Bukan hal yang mudah bagi seorang wanita yang dinikahi namun tidak dicintai. Tapi ini memang sebuah resiko yang dia ambil karena telah menandatangani kontrak yang sebelumnya telah dia setujui.
"Baca ini!"
Map Biru itu terlempar kuat diatas meja rias yang saat ini Soraya berada dihadapan kaca rias itu. Membuatnya terkejut dan dia ingin marah namun apa daya dia telah dikontrak menjadi istri selama 90 hari.
Hanya bisa menelan salivanya begitu dalam saat ini, dia pun menatap tajam kearah Derry Sanjaya yang berdiri angkuh tepat di samping kanannya itu.
"Tidak perlu, aku sudah membaca ini sebelumnya!" jawab Soraya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Oke kalau begitu mari kita mulai!"
Mau ditolak namun sudah kewajibannya sebagai istri sah dari pewaris tunggal keluarga Sanjaya ini. Namun pernikahan itu memang sah dimata agama tapi tidak dimata negara.
Mereka menikah secara diam-diam tanpa ada yang tahu dan bahkan keluarga dari kedua belah pihak itu tidak tahu sama sekali tentang pernikahan mereka tersebut.
Dan saat ini juga Soraya hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam. Dia membuka semua perhiasan pengantin itu.
"Hmmm.."
Hanya itu yang keluar dari mulut Derry saat ini, dia menikmati haruman dari tubuh Soraya tersebut. Membuatnya semakin bergairah dan akhirnya apa yang dia inginkan tumpah malam ini.
Satu jam berlalu, membuat pria itu lemas tak berdaya, sedangkan Soraya pula dia yang tidak menikmati sama sekali malam pertama ini membuatnya dengan cepat melarikan diri ke kamar mandi.
Di Bawah shower itu dia mengadu dan menangis sejadi-jadinya. Suara air yang kuat membuat Derry tak mendengar apapun di balik kamar mandi tersebut.
Lagi pula pria itu sudah benar-benar lemas dan tampak terlelap karena lelahnya berpacu dalam arena gulat tersebut. Dia melakukan itu dengan pelampiasan kemarahan bukan karena cinta atau kemauan.
Rasa kesalnya terhadap wanita yang dia cintai saat ini membuatnya memutuskan menikah walaupun belum 90 hari seperti yang dia ucapkan terhadap Fanni Rosita.
Sang kekasih yang saat ini sedang meniti karir di negara Dubai sebagai model terkenal dan 7 tahun menghabiskan waktu disana bersama Derry Sanjaya.
Akhirnya Derry memutuskan untuk pulang karena kesal dengan Fanni yang ketahuan pergi dengan lelaki lain tanpa seizin dirinya.
Bahkan Derry mengajak Fanni menikah dia menolaknya dengan mentah-mentah. Padahal cinta mereka telah disetujui oleh kedua belah pihak keluarga. Bahkan dari segi ekonomi Derry sangat tergolong mapan.
Teringat kembali Soraya saat ini, detik-detik dimana dirinya baru saja menjadi istri dari pewaris tunggal keluarga Sanjaya itu.
Padahal di perusahaan itu Soraya hanyalah staff bagian audit keuangan, dirinya juga kenal baik dengan kedua orang tua dari suaminya tersebut.
Namun apa daya dia saat ini hanyalah seorang istri diatas perjanjian 90 hari. Dia teringat tentang ijab kabul yang baru saja terlewati hari ini.
"Aku terima nikahnya Soraya binti Dermawan dengan mas kawin sepuluh bitcoin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai," ucap Derry dengan fasih tanpa cacat sedikitpun.
"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.
Sah….
Sah…
"Alhamdulillah," sahut penghulu.
Sah, mereka telah sah menjadi suami dan istri. Namun ini tetap tersembunyi.
Acara pernikahan itu selesai, tamu undangan yang hadir pun sudah bubar di tempat terpencil di sudut bandar kota Jakarta.
Tidak! Aku tidak menjual diriku!
Dia hampir merasa bahwa dia menjual dirinya, padahal dia sudah bergelar istri sah dimata agama walaupun tidak di mata negara saat ini.
"Setidaknya aku tidak berzina, aku adalah istrinya," ucapnya lagi sambil menghela nafas panjang dari sudut mata yang hampir sudah surut air mata.
