"Akhhhhh," pekik Camelia saat dia bangun dari tidurnya dan melihat sesosok makhluk tampan sedang tidur sambil bertelanjang dada. Dia langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang polos tanpa sehelai benangpun.
Makhluk tampan itu mengerejapkan matanya. Dia menoleh ke samping ke arah sumber suara. Namun, saat dia melihat makhluk jadi-jadian di depannya, dia malah ikut memekik.
"Kau siapa?" tanya Kent dengan nada suara tiga oktaf nya.
"Hikssss... Kak. Aku Garbera, sepupu Kak Viola, apa yang sudah Kakak lakukan padaku?. Hikssss... Aku masih gadis di bawah umur Kak.. Kenapa kau tega melakukan ini?," ucap Camelia sambil menangis tersedu-sedu.
Kent mengerutkan keningnya bingung. Dia memijit pelipisnya. Kepalanya memang sedikit berdenyut. Apa yang sebenarnya terjadi? benarkah dia melakukan ini? pada gadis kecil ini? apa mungkin? dia selalu menganggap wanita adalah makhluk jadi-jadian. Lalu bagaimana dia bisa berakhir di atas ranjang dengan wanita ini.
"Aku tidak tahu. Aku tidak ingat apapun," ucap Kent dengan sura yang sangat pelan. Dia memang tidak menyukai wanita, tapi kalau sampai dia melakukannya, dia sudah salah besar bukan.
"Huaaaaa... Hikssss... Kakak harus bertanggung jawab. Bagaimana kalau akau hamil Kak? aku masih kuliah. Umurku baru 20 tahun, aku gak mau jadi single Mom di usia muda. Hikssss...Mama, anak mu sudah di nodai Ma," teriak Camelia yang tangisannya semakin menjadi.
Kent mengacak rambutnya frustasi. Wanita di sampingnya ini sangat berisik. Dia masih bingung, dan otaknya malah semakin buntu saat dia mendengar lengkingan sura Garbera. Ya, Garbera, nama gadis kecil ini adalah Garbera.
Brakkkkkk... Pintu kamar hotel itu di buka dengan kasar oleh beberapa orang dari luar. Nyonya Zinia langsung berlari ketika melihat putri semata wayangnya sedang menagis tersedu-sedu di atas ranjang bersama dengan pria yang akan menikah dengan kakak sepupu Garbera yaitu Viola.
"Ma!" teriak Camelia saat melihat Zinia berlari ke arahnya. Dia mengais semakin kencang di pelukan Zinia.
"Apa yang terjadi Sayang?" tanya Zinia sambil menelisik tubuh bagian atas anaknya.
Deg... Hati Zinia bagai di tusuk ratusan anak panah saat dia melihat tanda-tanda merah kebiruan yang ada di leher, pundak dan juga di dada bagian atas putrinya. Apa Bella-nya mendapat pelecehan dari bajingan yang ada di sampingnya? ini tidak mungkin , bagaimana bisa?....
Bughhhhh..... Bughhhhhh.... Davindra menghajar wajah Kent beberapa kali. "Bajingan kau! berani-beraninya kau berbuat hal kotor kepada anak ku. Kau sudah bosan hidup hah?"...
Bughhhh.... Bughhhhh.... Kent tersungkur di atas ranjang. Sebenarnya dia bisa saja melawan kalau dia ingin. Hanya saja, keadaan nya tidak memungkinkan untuk dia melakukan perlawanan. Dalam posisi ini, dialah yang salah, dia memang pantas di hajar. Davindra ingin kembali memukul Kent. Dia bahkan sudah naik ke tubuh pria itu sambil mencengkram kuat leher Kent.
"Cukup," teriak seorang pria paruh baya pada Davindra. Pria paruh baya itu menarik tubuh Davindra dan membawanya turun dari atas ranjang.
"Kau bisa membunuhnya kalau kau bersikap gegabah seperti ini. Aku ayahnya Kent. Navaro. Aku akan memberimu dua pilihan. Laporkan Anakku ke pihak yang berwajib, atau, biarkan Kent menikah dengan putrimu."
"Pa!" teriak Kent yang akan menyela. Bukannya hari ini dia harus menikahi Viola, kenapa sekarang dia malah harus menikahi gadis tengil ini. Ayahnya menyuruh Kent untuk poligami atau bagaimana...
