Kota G merupakan kota hijau dengan kualitas udara terbersih diantara kota lainnya karena terdapat banyak kawasan hijau yang terjaga di area Kota G.
Selain kualitas udara, lingkungannya pun sangat terjaga kebersihannya. Tidak ada selokan yang berbau busuk, sungai penuh sampah dan limbah, serta lingkungan yang penuh sampah.
Kota G memiliki banyak gedung bertingkat, tempat indah untuk berwisata dan tempat unik lainnya, sehingga kota G merupakan kota wisata impian tiap orang.
Kota G merupakan kota yang maju baik di bidang ekonomi, transportasi maupun di bidang pendidikan namun tidak secanggih kota A, yang mana semua pekerjaan hampir bisa dikerjakan oleh robot.
........... ........... ...........
Keluarga Pradana merupakan keluarga terpandang dikota G. Keluarga ini terkenal akan reputasi yang baik tanpa cela, memiliki keluarga harmonis dan merupakan keluarga terkaya nomor 5 di kota G.
Keluarga Pradana mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang hotel, elektronik, hiburan dan butik terkenal dibawah perusahaan Pradana Corp yang sudah mempunyai beberapa jaringan di kota lainnya.
Walaupun termasuk orang kaya, namun keluarga mereka tidak sombong dan angkuh seperti kebanyakan orang kaya lainnya. Bahkan mereka selalu tampil sederhana.
Saat ini keluarga Pradana tengah berkumpul di ruang keluarga, tampak ketegangan menyelimuti ruangan ini.
Seorang wanita dewasa memasang wajah penuh kekesalan kepada sepasang bocah remaja kembar dihadapannya. Wanita berambut ungu kehitaman dengan mata merah yang cerah, wajah cukup cantik dengan alis rapi yang menukik tajam. Jangan lupa kerutan dalam di keningnya.
Wanita cantik itu bernama Ardani Kusuma, seorang dektetif kepolisian di kota G sekaligus pengusir makhluk senior. Ia memiliki kemampuan supranatural warisan leluhur keluarganya yang saat ini menjadi istri dari Kelvin Pradana.
"Bisa jelaskan kenapa kalian pulang dengan keadaan seperti ini?" Tanya Ardani sambil menatap tajam sepasang bocah remaja yang berada dihadapannya.
Ardani menghela nafas kesal, saat kedua anak kembarnya saling tatap satu sama lain.
Bagaimana tidak kesal? Kedua bocah remaja kembar itu pulang dengan keadaan acak-acakkan dilengkapi dengan lebam dan memar yang menghiasi wajahnya.
Bocah remaja laki-laki berambut hitam keunguan jabrik dengan mata merah bernama Reihan Kusuma Pradana dan bocah remaja perempuan dengan rambut hitam keunguan panjang sepunggung yang dikuncir kuda dengan mata ungu gelap bernama Reiva Kusuma Pradana, mereka kembar tak identik dengan kepribadian bertolak belakang namun saling melindungi. Mereka memiliki jarak kelahiran 5 menit dengan Reihan yang tertua. Reihan dan Reiva saling menatap sebelum akhirnya dijawab oleh Reihan dengan terpaksa.
"Kami hanya bersenang-senang bu." Jawaban santai terdengar dari mulut Reihan.
Raut wajah Ardani menggelap sebelum Kelvin menenagkannya.
"Tenang Ma, jangan emosi. Mereka masih remaja." Ucap Kelvin sambil berusaha menenangkan Ardani yang malah membuatnya semakin emosi.
"Diam." ucap Ardani dingin sambil melirik tajam Kelvin. Mendengar ucapan istrinya, Kelvin memilih diam sambil menelan ludahnya kasar. Ia tau jika Ardani marah maka katakan selamat tinggal dunia.
Ardani melirik sepasang anak kembar berbeda gender dengan tatapan menuntut.
"Kami dicegat preman bu, jadi kami melawannya" jawab Reiva polos.
Ini bukan kali pertama kedua anak kembar itu pulang dengan keadaan berantakan. Entah sudah sekian kalinya saat mereka mulai menginjak kelas 2 SMP, mereka selalu pulang dalam keadaan babak belur. Bahkan sang kakak, Andra sudah bosan mengobati luka kedua adik kembarnya.
"Tak ada pilihan lain." Ucap Ardani menghela nafas lelah sambil memijit keningnya yang pusing.
"Kenapa tidak suruh mereka tinggal di Apartemen Hunter saja?" Tiba-tiba Kelvin mengangkat suara setelah melihat perdebatan istri dan kedua anaknya.