Woi! Kenapa lama amat didalam?
Suara teriakan kembali terdengar kuat membuat Soraya terkejut saat ini.
Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam, tampaknya Soraya larut dalam lamunannya sendiri.
Ternyata dia sudah lama di dalam kamar mandi itu, dia pun dengan segera memakai pakaian mandinya yang berwarna putih itu.
Dia membuka pintu melintasi Derry yang berada diambang pintu kamar mandi tersebut, pria itu hanya menatap sekilas mata Soraya dan dia dengan cepat masuk.
Soraya kembali membereskan wajahnya di depan meja rias. Terkejut dia jam telah pun menunjukkan pukul tengah malam, begitu larut dia dalam kesedihan.
Derry berada didalam kamar mandi, entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang aneh dipikirannya saat ini.
"Hm..harum juga dia, rasanya aku seperti mimpi," ucap pria itu saat ini.
Entah mengapa dia yang marah karena pelampiasan terhadap kekasihnya tiba-tiba merasa ada sesuatu yang aneh terjadi di pikirannya saat ini.
"Ternyata dia bukan wanita sembarang," ucap Derry lagi.
Ketika Derry terbangun karena dia ingin buang air kecil terlihat di sprei putih itu bercak merah yang cukup membuktikan bahwa Soraya benar-benar wanita yang terjaga kesuciannya.
Padahal dia bukan sebentar tinggal di kota Jakarta yang memang terkenal dengan kota bebas ini. Namun Derry entah mengapa ada terbesit kagum sekaligus bangga dihatinya.
Ya! SORAYA bukanlah wanita ****** yang suka berdekatan dengan lelaki. Masa hidupnya dihabiskan untuk bekerja dan berkarir tinggi.
Ada banyak tanggungan hidupnya, beruntungnya dia terbilang sedikit lumayan di perantauan.
Dia lulusan sarjana management di kampus yang terkenal di negeri ini. Raya mendapat pekerjaan di perusahaan milik keluarga Derry.
Awalnya dahulu dia magang di sana, setelah lulus Raya menjadi karyawan tetap disana. Bahkan Soraya kini diangkat menjadi bagian dari Audit keuangan di perusahaan tersebut.
Sudah tujuh tahun Soraya bekerja disana, namun dia baru saja mengenal seorang Derry Sanjaya Yaitu CEO yang menggantikan ayahnya yang bernama Frans Sanjaya.
SANJAYA adalah kakek Derry yang memiliki tanah di seluruh wilayah negri ini, hingga pelosok-pelosok daerah.
Ayah Derry pula pewaris tunggal dari kakeknya tersebut. Zaman semakin maju, Tuan Frans Sanjaya pula yang lulusan terbaik dari luar negeri itu ternyata mempunyai otak yang cerdas untuk pengolahan tanah.
Semua perusahaan asing yang mengenal Tuan Frans pasti akan menanamkan modal di perusahaannya.
Bukan tanggung-tanggung, tanah itu disewa oleh perusahaan besar seperti pabrik plastik dari negara China.
Kini berkembang pesat di wilayah tersebut, dan berdiri pabrik-pabrik lainnya.
Sangat mudah untuk mendapatkan nasabah untuk tanah-tanah mereka tersebut. Tanah mereka yang mempunyai letak strategis membuat penyewa juga mendapat untung besar.
Saling menguntungkan, tahun ke tahun berjalan dengan lancar. Hingga saatnya tiba, Derry Sanjaya yang baru pulang dari negara Dubai yang terkenal hebat itu, sekarang menggantikan ayahnya yang terbilang sudah senja.
"Tidak! Aku tidak akan memikirkan wanita itu! Dia hanya istri 90 hari, aku yakin Fanni akan pulang dan kami akan menikah resmi," ucap Derry kembali dalam kamar mandi tersebut.
Walau dia marah terhadap kekasihnya tersebut, namun tak dipungkiri dia pria yang tidak mudah untuk menghilangkan cinta pertamanya.
Akankah 90 hari bisa berakhir dengan perceraian dan tanpa perasaan?
***
Malam pertama itu menjadi malam yang membuat keduanya membisu. Hingga akhirnya Derry memutuskan untuk meninggalkan Soraya sendirian di apartemen yang telah dia berikan kepada Soraya tersebut.