"Diam kau Kent!" geram Navarro dengan wajah dinginnya.
Kent bungkam. Baiklah, untuk saat ini, dia hanya bisa diam dan menerima apapun yang akan di putuskan oleh ayahnya.
Beberapa jam yang lalu di sebuah hotel terbesar di kota C.
Seperti rencana Camelia sebelumnya. Hari ini di acara pernikahan Kent dan Viola, Camelia sudah bersiap dengan 1001 siasat yang sudah dia atur sedemikian rupa supaya dia bisa menggalakan pernikahan sepupunya itu. Anggaplah dia jahat, tapi dia melakukan ini untuk mencegah kehancuran Kent di masa depan. Meskipun dia belum bisa membayangkan bagaimana konsekuensi yang akan dia hadapi di masa depan, demi Kent. Demi laki-laki dingin namun tampan itu, dia rela melakukan apapun. Ambisi seorang anak remaja memang berapi-api bukan?...
"Kak!" panggil Camelia pada seorang pelayan yang ada di pesta pernikahan Viola dan Kent.
"Ada apa Nona?" tanya pelayan itu sambil mendekat ke arah Camelia.
"Aku punya sesuatu untuk mu." Camelia menyodorkan sebuah cincin berlian yang sangat cantik kepada pelayan laki-laki itu. Pelayan itu agak menjauhkan tubuhnya dari Camelia.
"Maaf Nona, saya sudah punya kekasih," ucapnya polos.
Camelia seketika menepuk jidatnya. Pelayan ini rupanya salah faham karena dia berbicara tidak sampai tuntas. Kebiasaan bicara orang-orang seperti Camelia memang selalu di salah fahami.
"Eishhhh... Bukan itu maksudku. Kau boleh mengambil cincin berlian ini. Tapi, ada satu syarat," bisik Camelia lagi.
"Syaratnya apa Kak?"
"Kau membawa wine bukan?" tanya Camelia, pelayan itu mengangguk. "Masukan obat ini ke dalam gelas yang berisi wine, ini hanya obat tidur. Kau tidak perlu khawatir. Dan ya, setelah kau masukan obat ini, kau berikan wine ini pada laki-laki yang ada di pojok sana," tunjuk Camelia pada laki-laki tampan yang sudah rapih mengenakan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu.
"Bukankah beliau adalah calon mempelai pria Nona? aku tidak mau terlibat masalah," ucapnya lagi.
"Kau ini. Dia itu memang mempelai pria. Tapi dulu dia adalah kekasiku, dan sepupuku menjebaknya dengan cara yang sangat licik. Aku harus menghentikan akal busuk sepupuku," bohong Camelia.
"Wah, ternyata mempelai wanitanya jahat ya. Ya sudah, kalau hanya itu, saya akan melakukannya."
"Tunggu!" ucap Camelia saat pelayan itu hendak pergi setelah mengambil obatnya. "Bawalah dia ke kamar no xxx, aku yakin dia akan ke kamar kecil saat dia merasa pusing. Pada kesempatan itu, kau harus ada di sampingnya. Ingat itu. Dan satu lagi. Kau lihat wanita cantik dengan gaun merah di dekat meja yang ada di samping altar kan?" tanya Camelia. Pelayan itu mengangguk.
"Setelah dua jam, aturlah strategi, bawa dia ke kamar xxx. Dia adalah Ibuku."
"Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin. Terimakasih untuk cincin berliannya."
"Hmmmm.. Berikanlah cincin itu pada kekasihmu. Dia pasti akan sangat senang."
"Akhirnya aku bisa meyakinkan mu," batin Camelia.
Seperti dugaannya, rencana 80% berhasil, kini dia hanya harus menambahkan 20%nya lagi supaya nilainya bisa pas 100%. Pelayan yang tadi membopong tubuh Kent ke dalam kamar yang sudah Camelia siapkan. Camelia sudah menunggunya sejak tadi. Bahkan dia sudah mempelajari cara memakai make up untuk membuat tanda merah ke unguan dari beberapa beauty blogger di chanel ytb.
"Maafkan aku Kent," ucapnya setelah membaringkan Kent di atas ranjang. Dia membuka jas, kemeja, bahkan cela Kent meskipun dengan mata yang terpejam. Setelah menyelimuti Kent, Camelia melepas bajunya satu persatu. Dia berjalan ke sisi ranjang, lalu berbaring di sisi Kent sambil membenamkan wajahnya di dada bidang milik laki-laki tampan yang sudah mencuri hatinya.