Kelvin Pradana merupakan anak dari pemilik Perdana Corp yang memiliki paras tampan dengan mata biru yang tajam, rambut hitam legam, alis tersusun rapi dan hidung yang mancung namun pas di wajahnya. Sangat dingin kepada orang lain namun bila dihadapan istrinya dia tak berkutik.
Sedangkan Andra Kusuma Pradana adalah putra pertama pasangan Kelvin dan Ardani yang saat ini berusia 18 tahun dengan rambut hitam jabrik dan mata biru serta memiliki wajah tampan yang sangat mirip dengan ayahnya. Ia memiliki sifat yang cuek dan dingin.
Mendengar nama sebuah apartemen yang disebutkan oleh ayahnya, sontak kedua remaja itu bergidik ngeri. Lebih baik mereka dikirim ke rumah kakeknya atau menjalani hukuman dari sang ibu yang terkenal sadis.
"Ah. . Idemu bagus juga." Ardani melihat suaminya dan tersenyum manis, namun sepasang bocah remaja kembar merasakan firasat buruk.
"Bisakah ke tempat kakek saja bu? Kami akan belajar dengan giat bersama kakek disana." Tawar Reiva dengan tatapan memohon disusul dengan anggukkan Reihan.
Siapa yang tidak mengenal apartemen Hunter? Hampir semua orang mengetahui bahwa apartemen itu merupakan apartemen tua yang berusia lebih dari 100 tahun, dan menurut rumor yang beredar apartemen itu dulunya sangat ramai orang yang menyewa apartemen Hunter karena lokasinya yang strategis. Hingga suatu hari satu persatu orang pergi meninggalkan apartemen itu tanpa alasan yang jelas sehingga hanya beberapa orang yang tinggal disana.
Ada rumor yang beredar, apartemen itu terdapat banyak makhluk yang mengganggu penghuni apartemen, ada juga yang mengatakan kalau apartemen itu memiliki penunggu.
"Mau sekalian tinggal di hutan Amazon atau tinggal di tempat antah berantah lainnya?" Tanya Ardani dengan senyum manis yang penuh ancaman.
"Ti–tidak bu. Lebih baik kami di rumah kakek saja, benarkan Kak Rei?" Reiva menjawab dengan gugup sambil menyenggol Reihan, meminta persetujuan dari kakak kembarnya.
"Ahaha... Benar bu. Kami akan menjadi anak yang baik." Reihan menjawab dengan canggung.
"Ibu sudah merencanakan ini sejak awal. Kalian tinggal di Apartemen Hunter mulai minggu depan! " Putus Ardani mutlak membuat Kelvin dan Andra memandang sepasang remaja kembar itu dengan kasihan.
"Tidak!!!" Seru mereka bersamaan yang sukses membuat tiga manusia menutup telinga mereka rapat-rapat.
............. ......... ..........
Seminggu Kemudian
Jam menunjukkan pukul delapan pagi, terdapat 2 buah koper berukuran sedang serta beberapa tas dan dus yang tersusun rapi di bagasi mobil. Kelvin menutup bagasi tersebut dan segera memasuki mobilnya.
Didalam mobil itu terdapat sepasang anak kembar duduk manis dengan raut wajah yang jengkel serta seorang remaja yang duduk santai dibangku samping pengemudi. Bagaimana tidak, saat ini mereka akan segera menuju di Apartemen Hunter yang terkenal angker.
"Kalian sudah siap?" Tanya Kelvin kepada pasangan kembar yang duduk di bangku penumpang belakang.
"Sudah ayah..." Terdengar jawaban lesu yang kompak dari kedua bocah remaja kembar tersebut.
Kelvin segera menghidupkan mobilnya dan segera meninggalkan kediaman Pradana.
Sepanjang perjalanan, Reiva tak hentinya menggerutu dan Reihan hanya memandang kearah jendela mobil sambil menghembuskan nafas.
Kelvin hanya tersenyum masam mendengar gerutuan putri satu-satunya sedangkan Andra hanya terkekeh ringan. Kelvin berharap istrinya tak mendengar sumpah serapah putrinya atau dia akan kebablasan menceramahi mereka sampai telinga mereka panas.
Di Lain Tempat
"Haa...hatchii!!"
Tampak seorang wanita paruh baya bersurai hitam keunguan tengah menggosok hidungnya. Dalam hati ia mengumpati seseorang yang tengah menyumpah serapahi dirinya.
