NovelToon NovelToon

Bodyguard Penjaga Hati

Satu

Toni Lion, seorang petarung bebas yang ditakuti setiap lawannya di atas ring, seperti nama panggilan yang di sematkan padanya LION, dia layaknya seekor singa, sang raja hutan yang bertahan hidup dengan keras seorang diri di tengah kehidupan yang kejam.

Toni seorang pemuda tampan berusia 27 tahun yang hidup seorang diri di tengah kerasnya kehidupan yang selalu membuatnya bertanya pada Tuhan untuk apa dirinya di ciptakan di dunia ini, sementara ibunya selalu terang terangan mengatakan padanya kalau dia tak pernah menginginkan kehadirannya di dunia ini, sedangkan ayahnya, sampai saat ini dia tak pernah tau dan tak pernah mengenal siapa ayahnya, namun lagi lagi pria bertubuh kekar atletis itu tak pernah memperdulikan hal itu, persetan dengan semua itu, baginya saat ini dia hanya berusaha bertahan menjalankan hidup agar ibunya dapat menyayangi atau bahkan sekedar menganggapnya ada saja, dia sudah bahagia, karena dia tak punya keluarga lain lagi selain ibunya.

Namun satu satunya orang yang di anggapnya keluarga yaitu ibunya sudah meninggalkan nya saat dirinya berusia 15 tahun, kini dia benar benar harus bertahan hidup sendirian di dunia yang sangat keras dan kejam ini, beruntungnya, semua kisah kelam dirinya kini mampu membuat dirinya tumbuh menjadi sosok yang kuat, sekuat singa !

***

"Lion, ada angin apa kau datang ke sini, bukankah tak ada pertarungan malam ini ?" Tanya Roland pemilik sasana tinju sekaligus penguasa bisnis gelap bawah tanah yang paling di takuti oleh para mafia kelas kakap, karena bisnis hitam di negeri ini berada di bawah kendali pria paruh baya berumur sekitar 59 tahun yang masih terlihat gagah dan berwibawa itu.

"Aku butuh uang, bisakah kau pinjamkan aku uang ?" Ucap Toni, manusia yang tak punya rasa takut, bahkan pada Rolan yang notabene hampir semua orang menaruh rasa hormat dan takut pada pria tua itu, tapi Toni bisa dengan santainya berbicara dengan gayanya yang cuek pada pria paruh baya itu.

Toni seakan tak ada takut takutnya pada Rolan, dimana biasanya orang lain akan menundukan kepalanya dan tak berani mengangkat kepalanya saat berbicara pada Rolan.

"Kau memang singa yang sebenarnya !" Tawa Rolan menggelegar seraya menepuk nepuk bahu pria muda di hadapannya itu, sungguh Rolan selalu merasa kagum dan penasaran dengan sikap keras Toni yang seperti tak pernah mempunyai obsesi apapun dalam hidupnya, kecuali untuk tetap hidup dan menjalani hidup dengan aturannya sendiri.

"Aku hanya perlu satu juta saja, aku akan membayarnya dari hasil pertarungan ku dua hari yang akan datang," ucap Toni tak ingin berbasa basi lebih lama.

"Aku sudah sering mengatakannya pada mu, bergabunglah dengan ku, maka kau akan berlimpah harta, tak akan kekurangan uang dan tak perlu hidup menggembel seperti ini !" Kata Rolan, yang rasanya sudah ribuan kali mengajak Toni untuk ikut bergabung dengan kelompok mafia yang di pimpinnya, namun sang singa itu selalu menolaknya, bahkan meski Rolan menawarkan jabatan penting dan bayaran yang tidak sedikit padanya.

"Aku belum tertarik !" Jawabnya santai dan tetkesan sedikit cuek.