"Aku akan bertanggungjawab Kak," lirih Camelia sambil mengusap wajah Kent yang sedang tertidur.
...To Be Continued....
Satu minggu yang lalu.
Camelia terbangun dari mimpi indahnya. Dia masih memeluk buku novel yang sudah beberapa minggu ini selalu menemani hari-harinya yang membosankan. Camelia sangat menyukai tokoh pria dalam novel tersebut. Kenneth Lamont Mallory adalah seorang pria kaya raya berusia 28 tahun. Dia merupakan seorang CEO di sebuah firma arsitektur terbesar di negaranya. Perusahaan itu memiliki jaringan operasional yang luas, mulai dari layanan arsitektur, desain, teknik, arkeologi, urban dan management risko. Perusahaan itu memiliki lima ribu karyawan yang tersebar di 25 kantor cabang yang ada di dunia.
Tokoh Kent sangat gagah, dia memiliki tubuh proporsional dan juga wajah yang sangat tampan. Pria itu memiliki hati yang dingin dan juga seorang penggila kebersihan. Dia tidak suka di sentuh sembarangan orang dan juga tidak suka berbagi alat makan dengan orang lain meskipun itu keluarganya sendiri.
"Aku sangat menyukaimu Kent, meskipun kita berasal dari dunia yang berbeda, aku sangat bahagia hanya dengan membayangkan mu berada di sampingku dan menjadi ayah untuk anak-anaku kelak."
Camelia mengguling-gulingkan tubuhnya di atas ranjang. Gadis itu terlihat seperti orang bodoh yang sedang terkena virus cinta. Camelia tertawa sambil terus memeluk dan menciumi buku novelnya.
Brukkk .
Brukkk...
"Camelia Divara Elvina!" teriak Fuchia sambil memukul bokong Camelia beberapa kali. "Kau terus saja bertingkah konyol seperti orang gila. Bangunlah! ini sudah hampir siang kau mau terlambat ke sekolah hah?" ucap Fuchia sambil berdecak pinggang.
"Akh Ibu, kenapa ibu seperti ini? aku akan mandi sekarang, tidak perlu berteriak dan memukul bokongku. Itu adalah aset yang sangat berharga Bu, bagaimana kalau bokongku kempes. Nanti Kent tidak akan mau menikahi wanita dengan bokong yang tepos."
"Kent, Kent matamu pecak. Siapa dia? laki-laki mana yang tidak mau menikahi seorang wanita dengan alasan tidak jelas seperti itu. Lagipula ibu hanya memukul bokong mu dengan tangan kosong, tidak mungkin bisa kempes . Cepat bangun! kalau tidak ibu akan memukul aset mu menggunakan senjata andalan ibu." Fuchia sudah bersiap mengangkat sapu untuk memukul kembali anaknya. Namun, dengan gerakan cepat Camelia berlari keluar kamarnya sambil memegangi aset yang menurutnya sangat berharga itu.
"Ibu kau sangat galak!" teriak Camelia. Namun Fuchia hanya tersenyum, dia sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan putri semata wayangnya. Dia sangat tahu kalau putrinya itu menyayanginya meskipun mulutnya selalu mengumpat.
Fuchia merapikan kasur Camelia dengan telaten. Tangannya terulur mengambil sebuah buku yang teronggok di atas selimut. Fuchia memperhatikan buku itu sesaat, Extraordinary Love itulah yang tertera di sampul buku tersebut. Fuchia lantas membuka laci dan menyimpannya di dalam sana. Dia tidak mengerti, kenapa anak gadisnya sangat menyukai novel yang jelas-jelas ceritanya tidak nyata.
Tiga puluh menit kemudian, Camelia sudah rapih menggunakan seragam dan juga membawa tas gendongnya.
"Ibu, Ayah, Camelia berangkat ya!" ucap Camelia sambil mengikat tali sepatunya.
"Sarapan dulu Nak, nanti kamu lapar di sekolah," ucap Fuchia sambil membantu Camelia untuk minum susu hangat. Sedangkan Ardias menyuapkan sandwich ke dalam mulut putri kesayangan mereka itu.