"Anda tidak apa-apa, detektif?" Tanya seorang pria berusia 30 tahunan.
"Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kita lanjutkan penyelidikan ini." Jawab Ardani.
"Baik."
........... ........... ...........
Setelah dua jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah apartemen tua namun cukup indah terawat. Tidak ada kesan horor seperti yang mereka bayangkan sebelumnya.
Apartemen Hunter merupakan apartemen tertua di kota G. Bangunan ini memiliki 15 lantai dan banyak kamar. Dahulu apartemen ini dipenuhi oleh pendatang baru dan berjaya dimasanya.
Namun entah kenapa apartemen ini perlahan ditinggalkan oleh penghuninya, hingga akhirnya menyisakan beberapa orang yang masih bertahan di apartemen ini.
Kebanyakan mereka yang bertahan di apartemen ini adalah para lansia dan beberapa pegawai dengan penghasilan rendah maupun menengah. Selain harga sewa yang murah, tetangga apartemen ini sangat ramah dan hangat membuat mereka enggan meninggalkan apartemen.
Menurut rumor yang beredar, Apartemen Hunter memiliki penunggu. Namun tidak ada yang pernah melihat penunggu apartemen itu.
"Anak-anak, kita sudah sampai. Mari kita bawa barang-barang kalian menuju kamar yang telah disiapkan." ucap Kelvin dengan semangat.
"Kenapa ayah yang semangat sih?" Tanya Reihan yang cemberut melihat kelakuan ayah mereka.
"Tau tuh. Bahagia kali melihat anaknya menderita." Cibir Reiva sambil memutar matanya bosan.
Kelvin cengengesan mendengar jawaban kedua anak kembarnya. Andra segera keluar dari mobil lalu menuju bagasi dan mengeluarkan beberapa barang. Disusul oleh Kelvin dan sepasang bocah remaja kembar.
Mereka memasuki Apartemen Hunter dan melihat-lihat bangunan itu. Walaupun terlihat tua, namun bangunannya terlihat kokoh dan baik.
Mereka melintasi taman apartemen yang asri dan tanpa sengaja Reiva menginjak sebuah tutup selokan yang memiliki ukiran aneh.
'Mungkin ini hiasan' Batin Reiva, ia segera menyusul ayah dan kakaknya.
Mereka segera menuju lift dan menekan tombolnya. Setelah beberapa saat pintu lift terbuka dan mereka segera menekan tombol lantai enam.
Lift membawa mereka menuju lantai enam, setelah sampai pintu lift terbuka dan mereka segera membawa barang bawaan mereka menuju kamar 448.
Tanpa mereka sadari, seekor kucing oranye bermata biru menatap mereka dengan pandangan mata berbinar saat merasakan aura kedua remaja kembar tersebut. Kucing itu perlahan berubah menjadi seorang pemuda tampan bersurai pirang dengan mata biru yang indah.
.
.
.
.
Mereka telah tiba di kamar 448, Kelvin segera merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sebuah kunci kamar.
Ia menjulurkan kunci rumah itu pada lubang kunci hingga terdengar bunyi 'cklek', lalu Kelvin segera masuk disusul ketiga anaknya.
"Selamat datang di kamar 448. Dan kalian berdua bisa memilih kamar yang kalian suka." Ucap Kelvin dengan semangat.
Mereka melihat kamar itu dengan penuh penilaian. Kamar 448 memiliki 3 kamar tidur, dapur yang menyatu dengan ruang keluarga sekaligus menjadi ruang tamu yang dibatasi oleh sekat.
Di ruang tamu sekaligus ruang keluarga sudah terdapat sebuah sofa panjang dan sofa singel,terdapat sebuah meja bundar berukuran sedang di sana, sebuah TV yang terletak di dinding lengkap dengan DVD dan sebuah AC.
Sepasang bocah remaja kembar itu segera memilih kamar mereka dan melihat-lihat setiap ruangan.
Reiva memilih sebuah kamar yang memiliki sebuah kasur queen size, lemari pakaian, sebuah meja belajar dan meja rias. Lalu Reiva menata barangnya disana.
Reihan memilih kamar yang memiliki kasur queen size, lemari pakaian dan terdapat sebuah meja belajar serta cermin besar yang terpampang di dinding. Tanpa basa basi Reihan segera menata barangnya disana.
Setelah selesai, mereka segera menuju dapur. Dapur itu memiliki desain vintage yang elegan, terdapat beberapa laci tempat penyimpanan perabotan dan bumbu serta sebuah kulkas ada disana.
