NovelToon NovelToon

Dimensional Collision And Alliance

Prolog

Empat orang pemberani dikejar sekelompok musuh, yang menembaki mereka. Salah satunya menyerang menggunakan sihir. Di sebuah jembatan panjang raksasa transparan seperti kaca dan, berbentuk aspal tanpa tanda putih di tengah jalannya. Alex tertembak di belakang bahu sebelah kanannya. Dia pun berjongkok dengan lutut kanannya, kesakitan, memegang lukanya itu.

"Alex...!!!" ujar Derek yang terkejut dan mencoba menolongnya. "Kalian pergi saja, biar aku mencoba menahan mereka."

"Tapi Reat?" tanya Derek. "Yakinlah dan tetap berharap, aku akan menyusul kalian nanti. Cepat pergi," jawabnya. "Ayo," suruh Derek. Mereka bertiga pun pergi. Derek mengaktifkan kekuatan perisainya, perisai tembus pandang yang tampak seperti perisai kaca namun bercahaya. Tembakan dan pancaran lontaran cahaya sihir terus menghantam perisainya, Reat terus menahan serangan-serangan tersebut.

Derek merasa khawatir, kemudian Derek ingin berbalik untuk membantunya, namun Farry melarang, "Jangan Derek, ayolah cepat, dia berjuang agar kita semua bisa selamat." Derek pun mengurungkan niatnya dan kembali berlari. Tak disangka-sangka, kemudian datanglah beberapa musuh dengan senapan lesernya berada di depan, salah satu kaptennya berkata, "Jangan bergerak, diam di situ." Para musuh itu pun maju mengelilingi mereka.

Derek pun mulai berpikir, dia mengeluarkan kekuatannya, keluar cahaya lewat kedua tangannya yang berasal dari tenaga, dia pun menghajar salah satu prajurit, di depannya lalu sampingnya dan melompat ke depan dan belakangnya. Diikuti dengan kedua kawannya itu. Dari jauh Reat datang berlari menuju mereka, "Hei...!!!"

Seketika pandangan musuh di sekitar mereka teralihkan kesempatan lebih pun muncul, mereka terus melawan para pasukan itu. Reat pun akhirnya sampai dan ikut meninju musuh itu, salah satu pasukan ditahan Derek dari belakang, dengan senjata musuh yang ia rebut, "Hei, turunkan senjata kalian." Para musuh merasa ragu, dan gerakan mereka semakin waspada. Mereka berjalan mundur dengan posisi badan di depan.

Akhirnya Derek menendang punggungnya dan membuatnya terlempar mengenai mereka. Reat, memberi serangan dahsyat dari jarak jauh, dengan tenaga dalam bercahaya mengenai mereka. Mereka pun kabur secepat mungkin.

Mereka terus berlari, hingga menemukan sebuah pesawat kecil untuk mereka kabur, "Itu pesawatnya," tunjuk Reat. Mereka menaikinya, "Ayo Alex kau pasti bisa," si Derek mendesak Alex yang sedang kesakitan mencoba meretasnya. Alex terus menerus menekan tombol, mengutak-atik, membongkar komponennya. Reat mulai turun dari pesawat mencoba menghalangi mereka. "Aku harap kau jangan sampai mati Reat," khawatir Derek. Beberapa menit kemudian mesin menyala, dan dia menarik tuasnya, pesawat pun terbang, "Yeah berhasil. Ayo kita tolong Reat." Mereka mencoba terbang ke arah Read.

Namun salah satu penyihir mengumpulkan banyak kekuatan besarnya, membentuk bola hitam yang semakin membesar.

Derek yang terkejut melihat itu pun menyuruh Alex, " Cepat Alex, serang dia, dia mencoba mengumpulkan kekuatannya." Namun tembakan laser beruntun menghalangi pandangan pesawat, dan salah satu serangan rpg mengenai pesawat, "Kita tinggalkan dia, kita pergi."

"Jangan," larang Derek. "Jika tidak kita juga akan tak selamat." Pesawat pun pergi dengan kecepatan lebih, kemudian serangan bola sihir mengenai belakang badan pesawat, hingga mereka di dalam terguncang, Alex berusaha melaraskan posisi terbang, berusaha menjauh.

