++ Kegagalan Pertama ++
Dina yang saat itu masih berusia 22 tahun menjadi sosok gadis yang sangat manja. Dina dibesarkan oleh keluarga yang konglomerat. Jadi tak heran jika Dina yang manja sangat suka belanja dan bebas menggunakan uangnya. Apalagi Dina adalah anak tunggal di keluarganya. Setiap hari Dina selalu meminta uang pada ayahnya.
"Ayah, aku besok mau beli tas hermes, ada keluaran terbaru harganya 120 juta. boleh ya ayah aku beli?" tanya Dina manja
"Sayang, satu minggu kemarin kan sudah beli tas, kan bisa dipakai tasnya. sekarang kamu sudah beranjak dewasa. kamu yang fokus kuliahnya, kedepanya juga kamu yang menggantikan ayah di perusahaan. kalau kamu nilainya bagus, ayah belikan," jawab Pak Ramdan
"Iya sayang, atau sekarang kamu mau nggak ikut mama urus kos kosan yang mama dirikan? sekarang alhamdulillah kos nya penuh. sekalian juga kamu bisa cari jodoh disana, kos mama kan para mahasiswa cowok semua," goda Bu Gita
"Ih...mama apaan sih? aku kan udah ada Bang Gara. aku selingkuh dong namanya kalau cari cowok lain," jawab Dina
Pak Ramdan dan Bu Gita saat itu saling menatap saat Dina membicarakan Gara. Pak Ramdan dan Bu Gita sebenarnya tidak suka Dina berpacaran. Tapi Dina selalu ngambek jika dilarang.
Terpaksa Pak Ramdan yang paling tidak suka Dina sedih hanya bisa mengizinkan asalkan dengan syarat Dina bisa menjaga diri. Setiap obrolan mengenai pacar Dina, Pak Ramdan tak bosan bosanya mengingatkan batasan seorang wanita dan laki laki saat berpacaran.
"Sayang, ingat pesan ayah ya, ayah izinkan kamu pacaran bukan berarti bebas. kalau untuk saling mengenal lebih dekat ayah izinkan. tapi kamu harus bisa jaga diri ya sayang," ucap Pak Ramdan
"Aku sudah tahu ayah, aku dan Bang Gara itu nggak pernah melakukan hal hal yang ayah khawatirkan. mentok mentok juga cuma gandeng tangan dan dibonceng motor," jawab Dina
"Syukurlah, ayah lega mendengarnya. kalau bisa ayah ingin kamu segera mencari kepastian. kapan Gara mau bertemu ayah untuk membicarakan hubungan kamu dan Gara lebih lanjut. kalian sudah 3 tahun pacaran," saut Pak Ramdan
"Ayah tenang saja, tak usah buru buru. Bang Gara pernah bilang mau melamarku saat aku sudah sidang tahun ini, jadi tinggal 2 bulan lagi aku akan sidang. aku juga sudah sewa tempat impianku pas weeding nanti," ucap Dina
"Iya, ayah percaya sama kamu," jawab Pak Ramdan
"Ayah, tas hermes keinginanku gimana? ayah bisa ya belikan?" tanya Dina memohon
Pak Ramdan saat itu dengan berat hati mengabulkan permintaan Dina.
"Iya, ayah akan transfer," ucap Pak Ramdan
"Iye...." sorak Dina
+++++++
Esok hari Dina berencana ingin mengajak Gara nonton bioskop. Kebetulan hari ini malam minggu pasti Gara free dari pekerjaan. Namun sayang, saat itu Dina mendapatkan jawaban sms yang mengecewakan.
📩"Sorry, kerjaan aku banyak. next time ya?" pesan Gara
📩 "Ok," balas Dina
Dina merasa kesal lagi lagi Gara menolak ajakan. Sudah 1 tahun belakangan, Gara selalu sibuk ketika diajak kencan. Dalam kurun waktu setahun ini, Dina merasa kencanya selama ini selalu inisiatif dari Gara yang menentukan hari. Namun ditengah rasa kecewanya, Dina saat itu tiba tiba mendapat telepon dari sahabatnya Vera.
