambut Haidar.
"Anak pembawa sial, kamu tau kan saat kelahirannya, Papi harus kehilangan Mami karena pendarahan hebat. Kelahirannya malah menjadikan Papi kehilangan separuh jiwa yang amat sangat berharga" kenang Pak Isam sedih.
"Pi... itu takdir Mami, tanpa kelahiran Faqi pun, kalo memang saatnya Mami pergi maka akan pergi juga. Sampai kapan Papi membenci Faqi, dia udah cukup ga dapat perhatian Papi dari kecil. Dia anak yang baik Pi, hanya butuh kasih sayang" Haidar meyakinkan Pak Isam.
"Papi harus balik ke kantor, do the best (lakukan yang terbaik), tongkat bisnis ini kelak akan ada digenggamanmu, jangan sia-siakan kepercayaan dari Papi" ujar Pak Isam.
➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️
Selepas kepergian Pak Isam, Haidar duduk di kursinya. Ga lama kemudian, pintu diketuk oleh lelaki yang berusia hampir sepantar dengannya.
"Siang Pak Haidar, rencananya hari ini agendanya apa ya?" tanya Alfan, asisten sementaranya, Alfan saat ini menjadi staf PR yang sangat baik reputasi kerjanya di Hotel ini, jadi Gita merekomendasikan Alfan ke Haidar.
"Kamu yang ditunjuk Mba Gita buat dampingin saya sementara waktu ya?" tanya Haidar.
"Ya Pak... nama saya Alfan, sampai Pak Haidar mendapatkan Sekretaris, saya akan menjadi asisten pribadi merangkap Sekretaris buat Bapak" jawab Alfan dengan sopan.
"Oke... hari ini saya ga terima tamu siapapun, tolong siapkan semua data tentang hotel ini termasuk laporan keuangan lima tahun terakhir, seminggu ini saya mau fokus mempelajarinya. Kamu tanya saya dulu kalo ada tamu yang ingin bertemu" perintah Haidar.
"Baik Pak.. akan saya siapkan semua yang Bapak minta, mungkin saya bisa minta waktu sampai besok pagi untuk melengkapi semua yang Bapak minta tadi" pinta Alfan.
"Oke .. hari ini saya mau ngobrol sama Mba Gita dulu" jawab Haidar.
"Baik Pak .. saya pamit dulu untuk mempersiapkan berkas dengan departemen terkait" kata Alfan.
Gita memasuki ruangan Haidar karena tadi dipanggil masuk kembali.
"Kedepannya tolong saya dibantu ya Mba" pinta Haidar.
"Siap Pak" jawab Mba Gita dengan tersenyum lebar.
"Oh ya... jangan panggil Bapak. Panggil aja Mas... saya kan masih muda" kata Haidar.
"Baik Pak.. eh Mas.." sahut Gita lagi.
"Oh ya Mba ... tadi yang jadi MC siapa ya? Biasa jadi MC disini? keliatan Mba akrab sama dia" tanya Haidar penasaran.
"Namanya Nay... receptionist di Hotel ini Mas. Biasa jadi MC diacara yang diadakan disini, kerjaan sambilannya Mas" jawab Gita.
"Udah lama dia kerja disini?" selidik Haidar.
"Baru bergabung tiga bulan ini. Dari outsourcing yang kerjasama dengan Hotel ini, tapi kalo Mas mau lebih jelas tentang status karyawannya saya bisa panggil manager HRD kesini" tawar Gita.
"Oke, tolong panggil manager HRD kesini sekarang ya" pinta Haidar.
"Maaf Mas sebelumnya, memang Mas ada apa ya sampai penasaran sama Nay? mau jadikan dia apa Mas? kok buru-buru mau ketemu pihak HRD" tanya Gita penasaran.
"Kayanya saya udah ketemu orang yang cocok buat dijadikan Sekretaris" jawab Haidar sumringah.
"Maksudnya Nay akan Mas rekrut jadi karyawan disini dan jadi Sekretarisnya Mas?" ujar Gita kembali mempertegas hal ini.
"Betul sekali, keliatannya dia smart, skill komunikasinya juga bagus, secara penampilan juga okelah. Masuk dalam kualifikasi yang saya butuhkan" jawab Haidar.
"Yang Mas nilai tentang Nay, bisa dibilang saya setuju, tapi apa Mas ga lapor dulu sama Pak Isam buat perekrutan ini?" tanya Gita.
"Papi udah mempercayakan Hotel ini ditangan saya, jadi segala kebijakan dan sebagainya jadi tanggung jawab saya, termasuk pemilihan karyawan yang saya butuhkan" kata Haidar.
"Gapapa seperti itu Mas? saya khawatir Pak Isam kaya dilangkahi, selama ini semua pasti atas persetujuan beliau" papar Gita.
"Mba Gita dengar kan tadi Papi bilang kalo segala kebijakan dan operasional Hotel ini sudah berpindah ke saya .. jadi ya apa yang saya inginkan itu yang saya dapat" tukas Haidar tegas.
"Baik Mas .. saya mau hubungi Manager HRD nya dulu" ucap Gita.
🍒
Selang sepuluh menit kemudian, Manager HRD memasuki ruangan Haidar, mereka tampak berbincang serius, pada intinya Haidar ingin Nay di test buat menjadi sekretarisnya. Haidar perlu profil dia secara keseluruhan dari kacamata pihak HRD.
Menurut catatan yang ada dipihak HRD, kalo Nay adalah lulusan SMK perhotelan, prestasinya lebih banyak di dunia modelling karena postur tubuhnya sangat menunjang, dengan tinggi 170 cm dan berat badan hanya 45 kg membuat dia sangat terlihat tinggi langsing. Semua pengalaman kerja sebagai receptionist selama dua tahun belakangan.
"Kalo memang dia memenuhi persyaratan psikotest sebagai sekretaris saya, segera Bapak hubungi pihak outsourcing buat mengurus statusnya dia pindah sebagai karyawan Hotel ini" harap Haidar.
"Baik Pak" jawab Manager HRD.
"Hari ini Bapak siapkan testnya, jadi besok udah bisa test, berapa lama saya bisa dapat hasil testnya?" tanya Haidar.
"Tiga hari setelah tanggal test Pak" jawab Manager HRD.
"Oke .. sekarang silahkan HRD memberikan info ke yang bersangkutan untuk ikut test sebagai Sekretaris besok, sekaligus mengatur jadwal kerja dibagian front office" perintah Haidar.
"Baik Pak, apa masih ada yang bisa dibantu lagi?" tanya Manager HRD.
"Cukup Pak, terima kasih" jawab Haidar.