"Maaf Reat, kami belum bisa menyelamatkanmu," keluh Alex. Mereka duduk dengan muka yang termenung. "Kita menuju daerah Pistolber Eritha, di sana kita akan mendapatkan bantuan, sekaligus pesawat ini akan diperbaiki."

"Heuuhh permainan yang sungguh sulit, misinya terlalu berat," keluh Farry memegang sticknya. "Kita harus menamatkan permainan ini," ucap Alex penuh ambisi. "Aku sudah membom markas mereka tadi," ucap Derek. Lalu meminum minuman soda kalengnya.

Bab 1: Kejadian tak biasa

Derek duduk di depan Alex dan Farry yang duduk bersebelahan ketiga sahabat berkumpul di ruangan kelas, Derek mengingatkan, “Eh Alex, aku meminta file video game itu, mana dia? Flashdisknya ada ku pinjamkan.”

“Oh iya, ini,” mengeluarkanya dari dalam tas dan mengembalikannya, “Ingat filenya begitu besar, 40.7 gb.” “Terima kasih.”

Alex menunjuknya, “Hei kau harus tau, video game tersebut sangatlah sulit, aku bahkan hampir 2 bulan menamatkannya.” “Iya gamer handal,” balasnya, sebenarnya dalam benaknya mengatakan, “Gamer cacat, bermain genre moba saja kau jadi beban tim.” “Hei kalian ada menonton film superhero berjudul The Nord Attack malam tadi di stasiun tv lokal?”

“Tidak kau saja,” balas Alex. “Tidak,” ucap Farry. “Kalian rugi tak menontonnya,” lanjutnya. “Derek sepertinya sedang membuat cerita baru,” lanjut Alex lagi dengan tatapan penasaran. “Tidak, itu kebanyakan, aku cukup melanjutkan cerita buatanku yang sudah ada,” bantah Derek.

“Bagaimana dengan permainan skateboardmu Farry?” tanya Derek, diikuti dengan Alex, “Iya Farry bagaimana?” Farry pun menjawab, “Seperti biasa, aku masih rutin mengikutinya.”

Derek mengeluarkan sebuah barang dari dalam tasnya masih memegangnya dengan kedua tangannya dan memperlihatkannya, “Ini lihat novel grafis ini, berkisah tentang seorang anak laki-laki yang berada di dimensi dunia rpg, melawan banyak monster-monster, berukuran raksasa. Aku pinjamkan, kalian harus membacanya, seru.” “Tidak, aku tidak suka baca,” tolak Farry. Alex mengambilnya dan melihat sebentar buku tersebut dan membukanya beberapa halaman, terlihat gambar-gambarnya dengan pedang berbentuk unik tak biasa nan menawan yang diangkat, halaman berikutnya monster raksasa bersayap yang teramat buas, halaman berikutnya lagi sabetan pedang besar dari seorang anak laki-laki melawan monster raksasa dengan senjata pemukulnya, kesemuanya berisi gambar bermuatan cerita. Alex pun mengembalikannya.

Kemudian datanglah seorang teman laki-laki mereka menghampiri yang tadi melihat dan mendengar percakapan mereka, “Boleh ku pinjam?” Derek tampak ragu dan diam sebentar, sebab bukan sahabat dekatnya. “Boleh,” sambil menyerahkannya. Dia mengambilnya, “Terima kasih,” kemudian membukanya sebentar, “Ini tampaknya bagus.” “Kau harus mengembalikannya setelah selesai membacanya.” “Tentu saja, akan ku kembalikan nanti secepatnya, ku hubungi, percayalah,” kemudian kembali ke kursinya.

“Bisakah kita malam ini pergi jalan-jalan dan juga mengobrol di suatu tempat, mungkin cafe, restauran, mall?” ajak Derek. “Aku tidak ikut, aku sekarang hanya ingin berada di rumah dan bermain video game,” Jawab Alex. Farry berbicara, “Aku juga tidak, aku mau istirahat nanti sambil menonton di depan televisi.” “Sebenarnya kalian punya waktu untuk itu,” balas Derek dengan ekspresi datar keheranan. “Maaf Derek, kami hari ini tidak bersuasana,” balas Farry. Lalu Alex ikut membenarkan, “Ya, itu benar.” “Baiklah, tak apa-apa,” lanjut Derek.