"Ini adalah apartemen milik ibu kalian dulu. Apa kalian menyukainya?" Ucap Kelvin sambil berjalan kedapur menghampiri kedua anak kembarnya.
" Ini apartemen ibu?" Tanya mereka penasaran.
"Benar, dulu apartemen ini milik ibu kalian. Jadi karena dia telah menikah, ibumu meninggalkan apartemen ini." Jelas Kelvin.
"Ayah, aku juga ingin tinggal di apartemen ini. Boleh yaa?" Permintaan Andra mengagetkan ketiga orang yang berada di ruangan itu.
Kedua bocah remaja kembar itu saling tatap dan Andra melirik kedua adiknya sambil memberikan kode mata dan tersenyum licik.
"Baiklah, besok ayah akan mengurusnya." jawab Kelvin tanpa menyadari senyum licik di wajah ketiga anaknya.
Mereka segera beranjak pergi mencari persediaan makanan karena tidak ada stok makanan di kulkas.
Sorepun tiba, mereka telah selesai membereskan barang dan perlengkapannya. Saat ini mereka telah berada di depan apartemen mengantarkan kepergian ayah dan kakaknya.
"Kami pulang dulu. Kalau kalian perlu sesuatu hubungi ayah ya." kata Kelvin berpamitan.
"Baik ayah. Jaga kesehatan ya. Hati-hati dijalan." pesan Reiva sambil memeluk ayahnya.
Kelvin segera memasuki mobilnya yang sudah ditunggu oleh Andra. Ia kemudian menstarter lalu dengan perlahan mobil itu melaju dijalan raya berbaur dengan mobil lainnya dan menghilang di pandangan mereka.
Apartemen Hunter memiliki letak yang cukup strategis, namun karena usia bangunan yang cukup tua, tidak banyak yang memilih bangunan ini karena akan roboh bila dihempas angin kencang.
Karena apartemen ini berada dibawah naungan Pradana Corp, bangunan ini telah direnovasi dalam waktu singkat, hanya bagian depan gedung saja yang terlihat kusam dan tua.
Mereka segera masuk kedalam apartemen, namun mereka merasakan aura horor samar-samar di gedung apartemen ini.
Namun aura horor yang mereka rasakan menghilang. Ketika sampai di taman apartemen, sebuah suara misterius mengagetkan mereka.
"Kalian pendatang baru ya?"
Mereka berdua menoleh dan tak menemukan siapapun.
"Kau mendengar suara itu, Kak Rei?" Tanya Reiva kepada Reihan.
"Mungkin kita salah dengar." Jawab Reihan. Pasalnya situasi saat ini sedang sepi, jadi siapa yang bertanya pada mereka?
"Kalian mengacuhkanku? Aku dibelakang kalian!" ucap sosok misterius itu dengan geram.
Mereka menoleh kebelakang dan melihat sesosok pemuda berambut pirang yang memiliki telinga runcing seperti telinga kucing dikepalanya.
Wajah pemuda itu ditutupi dengan topeng putih polos seutuhnya, sehingga tidak terlihat bagaimana rupa pemuda tersebut.
"Siapa kau?" Tanya Reihan penasaran.
"Kalian bisa melihatku?" tanya pemuda kucing itu.
"Tentu saja bisa. Bukankah tadi kau yang bertanya pada kami? Jadi ada apa?" tanya Reiva bertubi-tubi.
"Aku adalah penunggu apartemen Hunter ini. Untuk namaku kalian tidak berhak tau karena kalian tidak akan betah disini" Jawab pemuda kucing itu dengan sombong.
"Sombong sekali kau. Aku akan bertaruh jika kami akan betah disini pria aneh" Jawab Reiva jengkel dengan pemuda kucing dihadapannya.
"Ya, ya. . Asal kalian tau saja ya, sudah banyak orang yang pergi dari apartemen ini kurang dari sebulan lho."
"Aku tak peduli, cepat katakan apa taruhannya." Kata Reiva tak sabar, sedangkan Reihan hanya menatap perdebatan mereka dengan malas.
Tanpa mereka sadari, pemuda bertelinga kucing itu tersenyum misterius dibalik topeng polos yang digunakan nya. Telinga kucingnya bergerak lucu.
"Bocah ini menarik juga."
"Apa kau yakin?" Tanya pemuda kucing itu dengan senyuman mengejek di wajahnya yang tersembunyi di baling topeng aneh yang dia kenakan.