🏵️
Seminggu berlalu Haidar menjadi pimpinan di Hotel ini, banyak yang sudah mulai dipelajari oleh Haidar dengan cepat. Nay pun sudah resmi menjadi Sekretarisnya Haidar mulai hari ini.
Sesuai penilaian dari pihak HRD dan feeling seorang Haidar, Nay terlihat sangat cekatan sekali menjadi Sekretaris, tipe cepat belajar. Banyak karyawan yang kasak kusuk dengan kenaikan jabatan Nay secara tiba-tiba.
Bagaimana ga heboh beritanya status Nay menjadi Sekretaris seorang direktur yang masih muda dan menjadi idola baru, terlihat baik pula. Hampir seluruh karyawan ngiri dengan keberuntungan nasib Nay. Tapi ada juga segelintir karyawan yang curiga sama Nay, banyak yang menduga kalo Big Boss baru ini udah jatuh cinta sama Nay.
Nay mencoba menepis semua berita miring tersebut, dia tetap makan siang bareng teman-temannya dibagian resepsionis yang udah enak komunikasinya.
Haidar pun tipe Boss yang ga rewel, bahkan buat makan siang hanya minta disiapkan di ruangannya aja. Hidangan apapun dia suka. Haidar memang mulai terlihat workaholic (gila kerja) seperti Pak Isam. Haidar jarang terlihat keluar ruangannya, bahkan sekedar untuk makan siang.
"Selamat bergabung Nay, nanti Mba Gita yang akan kasih tau semua job description kamu" sapa Haidar.
"Baik Pak" jawab Nay lembut.
"Udah saya bilang kan kalo panggil Mas aja, saya ga mau dipanggil Bapak di Hotel ini" pinta Haidar.
🏠
"Assalamualaikum..." sapa Faqi yang baru pulang sekolah, hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional (UN).
"Waalaikumsalam.. gimana UN nya Faqi?" sahut Mba Mentari yang lagi duduk santai di ruang keluarga.
"Alhamdulillah Mba... legaaaa, finally kelar deh SMA" jawab Faqi sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menyenderkan kepalanya penuh kepenatan.
"Yakin lulus nih? baru juga selesai UN kok ngomongnya udah kaya selesai pengumuman kelulusan" kata Mba Mentari sambil becanda.
"Mba meragukan otak adik bungsumu ini? tenang aja Mba, sekedar lulus mah pasti, tapi ga tau deh nilainya.. hahahaha" sahut Faqi santai.
"Mba bukan meragukan kemampuan kamu, diantara kita bertiga, justru otak kamu yang paling encer. Buktinya undangan masuk perguruan tinggi negeri udah kamu dapetin kan? sesuai sama jurusan dan kampus yang kamu mau" sahut Mba Mentari mengusap kepala adiknya yang sekarang tersandar di bahunya.
"Mba... sampe kapan ya Papi ga pernah anggap Faqi ada?" tanya Faqi mulai sedih.
"Faqi... semua butuh proses, sekarang kamu kan udah dewasa, coba deh kamu mulai berubah buat lebih nurut ke Papi, jangan berlawanan pandangan mulu sama Papi, curi hatinya, pasti nanti Papi akan melirik kamu. Mana ada orang tua yang ga sayang sama anaknya, sekarang Papi hanya masih dibawah bayang-bayang kesedihan kehilangan Mami saat melahirkan kamu dan segala kepusingan yang kamu kasih selama ini. Masa langganan ke kantor polisi tiap bulan, emang kamu ga malu apa?" nasehat Mba Mentari.
"Namanya juga anak muda Mba" jawab Faqi.
"Mba sama Haidar juga pernah muda, tapi ga pernah tuh sampe urusan digelandang ke kantor polisi" ujar Mba Mentari.
"Cuma Mba Mentari dan Mas Haidar yang sayang sama Faqi. Papi, keluarga besar Papi dan Mami semua ga sayang sama Faqi. Masa Faqi harus menanggung sebuah takdir yang Faqi pun ga harapin. Mereka kan ga tau rasanya ga dapat ASI seorang Mami, apalagi dekapan hangatnya seorang Mami. Faqi mengenal Mami hanya lewat foto dan cerita. Bahkan nama panggilan pun memang sudah Mami siapkan. Kan ga gaul banget panggilannya Faqi, kesannya kaya anak baik-baik" ucap Faqi sedih.
"Faqi .. emang kamu bukan anak baik-baik? selama ini Mba dan Haidar tau kok kalo kamu cuma butuh perhatian. Teruslah bersabar, Mba dan Haidar akan selalu sayang sama kamu. Mba tau kok kalo Papi juga sayang banget sama kamu, tapi karena kalian sering berseberangan jadinya makin sulit buat kalian bisa duduk berdua dan saling komunikasi dengan baik" ujar Mba Mentari.
"Mba.... apa Mba dan Mas Haidar ga pernah nyesel udah mengubur impian pribadi demi ambisi Papi? menjadi deretan pewaris bisnis Papi? melupakan mimpi hanya demi sebuah kata balas budi" tanya Faqi serius.
"Balas budi? Apa seorang anak yang mengikuti keinginan orang tuanya itu disebut balas budi?" kata Mba Mentari.
Faqi mengambil gelas berisi ice lemon tea yang tergeletak di meja.
"Ini minum Mba .. kok malah kamu minum sih" protes Mba Mentari.
"Haus Mba... " jawab Faqi ringan.
"Awalnya Mba juga merasa berat, tapi seiring berjalannya waktu, semua terbayar kok. Toh sekarang Mba bisa membeli mimpi Mba.." kenang Mba Mentari.
"Mba kan ga bisa jadi pramugari seperti cita-cita Mba buat keliling dunia" sahut Faqi.
"Tapi kan sekarang Mba bisa keliling dunia menjadi tour guide, bahkan Mba punya biro travel sendiri sebagai wujud mimpi masa lalu Mba. Faqi... kadang memang buat mewujudkan mimpi, kita harus jalan berbelok-belok dulu baru bisa sampai diimpian kita yang sesungguhnya. Allah punya ribuan cara mengabulkan mimpi hambaNya" ujar Mba Mentari menyejukkan.
"Tapi mimpi Faqi jadi seorang arsitek kayanya akan sulit Mba, Papi bisa bayar ratusan arsitek yang dibutuhkan, Papi kan hanya butuh pewaris kerajaan bisnis bukan arsitek. Faqi ga bisa jadi businessman kaya Mas Haidar. Dunia Faqi itu lebih bebas, ga terstruktur dengan segala ***** bengek manajemen dibelakang meja. Yang duduk terperangkap dengan tumpukan data yang harus diperiksa, meeting sana sini yang bikin pusing kepala. Belum lagi tuntutan buat mengejar target perusahaan yang pastinya akan makin banyak tiap tahunnya. Ngurus diri sendiri aja rasanya udah ribet, apalagi ngurus banyak kepala" tukas Faqi.