"Ibu, Ayah, aku sudah hampir terlambat. Aku akan berangkat sekarang," ucap Camelia dengan mulut yang penuh.
"Hati-hati sayang," ingat Ardias. Dia meletakan piring yang sedang dia pegang lalu mengambil kotak bekal dan memasukannya ke dalam tas Camelia. "Kau hampir melupakan makan siang mu."
Camelia tersenyum, dia mengecup pipi ayahnya sekilas lalu berucap, "Terimakasih Ayah, aku sangat menyayangimu."
"Hanya ayah yang di cium. Ibu tidak?" ucap Fuchia sambil mengerucutkan bibirnya.
Cup. Camelia mengecup pipi Fuchia . "Aku juga sangat menyayangimu Ibu, kalian yang terbaik," ucap Camelia sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
Ardias maupun Fuchia tersenyum. Mereka melambaikan tangannya saat melihat Camelia pergi menggunakan sepedanya.
Camelia memang anak yang ceria, meskipun dia selalu di olok-olok karena perawakannya yang gempal dan juga keluarganya yang miskin, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar. Dia lebih memilih bersikap cuek dan masa bodoh. Apalagi sekarang dia sudah berada di kelas 12, tidak ada waktu baginya untuk mengurusi dan memikirkan hal-hal yang tidak penting. Lebih baik fokus belajar untuk menghadapi ujian supaya dia bisa lulus dengan nilai terbaik.
15 menit kemudian, Camelia sudah sampai di gerbang sekolah, dia masuk dan memarkirkan sepeda nya tak jauh dari bangunan sekolahnya.
"Lihatlah, tumben si gembrot gak telat, mulai insyaf ya dia," ucap salah seorang siswa yang berjalan melewati Camelia.
Camelia hanya tersenyum, dia sudah biasa mendapat hinaan seperti itu. Teman-temannya memang sangat suka menghina bagian tubuh Camelia. Padahal mereka juga belum tentu lebih baik darinya.
"Biarkan saja anjing gila mengong gong, toh itu sama sekali tidak berarti apapun untukku." Camelia mengangkat bahunya acuh lalu berjalan memasuki area gedung sekolah.
Ruangan kelas yang sebelumnya ramai kini berubah menjadi hening saat Camelia masuk . Mereka yang sejak tadi mengobrol sambil tertawa terbahak-bahak kini bungkam. Ada beberapa dari mereka yang mulai berbisik sambil melayangkan tatapan mengejek kepada Camelia.
"Kalian bosan hidup hah?" ucap Camelia pada teman sekelasnya. Orang yang di tatap Camelia langsung tertunduk . Dia tentu saja takut Camelia akan memukulnya. Camelia itu terkenal jago bela diri. Jadi siapa yang akan berani menantangnya.
"Hei gendut! jangan sok jagoan, kalau berani lawan kita," ucap segerombolan teman laki-laki Camelia.
Camelia tersenyum sinis, sudut bibirnya tertarik ke atas saat salah satu dari mereka mulai maju dan hendak melayangkan tinjuan nya. Camelia tentu bukan gadis lemah yang akan merasa takut saat menerima tantangan seperti itu. Kalau hanya melawan segerombolan kecoa, itu bukan hal yang sulit untuk dia lakukan.
"Dasar bodoh," sela Camelia.
Settt ....
Brughhh...
Camelia menarik tangan orang yang hendak memukulnya dan membanting orang itu ke lantai. Seorang siswa laki-laki meringis saat punggungnya beradu dengan lantai. Dia merasa seluruh tubuhnya remuk hanya karena mendapat satu serangan dari Camelia.
"Maju!" titah Camelia kepada yang lain.
Bghhhh...
Brukhhhhh...
Camelia ambruk di atas lantai saat seseorang memukul kepalanya dengan sebuah buku tebal. Seberapa keras pukulannya sampai Camelia tidak sadarkan diri? entahlah, hanya mereka yang tahu.
"Gawat, dia pingsan," ucap seorang laki-laki setelah menendang tubuh Camelia beberapa kali.
"Cepat bawa ke UKS," imbuh yang lain. Semua orang yang ada di dalam kelas menjadi panik. Bahkan teman-teman Claudia yang tadi menyorakinya kini berkerumun melihat keadaan Camelia yang sudah tidak sadarkan diri itu.
"Apa yang kalian lakukan? cepat bawa dia ke UKS!" titah seorang siswa laki-laki yang sejatinya adalah ketua kelas di kelas Camelia.