Rolan menghela nafas dalam, dia tau yang sedang di hadapinya saat ini adalah Toni Lion, mahluk keras kepala yang tak bisa di atur dan tak bisa hidup di bawah kendali siapapun, kebebasan dalam hidupnya tak bisa di ganggu gugat oleh siapa pun, dia hanya ingin hidup dengan aturannya sendiri, dan tak ada satu orang pun yang boleh mengatur apalagi mengendalikan hidupnya.

"Temani aku menemui seseorang, dan aku akan memberikan uang yang kau butuhkan !" Tawar Rolan mencoba memanfaatkan situasi dimana Toni sepertinya saat ini sangat membutuhkan uang, dan kemungkinan dia menerima tawarannya kemungkinan akan sangat besar.

Toni sedikit berpikir dan merenung sejenak, andai saja ibu kost yang cerewet itu tak terus menerus datang untuk menagih uang bulanan yang sudah terlambat satu minggu tak di bayarnya dan ibu kost itu tak terus menerus mengganggu tidurnya, rasanya Toni enggan untuk ikut terlibat dalam urusan Rolan, tentu saja Toni tau bisnis apa yang di geluti Rolan, namun Toni tak pernah ambil pusing dengan apa yang di kerjakan oleh orang lain selama orang itu tak menyenggol nya, dia tak ingin mengganggu bisnis orang lain, apapun itu, toh tidak merugikan dirinya.

Bukan maksud sok suci atau merasa dirinya paling benar, selama ini hidupnya pun tak lurus lurus amat, hanya saja Toni paling anti berada di bawah kendali orang lain sehingga kegiatannya merasa di batasi dan terikat aturan, itu yang Toni hindari selama ini.

"Hanya sekali ini saja, bukan ?" Tanya Toni yang kemudian di jawab dengan anggukan kepala Rolan.

Seulas senyum terlihat menghiasi bibir pria paruh baya itu, Rolan merasa telah berhasil membujuk Toni untuk turut serta dalam pekerjaan kotornya dan berharap pria angkuh itu akan ketagihan untuk terus ikut bekerja kembali bekerja di waktu yang akan datang.

Dua

Malam itu waktu yang di tentukan untuk Toni menjalankan tugasnya, yaitu mengantar atau lebih tepatnya mengawal Roland bertemu dengan salah satu kolega bisnis haramnya.

Sayang sekali, malam ini pertandingan sedang libur, andai malam ini ada pertandingan, tentu saja Toni akan memilih bertarung di atas ring untuk mendapatkan uang, dan menyumpal mulut cerewet ibu kostnya dari pada harus menjadi anjng penjaga bagi pria tua itu.

"Kau sudah siap ?" Tanya Rolan menghampiri Toni yang sedang berdiri di samping mobil mewah milik ketua mafia itu.

"Tunggu, aku minta bayaran tiga juta tupiah untuk pekerjaan malam ini !" Kata Toni, dia ingin membayar uang kostnya untuk beberapa bulan ke depan agar dia tak di ganggu oleh ibu kostnya dan tidak kebingungan mencari uang dadakan saat kepepet membayar tagihan, sehingga tak harus melakukan pekerjaan menyebalkan seperti ini lagi, pikirnya.

"Aku akan membayar mu lima juta rupiah, di muka !" Rolan merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah pecahan seratus ribuan sejumlah lima juta rupiah, dan menyodorkannya ke hadapan Toni.

Toni hanya mengangkat kedua bahunya acuh, menerima uang itu dari tangan Rolan dan memasukannya ke dalam saku jaketnya.

Toni lalu memasuk ke dalam kendaraan mewah itu, duduk di balik kemudi, dan mulai menghidupkan mesin.

Setelah berkendara hampir satu jam lamanya, tanpa banyak terlibat pembicaraan di antara mereka, akhirnya Rolan yang duduk di kursi penumpang itu memerintahkan Toni untuk menepikan kendaraannya di bahu jalan.

Mata pria tua itu terlihat lincah mengamati keadaan sekitar, seakan tak ada satu sudut pun yang terlewati dari sapuan pandangan mata tajamnya.