"Banyak kok sekarang yang bekerja ga sejalan dengan jurusan kuliahnya. Kamu bisa jadi arsitek seiring sejalan dengan menjadi salah satu Direktur di Hotel atau Restoran yang keluarga kita miliki" kata Mba Mentari memberikan semangat.
"Sampai Mba pun harus mengorbankan rumah tangga demi mewujudkan keinginan Papi?" potong Faqi serius.
"Mba salah milih orang... Papi benar, kita harus cari pendamping yang setaraf dengan kita. Mantan suami Mba kan hanya karyawan rendahan di kantor Papi. Seorang cleaning service. Atas nama cinta, mata Mba tertutup. Mba nekat menikah tanpa restu Papi, Haidar yang dulu menjadi wali Mba. Rupanya hidup sangat sederhana ga cocok buat Mba yang sedari kecil hidup dengan segala kemewahan yang Papi berikan. Tinggal di rumah kontrakan sempit dengan fasilitas kelas bawah, naik kendaraan umum dan ga punya pekerjaan membuat Mba jadi depresi. Belum juga masalah keluarganya yang cuma tau sekedar uang. Emang harus ya anak cowo sepanjang hidup jadi sapi perah keluarganya?" jawab Mba Mentari enteng.
"Ga gitu juga konsepnya Mba. Sebenarnya your ex itu baik, ibadahnya rajin, sopan sama kita semua. Cuma satu kekurangannya, yaitu ga sederajat sama kita dan Mba udah termakan gosokan Papi buat mengakhiri rumah tangga Mba" lanjut Faqi.
"Tau apa sih kamu, saat Mba nikah kan kamu masih kelas enam SD, ga paham deh anak kecil tentang rumah tangga yang complicated" sahut Mba Mentari.
"Mba ga ingin menikah lagi? kan selama ini Papi banyak ngenalin lelaki ke Mba. Atau ga bisa move on dari ex husband yang sekarang dah punya istri lagi bahkan dua orang anak yang lucu-lucu" cecar Faqi.
"Usia Mba udah tiga puluh lima tahun, siapa yang mau coba? lagian kalo mau cari yang mapan melebihi Mba pastinya orang itu udah rumah tangga, amit-amit deh jadi pelakor" alasan Mba Mentari.
"Mba bahagia sekarang?" tanya Faqi meyakinkan.
"Bahagia ga bisa diungkapkan Faqi, cukup kita yang bisa merasakan" jawab Mba Mentari diplomatis.
"Mba.... Faqi mau tidur dulu ya, cape udah tiga hari begadang buat UN" pamit Faqi.
"Ya... istirahat sana, jangan lupa nanti makan ya, Mba nanti mau pergi dulu" ujar Mba Mentari.
Faqi menaiki tangga menuju kamarnya. Mba Mentari pun masih duduk di tempat yang sama, belum beranjak. Dia masih mencerna kalimat adiknya.
"Bahagiakah saya dengan kesendirian ini? Harta berlimpah, fasilitas mewah, usaha yang berkembang pesat bahkan memiliki tiga cabang di kota yang berbeda. Berjalan tanpa restu orang tua itu berat. Kalo buta karena cinta lagi gimana? kayanya terlalu sakit kalo nantinya mengalami perpisahan lagi" dalam hati Mba Mentari bicara sendiri.
Faqi meletakkan tas di meja belajarnya. Ga sengaja menyenggol foto almarhumah Maminya. Diambilnya bingkai foto tersebut, seperti biasa, hanya fotolah menjadi obat rindu akan kehadiran sang Mami. Memang selepas meninggalnya Mami, Papi ga berniat menikah lagi. Sudah pernah beberapa kali anak-anak dan keluarga Pak Isam dikenalkan sosok teman wanitanya, tapi selalu ga cocok pada akhirnya. Jadinya Pak Isam memutuskan ga pernah ada sosok pengganti Mami di rumah ini.
🏠
"Mi... Faqi udah selesai UN hari ini, saatnya Faqi membangun impian. Faqi udah diterima di jurusan arsitektur Mi... melalui jalur prestasi. Tinggal daftar ulang aja dan Faqi akan tinggal disana. Empat tahun lagi Faqi akan jadi arsitek Mi... Semoga mimpi Faqi ga terhalang restu Papi yang ingin semua anaknya menjadi penerus kerajaan bisnisnya" ujar Faqi sambil meletakkan foto Maminya kembali ke meja belajar.
Faqi melepaskan baju dan menuju kamar mandi buat membersihkan tubuhnya, setelah berganti baju, dia meletakkan kepalanya diatas bantal.
"Mi... jiwa Faqi cacat. Hati ini terluka, hanya bisa menangis disudut kamar setiap kali merindukan Mami. Ga ada orang yang tahu, karena Faqi simpan cerita lara ini dari siapapun. Yang orang lain lihat, Faqi tumbuh layaknya anak lainnya, selalu tersenyum dan baik-baik aja. Mi... Faqi selalu dapat juara di kelas. Berbagai pujian dan rasa bangga berdatangan. Tapi Faqi ga pernah bangga. Buat apa nilai-nilai ini? untuk siapa juara ini? Mami udah pergi dan Papi pun ga peduli sama semua yang Faqi capai" rutuk Faqi dalam hati.
Dipandanginya foto Mami tercinta.
"Alhamdulillah masih ada Mas Haidar dan Mba Mentari yang selalu ada buat Faqi. Mi... disaat anak lain memperlihatkan hasil terbaik ke orang tua mereka, disaat orang tua mereka datang ke sekolah.. Faqi hanya bisa melihat teman-teman diberi ucapan selamat, diberi pelukan hangat oleh orang tua mereka. Melihat itu seperti fatamorgana bagi Faqi. Mi... Faqi iri. Bahkan jurusan impian sudah menanti pun, Papi masih ga peduli... masih mau Faqi kuliah ditempat Mas Haidar dan Mba Mentari menuntut ilmu dulu" lirih Faqi bicara sendiri hingga akhirnya dia tertidur pulas.
🍒
"Nay, sore ini masih ada jadwal meeting atau tamu?" tanya Haidar saat Nay lagi mengantarkan berkas yang ia minta.
"Saya cek dulu ya Mas" jawab Nay sambil membuka ipadnya untuk mengecek jadwal.
"Sudah free, ga ada meeting lagi, tamu juga udah semua datang. Berkas yang perlu Mas periksa juga sudah ga ada" tambah Nay.