"Dia sangat berat!" imbuh yang lain saat mencoba untuk membantu mengangkat Camelia.
Butuh delapan orang untuk mengangkat tubuh Camelia ke UKS.
"Camelia!"
"Camelia!" panggil seorang dokter yang bertugas di UKS sambil terus menepuk pipi Camelia.
...To Be Continued....
Di dalam sebuah kamar inap VVIP di rumah sakit terbesar yang ada di kota C, terlihat sepasang suami istri sedang berdiri menatap gadis yang terbaring lemah di atas ranjang. Wajah gadis itu terlihat sangat pucat, namun meskipun begitu parasnya masih terlihat sangat cantik.
"Pah, kenapa Bella belum bangun juga? biasanya dia tidak akan pingsan selama ini. Apa penyakitnya semakin parah? apa kita harus membawanya berobat keluar negri?" tanya Zinnia pada suaminya.
"Sabar Mah, mungkin Bella sangat lelah, jadi dia tidur lebih lama dari biasanya. Mama harus yakin kalau Bella akan sembuh. Bela anak yang kuat." Daviandra memeluk istrinya sambil mengusap dan menepuk punggung istrinya itu perlahan. Dia juga sangat sedih melihat anak semata wayangnya harus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tapi dia juga sadar, kalau dia ikut terpuruk, siapa yang akan menjaga anak dan juga istrinya.
Garbera Mirabella Kirey adalah seorang gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya raya di kota C. Ayahnya bernama Daviandra Emilio, seorang pengusaha properti paling sukses di kotanya. Sedangkan ibunya adalah Zinnia Aster, beliau merupakan direktur keuangan di perusahaan yang di miliki Daviandra.
Meskipun berasal dari keluarga kaya raya, itu tak semerta-merta membuat kehidupan Garbera Mirabella Kirey mulus tanpa hambatan. Ini bukan jalan tol atau sirkuit Mandalika. Kehidupan sudah ada yang mengatur. Garbera yang terlahir dari bibit yang unggul tidak membuatnya tumbuh menjadi tunas yang bagus. Garbera bukan hanya sakit-sakitan, dia juga tidak terlalu cerdas, dan itu membuatnya tidak percaya diri.
Camelia mengerejapkan matanya berkali-kali. Lampu yang ada di ruangan itu membuat matanya silau. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, namun dia mengerutkan keningnya bingung saat melihat pria dan wanita paruh baya yang sedang berpelukan. Kini dia juga bisa melihat dua orang itu berjalan ke arahnya.
"Bella sayang, kamu sudah bangun Nak? kamu membuat mama sangat takut" ucap Zinnia sambil mengelus pucuk kepala anak kesayangannya. Camelia yang melihat itu semakin di buat bingung.
"Siapa kalian?" tanya Camelia, "dan siapa Bella?" tanyanya lagi.
"Pah, lihatlah, apa penyakit anak kita sangat parah? kenapa dia melupakan kita Pah?" tanya Zinnia sambil menoleh kepada suaminya. Daviandra juga bingung. Anaknya ini cuma pingsan karena memiliki riwayat gula darah rendah (Hipoglikemia) , kenapa sekarang jadi hilang ingatan.
Daviandra langsung memencet tombol yang ada di samping ranjang rumah sakit anaknya. Iya, dia harus segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan putrinya saat ini. Bellanya tidak boleh kenapa-napa. Hanya Bella yang mereka punya di dunia ini, meskipun mereka memiliki harta yang berlimpah, itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada Bella dalam kehidupan mereka.
Dokter dan perawat ahirnya masuk ke dalam ruang inap Garbera. Dokter itu memeriksa detak jantung, denyut nadi, juga mata Garbera. Mereka tidak melihat sesuatu yang aneh, wajah pucat Garbera terlihat sangat wajar karena memang gula darahnya sangat rendah dan itu membuatnya lemah. Sementara Garbera, gadis itu melamun dan sejak tadi memperhatikan setiap orang yang ada di ruangan itu.
"Aku di mana? kenapa aku bisa ada di sini? dan siapa mereka? mereka tadi memanggilku Bella? bagaimana bisa namaku berubah dalam sekejap!. Namaku Camelia bukan Bella," ucap Camelia dalam hati.
