Seorang guru baru saja menyelesaikan kelas mengajarnya, dia bertugas sebagai guru mata pelajaran pendidikan matematika, Ahmad Ibrahim itulah nama guru tersebut, dia berusia 32 tahun.
Guru tersebut menatap satu persatu siswanya sambil mengabsen.Setelah itu, dia kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu keluar kelas itu.
"Ceklek,!" bunyi pintu terbuka.
Guru tersebut selanjutnya memalingkan wajahnya kepada siswa dan siswinya.
"Jangan lupa PRnya di kerjakan, Nak,!! jika ada sesuatu yang kalian nggak pahami, tanyakan di dalam group Wa, nanti aku akan jelaskan lagi, apa kalian mengerti,!?" dia tersenyum manis ke arah siswanya.
"Iya, Pak,!! kami mengerti, terimah kasih banyak Pak atas ilmunya,!" ucap para siswa dan siswi itu secara serentak.
"Iya, Nak,!! kalian jangan berkeliaran, sebentar lagi jam kedua, sebaiknya kalian membuka pelajaran yang akan kalian pelajari sebelum gurunya masuk, jangan membuat guru kalian marah, do you understand.!?"
"We understand sir,!" jawab serentak siswa dan siswi itu.
"Dan yang terakhir, sebutkan bagaimana mencari jari-jari lingkaran jika di ketahui kelilingnya,!? siapa yang cepat akan mendapatkan nilai tambahan,!"
Seorang siswa putra kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Itukakan pelajaran sekolah menegah pertama, Pak,!"
"Nggak apa-apa, justru aku ingin menguji kalian,!"
"Aku mengerti, Pak.!! Jika kelipatan tujuh maka kita menggunakan pendekatan V\=22/7 sedangkan jika bukan nilai kelipatan tujuh maka menggunakan V\=3,14 , Pak,!!"
"Betul,!! dia tersenyum kecil sambil berjalan ke arah siswa tersebut kemudian menyentuh kepalanya dan mengusapnya.
"Tingkatkan, dan jangan perna menyerah menghadapi tantantang dalam pembelajaran matematika,!" ucapnya sambil memandang siswanya itu.
Dia kemudian memandang seluruh siswa lalu melanjutkan perkataanya."Jika kalian bisa memahami kesulitan dalam matematika, yakin dan percaya, kalian akan mampu menyelesaikan problem sesulit apapun di dalam kehidupan kalian.!" dia tersenyum kemudian membalikkan tubuhnya sambil berjalan keluar dari kelas itu."Good morning all.!"
"Good morning too sir,!" jawab serentak siswa dan siswi yang berada di dalam kelas itu.
Ahmad Ibrahim mengajar di salah satu sekolah Negeri di daerah tempat tinggalnya, keseharianya mengajar dan membaca, dia hidup sebatang kara dan sumber pendapatan sehari-harinya adalah mengajar,dia sangat berambisi untuk mencerdaskan generasi berikutnya, berbagai metode dan pendekatan yang ia kerahkan agar mampu menghasilkan generasi yang berkualitas.
Ahmad Ibrahim baru saja duduk di dalam ruang guru, sambil membaca buku matematika.
"Tak... ! Tak.... ! Tak.... !!" Suara hentakan kaki sedang menuju ke arahnya, Ahmad Ibrahim kemudian memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.
"Bagaimana kondisi anak waliku, Pak.!" Ucap Ibu Ekha Reiana Akiara
"Aku rasa, kita harus bekerja lebih keras lagi, Bu,! Anak-anak ini memiliki beberapa faktor yang menghambat motivasi belajarnya, salah satunya adalah faktor orang tua itu sendiri.!"
"Aku juga menyadari itu, Pak Ahmad,!!
"Mungkin sebaiknya kita mendiskusikan hal ini kepada Bapak kepalah sekolah.!"
"Aku sependapat, Bu Eka,!"
"Aku kekelas dulu,! soalnya sudah masuk jam kedua, Pak,!" dia tersenyum manis
"Iya, selamat berjuang, Bu Eka,!" dia membalas senyum Ibu Eka dengan senyum serupa.
Ahmad Ibrahim kemudian melanjutkan membaca buku matematika yang ia genggam, setelah ia selesai membaca buku tersebut, dia lalu berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan itu dengan niat menuju ke bangku teras yang berada tepat di samping pintu, dia lalu memandang anak-anak yang sedang berolahraga di lapangan basket sambil duduk di kursi teras itu.
"Jika aku sesuai dengan mereka, mungkin aku bisa menggali lebih dalam tentang kehidupan mereka, anak-anak ini cenderung terbuka leluasa kepada teman seumuranya,!" gumamnya.