"Nay, tolong booking restoran XYZ buat saya dinner ya malam ini, sama tolong pesan buket bunga yang bernuansa pink" pinta Haidar.
"Ya Mas, dinner buat jam tujuh atau jam delapan?" tanya Nay lagi.
"Jam delapan aja, Anin masih sibuk kalo jam tujuhan, lagian Jakarta itu macet kalo jam pulang kerja" ujar Haidar.
"Baik Mas, akan saya siapkan tempat dan buketnya disana. Ada lagi yang perlu dipesan?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga.. itu aja cukup. Kamu bisa pulang sesuai jadwal, ga perlu lembur" jawab Haidar.
Nay ga perlu bertanya siapa Anindya yang akan diajak dinner sama Haidar. Karena memang dia sudah tau dari Mas Alfan, kalo Haidar itu sudah bertunangan dengan seorang wanita. Semua karyawan di Hotel ini pun tau karena pertunangan dilaksanakan di Hotel ini empat tahun yang lalu.
"Oh ya Mas .. apa perlu ada greeting card di buket bunganya?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga usah, nanti saya yang akan ngomong langsung" jawab Haidar.
🏵️
Mba Mentari dan Papi udah siap di meja makan buat makan malam. Bi Ipah mengetuk pintu kamar Faqi buat kasih tau kalo dia sudah ditunggu buat makan malam.
Faqi mencuci mukanya, kemudian menuruni tangga dan berjalan kearah meja makan. Ada Papinya dan Mba Mentari duduk disana.
Faqi duduk berhadapan dengan Papinya, dia mengambil piring. Mba Mentari menyendokkan nasi ke piring Faqi.
"Kata Mba Mentari, kamu mau tetap nekad ambil arsitektur, mau bikin apa kamu kuliah disana? Rumah Papi udah banyak, Hotel dan Restoran juga udah jalan, hanya tinggal meneruskan aja. Ga perlu bangun-bangun lagi. Lagipula kita bisa pakai jasa kontraktor buat ngebangun, ga perlu repot-repot kuliah arsitektur segala. Kelak gaji kamu sebagai pimpinan di perusahaan Papi itu bisa menggaji lima orang arsitek" ucap Pak Isam saat Faqi baru mau ambil lauknya.
"Tapi ini mimpi Faqi Pi.. passion Faqi disana. Faqi ga mau kuliah bisnis, percaya deh Pi, Faqi akan berjuang buat membanggakan Papi walaupun ga berada di perusahaan Papi" janji Faqi serius.
"Kuliah bisnis itu harga mati, sama kaya kakak-kakak kamu. Buat apa kerja sama orang kalo kita punya banyak perusahaan yang bisa diurus. Semua ini Papi bangun buat anak-anak Papi. Toh buktinya sekarang Mba Mentari dan Mas Haidar bisa kan mewujudkan mimpi pribadinya. Mba Mentari dulu mau jadi pramugari karena ingin keliling dunia, sekarang dia bisa keliling dunia bahkan bisa punya tour travel dan tiap dia mau pergi ya tinggal jalan aja berlibur kebelahan dunia mana pun. Mas Haidar juga gitu, walaupun dia baru pulang kuliah, tapi mimpinya punya bisnis retail supermarket akan segera terwujud. Sekarang Papi lagi menggojlok dia dulu dibisnis Hotel. Supermarket yang dia inginkan sedang dalam tahap mengurus perijinan dan dua tahun kedepan akan beroperasi supermarketnya" tambah Pak Isam mencontohkan.
Mba Mentari dan Faqi hanya bisa makan dengan wajah tertunduk. Susah payah Faqi telan makanan yang ada dipiringnya. Situasi udah ga kondusif buat berbincang. Pak Isam tetap pada pendiriannya, demikian pula sama Faqi. Sebenarnya Faqi mau menyampaikan berita ini seminggu yang lalu, tapi Pak Isam ga pernah ada waktu buat berbincang. Makanya Mba Mentari yang berinisiatif buat cerita dan meminta kesediaan Pak Isam buat menyetujui rencana Faqi.
"Kamu udah ga ke sekolah lagi kan? mulai ikut Mas Haidar ke Hotel, belajar bantuin disana. Dibagian apa yang kamu mau aja pokoknya. Yang penting kamu dapat feel memiliki bisnis. Jangan sibuk sama geng motor dan balapan mobil ga jelas itu. Pokoknya kalo sekali lagi masuk kantor polisi, Papi ga bakalan menjamin kamu dan ngeluarin lagi. Terserah kalo mau membusuk di penjara" titah Pak Isam.
Mba Mentari dan Faqi masih mengunci rapat mulutnya buat berbicara, keduanya hanya mengunyah makanan yang masuk ke mulut. Malam ini bukan hidangannya yang ga sedap, tapi pikirannya Faqi yang rasanya udah engap. Pada akhirnya dia juga merasakan perasaan kedua kakaknya saat dipaksa melakukan hal yang Pak Isam inginkan. Keduanya ga berontak, entah kenapa hanya dia yang inginnya berontak.
Mba Mentari memberikan sepotong ayam bakar lagi ke piring Faqi.
"Makan yang banyak, ini kesukaan kamu kan?" ujar Mba Mentari.
Faqi diam aja dan melanjutkan makannya.
"Haidar kemana?" tanya Pak Isam.
"Tadi bilangnya mau dinner sama Anin, kan hari ini anniversary pertunangan mereka yang keempat tahun, ya mungkin mereka mau membicarakan hal penting Pi malam ini" jawab Mba Mentari.
"Semoga mereka bisa memutuskan buat segera menikah, Papi rasanya udah mau momong cucu, kan Papi udah ga ada kesibukan lagi. Semua akan diurus sama Haidar dan kamu Mba. Next akan dilanjutkan sama Faqi" ucap Pak Isam.
Mba Mentari batuk-batuk, Faqi segera mengambilkan segelas air putih dan diberikan ke Mba Mentari.
"Oh ya Mba ... untuk kelanjutan rencana buat bikin kerjasama dengan beberapa hotel di Bali, bahas bareng Haidar aja ya. Papi mau Haidar yang take over ini semua. Sekarang Papi mau main tenis meja lagi, ikut club kaya dulu. Sambil melebarkan koneksi. Tugas Papi sekarang itu menebar umpan, kalo ikan udah mendekat, ya tugas kamu sama Haidar yang memancing dan menyeroknya agar jadi keuntungan buat perusahaan kita" jelas Pak Isam.
"Pi .. kita bahas bisnis jangan di meja makan ya, nanti kita bahas di waktu jam kerja aja. Kalo waktu kaya gini lebih cocok ngomongin tentang keluarga aja" saran Mba Mentari.