"Aman, ayo kita parkir di depan gedung tua itu !" Pria paruh baya itu kembali memerintah, sambil menunjuk sebuah bangunan yang tampak tidak terurus di tepi sebuah jalan sepi di pinggiran kota yang jauh dari keramaian, tak ada bangunan lain selain gudang tua itu di sekitar sana, suasana di kawasan yang di dominasi perkebunan pohon karet itu terlihat sangat mencekam, namun tak membuat nyali Toni menciut sedikit pun.

Tak ayal sikap arogan pria paruh baya itu membuat Toni sedikit merasa kesal karena sikap bossy Rolan.

Toni mengenakan topi, kacamata hitam, dan tak lupa memakai masker nya saat Rolan memintanya untuk turun dan menemaninya bertemu kolega bisnisnya itu.

Toni tak ingin wajahnya di kenali di kalangan para

penggiat dan pelaku dunia bisnis hitam itu.

Toni yang sengaja menyembunyikan identitas dirinya itu memilih diam dan tak ikut banyak terlibat dengan urusan Rolan dan kliennya, tugasnya saat ini hanya mengawal Rolan yang berbincang dengan seorang pria berumur sekitar tiga puluh tahunan itu, sejauh yang dapat Toni tangkap dari percakapan mereka, dapat Toni simpulkan kalau pria itu ingin memesan narkoba dengan jumlah yang lumayan banyak pada Rolan, dan sepertinya dia pemain baru di dunia hitam, bisa terlihat dari sikapnya yang masih seperti canggung dan penuh curiga pada orang sekitarnya.

"Ah, dia Lion, orang kepercayaan ku, tenang saja, dia sangat aman, aku menjamin nya," Rolan seakan mengerti dengan ketakutan dan keragu raguan lawan bicaranya, karena beberapa kali pria itu melirik ke arah Toni yang seakan tak peduli dan tak tertarik dengan percakapan bisnis mereka.

Entah mengapa diam diam Toni memperhatikan pria yang di temani seorang wanita berpenampilan sangat mentereng dengan pakaian yang minim itu dari balik kacamata hitam yang di pakainya, mungkin karena wanita berbaju sekkssi yang mendampingi pria itu terlihat terus menempel dan menggelayut pada pria lawan bicara Rolan itu, sehingga menggelitik Toni untuk memperhatikan gerak gerik pasangan itu.

Hanya menghabiskan waktu sekitar empat puluh lima menit saja, pembicaraan di antara kedua orang itu telah berakhir.

"Wanita tadi istri dari pengusaha terkenal Arsan Lubis, sepertinya kaua tertarik pada wanita itu, kau bisa dengan mudah mendapatkannya, dia wanita kesepian, karena suaminya sepertinya sudah tak bisa memuaskan nya di ranjang," beber Rolan seraya tertawa renyah.

"Cih, dia bukan tipe ku," decih Toni.

"Apa pria tadi itu suaminya ? Sepertinya dia masih terlihat muda, apa dia impoten ?" lanjut Toni iseng iseng menyelidik.

"Pria itu Martin, selingkuhan nyonya pengusaha itu, sepertinya nyonya pengusaha itu yang mendanai pembelian barang Martin padaku, dulu dia hanya bandar kecil, sekarang dia ingin memulai bisnis besar dengan mengajukan kerja sama dengan ku," urai Rolan menceritakan siapa pria yang bernama Martin yang akan menjadi rekanan bisnisnya itu.

Tapi Toni sepertinya tidak begitu tertarik, dia lebih tertarik untuk melajukan kendaraannya sekencang mungkin agar cepat sampai di rumah dan itu berarti pekerjaannya akan cepat selesai.

Tiga

Setelah memberikan uang kost pada ibu pemilik kostnya yang cerewet itu untuk setahun ke depan, kini uang yang tersisa di tangannya hanya tinggal dua ratus ribu saja, uang kost yang perbulannya seharga empat ratus ribu rupiah itu telah Toni bayarkan untuk satu tahun ke depan, setidaknya dia tak akan di ganggu ibu cerewet itu satu tahun lamanya.