Derek melihat jam di ponsel pintarnya, “Hei, 9 menit lagi kelas akan dimulai.” Mereka pun bersiap-siap, waktu tiba seorang guru wanita muda berusia sekitar 30-an tahun masuk. Guru itu mengajar mata pelajaran biologi, mayoritas murid di sana dengan ekspresi wajah yang terlihat bosan. Di tengah kebosanannya itu, Derek menggambar suatu monster di buku pelajarannya, guru itu melihatnya dengan raut wajah yang penasaran, kemudian berjalan mendekatinya. Derek pun terkejut bergegas berusaha menutup halamannya dan membuka kembali halaman catatan pelajarannya, “Derek kau sedang apa, kau menggambar apa?” “Tidak bu,” dengan ekspresi yang terkejut. Guru itu mengambil bukunya, dan membuka halamannya itu melihat gambarnya. Wajah guru itu menatap Derek kembali, “Tetap fokus pada waktu pelajaran, kau bisa menggambarnya nanti, tapi jangan di buku pelajaran.”

“Maaf bu, iya,” dengan ekspresi tak nyaman. Guru itu mengembalikannya dan kembali berdiri di depan papan tulis, “Derek berdiri di tempat dudukmu, dan coba jelaskan sel-sel apa saja yang ada dan fungsi sel. Sudah kita jelaskan tadi.”

Derek pun berdiri dan kebingungan, “Itu... Itu...” Gurunya masih menatapnya dengan serius. Derek jadi teringat akan cerita fiksi yang dia baca dari buku tersebut, “Struktur dan fungsi sel adalah... Sel-sel terdiri dari sel A, sel D dan sel F. Ketiga sel tersebut membentuk suatu kehidupan, terbuat dari unsur-unsur alam secara alami, namun ketika ketiga sel itu dicoba digabungkan oleh adanya sebuah manesfetasi alam yang melakukannya. Maka meledaklah hingga membentuk makhluk buas dan ada yang berukuran raksasa. Membuat dimensi dunia menjadi kacau.”

Murid-murid yang lainnya keheranan, sebagian ragu dan sebagiannya lagi tertawa sedikit karena penjelasannya tak nyata dan dianggap lelucon.

“Sel-sel apa itu, ibu baru mendengarnya. Dari mana kau tau?” bingung gurunya.

“Dia pasti membacanya dari suatu cerita fiksi bu. Dia penggemar cerita terutama kisah-kisah fiksi,” ucap Farry sambil tersenyum. “Ya itu benar. Aku membacanya dari novel grafis berjudul Battle in Dimention, ku pikir di kisah fiksi pasti ada bagian penjelasan yang nyata, sebab kisah fiksi ada mengambil dari unsur yang nyata.”

“Fiksi tetaplah fiksi.” “Iya bu.”

“Sudahlah, kembali duduk.” Derek pun kembali duduk. “Bacalah bu, novel itu sangat menyenangkan,” ucapnya membayangkannya dalam hati karena tak berani mengatakannya, karena bisa dikira tak sopan dan akan muncul tanggapan yang tak mengenakkan dari guru itu.

Guru itu pun menjelaskan lagi, tentang jenis sel-sel dan fungsi sel tersebut dengan panjang lebar.

Setelah pulang ke rumah dan sarapan, mereka menjalani aktifitasnya masing-masing, Alex tak sabar dan bergegas melanjutkan lagi permainan video di konsolnya, bermain di depan layar tv. Derek segera bangkit dari berbaring di kasurnya, dan lanjut mengerjakan komik digitalnya di depan layar komputer, bercerita tentang superhero melawan para penjahat termasuk vilainnya. Sedangkan Ferry memodifikasi skateboardnya, mencoba-cobanya.

Setelah sekian jam mengerjakan komiknya, Derek mulai tidur di kasurnya. Ketika tertidur dia bermimpi, dia melihat pahlawan superheronya melawan penjahat vilainnya di atas kereta. Mereka bertarung dan melompat tampak seperti parkour. Villain itu menendang wajah seorang superhero, lalu berputar ke bawah menunduk menendang kakinya. Superhero itu terjatuh lalu menahan sebelah kaki Villain itu yang menginjaknya dengan menangkap kakinya dan memitingnya dengan kedua kakinya. Villain itu mulai melompat bergerak menginjaknya dengan kaki satunya, namun superhero itu langsung melepaskannya dan memundurkan badannya sendiri yang terlentang dengan meninjak atas atap kereta. Kemudian berdiri dan lanjut bertarung.

