"Berapa usiamu?" tanya seorang pria berparas rupawan yang mempunyai kontur wajah nyaris sempurna dengan rahang tegas nan lancip, mata tajam seakan dapat membunuh seseorang hanya dengan tatapannya, hidungnya lancip, kulitnya putih bersih, tinggi mencapai 190 cm, bertubuh kekar dengan tato-tato tersebar di sebelah kiri dan kanan lengan dan perutnya yang sixpack. Tato bermotif unik itu semakin mempertegas kesan menyeramkan pada pria yang memiliki nama lengkap Dusan Atlemose atau lebih akrab disapa Usan.
"Dua puluh tahun, Tuan," jawab seorang gadis yang terlihat biasa saja, berpenampilan culun lengkap dengan kacamata hitam tebal, rambut panjang lurus yang acak-acakan.
Gadis culun dengan pakaian serba longgar itu tampak bergetar ketakutan, ketika berhadapan dengan pria menyeramkan, yang tampilannya berbeda seratus delapan puluh derajat darinya.
Dasha Drace atau lebih akrab di sapa Asha. Asha adalah seorang gadis culun yang nasibnya begitu malang setelah diusir oleh Ayah kandungnya sendiri. Asha diusir oleh Ayahnya karena dituduh sengaja mencelakai Ibu tirinya hingga mengalami luka parah. Setelah diusir oleh Ayahnya, Asha pun tinggal bersama Neneknya—Orangtua dari Ibunya yang telah meninggal karena ulah Ibu tirinya yang kejam.
Beberapa minggu belakangan ini, Asha menjalani hidup yang begitu berat. Di mana dia harus bekerja banting tulang bahkan banting harga diri demi biaya hidup juga demi biaya pengobatan Sang Nenek yang kondisinya tiba-tiba drop. Tak hanya itu saja, penampilannya yang culun, jelek dan tak terurus juga kerap dijadikan bahan perundungan oleh orang-orang disekitarnya.
Perundungan yang Asha terima bukan hanya sebatas ejekan, dilempari batu, dilempari telur dan tepung saja. Melainkan tindakan kriminal yang terkadang menyakiti fisiknya. Asha yang lemah dan tak berdaya, hanya dapat pasrah menerima seberat apa pun derita yang terus menerus mendatanginya tanpa henti.
Keadaan yang semakin hari semakin genting itulah yang memaksa Asha harus merelakan keperawanannya untuk dijual kepada seorang Cassanova menyeramkan, yang kini duduk penuh kekuasaan di pinggir ranjang.
Sedangkan Asha, terbujur tak berdaya di lantai dingin hotel mewah itu. Tubuh Asha masih tak henti bergetar, suhu tubuhnya tiba-tiba terasa panas dan dingin di waktu yang bersamaan. Tatapan tajam pria itu membuatnya seakan membeku.
"Benar masih perawan?" tanya Usan memastikan. Usan bertanya sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang, dengan kedua tangan dia gunakan sebagai penyanggah tubuhnya yang kekar.
"Be-nar, Tuan," jawab Asha terbata dan berusaha meyakinkan dirinya—bahwa pilihan yang dia ambil saat ini adalah pilihan yang tepat.
Bukan tanpa alasan Asha menjual harta paling berharga dalam hidupnya, selain untuk biaya berobat Sang Nenek, uang itu juga akan Asha gunakan untuk mengubah takdirnya. Semua itu Asha lakukan sebegai langkah awal untuk membuat dirinya menjadi wanita yang lebih kuat, sehingga siap membalaskan dendamnya.
Bagi Asha, gadis lemah sepertinya memang harus merelakan sesuatu yang berharga dalam hidupnya untuk mewujudkan keinginannya. Terkesan egois memang, tapi itulah pilihannya. Menghilangkan keperawanan adalah salah satu pilihan terberat yang harus Asha lakukan untuk melepaskan imege lemah yang selama ini melekat padanya.