"Tentu saja. Apa kau mau meremehkan kami?" Tantang balik Reiva dengan bersemangat.
"Baiklah. Kita hanya melakukan satu permainan. Apa kau setuju?" Tanya pemuda kucing itu antusias.
"Tentu saja Aku setuju. Kak Rei, sebaiknya kau menjadi wasit saja." Lanjut Reiva sambil menoleh kearah Reihan yang hanya bisa diam dari tadi.
"Aku juga ingin ikut tantangan ini. Kalau kami menang, apa yang kami dapatkan?" Tanya Reihan yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perdebatan mereka.
"Kalau kalian menang, kalian bisa tinggal disini dan aku akan memberi tau identitas ku serta menjadi teman kalian. Aku ini kuat lho." Jawab pemuda kucing itu percaya diri.
"Kalau kalian kalah, kalian harus segera pergi meninggalkan apartemen ini." seringai nya kemudian.
"Baik, mari kita mulai taruhannya." tantang pemuda kucing itu.
Mereka berdiri di depan selokan dengan ukiran aneh. Ditangan mereka terdapat sebuah dadu. Mereka menyeringai licik kepada pemuda pirang dengan telinga kucing dihadapannya.
"Aku duluan." Ucap Reihan lalu ia melempar dadu kearah tutup selokan berukiran aneh itu.
Dadu Reihan terjatuh tepat diatas tutup selokan itu dengan dua digit membuat pemuda kucing itu tertawa mengejek.
"Ternyata kau payah sekali."
"Diamlah." Sungut Reihan kesal.
"Yosh! Sekarang giliranku." Ucap pemuda demgan telinga kucing itu dengan nada meremehkan. Tepat saat pemuda itu hendak melemparkan dadu miliknya, Reiva mengagetkan pemuda kucing itu membuat dadu miliknya meleset dan menampakkan satu digit.
"Baaa!!"
'Tuing' 'Klontang. .'
Reiva mengagetkan pemuda kucing itu hingga membuatnya berjengit. Alhasil lemparan nya meleset dan memantul sembarang arah hingga akhirnya berhenti tepat di pinggir tutup selokan yang menjadi targetnya.
Pemuda kucing itu menatap geram Reiva yang kini mengambil ancang-ancang untuk melempar dadu miliknya.
Lemparan Reiva mendarat sempurna di tutup selokan yang menjadi target mereka dengan menampilkan enam angka, gadis itu bersorak bahagia membuat pemuda kucing itu tidak terima dengan kekalahannya.
"Hei, kau curang." Protes pemuda kucing itu.
"Curang bagaimana? Bukannya dadu ku mendarat sempurna disana." Sengit Reiva tak terima.
"Tadi kau mengagetkan ku saat mencoba melemparkan dadu ku tadi."
"Apa kau tak mengakui kekalahanmu kucing pirang?" kali ini Reihan angkat bicara.
Apa tadi? Kucing pirang katanya?
Kepala pemuda kucing itu berkedut kesal dan langsung melayangkan protes.
"Hei, aku ini bukan kucing tau. Aku adalah penjaga apartemen ini, dan aku ini kuat lho. " Pemuda itu membela diri tak terima.
"Teruslah mengoceh kucing pirang, karena kami menang maka kami akan tinggal disini." Putus Reiva mutlak disertai anggukan Reihan.
Karena jengkel pemuda kucing itu mengeluarkan permen lolipop berbentuk tikus, dia membuka bungkusnya dan mengemutnya.
Reiva merampas permen itu dan memakannya, membuat pemuda kucing itu membelalakan matanya.
"Hei!! Kembalikan permen ku!! Kau tak boleh memakan permen itu. Aku tak mau menanggung akibatnya." Ucap pemuda kucing itu.
Reiva kemudian membagikan potongan permen itu kepada Reihan yang dengan senang hati menerima nya. Reihan memakan permen itu dan membuat pemuda kucing itu berkedut kesal.
"Aku tak peduli, pokoknya kau harus menepati janjimu." Ucap Reiva penuh penekanan.
"Baiklah" ucap pemuda kucing itu pasrah.
Pemuda itu membuka topeng wajahnya dan terlihatlah wajah tampan nan imut, mata biru langit dengan alis tajam dan rapi membuat para wanita menjerit histeris.
Kedua saudara kembar itu menatap tak percaya, mereka tak mengira akan melihat manusia bertelinga kucing seumur hidup mereka.