Pada malam harinya Derek menonton sendirian pertandingan hoki es pada jam 7 malam, tanpa ada yang menemani sampai jam 10 malam. Ketika dalam perjalanan pulang. Dia melihat ada kejadian yang tak biasa, tampak keren dan unik.

Orang dewasa berkostum bersinar seperti lampu neon lengkap dengan helmnya, sedang bertarung melawan monster raksasa berkaki empat merangkak dan berbuntut serta bergigi tajam, mirip seperti dinosaurus, tanpa senjata apa pun, hanya dengan kekuatan sendiri. Dia meninju, menendang dan menghindari serangan monster itu serta menangkis serangannya.

Melihat itu Derek pun mengeluarkan ponsel layar sentuhnya, merekam dengan memvideo dan memotret kejadian itu. Orang berkostum itu terhempas, lalu memegang ekornya dan memutar seperti gasing dan melemparkannya. Makhluk itu semakin marah, mereka terus bertarung tanpa sengaja monster itu melompat ke samping berganti posisi mengenai Derek hingga pingsan. Mobil polisi yang lewat pun melihat Derek yang sedang pingsan sendirian itu dan memasukkannya ke dalam mobil, lalu membuka ponselnya yang tak sempat terkunci, menelepon nomor ibunya yang tersimpan dari ponselnya dengan menyalin nomornya.

Keesokan paginya, ibunya, seorang dokter pria tua dan dua orang polisi pria dewasa terlihatnya ketika membuka matanya. “Nak, kedua polisi itu menemukanmu tadi tergelatak tertidur di jalanan.”

Salah satu polisi berkata, “Hei, jangan keluyuran sendirian tinggi malam.”

“Bu, aku tadi ada melihat orang berkostum tak biasa, dia bercahaya dan melawan sesosok monster besar, kira-kira sebesar beruang. Aku ada bukti rekamannya di ponselku,” lalu mengeluarkan ponselnya dari kantong pakaiannya mencari rekamannya, “Mana itu? Mana? Aku serius ada melihatnya, sudah ku rekam.” Kemudian menatap mereka lagi.

Dokter itu berkata, “Tenanglah nak, kau tampaknya berhalusinasi.”

Polisi itu kembali berkata, “Bu, jangan biarkan dia lagi keluyuran tinggi malam sendirian,” lalu menatap ke dokter, “Apakah dia tak mabuk atau ketiduran tadi?”

“Aku pingsan tadi. Terkena tabrakan dari monster itu,” bantah Derek menyambar pertanyaan.

“Kami permisi dulu ingin pergi, kami masih ada tugas lain,” kemudian mereka pergi.

“Iya, terima kasih,” kata ibu dan dokter itu. “Bu, anak ibu bisa istirahat dulu sebentar di sini, sebelum membawanya pulang,” kata dokter itu lalu meninggalkan ruangan. Ibu itu duduk di sebelahnya, “Nak, malam tadi ibu sempat khawatir, tiba-tiba ada seorang polisi menelepon ibu untuk mendatangimu di rumah sakit.”

Beberapa menit kemudian mereka pulang, di dalam mobil Derek bersikeras, “Ibu memang tak akan percaya kejadian ini, begitu juga dengan semua orang. Ini bukan halusinasi semata, ini memang sangatlah aneh, aku baru pertama kali melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Bahkan aku sempat tak sengaja bersentuhan dengannya.” Ibunya tetap diam mendengarkannya.

Bab 2: Mencari tau

“Derek, ibu peringatkan kau selama seminggu ini jangan keluar rumah, kecuali bersekolah atau bersama ibu atau anggota keluarga lainnya. Ibu tau ini sulit, tapi ini demi kebaikanmu juga. Mengerti?”

Derek diam sejenak merasa kecewa, ibunya mengangguk padanya untuk meminta jawaban. “Entahlah bu, tapi kejadian itu bukanlah kejahatan atau pun musibah biasa. Rasanya seperti berada di tempat lain.”

“Derek, mengerti?” “Iya bu,” ucapnya dengan nada suara yang tak rela.