"Bagian mana saja yang masih perawan?" Usan bangkit dari duduknya. Kemudian berjongkok tepat di hadapan Asha, Asha langsung menundukkan wajahnya dalam kala tak sanggup memandang mata tajam Usan yang seakan dapat merengut nyawanya hanya dengan tatapan menakutkan itu.
"Tenang dan rileks saja. Meski suka melahap gadis-gadis hangat, tapi lahapanku tidak akan membuatmu kehilangan nyawa," tutur Usan mengulur tangannya, lalu mengangkat wajah Asha dengan lembut.
Asha menengadah, menelan saliva bersusah payah saat kembali menatap pria tampan namun menyeramkan yang kini tersenyum smirik menatapnya. "Bagian mana saja yang masih perawan?, aku perlu tahu agar bisa meletakkan harga yang sesuai untukmu."
"Se-semuanya, Tu-an. Semuanya masih perawan," jawab Asha dengan mata berkaca-kaca, napasnya menjadi sesak karena kesulitan mendapatkan oksigen ketika berhadapan dengan pria tangguh seperti Usan.
"Apa ini juga?" Usan mengusap bibir ranum Asha dengan lembut sambil tersenyum miring.
"Iya, Tuan," jawab Asha memejamkan sebelah matanya kala merasa geli akan usapan lembut pada bibir sensualnya. Itu adalah pertama kalinya bibir ranum itu bersentuhan dengan kulit orang asing, sehingga Asha merasa kurang nyaman.
"Aku ingin kamu sendiri yang memerawani tubuhmu," pinta Usan menarik kembali tangannya.
"Ma-maksud, Tuan." Asha berpikir kalau Cassanova itu memintanya untuk bermain sendiri, bagaiamana caranya? Sungguh Asha tidak mengerti apa-apa tentang hal itu. Asha tidak punya pengalaman sama sekali.
"Kamu sendiri yang bekerja, aku tidak suka memaksa. Karena kamu masih perawan, aku mau kamu sendiri yang memerawani tubuhmu. Dengan kata lain, kamu yang melayaniku dan bermain-main di atas tubuhku," jelas pria itu tersenyum smirik sambil mengelus dagunya yang ditumbuhi sedikit rambut-rambut halus yang biasa disebut jenggot atau brewok.
Mendengar penjelasan pria menyeramkan itu, Asha kembali menelan saliva yang tercekat. Asha ragu untuk maju, tapi tidak ingin mundur. Hingga akhirnya, Asha memilih siap melakukan apa pun, asalkan mendapatkan apa yang dia inginkan.
Keegoisan yang Asha pilih saat ini, adalah langkah agar dia semakin berani bertindak dan memutuskan suatu hal untuk kedepannya. "Baik, Tuan. Akan saya lakukan sebaik mungkin," tegas Asha yakin.
"Bagus. Sekarang ganti dulu pakaianmu," titah Usan sambil melempar sebuah gaun kurang bahan tepat ke arah wajah Asha.
Asha bangkit, berjalan gontai menuju kamar mandi serta membawa gaun seksi berwarna hijau tua itu bersamanya.
"Tunggu," cegat Usan membuat Asha reflek menghentikan langkahnya, Asha berbalik badan dan menatap takut wajah menyeramkan Usan yang juga menatapnya dengan senyuman smirik.
"Ada apa, Tuan?" tanya Asha memberanikan diri.
Usan lagi-lagi mengelus dagunya yang ditumbuhi rambut-rambut halus. "Jangan lupa bersihkan dirimu, aku tidak suka wanita kotor dan bau," entah kenapa Asha merasa sakit hati ketika mendengar ucapan benar Usan. Ya, benar dirinya memang kotor dan bau. Pulang bekerja Asha langsung menuju tempat terkutuk ini tanpa sempat membersihkan diri atau pun mengganti pakaian.
Cukup lama Usan menunggu Asha keluar dari kamar mandi, hingga akhirnya pintu kamar mandi berderit dan Usan langsung menoleh ke arah sana secepat kilat.