📞 "Hallo Din," ucap Vera
📞 "Hallo Ver, ada apa?" tanya Dina
📞 "Din, sebelumnya aku bukanya bermaksud bikin kamu kesal sama aku. kali ini aku ada bukti. habis ini aku kirimin foto dan video seseorang di tempat aku bekerja sebagai office girl di hotel," jawab Vera
📞"Aku tahu apa maksudmu Ver, kamu ini kenapa sih Ver? kamu kok pingin banget sih, hubungan aku sama Bang Gara putus," saut Dina
Selama ini Vera selalu menginginkan Dina untuk putus dari Gara. Vera tidak ingin Dina sakit hati jika bertahan terlalu lama. Hal itu bukan asal keinginan Vera, tetapi Vera sering melihat Gara membawa wanita di hotel tempat Beras bekerja.
📞"Kamu cek foto dan video yang ku kirim lalu datang sekarang," jawab Vera
Dina tak menjawab dan langsung mematikan telepon dari Vera. Setelah mematikan telepon, Dina melihat foto dan video yang dikirikan Vera. Saat melihat foto dan video Gara bersama wanita lain, Dina sangat kesal dan langsung ingin memastikanya di hotel.
"Ini yang katanya sibuk? awas saja aku tak bisa biarkan Bang Gara aneh aneh," saut Dina
++++++++++++
30 menit kemudian, Dina sudah sampai di hotel. Sesampainya di hotel, Dina langsung menemui Vera yang sedang mengepel lantai
"Ver, kamu lihat Bang Gara dan wanita itu di kamar mana?" tanya Dina
"Kamar 211," jawab Vera
"Ok Ver, aku akan memastikanya," saut Dina
Dina saat itu berlari menuju kamar 221 diikuti oleh Vera di belakangnya. Sesampainya di kamar 221, Dinas terkejut mendengar suara erangan laki laki dan perempuan yang keenakan.
"Ya Tuhan, apakah didalam sini ada Bang Gara?" tanya Dina
Dina yang merasa terkoyak hatinya langsung membunyikan bel di pintu kamar 221.
"Ting Ting, Ting Ting," (bunyi bel)
Tak lama kemudian, ada seseorang pria yang membukakan pintu dengan hanya memakai kaus kutang putih dan celana pendek. Dina saat itu langsung terkejut melihat seorang laki laki itu tanpa berkata kata. Dina tak menyangka mendapati penampilan Gara yang ada di hadapanya
"Din, mengapa kamu disini?" ucap Gara panik
"Ada apa Bang? katanya abang sibuk, tapi kok disini? Abang habis ngapain?" tanya Dina menahan tangis
"Din, abang nggak ngapa ngapain, kamu pasti salah paham," elak Gara
"Abang berkeringat, abang gugup aku datang?" tanya Dina
"Din, aku bisa jelasin semuanya," Jawab Gara
Dina saat itu menerobos ingin masuk kedalam tapi dihadang oleh Gara.
"Ada apa di dalam? mengapa abang hadang aku?" tanya Dina
"Jika kamu tak seperti ini, abang gak mungkin seperti ini," jawab Gara
"Maksud abang apa? aku mengapa?" tanya Dina
"Abang pria normal Din, abang gak bisa kalau gaya pacaran kita monoton seperti ini. kamu selalu menolak jika abang ingin, abang juga nggak nyaman sama sikap kamu yang masih kekanak kanakan, selalu ngambek karena hal hal kecil," jawab Gara
"Jadi karena abang nggak nyaman ya, oh ok," saut Dina
Tak lama kemudian, ada seorang wanita dari dalam kamar menghampiri Gara yang masih bersitegang dengan Dina.
"Sayang, diluar ada siapa sih? lama banget," ucap wanita itu
Gara hanya diam tak berkata apa apa.
"Oh kalian jadian, selamat ya, semoga kalian berbahagia," ucap Dina menahan tangis
Vera saat itu merangkul Dina yang hendak menangis
"Din, dia bukan pacarku, aku..." ucap Gara terpotong
"Ih kamu apaan sih, bilang aja kita jadian, sudah seharusnya dia tahu" jawab wanita itu
"Gak apa apa bang, rencana pernikahan yang pernah kita bicarakan, aku cancel aja. abang juga gak perlu berpikir untuk melamarku setelah aku sidang. terima kasih atas 3 tahunnya selama ini, maaf jika aku selama ini menyusahkan abang sampai abang tidak nyaman, aku hari ini ingin akhiri hubungan ini, semoga abang bahagia dengan pilihan abang," saut Dina
Dina saat itu berhari sembari menangis diikuti Vera dibelakangnya. Sementara Gara masih terdiam dengan apa yang terjadi hari ini..