Tanpa kata pamit, dia berlalu setelah keluar dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi itu. Dia bahkan tidak menatap Soraya kembali yang masih terduduk diam di depan meja rias tersebut.
Tidak ada rasa sakit dihati Soraya, karena memang dia juga tidak mencintai pria itu sama sekali. Dia melakukan ini hanya untuk membantu keluarganya yang sedang banyak tertimpa musibah.
Kedua orang tuanya sudah renta. Bahkan sang ayah telah di rawat di rumah, dan setiap bulan harus cuci darah karena penyakit leukimia yang diidap sejak lama.
Ibunya pula terkena penyakit jantung yang terbilang akut saat ini. Kedua orang tuanya hanya mengharap biaya dari anak sulung mereka yaitu Soraya.
Soraya juga mempunyai tiga orang adik. Dua lelaki dan satu perempuan. Adik nomor dua Soraya saat ini sedang masuk kuliah dan biaya itu pun dari Soraya.
Sedangkan kedua adik lelaki nya lagi, masih bersekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, dan ini sangat banyak memakan biaya.
Banyak biaya yang harus Soraya keluarkan saat ini. Namun sekarang bukan halangan lagi, dia sangat mudah mengirim uang kepada orang tuanya di kampung.
Biaya mereka sudah tercukupi semua saat ini. Tepatnya lagi setelah Soraya menikah siri dengan bosnya sendiri yaitu Derry Sanjaya.
Pernikahan hanya karena pelampiasan ini masih terjalin. Detik-detik hampir tiba sekarang, Derry maupun Soraya sudah ada membuat perjanjian kontrak pernikahan mereka.
Hanya Sembilan puluh hari, namun tetap Derry juga penentu segalanya atas perjanjian tersebut. Malam ini, Derry tidak tinggal disana dia dengan cepat melajukan mobil mewahnya itum
Ini akan menjadi hal biasa yang di dapat oleh Soraya. Dia hanyalah penghangat dikala Derry kedinginan dan butuh pelukan, dan itu adalah resiko dirinya.
Ketika diperjalanan tiba-tiba terbesit kembali kekesalan Derry terhadap Fanni, dia teringat saat-saat pertengkaran mereka dan akhirnya Derry memutuskan untuk pulang ke Jakarta.
Kemarahan Derry terluap, ketika Fanni tidak ingin pulang ke negara asal mereka. Padahal saat itu, karir Fanni sudah terbilang naik, namun Fanni meminta waktu lagi kepada Derry .
Umur Derry dan Fanni memang sudah harus untuk menikah. Fanni sendiri tetap saja mengundur dan mengundurkannya terus.
Amarah Derry pun terluap, dimana dia melihat Fanni pergi dengan seorang pria di dubai yang memang tidak disukai oleh Derry.
Cerita sebulan yang lalu sebelum Derry balik ke negara asalnya.
"Sayang....ayo kita pulang, lalu kita menikah," ucap Derry lembut kala itu.
"Tolonglah mengerti aku Der, aku masih ingin berkarir, bukan menikah!" ucap nya sedikit naik suara.
"Apalagi yang mahu di capai?? aku punya segalanya, dan itu untukmu juga," ucap Derry.
"Ini cita-citaku Derry, sebentar lagi ya..." pintanya.
Derry yang sedang menahan geram di giginya, karena mengingat tentang Fanni yang baru saja dia pergoki pergi dengan lelaki yang tidak disukainya itu, sekarang pula ketika Derry mengajak nya untuk menikah, berulang kali lagi Fanni masih menolak.
"Baiklah.. Fanni! Aku akan pulang besok, aku akan tunggu kamu hanya dengan 90 hari setelah besok," ucap nya.
90 hari?" tanya Fanni.
"Ya!! jika kau tidak kembali juga, aku tidak akan pernah menikah denganmu!!" ancam Derry.
"Jangan mengancamku!" ucap Fanny kembali seolah tidak takut.
"Oh..baiklah, aku tidak akan pernah main-main dengan ucapanku!" bentak Derry .
"Kau pergilah Derry dari sini, aku tidak peduli dengan ancamanmu itu!" teriak Fanni geram.