Kamar kost sederhana yang hanya terdiri dari kamar berukuran 4x4 meter dengan fasilitas kamar mandi di dalam itu sudah sekitar tiga tahun ini dia tempati, sebelumnya dia selalu berpindah pindah tempat karena alasan lingkungan yang kurang nyaman menurutnya.

Hanya ada kasur busa tanpa ranjang, dan lemari plastik setinggi dadanya di kamar itu, tak ada barang lain, lagi pula tempat itu hanya tempat untuk dirinya tidur sesekali saja, biasanya dia sering menghabiskan waktu di sasana sampai menjelang pagi, apalagi bila sedang banyak pertandingan, dia akan berhari hari berada di sasana untuk berlatih dan mempersiapkan pertandingan.

Tak jarang dirinya juga menghabiskan waktu di sebuah klub malam milik Rolan untuk sekedar membuang penat dan meminum minuman beralkohol yang selalu di berikan secara gratis khusus untuk dirinya dari Rolan.

Seperti malam itu, meski waktu sudah menunjukkan pukul satu di i hari, karena Toni tak bisa memejamkan matanya, dia memutuskan untuk pergi ke klub malam tempat biasa dia menyendiri di temani minuman memabukan.

"Abang...sini duduk gabung sama Cila !" seru Cila yang merupakan putri satu satunya Rolan yang sejak lama menyukai pria dingin itu.

Entah berapa ribu kali Cila menyatakan cintanya pada Toni, dan ribuan kali juga Toni menolak cintanya mulai dari alasan halus sampai menolaknya dengan tegas.

Toni sudah menganggap Cila seperti adiknya sendiri, jadi sangat tak mungkin baginya mempunyai perasaan lebih pada gadis berumur 23 tahun itu.

Toni menghampiri Cila yang sedang duduk bersama dua orang temannya, seperti biasanya, Cila dan teman teman kalangan atasnya sedang bersenang senang malam itu.

"Mabok terus, nih bocah. Mau jadi apa cewek kok jam segini masih keluyuran !" omel Toni yang memang sudah sangat akrab dan terbiasa mengomeli Cila bak adiknya sendiri.

"Apa sih bang, Cila udah gede kali, udah 23 tahun, bukan anak SMP !" cebik gadis itu memutar bola matanya.

Salah satu teman Cila yang sepertinya mabuk berat di jemput pulang oleh pria yang sepertinya supirnya atau sejenisnya, karena terlihat dari sikapnya yang terkesan sangat sungkan saat memapah gadis penghambur kekayaan orang tuanya itu.

"Kenalin bang, ini Raya, temen sekolah Cila dulu waktu SMU," Cila mengenalkan satu satunya teman yang kini tersisa di mejanya.

Gadis yang di sebut Cila bernama Raya itu menyodorkan tangan untuk bersalaman, namun Toni tak menyambut uluran tangan gadis itu, Toni malah memberinya senyuman sinis yang membuat gadis bernama Raya itu kesal.

"Dia siapanya lo, sih ? Belagu banget !" ucapnya marah, dalam sejarahnya tak ada satu pun pria yang berani mengabaikan dirinya dengan kecantikan yang dia punya, apalagi mengingat latar belakang dia yang merupakan seorang nona muda kaya raya, bisa di pastikan semua pria bertekuk lutut di hadapannya.

"Sorry, pacar gue emang agak dingin gitu sama cewek lain soalnya dia cuma bisa manis sama gue doang !" ucap Cila seraya menggelayut manja di lengan kekar Toni.

Raya hanya memutar bola matanya jengah.

"Iya, lo doang yang punya pacar di dunia ini, orang lain jomblo semua !" sarkas Raya dengan nada kesal.