"Sayang, kita lanjut yuk," ucap wanita itu
Gara awalnya hanya diam saja dan tidak mood setelah apa yang terjadi hari ini. Namun wanita yang bersama Gara saat itu berhasil membangkitkan mood Gara sehingga hubungan terlarang itu akhirnya terjadi walaupun keduanya memakai pengaman.
++++ Kegagalan Kedua ++++
3 tahun kemudian, Dina sudah berusia 25 tahun. Setelah kandasnya hubungan Dina dan Gara, Pak Ramdan memutuskan melarang Dina untuk berpacaran dan memilih menjodohkanya. Dina yang merasa sudah mengecewakan keluarganya hanya bisa menurut saja. Dina pasrah dengan jodohnya di masa depannya. Pak Ramdan saat itu menjodohkan Dina dengan anak rekan bisnisnya bermama Fabian.
"Ini anak tunggal saya Dina, dia sudah mulai membantu perusahaan saya setelah lulus, saya harap Fabian dan Dina bersedia kita jodohkan," ucap Pak Ramdan
"Saya setuju Pak Ramdan, anak saya juga kebetulan juga belum ada gandengan. jadi kita bisa mendekatkan mereka," jawab Pak Erwin
"Iya baiklah, untuk perjodohanya jika tahun depan gimana?" tanya Pak Ramdan
"Saya setuju, tapi kita lihat situasi dan kondisi dulu. biarkan anak anak kita saling kenal," jawab Pak Erwin
"Ok Pak, semoga mereka berjodoh," saut Pak Ramdan
"Amin...nanti kita pulang satu mobil saja, biar anak anak kita bisa satu mobil. kamu antarkan aku pulang dengan mobilmu, lalu anaku akan antar anakmu pulang dengan mobilku. mungkin mereka butuh waktu jalan jalan dulu sepertinya," jawab Pak Erwin
"Ide yang bagus," saut Pak Ramdan
Dina dan Fabian saat itu hanya diam tak bicara dan menurut saja
++++++++++++
Di dalam mobil, Fabian dan Dina saling membisu tak bicara. Tidak ada yang berinisiatif memulai pembicaraan. Hingga akhirnya suara petir membuat Dina refleks berteriak dan menggenggam tangan Fabian
"Aaaaa....." teriak Dina
Fabian langsung menghentikan mobilnya
"Kamu takut petir?" tanya Fabian
"Maaf, iya aku takut petir. aku tadi hanya refleks," jawab Dina
"Menurutmu perjodohan ini gimana? kamu bersedia nggak? kalau boleh jujur aku sedikit tertarik sih sama kamu wajah kamu cantik," ucap Fabian
"Aku ikuti jalanya aja, jika kita berjodoh ya aku siap jalani," jawab Dina
"Menurutmu aku gimana?" tanya Fabian
Dina hanya diam karena bingung dengan maksud Fabian.
"Tadi kan aku bilang aku tertarik padamu karena bagiku kamu cantik, kalau kamu sendiri gimana?" tanya Fabian
"Bagiku kamu tampan, tapi maaf aku belum ada rasa sama sekali terhadapmu. tapi aku yakin akan terbiasa seiring berjalanya waktu," jawab Dina
"Terima kasih," saut Fabian
+++++++++
5 bulan kemudian, hubungan Dina dan Fabian sudah semakin dekat. Tepat 5 bulan, Dina saat itu sudah menyatakan cintanya pada Fabian. Sementara Fabian sudah sejak sehari setelah hari pertama bertemu langsung menyatakan cintanya pada Dina.
Saat ini Dina dan Fabian mengawali hari jadian mereka dengan belanja di mall. Ketika belanja di mall, Fabian saat itu izin pada Dina untuk membayarkan celana yang dibelinya.
"Din, kartu kreditku eror gak bisa dipakai, boleh ya kamu bayarin celanaku yang aku beli ini?" tanya Fabian
"Iya Kak, kamu habis berapa?" tanya Dina
"10 juta," jawab Fabian
"Baiklah aku bayarin," jawab Dina
3 bulan kemudian, hubungan Dina dan Fabian memang masih dekat. Tetapi Dina merasa tidak nyaman karena setiap keluar bersama Fabian, dirinya selalu yang membayar. Entah belanja baju di mall, makan di kafe, atau nonton bioskop selalu saja memakai uang Dina. Pernah dua kali memakai uang Fabian, tapi itu pun hanya beli pop corn di bioskop dan makan di kafe sekali karena Dina lupa tak bawa dompet.