Usan terbebelak kaget melihat perubahan pada wajah dan juga tubuh Asha, tidak disangka wanita culun kotor dan bau sebelumnya, telah menjelma menjadi wanita cantik dengan tubuh indah bak gitar spanyol. Lekukan itu benar-benar membuat Usan tak bergeming. Ukuran tubuh Asha sangatlah sempurna di matanya, baru kali ini Usan melihat ada wanita secantik dan seseksi Asha.
"36d dan L, ukuran yang sangat sempurna," Usan langsung menebak tepat ukuran bra dan cd Asha.
Siapa sangka dibalik dandanan culunnya dan dibalik pakaian longgarnya, terdapat setriliun kesempurnaan yang luar biasa. Asha mulai berjalan mendekat. Karena gaun seksi itu, Usan seakan melihat Asha berjalan sambil meliuk-liukan tubuhnya, padahal kenyataannya, Asha berjalan seperti biasa. Salahkan tubuhnya yang terlalu indah, hingga membuat imajinasi Usan semakin liar.
Asha kembali duduk di lantai seperti sebelumnya, dengan posisi seperti itu, Usan dapat melihat dua bongkahan Asha yang sedikit menyembul dari tempat persembunyiannya—kala kedua tali tipis yang menggantung di bahu malah turun ke bawah.
Lihatlah bagaimana Usan kesulitan menelan saliva, kala tak sanggup menahan diri untuk tak menerkam Asha yang tampak begitu menggoda di matanya. Jika sebelumnya dia memandang wanita culun itu sebelah mata. Namum kini, bola matanya yang seakan keluar dari tempatnya ketika gadis culun itu tak lagi memakai kacamata tebalnya dan menyingkirkan pakaian longgar yang menutupi tubuhnya yang indah.
Pada malam nahas itu, Asha terpaksa memperlihatkan semua bagian yang selama ini dia sembunyikan. Asha melakukan itu semua agar Usan mau memberikan harga sesuai keinginannya.
"Berapa harga tubuh saya, Tuan?" tanya Asha menengadah menatap Usan penuh harap membuat Usan tersenyum smirik.
"Kemarilah," Usan menepuk ranjang di sampingnya dan meminta Asha untuk duduk tepat di sebelahnya. Asha bangkit kemudian duduk di samping Usan, jarak mereka begitu dekat, hingga Asha dapat mencium aroma mint menyegarkan dari tubuh Usan.
Perlahan Usan mengangkat wajah Asha, bibir merah merona alami itu benar-benar membuat Usan menggila. "Sebutkan saja berapa harga yang kamu inginkan," ujar Usan. Mendengar itu Asha menelan saliva, berada begitu dekat dengan Usan membuatnya serba salah. Asha ingin berucap, tapi lidahnya kelu hingga suaranya tak tembus.
"Katakan berapa?" Usan kembali menanyakan pertanyaan yang sama sambil mengelus lembut pipi Asha, tubuh Asha merinding sebagai bentuk respon alami.
"Dua ratus juta, Tuan." jawab Asha menatap Usan yakin.
"Dunia ini terlalu kejam bila kamu hanya mengandalkan kecantikan untuk mendapatkan uang," Usan mengusap bibir sensual Asha lembut.
Untuk itulah saya akan mengubah takdir hidup saya, Tuan.
Usan langsung merebahkan tubuhnya sambil berkata. "Sekarang lakukan tugasmu!"
.
.
.
Dusan Atlemose Talsen Baldev (Usan)
Dasha Drace (Asha)
"Sekarang lakukan tugasmu!" seru Usan langsung merebahkan tubuhnya. Sesuai permintaan sebelumnya, Usan ingin Asha sendiri yang bermain-main di atas tubuhnya.