Pada sore harinya, Derek menghubungi sahabatnya di sosial media grup persahabatan mereka. Panggilan kamera telepon diangkat. Farry tersenyum, “Hei bro, senang melihatmu.”

“Teman-teman, bisakah kita besok malam ke pinggir jalan sana? Ada hal penting, barangku jatuh dan hilang di sana. Kami sudah mencarinya tapi tak ketemu. Mungkin kita bisa tanya pada orang sekitar.” Farry terkejut, “Barang apa?”

“Kedua earphone bluetooth mahalku.”

“Oh, baik kami bantu,” lanjut Farry. “Tidak perlu menanyakan mengapa bisa terjatuh,” balas Derek. Farry mengusulkan, “Alex, bagaimana menurutmu? “Alex ragu sebentar lalu menjawab, “Itu pasti sudah dicuri orang.” “Tolonglah, temani aku mencarinya, itu barang berhargaku,” lanjut lagi Derek. “Baiklah,” kedua temannya pun menyetujuinya.

“Bagus,” mengakhiri panggilan, “Semoga saja ini bukanlah gejala-gejala gangguan halusinasi.”

“Bagaimana ini caraku bisa keluar rumah?” Lalu melihat jendelanya yang sudah dipasangkan pagar hiasan sejak lama. “Aku harus membuat alasan yang spesifik.” Seharian penuh Derek memikirkannya, “Ayolah,” Masih memikirkannya, “Aku harus cepat.”

Seketika Derek teringat temannya yang meminjam buku novel grafisnya itu, “Oh,” lalu membuat rencana drama bersama temannya itu dan kedua sahabatnya lewat sosial media. Alex berkata, “Mengapa tak kau jelaskan saja kau ingin mencari barangmu yang hilang itu?” “Dia tetap tidak mengijinkan, katanya relakan saja, percuma. Ayolah,” jawabnya.

“Bu, aku ingin menjenguk temanku yang sakit di rumahnya bersama kedua temanku. Aku ada meminjamkannya sebuah novel grafisku, aku ingin menjelaskan novelku itu padanya agar dia semakin bisa terhibur ketika kala sakit membacanya.”

“Siapa nama temanmu itu?” tanya ibunya. “Medrick. Medrick Lawson.” Ragu ibunya, “Mending tidak usah, itu tak penting. Kau pun juga baru habis sakit tertabrak pingsan.”

“Aku hanya pingsan bu, bukan sakit. Orang sakit terlebih lagi dia teman, sudah tentu kita harus mempedulikannya, dia perlu perhatian,” Lanjut Derek. “Memangnya sakit apa dia, sampai sebegitunya dia diperhatikan?” “Demam tinggi bu sejak beberapa hari lalu, kondisinya mulai membaik, dia temanku, kami harus menyemangatinya,” jawabnya. “Heuuhh…” Ibunya merasa dipaksa, “Baiklah, jenguk dia, tapi ingat jangan keluyuran setelah itu.” “Iya bu, terima kasih.”

Pada malam harinya mereka pergi ke rumahnya menggunakan mobil. Derek berkata, “Berhasil.” “Aku merasa berdosa ikut terlibat melakukan ini, tapi apa boleh buat, kita mencari punyamu yang hilang itu,” ucap Alex yang menyetir dengan sedikit menyesal.

“Ayo, cepat kita pergi ke sana,” lanjut Derek.

Setelah sampai di rumahnya Medrick, mereka masuk ke dalamnya agar ketika dicari tau ada yang percaya, dan hanya berbincang sebentar termasuk menceritakan drama bohong mereka tadi dengan perasaan tak nyaman. Hingga kebingungan ingin membicarakan apa lagi. Setelah keluar dari rumah Medrick, mereka pergi ke jalan itu dan tidak merasakan apa pun, lalu Derek menjelaskan, “Teman, sesungguhnya, waktu itu aku ada melihat seekor monster besar tak biasa mirip seperti dinosaurus, tapi sepertinya sebuas dengan monster yang ada di dalam kisah mitologi, monster itu sedang bertarung dengan seseorang yang mengenakan pakaian seperti robot militer melawannya. Makhluk itu ada menabrak diriku hingga pingsan di sini. Jadi aku ada membawa pistol untuk berjaga-jaga, jika diri kita mulai terkena bahaya.”