Di sebuah departemen kepolisian milik Negara, rombongan polisi yang berangkat perwira tinggi sedang melangkahkan kakinya menuju ke ruang rapat tertutup yang hanya di ketahui oleh para pimpinan tertinggi.
Beberapa saat kemudian, rombongan itu kemudian duduk di tempat yang telah di siapkan.
"Rapat hari ini kita buka, kita akan membahas masalah tentang kasus pembunuhan berantai yang sampai saat ini belum terungkap siapa pelakunya,!" kata pemimpin tertinggi yang berangkat jenderal berbintang lima.
"Bagaimana jika kita mengutus salah satu anggota kita yang berbakat dalam kasus pembunuhan yang sulit di identifikasi, Pak,!" kata salah satu pentinggi yang berangkat jenderal bintang tiga.
"Apakah anda mempunyai seseorang yang tepat untuk menangani kasus itu, Pak,?" kata salah satu peserta rapat yang berpangkat komisaris polisi.
Para peserta rapat yang lain sedang menyimak dialog yang sangat serius itu.
"Katakan siapa nama anggota itu,? dia di tugasnya di mana,? dan apa yang anda rencanakan,?" kata pemimpin tertinggi berpangkat jenderal bintang lima sambil memandang anggotanya yang berpangkat jenderal bintang tiga itu.
"Dia bertugas di polrestabes berpangkat kapten bagian kriminal, Pak,!" jawab jenderal perangkat tiga itu.
"Siapa nama perwira itu,?"
"Kapten Ayumi, Pak,! ini fotonya.!" dia menyerahkan Hp miliknya kepada kepala pimpinan kepolisian.
"Baiklah, masalah ini, aku serahkan kepada anda, informasi ini tidak boleh keluar dari ruangan ini, apa masih ada yang perlu kita bahas mengenai masalah ini,!?"
"Siap, tidak ada, Pak,!!" ucap peserta rapat.
"kalau begitu, rapat kita tutup,!"
"Siap, dimengerti, Pak,!!" ucap anggota kepolisian yang berada di ruang rapat itu.
Kepala kepolisian berpangkat jenderal bintang lima kemudian meninggalkan ruang rapat itu di susulan oleh anggota yang lain.
Pada saat kepala kepolisian berpangkat jenderal bintang lima itu sedang berjalan, dia kemudian memalingkan wajahnya ke arah jenderal berpangkat tiga.
"Pak Risman yusuf,!! aku ingin berbicara empat mata dengan anda di ruanganku,!"
"Siap,!! komandan,! ucap Pak Risman Yusuf.
"Kita keruanganku sekarang,!"
"Siap,!! dimengerti.!!"
Kelompok perwira tinggi yang mengikuti rapat tertutup itu kemudian terpecah menjadi beberapa bagian, mereka kembali ke ruangan masing-masing, sedangkan Pak Risman Yusuf mengikuti kepala tertinggi kepolisian yang bernama Pak Agus Kurniawan.
Tidak butuh waktu yang lama, mereka berdua telah tiba di pintu ruangan Pak Agus Kurniawan.
"Ceklek,!!" bunyi pintu terbuka.
"Silahkan masuk,!" kata Pak Agus.
"Siap, Pak,!"
"Ceklek,!!" bunyi pintu tertutup.
Mereka berdua lalu berjalan menuju ke kursi sofa.
"Silahkan duduk,!" ucap Pak Agus Kurniawan sambil memandang wajah pria paruh baya yang ada di hadapan.
"Terima kasih, Pak,!" jawab Pak Risman Yusuf.
"Tugas apa yang akan anda berikan kepada kapten Ayumi,?"
"Aku akan menugaskannya menjadi siswi sekolah menengah atas di yayasan milik Mr Sudirman Sinaga.
"Mengapa harus di sekolah itu,?"
"Aku berencana membuatnya mendekati putra Mr Ramadhan, aku mencurigai dia terlibat dalam kasus pembunuhan berantai,!" jawab Pak Risman Yusuf.
"Baiklah, aku akan mendukung setiap langkah yang anda gunakana agar misi ini sukses besar, katakan saja kepadaku apa yang anda butuhkan,!? dan jangan sungkan untuk mengatakannya.!"
"Untuk saat ini, aku belum membutuhkan apapun, Pak.! Tapi, jika waktunya telah tiba, aku akan meminta segalah sesuatu yang di butuhkan dalam misi yang akan di jalani oleh kapten Ayumi.!"
"Baiklah kalau begitu, aku ingin anda secepatnya mengutus kapten Ayumi.!"
"Siap,! dimengerti komandan.!"