Asha terdiam, kini dia kembali harus berperang melawan keraguannya. Namun, seketika Asha yakin, setelah mengingat Nenek yang membutuhkannya dan juga kematian Sang Ibu yang harus dia selidiki. Saat mengingat semua itu, tiba-tiba saja keberanian yang begitu besar berkobar bak api yang menyala. Tanpa Asha sadari, kini dirinya sudah berada di atas tubuh Usan.
Asha mendekat pada wajah rupawan Usan, mengikis jarak, kemudian menempelkan bibirnya pada bibir tipis Usan. Entah apa yang merasukinya hingga dapat melakukan hal itu dengan baik walau kaku, Asha mencium bibir itu dengan perlahan menuruti instingnya.
Usan pun tak tinggal diam, dia membuat cela agar Asha membuka mulutnya. Ketika itu terjadi, Usan langsung mengusai rongga mulut Asha dengan brutalnya, membuat Asha kaget sekaligus pasrah. Usan tak kunjung merasa puas mencari kehangatan di dalam sana, hingga Asha berontak karena hampir kehabisan napas.
Tak tahan dengan hasrat yang terus menggelora, Usan membalikan badan Asha secepat kilat. Hingga kini, dialah yang berada di atas tubuh Asha dan menguasai permainan. "Karena aku menyukai kehangatan yang kamu miliki, maka akulah yang akan melakukannya," tutur Usan kembali meraup kehangatan di rongga mulut Asha, membuat Asha menggila karena Usan terus bermain-main disetiap titik sensitif di tubuhnya.
Setengah jam berlalu, Asha pun kaget ketika tubuhnya dan Usan sama-sama telah polos sempurna, entah sejak kapan Usan melucuti gaunnya, Asha tak mengingatnya jelas. seketika Asha mengalihkan pandangannya—kala tak sengaja melihat benda gagah yang berdiri tegap seakan siap mengoyak tubuhnya.
Asha memejamkan matanya erat ketika benda keras itu mulai menyatu dengan tubuhnya dan mengoyak harta paling berharga yang selama ini dia jaga. Walau sakit luar biasa yang Asha rasakan, tapi Asha berusaha sekuat tenaga menahan dan memastikan tidak ada setetes pun air mata kesedihan apa lagi penyesalan yang mengalir dari kedua sudut matanya.
Permainan Usan semakin brutal, entah sudah berapa kali pria itu membuat tubuh Asha bergetar hebat. Tapi, dia tak semenit pun membiarkan Asha beristirahat, dia terus bermain brutal tanpa memikirkan Asha yang benar-benar telah kehabisan tenaga.
Walau tubuhnya terasa seperti diremuk-remukkan, Asha tak peduli, dia tetap menahan semua itu demi uang dua ratus juta yang akan mengubah takdirnya ke depan. Setelah ini, Asha pastikan tidak ada satu pun orang yang dapat merendahkan apalagi menyakitinya. Asha pastikan kalau malam ini adalah penderitaan terakhir dalam hidupnya.
Rasa sakit ini, tidak akan pernah aku lupakan.
Asha kemudian menutup matanya di kala rasa ngantuk tak dapat lagi ditahan. Sedangkan Usan, masih terus memuaskan hasratnya walau Asha sudah kehilangan kesadaran.
***
Usan terus memperhatikan gerak-gerik Asha dari layar monitor cctvnya, yang memperlihat Asha terbangun dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Wanita seksi penuh kehangatan yang candu itu, tampak menengadahkan wajahnya ke atas seakan ingin memasukan kembali air mata yang mengalir. "Dia menyesal," gumam Usan pelan.
Melihat Asha bangkit dengan tubuh polosnya, tubuh bagian bawah Usan tiba-tiba bangkit kembali. Entah magnet jenis apa yang ada pada tubuh Asha hingga dapat menarik dan membuat Usan menginginkan tubuh itu lagi dan lagi.
Meksi hasratnya kembali berkobar, tapi Usan berusaha menahannya. Usan memegang dadanya yang berdebar tak beraturan, melihat Asha yang terjatuh ke lantai, membuatnya merasa sakit di hatinya. Usan ingin pergi, berlari menuju wanita yang rapuh itu dan menuntunnya untuk bangkit. Ketahuilah, ini adalah pertama kalinya Usan merasa kasihan kepada seseorang.