"Apa yang mau kita bahas? ucapan Papi adalah hukum yang mengikat di rumah ini. Kalo ga mau nurut ... bersiap angkat kaki dari sini dan semua fasilitas akan dicabut. Papi ga main-main ya sama ucapan Papi. Kalo berani mencoba silahkan aja" kata Pak Isam tegas.
Faqi masih berusaha mengajukan keinginan buat kuliah arsitektur ke Papinya, dia sadar bahwa ga punya biaya buat kuliah, jadi ga ada pilihan selain berdamai sama Pak Isam. Dia juga belum punya penghasilan buat menyokong mimpinya. Selama ini dia banyak meminta ke Mba Mentari dan Mas Haidar kalo Papinya ga memberikan uang. Biasanya Faqi mengalokasikan uang buat modifikasi motor, sebagai sebuah pengakuan jagoan dibalapan liar atau ikut nyewa mobil buat kebut-kebutan di sirkuit bahkan sekedar menghabiskan malam mingguan di tempat hiburan malam bersama teman sekolahnya (tempat bilyard ataupun cafe yang buka 24 jam).
Faqi bersekolah disebuah SMA Islam yang memakai sistem pendidikan Internasional. Banyak orang tua berduit yang menyekolahkan anaknya disini, dulu Haidar dan Mentari mengenyam pendidikan di sekolah Internasional tanpa embel-embel Islami seperti Faqi.
Faqi yang memilih bersekolah disini karena males sekolah di SMA negeri yang aturannya ribet dan teman SMP nya banyak yang lanjut disini. Dia ga sealim yang orang bayangkan, sama seperti teman lainnya, masih seperti anak muda metropolitan, hanya bedanya dia ga merokok dan memakai narkoba seperti kawannya. Pemikirannya masih sehat, karena hidup ga sekedar buat kesenangan hari ini, ada masa datang yang harus dia persiapkan.
Sekolahnya Faqi sudah terakreditasi baik, mendidik para murid untuk berpikiran maju, kreatif, inovatif dan berakhlak mulia serta mampu menerapkan kaidah-kaidah Islam yang ada pada diri mereka. Sekolah ini sudah berbasis kurikulum IB atau International Baccaulaureate yang bisa menyalurkan lulusannya untuk melanjutkan sekolah diluar negeri lebih mudah.
Ketika SMA inilah Faqi banyak berubah, dia bergaul dengan para anak-anak konglomerat yang hobi otomotif dan nongkrong di Cafe. Sudah langganan pula digeret ke Kantor Polisi dengan sederet masalah. Ikut ditangkap karena balapan liar, taruhan judi ketika pertandingan, adu jotos karena kekalahan saat ngetrack, digelandang karena berada di tempat bilyard yang menjadi tempat transaksi barang haram serta banyak kasus kenakalan remaja yang kurang pengawasan orang tua.
Faqi merasa nyaman bersama teman dibandingkan di rumah karena Papinya sama sekali ga peduli sama dia. Menyandang predikat anak yang menyebabkan Maminya meninggal dunia sepanjang hidup memang menyebalkan. Dikalangan teman sekolah, dia dijadikan pimpinan karena kenekatan dan solidaritasnya yang tinggi. Bagi mereka, uang ga masalah, tapi teman sejiwa dan sehati pemikirannya susah dicari.
Weekend ini, Faqi kembali membicarakan dengan Papinya, dalam hati dia berjanji kalo akan jadi pembahasan terakhir dengan Papinya. Haidar dan Mentari sudah siap berada dibelakangnya jika Papi ga membolehkan Faqi mengambil jurusan impiannya.
"Lupakan kuliah di Indonesia Faqi. Gita sudah mengurus semuanya. Minggu depan kamu berangkat buat ikut test di universitas tempat kakak-kakakmu dulu kuliah" ujar Pak Isam tegas.
"Pi... tolonglah, cukup Mba Mentari dan Mas Haidar yang menjadi penerus kerajaan bisnis Papi, toh mereka adalah anak yang sudah Papi patahkan mimpinya, biarlah Faqi menentukan jalan hidup sendiri. It's my dream" pinta Faqi.
"Selama masih mau nama kamu tercantum dalam kartu keluarga Papi, maka ucapan Papi mutlak harus kamu laksanakan" ujar Pak Isam makin membentak.
"Pi .. kami bukan robot yang bisa diatur sekehendak hati, kami ini anak Pi .. punya hak juga dalam keluarga" sahut Faqi yang akhirnya ikut naik darah.
"Mau jadi apa kamu ambil jurusan itu? jutaan orang diluar sana sibuk nyari kerja setelah kuliah, tapi kamu itu udah dipinang sama kerjaan. Papi heran deh sama kamu, ga pernah mau bersyukur atas keberuntungan ini" ujar Pak Isam.
"Pi... nanti coba kita bicarain lagi baik-baik. Ga elok berdebat kaya gini terus" cegah Mba Mentari mencoba meredam situasi yang makin ga enak buat didengar dan dilihat.
"Anak ini emang keras kepala. Coba Mba aja yang kasih nasehat. Kalo masih ga mau juga, suruh dia angkat kaki dari sini. Bisa apa dia diluar sana tanpa fasilitas keluarga" marah Pak Isam.
Pak Isam menuju kamarnya, Faqi sudah ga bisa menahan emosinya, dibantingnya gelas yang dia pegang.
"Gelas seperti itu bisa dibeli lagi, tapi kalo kamu kehilangan keluarga, kamu ga bisa cari gantinya" nasehat Mba Mentari.
"Papi egois ... Papi diktator" teriak Faqi masih ga terima keadaan.
"Mba sama Haidar bisa aja menyokong kuliah kamu, tapi Papi dengan segala powernya pasti akan bisa mematahkan hal itu. Terima dulu aja permintaan Papi, kalo udah lulus kuliah kaya Mba dan Haidar, bisa kok membangun impian. Benar kata Papi, bersyukur kamu terlahir dalam kondisi yang lebih dari kata cukup. Dunia ini ga seramah bayangan kamu, dunia nyata diluar sana itu keras" lanjut Mba Mentari.
Faqi dengan segala kemarahannya langsung masuk kamar dan membanting pintu kamarnya.
🏵️
Haidar janjian makan siang sama Anindya di restoran yang ga jauh dari butiknya Anindya, dia sudah tiba duluan dan duduk sambil memperhatikan menu, bersiap makan dengan tunangannya. Ga lama kemudian Anindya datang memasuki restoran. Setelah berbasa-basi saling sapa, mereka memesan makanan.
"Makin maju bisnis kamu Nin .. udah lumayan banyak artis yang make baju dari butik kamu" buka Haidar.