Malam itu Derry pun pergi dari pandangan Fanni. Namun tetap saja seorang Derry tetap mencintai Fanni dengan penuh harapan yang tinggi terhadap fanni.
Shit….
Tiba-tiba dalam lamunan sambil menyetir itu membuat Derry tak konsentrasi saat mengendarai mobilnya. Hampir saja dia menabrak pembatas jalan raya saati ini.
"Sial! Fanni kau membuatku gila!" bentaknya sambil melajukan kembali mobil yang hampir terjadi kecelakaan itu.
Dia memang sulit mengendalikan emosi dan amarahnya. Namun dengan Fanni wanita yang dia cintai sejak lama itu membuatnya benar-benar hampir gila.
Dan akhirnya dia sampai di rumah orangtuanya saat ini. Tak biasanya dia pulang selarut ini, namun malam ini ada sebuah rasa yang bergejolak aneh di hati dan pikirannya.
Sebulan telah berlalu dia meninggalkan Fanni. Itu artinya jika hanya 90 hari dia ucapkan kepada Fanni waktu berjalan terus dan dia telah menikah dengan Soraya hari ini.
Tersisa enam puluh hari lagi, dia yang baru saja menikah dengan Soraya wanita yang hanya menjadi pelampiasan nafsu menjadi hasrat itu, tiba-tiba mengingat kembali pergulatan diatas ranjang apartemen itu.
"Dia luarbiasa, aku tak menyangka dia bisa menjaga dirinya di kota ini," ucapnya lagi sambil berbaring diatas kasur empuknya saat ini.
"Hmm harumnya juga berbeda, dia cukup membuatku melupakan Fanni sejenak tadi," ucapnya lagi.
"Hm..tetap saja dia wanita yang menginginkan uang dan uang!" umpatnya lagi.
Derry tidak tahu tentang diri Soraya yang sebenarnya. Dia melakukan pernikahan itu bukan dasar semata-mata karena cek 500 juta itu.
"Ah..lupakan istri kontrak itu, dia sama saja seperti wanita yang gila uang!" umpatnya kesal.
Dia ingin memejamkan matanya, namun bayang bercak darah dan wajah bersinar Soraya muncul di benaknya saat ini.
"Hus! Apa dia penyihir?"
"Kenapa denganku ini?"
Bertubi-tubi pertanyaan itu keluar dari mulutnya sendiri, bahkan dia sulit untuk memejamkan matanya.
"Aku baru mengenal wanita itu satu bulan, ya dia staff yang berbakat, wajahnya juga lumayan, tapi aku tidak akan mencintainya!"
Malam pun hampir berlalu saat ini, jika Derry tidak bisa tidur malam ini, sama halnya dengan Soraya dia pun masih terjaga dengan buku novel yang saat ini dia baca.
Hanyut bacaan itu di tangannya, matanya hampir mengeluarkan genangan airmata. Dia terus membuka lembar demi lembar cerita novel yang menyentuh hati itu.
"Siapalah aku ini, wanita yang mungkin hanya akan menikah 90 hari, dan setelah itu aku akan menjadi mawar yang layu di atas tangkai berduri," ucapnya dalam hati.
Dia merasa setelah 90 hari berakhir, dirinya akan menjadi janda dan pastinya pria mana yang mau menikah dengan wanita yang status jandanya pun tidak jelas.
Ya! Karena pernikahannya hanya sah dimata agama bukan negara. Hanya biasa membaca dengan hatinya yang penuh lara dan rahasia.
Akankah Derry memberikan cinta untuk istrinya?
Atau dia akan tetap menceraikannya setelah kekasih yang dia cintai nanti datang?
Karena memang Derry masih mencintai wanita yang bernama Fanni itu.
*****
Seminggu berlalu, saat ini pula setelah malam pertama itu Derry tidak juga kembali ke apartemen tersebut.
Soraya menghabiskan malamnya dengan sendiri selama seminggu ini, dia terbiasa dengan kesendirian. Tiba-tiba terdengar suara kaki melangkah dari arah pintunya.
"Hmm tidak mungkin dia," ucap Soraya kembali membuka lembaran novelnya.
Masih diambang pintu saja haruman dari tubuh Derry tercium, tidak dipungkiri pria itu benar-benar memakai parfume kelas dunia.