++++++++++++++++
Hari ini Dina yang sedang ikut ayahnya bekerja di perusahaan menyadari kondisi buruk di perusahaanya. Perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan karena ada proyek besar yang gagal rampung. Dina saat itu melihat sang ayah memegangi dadanya sepertinya sedang kesakitan. Dina tentu saja langsung panik saat melihat kondisi ayahnya.
"Ayah...ayah...ayah mengapa?" ucap Dina menangis
Pak Ramdan tak menjawab karena rasa sakit yang dialaminya. Dina yang tak mendapat respon ayahnya memilih berteriak minta tolong
"Tolong !!! Tolong !!! bantu bawa ayah saya ke rumah sakit," ucap Dina
Semua karyawan yang melihat Dina berteriak langsung menolong Pak Ramdan untuk dilarikan ke rumah sakit.
20 menit kemudian, Dina berhasil membawa Pak Ramdan ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Dina menangis mendapatkan informasi jika ibunya habis jatuh di kamar mandi. Saat ini Dina butuh Fabian sebagai tempat sandaranya. Tapi ketika di telepon berkali kali, Fabian tak mengangkat teleponya.
"Kak Fabio dimana sih? aku butuh kamu Kak," ucap Dina
Dina kembali menghubunginya lagi, dan telepon Fabian tersambung. Ketika telepon tersambung, Dina dikejutkan ada suara wanita seperti sedang mendesah. Dan terdengar jelas juga suara Fabian juga seperti mendesah. Apa yang dialami Dina saat ini seperti flashback memergoki Gara yang sedang di hotel.
"Ya Allah, mengapa aku takdirkan seperti ini,," ucap Dina lirih
+++++++++++
Di sisi lain setelah putus dari Dina, Gara sempat dijodohkan tetapi menolak. Gara juga sudah tidak pergi ke club malam lagi untuk mencari penghangat ranjang.
Entah mengapa Gara merasa hidupnya saat ini tidak tenang semenjak melakukan pengkhianatan terhadap Dina. Gara menyesali kelakuanya yang terlalu mementingkan nafsunya daripada perasaan Dina.
"Dina, kabarmu gimana sekarang? aku sungguh tak bisa melupakanmu. tapi aku tak boleh egois, aku sudah keterlaluan menyakiti hatimu. kamu berhak bahagia. sekarang apa kamu sudah menikah?" batin Gara
Ketika berpacaran dengan Dina, Gara memang tidak suka dengan sikap manja dan egois Dina. Awal pacaran saja juga Dina yang menembak Gara.
Dulu Gara terpaksa menerima Dina sebagai pacarnya karena Dina telah berjasa banyak sama keluarga. Andai saja tidak ada Dina, mungkin bibi Gara saat ini lumpuh tak bisa jalan.
Namun seiring berjalannya masa pacaran, Gara sering melihat teman teman pergaulanya sangat intim dengan pacarnya. Hanya Gara saja yang tidak pernah melakukan hal intim terhadap Dina.
Gara memang selalu membujuk Dina agar mau berciuman atau hal intim lain denganya, tapi Dina selalu menolak. Awal mula Gara memasuki dunia malam itu karena ajakan dari teman temanya yang sering di club.
"Dina, siapa kira kira pria beruntung yang sudah memilikimu?" batin Gara
Gara menatap foto Dina yang dirinya masih simpan dompet. Namun baru beberapa detik menatap, tiba tiba Bibinya masuk menemuinya.
"Gara, di luar ada Pak RT, anaknya cantik banget. coba kamu lihat dulu sana. kalau kamu suka, bibi bisa bicarakan ke Pak RT," ucap Bu Hanima
"Bi, aku tidak mau di jodoh jodohkan. aku mau cari jodohku sendiri," jawab Gara
"Bibi sudah sabar loh, sampai kapan Gara? ini sudah 3 tahun loh, kamu dulu menolak dijodohkan sekarang mau jawab apa? kamu semenjak putus sama Dina kok kaya gak ada semangat hidup," saut Bu Hanima
"Bibi bisa saja," jawab Gara tersenyum
"Gara, temuin anak Pak RT yuk? kamu lihat saja dulu, kasihan mereka tunggu kamu," ucap Bu Hanim
"Bi, tapi aku tidak mau di jodohkan," jawab Gara
"Yo gak apa apa sana, pokoknya temuin aja dulu," saut Hanim
"Baik Bi, aku temui mereka," ucap Gara pasrah
1 bulan kemudian, Dina harus mendapatkan kabar jika Pak Ramdan meninggal dunia. Selain itu, nasib buruk perusahaan keluarga sudah bangkrut di ambil alih oleh perusahaan lain. Kebangkrutan di perusahaan keluarga Dina membuat perjodohanya dengan Fabian dibatalkan secara sepihak.