"Evan, tambahkan uang 100 juta lagi untuk wanita yang ada di hotelku. Pastikan juga dia pulang ke rumahnya dengan selamat. Satu lagi, ingat alamat rumahnya karena aku masih menginginkannya," titah Usan pada Sekretaris Evan.
"Baik, Tuan."
Beberapa jam kemudian, Sekretaris Evan pun kembali ke ruangan Tuannya untuk melaporkan tugas yang baru saja dia jalani.
"Tuan, Nona Asha tidak mau menerima bonus pemberian Tuan." lapornya.
"Kenapa?"
"Nona bilang dia tidak ingin menerima belas kasihan. Dia hanya menjual dan Tuan membeli sesuai harga, Nona tidak ingin terikat budi jasa. Jadi, dia menolak."
"Menarik."
***
Tiga tahun kemudian.
Malam itu, Usan berangkat ke club Blue Sea, untuk menemui sahabatnya yaitu Xean. Tiba di sana, seperti biasa Usan langsung menuju ruangan khusus di mana Xean berada.
"Akhirnya kau datang juga, kau benar-benar akan rugi kalau tidak datang malam ini," sambut Xean yang berprofesi sebagai seorang Dokter. Tapi, dia sangat membenci profesi yang menurutnya adalah kutukan turun temurun itu. Tak heran, bila dia adalah Dokter yang selalu berulah.
Lihatlah bagaimana penampilannya, mana ada seorang Dokter dipenuhi tato di sekujur tubuhnya, tapi orang-orang sudah tak lagi heran, karena itulah keunikannya. Meski selalu membuat masalah dan bekerja sesuka hati, tapi dia adalah Dokter terbaik di rumah sakit milik Daddynya.
Dia selalu berhasil melakukan operasi tingkat tersulit sekali pun, dialah Dokter Xean, Dokter tertampan dan terhebat, namun sayangnya dia adalah seorang playboy cap buaya.
"Ada apa?" tanya Usan langsung duduk di hadapan Xean yang kini dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang hanya mengenakan bra dan juga cd.
"Masuklah ke kamar, aku sudah menyiapkan wanita yang juga memiliki ranjang terhangat dan pastinya dia juga masih bersegel," tutur Xean sambil meneguk anggur yang disuapkan kepadanya.
"Ini adalah wanita ke-seribu yang kau katakan penuh kehangatan. Tapi, tidak ada satu pun yang bisa menandingi kehangatan yang akan dapatkan tiga tahun lalu."
"Aku pastikan kali ini berbeda karena yang kali ini benar-benar masih perawan, tubuhnya juga sangat seksi persis seperti gadis yang kau ceritakan. Aku yakin kau akan mendapatkan kehangatan ranjang seperti tiga tahun lalu, coba saja dulu."
Mendengar ucapan Xean yang begitu meyakinkan, Usan pun melangkahkan kakinya menuju sebuah kamar khusus yang ada di ruangan itu. Usan berharap wanita ke-seribu ini benar-benar mampu membuatnya mendapatkan kehangatan seperti tiga tahun lalu. Jika tidak, maka Usan tidak akan menyerah mencari di mana keberadaan gadis pemilik ranjang terhangatnya.
Masuk ke dalam kamar, Usan langsung disuguhkan pemandangan indah seorang wanita tanpa busana yang terbaring menggoda di atas ranjang. Melihat itu, seketika jiwa kelelakian Usan bangkit, Usan naik ke atas ranjang sambil menatap menginginkan perempuan yang kini mengusap rahangnya berusaha menggoda.
"Benar masih perawan?" pertanyaan tiga tahun lalu kembali Usan utarakan.
"Coba Tuan rasakan," wanita penggoda itu mengambil tangan Usan, lalu menuntunnya untuk merasakan inti di bawah sana.