Tubuhnya kekar, wajahnya memang tampan tapi sayang dia arogan dan hanya penuh dendam pelampiasan, ucap Soraya dalam hatinya saat ini sambil tersenyum sedikit dan memukul kepalanya perlahan.
"Huh, ngapain aku mikirin lelaki arogan itu!" umpatnya lagi.
Masih menundukkan kepalanya saat ini, dia pun asyik membaca sampai tidak tahu siapa yang sedari tadi memperhatikan dirinya.
"Oh….siapa pria arogan?"
Tiba-tiba suara itu terdengar jelas, mata dan telinga Soraya saat ini mencoba mentelaah dengan benar.
"Apa dia yang benar datang?" ucap Soraya dalam hatinya.
"Hei, siapa pria arogan?" tanya Derry sekali lagi.
"Ha, eh kapan kau datang? Kenapa kau tidak menekan bell?" Soraya balik bertanya saat ini agar mengalihkan pembicaraan awal.
"Ini apartemen yang aku beli untukmu, jadi aku tidak perlu menekan bell, aku juga berhak masuk dan keluar sesuka hatiku!" ucapnya penuh angkuh.
"Oh ya kau benar," jawab Soraya singkat.
"Hei, wanita sombong! Jangan kau menghilangkan topik yang awal tadi, aku masih mendengar dan mengingat dengan jelas, kau mengatakan diriku arogan bukan?" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Soraya.
Mata Soraya sempat beradu sedikit dengan mata Derry, namun dia membuangnya dengan cepat. Tiba-tiba gemuruh hebat datang seperti hujan yang ingin meledak dalam jantung Soraya sast ini.
"Bukan, itu bukan kau!" ucap soraya lalu lari dari tempat duduknya saat ini.
"Ish..kenapa dia selalu lari dariku!'' umpat Derry kesal.
Tetap saja Soraya berlari meninggalkan Derry sendiri saat ini. Namun pria arogan keras kepala itu tidak tinggal diam, dia mengejar langkah kaki Soraya dengan cepat saat ini.
"Nah, kenak kau!" ucapnya yang saat ini meraih pinggang Soraya.
"Derry! Lepaskan aku!" ucap Soraya membentak.
"Tidak! Kau hakku!" jawab Derry enteng.
Membuat Soraya terpaku dengan ucapan itu. Ya, dia memang hak Derry, namun ucapan Derry terdengar tulus di telinganya.
"Hm..maksudku ya walaupun hanya 90 hari," ucapnya lagi dengan angkuh dan melepaskan pinggang istrinya itu.
Hanya ada anggukan yang keluar dari tubuh Soraya saat ini. Dia sadar diri dia hanya dibutuhkan dalam 90 hari tidak lebih dan tidak kurang dari itu.
Soraya melangkah sedikit lemah kearah kasur saat ini, entah mengapa Derry tampak seperti salah tingkah. Diapun masih belum bisa tidur juga, padahal seminggu tidak datang ke apartemen ini membuatnya rindu.
Entah rindu dengan apa dia sendiri pun tidak tahu apa yang dia rindukan.
"Raya, apa kau bisa masak?" tanya Derry memecahkan kebisuan diatas ranjang itu.
Soraya menoleh sejenak, dia yang sedari tadi membelakangi Derry dan membaca novel walaupun bacaan dan pikirannya entah kemana, namun pertanyaan Derry itu cukup aneh malam ini.
"Iya bisa," jawabnya singkat.
"Aku lapar," ucapnya dengan wajah sedikit memelas dan memegangi perut.
"Kau mau makan apa?" tanya Soraya.
"Nasi goreng, apa bisa?" tanyanya lagi.
"Oke tunggu sebentar," ucap Soraya lalu dia pun membenahi rambut panjangnya itu.
Piyama yang dia pakai cukup menarik perhatian dan mata jantan milik Derry saat ini. Setelah Soraya mengikat rambutnya makin terlihat leher jenjang putih mulus itu.
Derry menelan salivanya saat ini, sepertinya otak dan si kecilnya terkoneksi dengan sangat baik sekarang. Melihat Soraya berjalan ke ambang pintu dia ingin mengikuti wanita itu, namun gengsinya tinggi.