"Bagaimana keadaan anak saya Dok? apakah dia baik-baik saja? apa perlu kita memindahkannya ke rumah sakit lain? harus kah kita membawanya ke luar negeri? kenapa anak saya tidak mengenali saya Dokter? saya ini mamanya!" Zinnia melontarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada dokter yang sedang memeriksa keadaan Garbera.
"Anak Anda tidak apa-apa Nyonya, saya sudah memeriksanya dan semuanya baik-baik saja. Nona Garbera hanya butuh istirahat, dan tolong selalu jaga asupan nutrisinya! makan makanan yang memang bisa membuat gula darahnya naik! jangan sampai keadaan seperti ini terjadi kembali," ucap dokter itu pada Zinnia dan Daviandra.
"Tunggu, tadi dokter itu bilang Garbera dan wanita paruh baya itu memanggilku Bella? Ya Tuhan, jangan bilang.... Ahh tidak, tidak. Ini tidak mungkin." Camelia menelisik setiap bagian tubuhnya. Dia juga menyibak selimut untuk melihat bagian tubuhnya yang lain.
"Astaga! Tubuh siapa ini? kenapa aku berubah, wajahku?" Dia lantas berdiri lalu berjalan ke arah cermin yang ada di dinding ruang rawatnya.
Camelia menyentuh wajahnya perlahan, dia menatap lurus pantulan cermin yang menampakan wajah cantiknya. "Wajahku tetap sama, hanya saja ini lebih tirus dan tubuhku menjadi sangat langsing." Camelia memutar tubuhnya beberapa kali.
"Ada apa Sayang? kau baik-baik saja? kenapa kau bertingkah seperti ini Nak? kembalilah ke ranjang mu! kau harus banyak istirahat kau ini masih sakit!" ucap Zinnia menghampiri anaknya lalu menuntunnya untuk kembali berbaring di rumah sakit.
"Kalau setelah bangun dari pingsannya Nona Garbera sedikit melantur, itu bukan masalah. Hal itu memang kerap terjadi pada orang-orang dengan riwayat gula darah rendah. Anda tidak perlu khawatir, perhatikan saja asupan makannya!" ucap dokter itu. Diviandra mengangguk dan dokter itupun langsung keluar dari kamar Garbera.
"Kamu lapar Sayang? mama kupas kan apel dan pear ya!" ucap Zinnia duduk di samping ranjang Garbera dan mulai mengupas buah-buahannya.
"Apa nama Mama adalah Zinnia Aster? dan nama Papa Daviandra Emilio ?" tanya Camelia. Dia menatap lekat Zinnia dan Daviandra bergantian.
"Kau ini kenapa sayang? bukankah dari dulu kau sudah tahu nama kami?" ucap Daviandra.
"Hehe, aku cuma sedikit bingung Pah," ucap Camelia sambil tersenyum.
"Tidak apa, dokter juga sudah mengatakan kalau ini hal biasa. Makanlah apelnya supaya kau cepat pulih!" ucap Daviandra sambil mengelus kepala anaknya penuh kasih sayang.
Camelia hanya tersenyum. Otaknya sedang bekerja sangat keras. Dia bingung, otak cerdasnya tidak sampai jika harus memikirkan masalah seperti ini. Bagaimana mungkin dia ada dalam cerita novel yang sering dia baca. Bagaimana caranya. Apa jalan paralel memang ada? lalu apa yang membuat dia masuk ke dalam novel ini.
"Ibu, Ayah, tolong Camelia Bu, Camelia ingin pulang. Camelia takut di sini. Camelia tidak mengenal siapapun. Tapi, tunggu. Jika ini memang cerita novel itu, berarti aku adalah Garbera Mirabella Kirey? Oh Tuhan, kenapa aku harus menjadi dia, dia memang sangat cantik dan kaya raya. Tapi untuk apa jika otaknya bodoh, dia penyakitan dan juga letoy. Apa yang bisa aku banggakan dari sosok ini. Aku memang tidak menyukai tokoh wanita karena dia sangat licik dan memiliki banyak rencana busuk. Tapi di banding Garbera dia jauh lebih kuat. Aku tidak mau menjadi wanita lemah. Aku ingin menjadi diriku yang sesungguhnya." Camelia terus menggerutu dalam hati. Dia benar-benar stres jika harus memikirkan ini terus.
...To Be Continued...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!