Setelah beberapa lama mereka berdua berbincang-bincang, Pak Risman kemudian undur diri dengan maksud kembali keruanganya.
"Kring.... ! Kring... ! Kring.... !!" Bunyi bell menandakan bahwa jam pembelajaran kedua telah berakhir dan juga berarti bahwa seluruh siswa dan siswi berada pada jam istirahat.
Ahmad Ibrahim yang bertugas sebagai guru piket telah menyelesaikan beberapa tugasnya yaitu mencatat siswa yang datang terlambat, yang tidak hadir atau yang pulang sebelum waktunya, sebagai guru piket sekolah, sang guru matematika mempunyai otoriter untuk menegur, memperingatkan dan mencatat siswa yang melanggar tata tertib sekolah dalam buku pelanggaran dengan sistem point, selanjutnya dia melaporkannya kepada wali kelas masing-masing dan salah satu wali kelas adalah ibu Ekha.
Di samping itu, dia juga menerima dan melayani tamu yang berkepentingan dengan sekolah atau dengan siswa untuk mengisi buku tamu.
Pria berusia 32 tahun itu kemudian tersenyum sambil berjalan di lorong sekolah, dia sambil memperhatikan siswa dan siswi yang berhamburan, ada yang menuju ke kantin, ada yang bermain sepak bola di lapangan basket dan ada juga sebagian besar yang sibuk berdiskusi di luar kelas.
"Setelah menjaga ketenangan suasana kelas dan lingkungan sekolah pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, aku juga telah mengisi kelas kosong untuk mendistribusikan beberapa tugas sesuai bidang study masing-masing pada setiap kelas, selanjutnya aku akan berkeliling sejenak,!" gumamnya.
Sang guru matematika yang berjalan lurus di dalam lorong sekolah kemudian menghampiri siswa yang sedang berdiskusi di depannya.
"Kalian membahas apa,? boleh Bapak ikutan,!?" dia menatap satu persatu siswa itu sambil tersenyum.
"Tentu saja boleh, Pak.! Kami sedang membahas materi sejarah untuk persiapan diskusi pada jam terakhir, Pak,!" ucap salah satu siswa.
"Very god,!! dia memberikan dua jempol kepada siswa dan siswi yang sedang berdiskusi.
"Apa themanya, Nak.?
"Peradaban dunia, Pak,!" kata salah satu siswa.
"Coba sebutkan salah satu peradaban itu,?" tanya Ahmad Ibrahim.
"Peradaban Romawi, Pak,!"
"Berarti abad ke 7 sampai ke 8,! apa betul,?
"Betul, Pak,!!" jawab serentak siswa dan siswi itu.
"Coba beritahu Bapak tentang asal muasal Peradaban itu,! aku juga ingin belajar bersama kalian.!" dia bermaksud untuk menguji pengetahuan mereka.
"Menurut cerita rakyat, munculnya peradaban Romawi Kuno diawali dengan didirikannya Kota Roma oleh dua pemuda bernama Remus dan Remulus pada 750 SM,!" kata salah satu siswa yang berada di depannya.
"Very god,!! dia kembali memberikan kedua jempol tangannya kepada siswa yang memberi penjelasan.
Ahmad Ibrahim kemudian tersenyum kecil sambil berkata."Bapak ke ruang guru dulu, Nak,!" dia kemudian melangkahkan kakinya kembali.
"Iya, Pak,!! makasih atas waktunya, Pak,!!"ucap serentak siswa itu.
"Okey,!" dia memalingkan wajahnya dan menghentikan sejenak langkahnya."Jangan lupa mempelajari peradaban bangsa sendiri, apa kalian mengerti, Nak,!?" dia tersenyum.
"Kami mengerti, Pak,!" Jawab serentak siswa itu.
"Selamat belajar,!!"ucapnya sambil melanjutkan langkahnya yang terhenti sebelumnya.
"Sudah sangat jarang aku menemukan siswa dan siswi yang memanfaatkan sebagian waktunya untuk belajar pada saat jam keluar main,!" gumamnya.
Tidak butuh waktu yang lama, Ahmad Ibrahim telah tiba di ruangan guru, dia kemudian duduk di kursinya.
"Kelihatanya hari ini anda begitu bersemangat, Pak,!"
Ahmad Ibrahim kemudian memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.
"Bisa dikatakan seperti itu, Bu Ekha,!"
"Sebaiknya kita menghadap kepada kepala sekolah untuk membahas apa yang kita diskusikan tadi pagi,!" kata Ibu Ekha Reina Ekiara.
"Aku sepakat, Bu.!"
Kedua guru tersebut kemudian melangkahkan kakinya menuju ke ruangan kepsek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!