Ditinggalkan saat terpuruk, itulah yang dirasakan Dina saat ini. Bahkan parahnya, terungkap juga kalau Vera sahabatnya adalah gadis selingkuhan Fabian. Hal itu membuat hati Dina semakin terkoyak dan merasa dunia sedang mempermainkan dirinya.
"Apa aku di takdirkan untuk tidak bahagia? mengapa semua orang pergi dan menghianatiku. kalau aku ditakdirkan tidak bahagia bukanya lebih baik aku pergi dari dunia ini?" batin Dina
Dina saat itu melamun di teras merenungi hidupnya yang sedang dipermainkan. Rasa apel yang sedang di makanya kini terasa hambar di lidahnya. Ketika memakan apel, diam diam Dina mengambil pisau buah yang ada didekatnya saat ini. Dina terus menatap pisaunya dengan fokus dan hanya sepoi angin yang menemaninya.
"Ini pisau, iya ini pisau," batin Dina
Tanpa disadari, Dina saat itu mengarahkan pisaunya ke tanganya. Namun baru saja pisau itu hendak menyentuh tanganya, pelayan di rumahnya langsung menampal tangan Dina
"Ya Allah Non, istighfar Non," ucap Pelayan
"Eh...." jawab Dina tersadar
"Non, jangan nekat seperti ini ya Non, Non harus kuat, masih ada orang orang yang peduli sama Nona, saya janji nggak akan ninggalin Nona," saut Pelayan
"Bi, gaji bibi bulan ini belum saya bayar. tapi bibi gak usah khawatir saya akan bayar cicil gaji bibi bulan ini setelah periode para mahasiswa bayar kos. bibi bisa resign jika membutuhkan pekerjaan. saya sudah tidak bisa membayar gaji bibi di rumah ini," jawab Dina menangis
"Non, jangan pikirkan itu ya Non, saya gak bisa meninggalkan nyonya besar dan nona dalam kondisi seperti ini saya ikhlas mengabdi hidup saya sama Nona. karena dulu Nona pernah baik pada keluarga saya. tidak mungkin saya membiarkan orang yang baik pada saya kesusahan. berkat Nona dulu anak anak saya sukses kuliah dan bekerja sekarang," saut Pelayan
"Makasih Ya Bik," jawab Dina menangis
Dina saat itu memeluk erat pelayan di rumahnya yang peduli padanya. Pelayan rumah itu bernama Bik Sri, Bik Sri adalah satu satunya pelayan yang masih bertahan di tengah kondisi keluarga Dina yang terpuruk.
Saat ini Dina bertekad ingin mulai dari nol lagi. Harta satu satunya saat ini adalah kos kosan yang didirikan Bu Gita. Disaat Bu Gita sedang terbaring lemah, sudah saatnya Dina menggantikan peran ibunya sebagai ibu kos muda.
++++++++++++
Kos yang didirikan Bu Gita memiliki nama Kos Ragina. Kos Ragina adalah singkatan dari nama Ramdan, Gita dan Dina.
Kos Ragina sudah berdiri selama 6 tahun. Dulu kos Ragina adalah kos mahasiswa putri. Namun karena banyaknya mahasiswa laki laki membutuhkan kos akhirnya di tahun kedua, kos Ragina berubah menjadi kos mahasiswa laki laki.
Kos Ragina memiliki 20 kamar, dimana satu kamarnya maksimal 3 orang ada fasilitas kasur, 3 bantal, lemari besar, meja dan kamar mandi dalam. Selain itu di luar kamar, kos terdapat juga fasilitas Wifi, dapur di luar, parkiran luas, serta keamanan satpam.
Satu kamar di kos Ragina memiliki harga sewa Rp.750 ribu per bulan. Di kota besar, kos Ragina termasuk paling murah. Maka tak heran jika kos Ragina selalu penuh dengan mahasiswa. Tujuan kos Ragina didirikan memang karena ingin membantu para perantau yang membutuhkan kos dengan harga murah.
Saat ini kos Ragina dibawah kendali Dina. Untuk mengembangkan kosnya, Dina bernisiatif mengajak Bik Sri membangun kantin.