Sementara Toni terus saja menikmati minuman yang tersaji di meja, tanpa memperdulikan perbincangan dua gadis yang menurutnya hanya gadis gadis manja, yang hanya tau berfoya foya dan menghambur hamburkan uang orang tuanya untuk hal hal yang tak berguna.

"Sayang, apa sudah lama menunggu, !" sapa seorang pria yang lalu mencium sekilas pipi Raya dari balik punggungnya.

"Hai sayang, lama banget kamu, aku bete, liat tuh Cila pacaran, aku sendirian dari tadi !" rengek Raya manja sambil menunjuk Cila yang masih bergelayut manja di lengan Toni.

"Nih, gue kenalin tunangan gue, gak kalah ganteng dari pacar lo kan,!?" Raya meniru gaya Cila yang bergelayut di lengan Toni, tanpa dia sadari kalau dia saat ini sedang mengakui kalau wajah Toni memang ganteng.

"Cih, gantengan pacar gue lah, pacar lo kayak om om, udah tua !" ejek Cila tak terima.

Toni mengangkat pandangannya dan tergelitik untuk melirik pria yang sedang di ejek Cila yang katanya merupakan tunangan dari temannya itu.

Toni sedikit mengerutkan kedua alisnya, pria di hadapannya itu ternyata pria yang tadi baru saja melakukan pertemuan dengan Rolan ayah Cila.

Pria yang di ketahuinya bernama Martin yang menurut Rolan adalah selingkuhan seorang istri pengusaha ternama itu tenyata tunangan gadis itu, Toni yang biasanya cuek dan tak pernah mau peduli dengan urusan orang lain itu tiba tiba merasa iba pada gadis bernama Raya yang sepertinya sedang di permainkan Martin itu.

Entah apa tujuan martin memacari nona muda seperti Raya, sementara dirinya merupakan simpanan nyonya kaya raya.

"Tunangan mu ? Sebaiknya pikir pikir lagi, jangan sampai kecewa suatu hari nanti,!" ucap Toni datar sambil menatap tajam mata Raya yang terlihat tidak suka dengan gaya bicara Toni yang terkesan tengil dan kurang ajar itu.

"Apa maksud mu bung ?!" Martin menggebrag meja karena merasa tidak terima dengan apa yang di ucapkan Toni barusan.

"Aku berbicara pada gadis itu, bukan pada mu !" kata Toni, matanya masih tetap menyalang tertuju pada mata Raya yang juga menatapnya tajam.

"Kau mau mencari gara gara dengan ku, huh ?!" Martin bangkit dari tempatnya duduk hendak menghampiri Toni yang masih duduk dengan tenang menikmati minuman di dalam gelasnya sambil memandangi Raya secara intens.

"Jaga mata mu dari tunangan ku, kalau kau tak ingin kehilangan penglihatan mu untuk selamanya !" tunjuk Martin merasa sangat marah karena Toni terus memandangi wajah Raya yang merupakan tunangannya itu.

"Ayo sayang, kita pulang saja, jangan pedulikan orang gila itu, sorry Cil, pacar lo kayaknya sakit jiwa !" umpat Raya, sambil menarik lengan Martin agar segera membawanya pergi dari tempat itu.

Sungguh Raya tak habis pikir, kenapa ada pria se menyebalkan itu di muka bumi ini, dan ini merupakan pengalaman pertamanya di perlakukan dingin dan tak sopan oleh seorang pria, apalagi pria itu baru saja di kenalnya, dan tidak pernah bertemu sebelumnya.

Martin terpaksa mengikuti ajakan Raya untuk meninggalkan klub malam saat itu, padahal sungguh besar keinginannya untuk menghajar pria sok jago tadi yang sudah dengan lancang menatap tunangannya di depan matanya dan mencoba menghasut Raya atas hubungan mereka, tentu saja itu sangat membuatnya marah, dan bersumpah suatu hari nanti jika sampai dia bertemu lagi dengan pria itu, dia akan menghajarnya tanpa ampun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!