"Alhamdulillah Mas, ini kan atas masukkan Mas Haidar juga buat menjaga link sama artis, ya jadi bisa dipromoin lewat support busana buat film" sahut Anindya semangat.
"Saya udah balik lama Nin, bagaimana dengan rencana pernikahan kita?" tanya Haidar hati-hati.
"Gimana ya Mas ... ehmmm... bisa ga Mas Haidar bantu Anin buat bilang ke Papa, Anin masih ingin berkarier dan belum siap nikah dalam waktu dekat. Tau kan kalo sekarang lagi ribet-ribetnya ngurus bisnis yang lagi berkembang. Diposisi ini susah Mas buat meraihnya" pinta Anindya memelas.
"Kamu masih mau nerusin pertunangan kita?" selidik Haidar.
"Masih Mas, ga usah raguin deh besarnya cinta Anin ke Mas Haidar. Kan Mas tau kalo Anin udah jatuh cinta sama Mas Haidar dari SMP. Kalo kita nikah sekarang, nanti kita akan jarang ketemu, buat apa coba, status menikah tapi tinggal ditempat yang berbeda. Anin lagi mau bikin jaringan distro kaya factory outlet yang menjamur di Bogor itu loh Mas. Pengen buka deket-deket Kampus se Jabodetabek, model ready to wear yang ga terlalu mahal, ya konsep harga ramah buat mahasiswa. Mereka pangsa pasar yang bagus Mas" jelas Anindya.
"Butik kamu udah sekelas artis yang pake kenapa malah turun ke pangsa pasar anak mahasiswa?" tanya Haidar heran.
"Mas .. Anin tuh banyak kenal sama UMKM yang tersebar diberbagai tempat, kasian mereka ga ada tempat berjualan yang menambah nilai produk mereka, ya konsepnya memajukan UMKM juga lah Mas. Kalo ga kita-kita ya siapa lagi Mas? serbuan barang branded dan barang KW membludak dari luar negeri, padahal produksi dalam negeri kita ga kalah ciamik. This is my world Mas .. fashion itu udah kaya nafas Anin. Para UMKM terkesan harga mahal itu karena mereka ga dapat fasilitas yang memadai, semua modal sendiri, dari mulai pelatihan sampe menjual dengan harga tempat sewa yang mahal" jelas Anindya secara gamblang.
"Sebenarnya .. Mas juga punya tujuan ngajak kamu makan kali ini, waktu kita dinner kan ga jadi ngobrol serius karena kamu dapat telepon kalo Papa masuk rumah sakit. Selain ingin ketemu, Mas juga mau bilang hal yang sama. Mas pikir juga sekarang belum tepat waktu buat kita menikah. Secara Mas baru pulang dan kerja di perusahaan Papi, belum banyak memberikan sumbangsih ke perusahaan keluarga, masa udah nikah aja. Ya .. bisa dibilang klise sih, mau mengaplikasikan ilmu yang Mas dapat dibangku kuliah dulu. Mas juga mau nyiapin lini bisnis baru, supermarket lokal aja yang harganya kaya agen tapi lebih tertata rapih. Selama ini kan supermarket yang ada itu retail jaringan, punyanya orang-orang besar dengan modal yang ga kehitung. Mas mau buka lapangan pekerjaan buat banyak orang. Usaha Papi memang sudah banyak membuka lapangan pekerjaan, tapi Mas juga punya impian punya supermarket dari dulu" jelas Haidar.
"Bagus tuh Mas, kalo bisa nanti produk lokal makanan juga banyak yang bisa diajak kerjasama, nanti kita kasih pelatihan buat produksi yang sesuai standar keamanan produk makanan dan pengemasan yang menarik. Selama ini kan mereka lebih banyak menjual ditempat pariwisata atau jalan sekitar tempat wisata. Kayanya kita seserver nih Mas. Mau mengangkat perekonomian menengah kebawah" sahut Anindya sangat antusias.
"Berarti deal ya, kita tunda pernikahan kita" ucap Haidar.
"Deal ... setahun dari sekarang baru kita rencanain pernikahan, tapi jangan berpaling ya Mas, saling setia dan yang penting itu saling percaya. I love you to the moon and back" kata Anindya sambil tersenyum dan menggenggam erat tangan Haidar.
Haidar hanya bisa membalas dengan senyuman, walaupun senyumnya tampak datar. Hanya tangan Anindya yang menggenggamnya, sedang tangannya Haidar hanya diam.
Tampak sekali hubungannya timpang, sang wanita keliatan cinta, tapi yang lelaki antara mau mau ga mau.
🍒
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Haidar menyetir mobilnya sendiri, padahal dia disediakan supir oleh Papinya, tapi lebih nyaman pulang pergi sendiri.
Anindya bawa mobil juga dan dikemudikan oleh supirnya, jadi Haidar ga perlu mengantarnya pulang. Mereka berpisah di parkiran restoran.
Haidar mengingat memory saat dia baru lulus SMA dan harus kuliah keluar negeri sesuai dengan keinginan Papinya. Sebelum berangkat, Pak Isam meminta Haidar mengikat tali pertunangan sama Anindya. Desakan keluarga Anindya dan Pak Isam, membuat Haidar ga ada pilihan selain setuju.
Tampak sekali saat itu Pak Isam amat sangat bahagia, semua rencananya berjalan lancar. Haidar mengikuti semua keinginan tanpa membantah bahkan tanpa perlawanan buat menolak. Sebagai ganjarannya, Pak Isam menghadiahkan sebuah mobil keluaran terbaru. Saat kuliah, hanya ketika pulang ke Indonesia aja dia memakainya. Mobil yang hingga kini belum dia ganti. Bisa dibilang mobil ini adalah wujud rasa terimakasih Pak Isam karena Haidar sudah mau mempererat persahabatan keluarga dengan keluarga Anindya.
Anindya sendiri adalah anak tunggal seorang milyarder ternama juga di Surabaya. Karena sudah dari kecil kenal keluarga Pak Isam, mereka tumbuh besar bersama. Hingga pada akhirnya muncul bunga-bunga cinta Anindya terhadap Haidar. Walaupun saat remaja, cintanya bertepuk sebelah tangan, Anindya ga pernah putus asa dengan penolakan Haidar, justru makin menjadi ia penasaran. Sebagai anak tunggal, semua yang menjadi keinginan akan selalu dipenuhi oleh orang tuanya, termasuk keinginan buat memiliki Haidar.
Entah apa yang orangtua mereka bicarakan, hingga pada akhirnya, Pak Isam dan Papanya bersepakat buat menjodohkan Anindya sama Haidar. Padahal saat membesar bersama, ga pernah terlintas buat menjadi besan.