Pemuda itu memperkenalkan diri. "Perkenalkan, namaku Miana. Aku adalah siluman kucing penunggu apartemen ini."
"Aku Reihan dan dia adikku Reiva. Kami kembar tak identik dengan aku yang tertua 5 menit." Reihan memperkenalkan diri dan adiknya.
"Senang berkenalan dengan kalian. Aku harap kalian betah tinggal disini." Ucap Miana.
Karena sudah beranjak petang, mereka segera berpamitan menuju kamar mereka.
"Kami mau kekamar dulu, sampai jumpa." Pamit Reihan disusul oleh Reiva.
Mereka segera menuju lift dan menekan tombol lantai enam. Ketika tiba di lantai enam mereka merasakan aura horor yang mencekam. Mereka segera waspada dan muncullah sesosok makhluk hitam dengan mata merah yang menatapnya dengan kebencian di depan mereka.
Reiva dan Reihan kaget dan berteriak ketakutan. Makhluk itu menyerang sepasang saudara kembar tersebut, dengan reflek Reihan dan Reiva bersalto ke belakang menghindari serangan makhluk itu.
Mereka bertarung dengan sengit hingga akhirnya makhluk hitam itu lemah.
Saat hendak ingin memusnahkan makhluk tersebut tanpa sengaja Reiva melihat mata makhluk itu dan melihat masa lalunya.
Rupanya makhluk hitam itu adalah seorang pria yang meninggal karena tersengat listrik saat hendak memperbaiki listrik di salah satu kamar di gedung apartemen Hunter.
"Kak, jangan sakiti dia." Ucap Reiva mengagetkan Reihan yang hendak memusnahkan makhluk hitam itu.
"Kenapa? Apa kau melihat sesuatu?" Tanya Reihan penasaran akan tingkah Reiva yang tiba-tiba.
"Dia meninggal karena tersengat listrik tanpa ada yang mau menolongnya." Jawab Reiva.
"Sudah, sekarang kau sudah selesai memperbaikinya. Kau bisa pergi dengan tenang." Kata Reiva dengan lembut. Seketika makhluk hitam itu berubah menjadi sosok pria paruh baya yang transparan.
"Terimakasih sudah membebaskanku. Akhirnya aku bisa pergi dengan tenang. Selamat tinggal." Kata sosok transparan itu lalu seketika ia melesat ke angkasa sebelum akhirnya menghilang.
"Sudah ku duga kau memiliki kemampuan yang spesial." Ucap Miana mengagetkan Reihan dan Reiva.
"Apa maksud mu?"
"Orang yang memakan permen siluman kucing sepertiku akan memiliki kemampuan yang unik. Jadi orang tersebut harus mengikat kontrak denganku. Kalau tidak dia akan di serang oleh roh jahat, hantu dan siluman jahat lainnya." Jelas Miana panjang lebar.
"Apa keuntungannya jika aku mengikat kontrak dengan mu?" Tanya Reiva penasaran. Ia tak mau mengikat kontrak tanpa memberinya keuntungan.
"Aku bisa mengabulkan apapun permintaanmu, kecuali makhluk bernyawa. Bagaimana? Tapi kau harus bisa membebaskan satu makhluk untuk satu permintaan."
"Apapun?" Tanya Reiva memastikan.
Miana mengangguk antusias membuat Reiva menyeringai licik.
"Kami setuju" Ujar Reihan dan Reiva bersamaan.
"Nanti aku akan menemui kalian. Aku harus pergi dulu, sampai jumpa."
Miana segera menghilang dari hadapan sepasang remaja kembar tersebut dalam gunpalan asap.
'Poft'
Sepasang saudara kembar melanjutkan perjalanan mereka menuju unit 448 dengan fikiran yang masih memikirkan kejadian yang menimpa mereka hari ini.
♦♦♦
Di atas gedung apartemen Hunter, terlihat seorang pemuda bertelinga kucing tengah memandang langit yang bertabukan bintang dengan cahaya bulan sabit yang baru terbit diufuk timur. Fikiran pemuda itu berkelana entah kemana.
"Mereka memiliki kekuatan supranatural yang kuat, namun gadis itu sepertinya tidak bisa mengasah kemampuannya dengan benar." Guman Miana sambil menelengkan kepalanya dan memasang pose berfikir.
"Aku belum bisa percaya dengan manusia sepenuhnya. Tapi sepertinya mereka ini manusia yang baik." Gumannya lagi.
Miana segera beranjak meninggalkan atap apartemen dan menghilang dalam kepulan asap.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!