“Kau membohongi kami. Apa maksudnya ini?!” terheran-heran Farry. “Sampai sebegitunya kau Derek!” ucap Alex yang ikut terheran-heran juga. “Supaya kalian tidak menghindar ketakutan untuk ku ajak mencari tau ini, jika aku menceritakan yang sesungguhnya. Kalian lihat saja,” Derek mengeluarkan pistolnya. Kemudian mobil polisi datang melintas, bergegas dia menyimpan pistolnya. Polisi itu membuka kaca samping depan mobilnya, “Hei, apa yang kalian lakukan di sini?”

“Sedang lewat berjalan kaki, sambil berbincang-bincang di sini,” jawab Derek. “Kami habis dari rumah teman kami,” ucap Alex. “Aku baru saja sedang bercerita,” ucap Farry. “Para anak muda, baik, tetaplah berhati-hati ya,” ucapnya lalu menutup kacanya dan meninggalkan mereka. Lalu dibalas serentak, “Iya!”

Mengeluarkan pistolnya kembali. Kemudian malah muncul cahaya putih tak biasa menjulang seperti tiang besar, namun di sekelilingnya seperti pancaran senter, mereka terkejut dan terheran-heran, Derek mulai mendekati cahaya itu dan menyentuhnya, “Heuh? Cahaya, aneh bisa ada di sini.” “Derek?” Khawatir Farry. Lalu masuk ke dalamnya. “Derek menghilang,” ucap Alex. “Ayo kita masuk ke dalam,” Farry menarik tangannya ikut mengajaknya. Setelah mereka masuk.

Mereka turun dari tanah yang daratannya sedikit lebih tinggi, yang ukuran jaraknya sekira tangga satu pijakan, “Heuh, hampir saja,” terkejut Alex. Cahaya itu pun menghilang. Mereka melihat dua kubu yang saling berperang dengan senjata tembakan yang lebih canggih, berlaras panjang dan mengeluarkan peluru api dan peluru berlaser. Dan mereka sedang berada di tengah-tengahnya. Mereka berlari menghindar dan berlindung di tengah batu yang besar. “Astaga, ini mengerikan!!! Apa-apaan ini!!!” ucap Farry ketakutan, lalu menoleh ke Derek, “Derek kau ini!!!”

“Oh Sial!!! Hal aneh dan gila macam apa ini?!!!” Ucap Alex ketakutan. “Aku tak ada membawa kalian ke dalam masalah ini, aku tak tau ini, aku hanya ingin memeriksa apa yang ku alami waktu itu.” Lalu tanpa sengaja tembakan di arah belakang mereka mengarah ke batu tempat mereka berlindung tersebut membuat mereka semakin ketakutan. Mengarahkan pistolnya dan mencoba menembak mereka beberapa kali sambil berlindung.

Beberapa anggota kubu yang ada di depan mereka, yang melihatnya mulai berlari maju berhati-hati sambil mendekati mereka, “Ayo ikut kami,” lalu membawanya pergi dan melindunginya. Mereka mengira tiga orang itu berniat membantu mereka. “Mundur!!! Kita Mundur!!!” Mereka pun pergi dengan kendaraan darat mereka.

“Mereka terus mengejar kita!” ucap salah satu anggota. Mereka saling menembaki. “Lemparkan bom!” ucap ketua beri perintah. “Siap!”

Setelah sampai di markas mereka ketua itu bertanya, “Siapa kalian?” “Kami tak ada hubungannya dengan ini. Kami tersesat,” ucap Farry terengah-engah, lalu menunjuk Derek, “Dia...” “Aku tadi menembak hanya sedang merasa tegang dan terancam saja.” “Kami bukan siapa-siapa, hanya anak biasa, yang perlu ketenteraman hidup,” ucap Alex juga terengah-engah. Ketua itu melihat pistol Derek, lalu memegangnya dan melepaskan wadah pelurunya, “Pistol berpeluru api, bagaimana kalian bisa berada di sana? Mereka tadi juga ku lihat menembak kalian.”

“Dengar, kami mohon kami ingin pulang, dan sepertinya kami harus kembali ke sana, entah bagaimana, kami keluar dari cahaya portal itu yang ada di sana tadi tapi sudah menghilang,” Derek memohon. Lalu mengembalikan pistolnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!