Hingga detik ini pun, Haidar belum sepenuhnya mencintai Anindya. Cintanya pada Anindya hanya sebatas kakak pada adiknya. Haidar sudah mencoba belajar menerima kehadiran Anindya, tapi seiring waktu berjalan, dia masih ga mampu membuka juga relung hati terdalamnya buat terima Anindya.
Hampir sempurna, itulah gambaran sosok Anindya. Wanita cantik, modern, smart, energik, pola pikirnya jauh kedepan dan poin plusnya adalah kekayaan yang dia miliki. Lelaki mana yang ga silau dengan apa yang dimiliki Anindya. Gambaran hidup yang nyaris sempurna tanpa celah.
Sejak pertemuan Haidar dengan Nay, bayangan Nay lebih menarik dimata Haidar, bisa dibilang love at first sight, jatuh cinta sama Nay sejak pandangan pertama mereka bertemu. Inilah yang mendasari kenapa Haidar sampe ngotot menjadikan Nay sebagai Sekretarisnya. Haidar selalu ingin dekat dan mengenal Nay lebih jauh.
Mungkin orang diluar sana ga akan percaya kalo Nay adalah wanita pertama yang membuat Haidar jatuh cinta karena statusnya sebagai tunangan Anindya, orang akan menduga cinta Haidar dah mentok di Anindya sampe memutuskan bertunangan selepas lulus SMA.
Semakin dekat dan sering berbincang sama Nay, cintanya pun makin bertambah dan makinlah Haidar ragu melangkah bersama Anindya. Gejolak batin pastinya sangat besar didalam diri Haidar. Dia harus mengolah hatinya karena terjebak dalam situasi yang ga enak. Statusnya sebagai tunangan Anindya tapi hatinya tertuju pada Nay. Disimpan rapat-rapat rasa cinta pada Nay, cukup dia menikmati dalam hati aja rasa yang udah terlanjur timbul, toh Haidar bahagia menikmati cinta sepihak ini, walaupun ga mudah untuk menjalaninya. Siapa bilang kalo mudah saja mencintai tanpa memiliki, tapi ga sama Haidar, dia hanya mampu melihat, menyapa dan bercengkrama dengan Nay tanpa tahu bahwa Haidar menyukainya sejak awal berjumpa.
"Bisakah aku berhenti mencintainya secara diam-diam dan menemukan cinta yang juga mencintaiku?” tanya Haidar dalam hati, ia menarik nafas panjangnya sebagai tanda hatinya lelah buat menahan rasa ini.
Mencintai diam-diam adalah cara Haidar mencintai Nay dengan sepenuh hati, sekalipun tak melukai Nay, pada akhirnya justru Haidarlah yang lebih terluka karena Nay. Bagi Haidar, saat ia memutuskan untuk mencintai dalam diam, saat itu juga dia harus siap terluka dalam diam.
🏢
Keesokan harinya, Anindya datang ke Hotel tempat Haidar bekerja. Karena Haidar masih menerima tamu, dia menunggu di kursi tunggu tepat didepan mejanya Nay.
"Sekretaris baru ya ? biasanya Mba Gita yang jadi Sekretarisnya Pak Isam" sapa Anindya.
"Ya Mba" jawab Nay.
"Lama saya ga kesini, ternyata udah banyak karyawan baru. Mas Haidar ga pernah cerita punya Sekretaris baru, jadi saya anggap dia masih didampingi Mba Gita. Perkenalkan, nama saya Anindya, tunangannya Mas Haidar, panggil aja Anin" sapa Anindya.
"Ya Bu... saya Nay" jawab Nay sopan.
"Panggil Mba aja ya" pinta Anindya.
Keduanya berjabat tangan dan melemparkan senyuman.
"Pantes aja buru-buru mau tunangan, ceweknya berkelas" ujar Nay dalam hatinya memuji Anindya.
"Kamu tuh bodynya oke loh Nay, cocok banget kalo jadi model" lanjut Anindya.
"Bisa aja Mba, tapi memang saya sering ikut modelling belakangan ini, buat nambah penghasilan juga sih Mba" kata Nay malu-malu.
"Kebetulan saya punya butik, kalo kamu libur kerja, main deh ke tempat saya, ini kartu nama .. call me aja kalo butuh kerjaan" ujar Anindya sambil menyerahkan kartu nama butiknya.
"Makasih Mba Anin, kalo ada waktu, saya main kesana" jawab Nay.
Haidar mengantar tamunya keluar kemudian berjabat tangan tanda berpisah.
"Udah lama sampe sini?" tanya Haidar seusai mengantar tamunya.
"Belum lama, ya sekitar sepuluh menit lah" jawab Anindya manja sambil melingkarkan tangannya ke Haidar dan mengajak untuk berbincang didalam ruangan Haidar.
Haidar tampak kikuk karena Anindya bermanja didepan Nay.
"Mas... Sekretarisnya kapan-kapan Anin pinjam ya kalo ada fashion show, keanggunan khas wanita Indonesia banget, kebetulan kan sebentar lagi Anin mau keluarin fashion ready to wear dari kain-kain khas Indonesia, ada batik, ulos, tenun, ikat.. pokoknya etnik gitu deh. Kayanya dia cocok jadi salah satu model yang bisa dipake saat peragaan nanti. Banyak artis dan fashion stylist yang akan datang. Ya sebulan lagi deh, ini lagi sibuk nyiapin acaranya" cerocos Anindya.
"Bilang aja sama orangnya sendiri, itu mah urusan wanita" jawab Haidar yang memang ga pernah tertarik sama dunia fashion.
"Udah, tapi kita belum bicara lebih lanjut sih. Makanya Anin ijin dulu sama Boss nya. Namanya fashion show kan waktunya lebih ke weekend tapi ada persiapan sebelumnya, kalo misalkan dia ikut keluar kota pas hari kerja, Mas harus ijinin ya ... anggap aja sebagai bentuk dukungan Mas buat tunangan tercinta" rayu Anindya manja bergelayut dipundak Haidar.
"Tunangan tercinta?" seringai Haidar dalam hatinya.
Haidar merasa ga nyaman ada wanita yang nyender-nyender dipundaknya, apalagi ini ada di kantor, tempat bekerja bukan tempat bercinta.
"Anin... please deh jaga sikap kamu, jangan dekat-dekat kaya begini, ini kantor, malu kan kalo diliat orang, lagian apa penilaian mereka nanti kalo liat kamu kaya gini" protes Haidar sambil berusaha menjauhkan tubuhnya dari Anindya.
"Come on Mas... ga usah sok agamis deh, pergaulan diluar kan juga bebas, udah terbiasa dong melihat dan merasakan pelukan seperti ini" jawab Anindya makin merapatkan duduknya.