"Tidak, biarkan dia melayaniku seperti raja, karna kan dia sudah kubeli 500 juta," ucapnya dalam hati.
Dia pun menunggu di dalam kamar, sedangkan Soraya telahpun menuju dapur. Tampaknya wanita itu benar-benar serius akan membuatkan nasi goreng untuk Derry.
Masakan pertama untuk suami kontraknya itu. Walau hanya 90 hari yang akan berakhir tidak lama lagi, tetap saja dia suami Soraya.
Baginya melayani suami adalah pahala yang besar. Dan saat ini Soraya membuat nasi goreng yang tampak lumayan porsinya.
"Hmm nasi goreng hijau dengan telur dadar sosis, mungkin dia akan suka," ucap Soraya sambil meracik bahan di dapur.
Derry mencoba membuka novel yang Soraya selalu pegang dari tadi, namun haruman dari dapur membuat perutnya semakin berdendang saat ini.
"Apa yang dia masak?" tanta Derry dalam hatinya.
Entah mengapa pikirannya ingin mengintip sang istri memasak di dapur. Dia pun berjalan perlahan, seolah tanpa dosa memakai boxer dan bertelanjang dada.
Mengendap layaknya maling hanya karena ingin menutup gengsinya semata. Dia tersenyum melihat lihainya Soraya memasak bahkan tampak wajah wanita itu tulus melakukan pekerjaan tersebut.
"Humm, sepertinya ini lezat," ucap Soraya sambil mengambil piring untuk menaruh nasi goreng itu.
Melihat Soraya yang hampir selesai, Derry bergegas dengan cepat saat ini menuju kamar, agar dia tidak ketahuan kalau dari tadi mengintip Soraya masak di dapur.
"Huh! Untung aja aku cepat geraknya, kalau kagak turun harga diri Ceo Arogan," ucapnya.
Ya, selama sebulan ini dia menggantikan ayahnya itu, di perusahaan tersebut banyak yang mengatakan dia Arogan, angkuh sombong dan bahkan kurang bersosialisasi.
Padahal jiwa dari Derry tidak seperti itu. Dia hanya tidak ingin terlihat lemah dihadapan semua orang. Apalagi karena masalah percintaan yang terbilang hampir gagal itu.
Bagaimana mungkin dia yang memiliki segalanya bahkan wanita yang dia cintai tetap saja mengundur waktu untuk hidup bersama dalam ikatan yang sah.
"Tuan Derry Sanjaya,ini nasi goreng pesanan anda!" ucap Soraya berlagak cutek juga.
"Oke, terima kasih," ucapnya.
"Hmm..sebelum aku makan nasi goreng ini, kamu dulu deh yang cicipi," ucapnya pula.
"Lah, kenapa harus saya yang cicipi? Tadi di dapur sudah saya cicipi kok," ucapnya.
"Bukan begitu, saya tidak melihat kamu makan di dapur, saya takut kamu racuni saya dengan nasi goreng ini," jawab Derry dengan sengaja.
"Huh, dasar pria arogan tukang nuduh pula lagi!" Umpat Soraya kesal.
Derry menahan gelaknya saat ini, dia mengulum senyum lebarnya karena berhasil menjahili Soraya tengah malam buta seperti ini.
"Nih liat, aku udah makan dan pastinya aku itu bukan psikopat!" ucap Soraya.
"Oke, kalau begitu makanan ini aman, akan aku makan," ucap Derry santai.
Dengan lapah suapan pertama itu dia masukkan ke mulutnya. Matanya terpejam menikmati rasa nasi goreng hijau dengan telur dadar sosis buatan istrinya itu.
"Hmm luar biasa," tiba-tiba mulut Derry terucap seperti itu.
Soraya hampir mengeluarkan senyumnya, namun dia tidak ingin Derry mengetahui hal itu, dia pura-pura saja tidak dengar dengan ucapan Derry itu.
Sangkin enaknya nasi goreng itu,sampai ada nasi yang melekat di dagu Derry dia tidak sadar saat ini.
"Kalau makan itu jangan kayak anak kecil, nih ada nasi lengket di dagu!" ucap Soraya sambil mengambil nasi itu.
"Hei, jangan sentuh saya sembarang!" ucap Derry tiba-tiba dengan raut wajah marah.
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!