"Bik, menurut bibi gimana kalau aku membangun kantin di kos. nanti di kantin aku mau jualan nasi pecel, nasi campur, nasi soto dan jajanan lainya. tapi aku gak bisa masak dan masih trauma masak di dapur Bik," ucap Dina
"Ide bagus Non, saya dukung. urusan masak kan Non bisa belajar. nanti saya yang kawal Nona masak. setelah kantin itu didirikan saya akan bantu deh," jawab Bik Sri
"Makasih ya Bik, bulan depan aku targetkan akan membangun kos, aku masih ada beberapa tas hermes di lemari, nanti aku akan jual buat modal bikin kantin," saut Dina
"Tapi yang belum nona jual itu bukanya tas hermes kesayangan Non?" tanya Bik Sri
"Gak masalah Bik, emm...aku dulu boros banget ya Bik. aku jadi nyesal deh dulu boros banget," jawab Dina
"Nggak apa apa Non, yang penting Non jangan bosan menjadi orang baik. insyallah, Non akan segera menemukan kebahagiaan. sekarang Non jangan merasa sendiri. saya pasti tidak akan meninggalkan Non," saut Bik Sri
Dina hanya mengangguk karena sudah tak bisa berkata kata lagi. Dibalik banyaknya orang yang mengkhianatinya masih ada orang yang tulus dan peduli padanya.
+++++++++
1 bulan kemudian, kantin di kos ragina sudah berdiri. Di hari pertama berdiri, Dina mengadakan acara sarapan gratis pada mahasiswa yang kos di Ragina. Mahasiswa disana sangat antusias dengan hadirnya kantin di kos Ragina. Apalagi paras Dina yang cantik dan sabar membuat para mahasiswa senang berada di kantin.
"Teman teman, kantin ini tidak hanya khusus untuk para penghuni kos. teman teman yang lain diluar kos juga bisa beli makanan di kantin ini," ucap Dina
"Kak, kalau aku bikinkan pamflet gimana Kak?" tanya Mahasiswa A
"Wah boleh, makasih ya," jawab Dina
"Kak, aku share juga di media sosial ya?" tanya mahasiswa B
"Iya silahkan, makasih ya," jawab Dina
2 jam kemudian, Dina yang berada di kantin tiba tiba ditemui oleh satpam kos. Satpam di Kos Ragina itu bernama Pak Hary. Pak Hary saat itu laporan kepada Dina kalau satu minggu lagi ingin cuti karena anaknya akan menikah
"Non, minggu depan anak bapak nikah. rencana minggu ini bapak cuti. tapi jika bapak cuti, bapak bingung Non siapa yang gantian bapak jaga kos nanti," ucap Pak Hary
"Oh jadi hanya ada satu satpam di kos ini? mengapa bapak nggak bilang, tahu gitu saya buka lowongan untuk satpam," jawab Dina
"Sebenarnya ada dua saya dan Pak Umar, tapi Pak Umar bulan kemarin baru saja resign karena sudah usia lanjut dan tenaganya sudah tidak kuat jaga malam," saut Pak Hary
"Tapi bapak harus bilang seharusnya, berarti bulan ini bapak gajinya dua kali lipat karena jaga kos ini 24 jam," jawab Dina
"Maaf Non, saya tidak tega melihat dua bulan terakhir ini keluarga Nona terpuruk dan dapat musibah.saya nggak perlu di naikan gajinya Non, saya ikhlas bekerja untuk Nona. keluarga Nona sangat berjasa bagi keluarga saya," saut Pak Hary
Lagi lagi Dina menemukan orang yang tulus dan peduli pada keluarganya. Sampai tak sengaja, Dina meneteskan air mata karena terharu.
"Non kok nangis? apa saya salah?" tanya Satpam
"Nggak Pak, saya sangat berterima kasih bapak masih mau bekerja disini. untuk gaji bapak nggak perlu khawatir pasti saya akan bayar. hari ini saya minta tolong bapak buka lowongan untuk satpam. menurut saya kos ini butuh 3 satpam. nanti mess nya sementara bisa di rumah saya dulu saja," jawab Dina
"Baik Non, untuk seleksinya berarti Non yang interview ya?" saut Pak Hary
"Eh saya gak paham masalah recruitmen satpam. bapak saja yang interview. saya percayakan sama bapak. intinya saya ingin satpam yang jujur, tahan dan amanah," jawab Dina
"Baik Non, terima kasih atas kepercayaanya," saut Pak Hary
++++++
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!