"Aninnnnn, saya emang ga taat menjalankan agama saya, tapi please jaga sikap kamu jangan kaya wanita murahan gini. Saya kan laki-laki, punya nafsu pastinya kalo terus kamu goda" ujar Haidar sambil berusaha melepaskan pelukan Anindya dan berjalan menuju kursi kerjanya.
Anindya malah makin menjadi, dia menghampiri kursi Haidar, kemudian duduk di pangkuan Haidar.
"Mas... dari kita tunangan, belum pernah Mas mencium bibir Anin, cipika cipiki pun hanya saat kita tunangan aja. Apa Mas ga suka sama wanita?" tanya Anin sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Haidar yang tampak resah.
"Aninnn... please... " jawab Haidar memelas.
Haidar malah makin khawatir pertahanannya jebol dan terjebak permainan liar Anindya. Tangan Anindya sudah melingkar dibahu Haidar, dia pun sudah menggeser tubuhnya hingga sekarang posisi Anindya memeluk sambil dipangku Haidar.
"Maaf Mas... saya udah ketuk pintu tapi ga dijawab, maaf..." ucap Nay yang kaget melihat adegan didepan matanya.
Bibir Anin berhenti saat akan melekat ke bibirnya Haidar karena kaget dengan teriakan Nay.
Nay buru-buru keluar dari ruangannya Haidar. Kemudian mengatur hati dan pikiran agar tetap jernih. Tadi Nay sudah mengetuk pintu berkali-kali, sampai Nay menunggu sekitar lima menit sebelum memutuskan untuk masuk ke ruangan Haidar.
Tapi sepertinya Haidar sedang ga fokus hingga ga dengar ketukan dipintunya.
"Anin... kenapa kamu kaya gini sih" protes Haidar yang langsung berdiri dan hampir membuat Anindya jatuh, tapi tangan kekarnya mampu menahan tubuh Anindya.
Ditahannya pinggang Anindya dan dibimbing hingga berdiri tegak kembali.
"Anin cuma pengen tau, Mas udah cinta belum sih sama Anin, ternyata empat tahun berlalu, Mas masih sama, masih dingin dan kaku seperti dulu. Kalo Mas ga mau melanjutkan pertunangan kita, baiknya Mas bilang ke orang tua Anin, daripada kita terjebak dalam cinta bertepuk sebelah tangan. Selama ini hanya Anin yang cinta sama Mas Haidar" ujar Anindya lirih penuh kecewa, mulai terlihat menitikkan air matanya sambil mengambil tas dan berlari keluar ruangan Haidar.
"Anin... bukan begitu maksud Mas ... Aninn.. Anin.." Haidar berusaha menahan kepergian Anindya, tapi sia-sia aja, Anindya tetap memilih pergi dari Hotel ini.
Nay yang melihat Anindya keluar ruangan sambil menangis dan Haidar mengejarnya hingga depan pintu lift, hanya bisa duduk diam seolah ga melihat adegan yang baru terjadi didepan matanya.
"Nay, masuk ke ruangan saya, bawa dokumen yang tadi kamu bawa" perintah Haidar.
Nay masih terdiam terpaku, hingga Haidar mendekati meja Nay.
Haidar mengambil pulpen dan dijatuhkan tepat dihadapan Nay agar tersadar dari lamunannya. Nay langsung gelagapan karena kaget.
"Maaf Mas, saya sampe ga bisa berkata-kata melihat kejadian tadi, maaf ya Mas .. bukan ga sopan, tapi urgent ada telepon dari cake shop yang akan membuka tenant serta jadi rekanan buat acara yang diadakan di Hotel. Pihak sana mau berbincang dan kenalan sama Mas Haidar, karena sebelumnya hanya kenal Pak Isam aja" jelas Nay.
Haidar masuk ke ruangannya.
Gak lama kemudian Nay menyusul masuk ke ruangan Haidar dan langsung meletakkan dokumen diatas meja. Nay masih berdiri didepan meja menunggu instruksi selanjutnya dari Haidar.
"Duduk dulu Nay, kamu ga lagi upacara yang mengharuskan berdiri terus" ucap Haidar.
"Iya Mas" jawab Nay sambil menggeser kursi buat duduk.
"Apa yang tadi kamu liat ga seperti pikiran kamu Nay" jelas Haidar sambil membuka dokumen.
"Maksud Mas apa ya?" tanya Nay ga paham.
"Kamu pasti mengira saya atasan yang brengsek, yang gampang bercinta dengan wanita" ujar Haidar.
"Maaf Mas.. apapun yang Mas lakukan ga perlu dijelaskan ke saya, itu terserah Mas aja. Tapi saran dari saya, jangan lakukan di kantor lagi. Untung tadi saya yang masuk, kalo orang lain yang masuk gimana?" ucap Nay dengan polosnya.
"Saya pun belum pernah mencium bibirnya, memeluknya pun bisa dihitung jari, itu juga pas momen spesial aja. Ya merasa belum nyaman aja melakukannya" lanjut Haidar.
"Maaf sekali lagi Mas, saya hanya Sekretaris. Jadi ga perlu menjelaskan apapun ke saya. Itu hak Mas" jawab Nay yang makin ga enak hati terjebak dalam situasi seperti ini.
"Saya hanya ingin kamu ga mencap saya sebagai laki-laki yang ambil kesempatan diatas wanita. Walaupun saya ga taat beribadah, tapi saya masih sadar batasan hubungan dengan lawan jenis" jelas Haidar lagi.
"Sepenting itukah sampe harus dijelaskan sedetail ini?" tanya Nay balik.
"Pertanyaan yang cerdas Nay, saya hanya ingin kamu tau saya lelaki yang baik ... hanya itu aja, ga ada alasan lainnya. Dan penilaian kamu terhadap saya itu sangat penting" jawab Haidar.
"Hubungan kita hanya rekan kerja Mas, atasan dengan bawahan, saya rasa ga ada hubungannya tentang penilaian saya secara pribadi terhadap hidup Mas. Yang penting selama kita bekerja, Mas bisa memperlakukan saya secara profesional. Jadi atas dasar apa sampe saya harus tau tentang apa yang Mas lakukan?" ucap Nay to the point.
Haidar agak kaget dengan perkataan Nay.
Dalam hati Haidar berkata,
"karena aku ga mau kamu salah paham, aku mencintaimu ... bukan Anin"
"Ya kan udah bilang, biar kamu tau aja kalo atasan kamu ini bukan playboy, jadi kamu bisa nyaman kerja dan ga khawatir saya macam-macam sama kamu" jawab Haidar buru-buru buat menutupi rasa kagetnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!