"Sempit bukan?" tanyanya dengan raut wajah khas wanita penggoda.
"Lakukan tugasmu!" seru Usan merebahkan tubuhnya secepat kilat. Wanita bayaran itu pun langsung melakukan tugasnya. Usan merasa wanita itu begitu ahli, tapi tetap saja Usan tidak merasakan kehangatan seperti dulu. Apa yang dilakukan oleh wanita itu, tak mampu membuatnya menggila, hanya ada nafsu seperti biasanya.
Lolan menikmati ketika wanita mulai melakukan inti kegiatan dan benar saja ada darah tanda keperawanan. Tapi, Usan bukanlah laki-laki yang dapat dibohongi dengan begitu mudah. Tentu dia tahu bagaimana rasa asli dan palsu.
Hanya sekali pelepasan, Usan langsung menyingkirkan wanita itu menjauh dari tubuhnya. Usan bangkit dan memasang kembali pakaiannya dengan cepat.
"Kenapa, Tuan? Apa pelayanan saya kurang memuaskan?" Meski begitu, saya adalah gadis perawan, Tuan harus memberikan saya kompensasi yang besar," cerca wanita bayaran itu tak terima.
"Aku tak suka wanita palsu, kau tulis saja berapa pun yang kau mau," balas Usan melemperkan sebuah cek kepada wanita itu, wanita itu tersenyum puas. Dengan uang yang akan dia minta, dia dapat melakukan operasi berpuluh-puluh kali lagi dan dia sama sekali tidak akan rugi.
"Usan, kau mau ke mana?" tanya Xean kecewa karena kembali gagal menemukan wanita yang diinginkan oleh sahabatnya itu. Usan mengabaikan pertanyaan Xean. Usan tetap melaju pergi.
Sudah tiga tahun, Xean maupun Usan tak kunjung menemukan keberadaan wanita yang dicari. Wanita ke-seribu ini gagal dan itu artinya, Xean harus menelan kenyataan pahit bahwa dirinya benar-benar telah kalah dalam pertaruhan ini.
Itu artinya, Xean akan terus menjalani hidup sebagai seorang Dokter hingga nanti dia menemukan wanita yang juga mampu membuatnya menggila, bila berhasil menemukan jodoh yang sesungguhnya, maka hukuman pertaruhannya dan Usan barulah akan dapat dicabut.
***
Keesokan paginya, seperti biasa Usan dihadapkan dengan berbagai macam dokumen yang perlu dia baca, analisis, lalu tanda tangani.
"Aku bisa gila melihat benda ini. Evan!" panggil Usan berteriak.
"Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sekretaris Evan sopan.
"Kau saja yang urus benda menyebalkan ini," Usan memilih bersandar di kursi kebesarannya sambil memejamkan matanya lelah.
"Baik, Tuan. Akan saya laksanakan, tapi untuk saat ini juga Tuan harus pergi ke ruang meeting untuk bertemu dengan partner kerja kita yang baru," tutur Sekretaris Evan memerintah.
"Sial! Kapan dunia menyebalkan ini akan berakhir!" kesal Usan, tapi dia tetap melangkah pergi menuju ruangan meeting yang ada di lantai bawah.
Tiba di ruangan itu, Usan langsung duduk di singasananya, yaitu sebuah kursi kebesaran yang letaknya di tengah-tengah sehingga dia bisa menatap satu persatu wajah bawahannya, yang terlihat tegang setelah kehadirannya.
"Nona, silahkan dimulai," ucap seorang pria terlihat berani.
"Kau keluar," usir Usan. Baginya, dialah yang berkuasa untuk mengatakan kapan acara dimulai, siapa pun yang berani melanggar. Maka, hanya akan ada dua kata yang keluar dari bibir tipisnya, yaitu keluar dan dipecat.
"Tapi, Tuan. Salah saya apa?"
"Kau dipecat, sekarang keluarlah sebelum aku menghabisimu," tekan Usan membuat pria itu pergi dengan menelan kekecewaan. Kejadian itu, membuat suasana di ruang meeting semakin mencengkam.
Tuan Usan seribu kali lipat lebih kejam dari Tuan Simone, yaitu Kakak dari Usan yang kini tak bisa memimpin perusahaan karena masih dalam masa pemulihan usai kecelakaan.
Di dalam ruangan itu, satu pun tidak ada yang berani mengangkat wajah ataupun bersuara. Hanya ada seorang wanita yang mengangkat wajahnya dengan tersenyum smirik, Usan membalasnya juga dengan senyuman smirik. Jelas Usan mengenal seorang perempuan yang mampu menarik perhatiannya itu. "Aku menemukan si Culun pemilik ranjang terhangat."
*
*
*
Tiga Tahun Kemudian....
Usan (CEO TB Grup)
Asha (pemilik Dash Boutique)
Alxean Jonason (Dokter Xean)
Tidak pernah Asha duga bahwa takdir akan mempertemukannya kembali dengan seorang pria di masa lalu, seorang pria yang telah membeli keperawanannya. Hal itu terjadi tanpa dapat Asha kendali, tidak disngka Cassanova gila itu menjadi rekan kerjanya.
Sebelumnya, Asha ditunjuk langsung oleh Tuan Simone untuk merancang busana musim gugur tahun ini. Tanpa berpikir panjang, Asha langsung menerima tawaran itu karena akan sangat berpengaruh pada butiknya yang memang sedang naik daun.
Asha juga sudah sempat bertemu dan berdiskusi dengan Tuan Simone tentang desain rancangannya dan Tuan Simone Sang CEO TB Grup begitu tertarik akan desain yang Asha rancang. Untuk itulah kerja sama antara TB Grup dan Dash Boutique akan terus dilanjutkan.
Tapi, tak disangka Tuan Simone malah mengalami kecelakaan hingga diharuskan beristirahat total. Karena hal itu, maka Usan sebagai wakil CEO yang akan naik dan menggantikan Kakaknya. Karena itulah Asha begitu kaget dengan kehadiran pria di masa lalu yang kini tampak begitu murka ketika ada seorang karyawan baru yang memberi perintah mendahuluinya.
Melihat kearoganan pria itu, Asha begitu tercengang. Dari dulu hingga detik ini pria itu sama sekali tidak mengalami perubahan. Hanya rambut-rambut halus di dagunya, tato di tubuhnya serta otot-otot kencangnya saja yang bertambah banyak, membuat kesan menyeramkan, tampan sekaligus macho datang di waktu bersamaan.
Andai Asha tahu bahwa Adik dari Tuan Simone adalah pria itu, Asha pastikan dia tidak akan menerima tawaran kontrak dengan TB Grup. Tapi, apalagi yang bisa dilakukan, tanda tangan kontrak sudah dilakukan dan kerja sama sudah terealisasikan. Asha tak mungkin mundur dan menyerah.
Beberapa menit kemudian, Asha merasa tak perlu peduli dengan pria itu, dia hanya ingin membuat derajatnya semakin tinggi, supaya bisa kembali masuk ke dalam keluarga Ayahnya dan mencari bukti penyebab akan kematian Ibunya hingga dapat membalaskan dendamnya.
Asha tersenyum smirik ketika pria itu menatapnya kaget. "Apa sudah bisa dimulai, Tuan?" tanya Asha mendapatkan tatapan aneh dari karyawan lainnya, tatap itu seakan mengatakan kepadanya agar jangan berbicara lebih dulu sebelum Usan berbicara. Semua karyawan terlihat tegang dan pasrah karena mereka yakin kalau Asha-lah yang selanjutnya juga akan diusir dan dipecat oleh Tuan Usan.
"Presentasikan dengan baik, aku penasaran ingin melihat sebagus apa hasil rancanganmu, Nona Asha," para karyawan terlihat kaget mendengar Tuan arogan mereka memanggil Asha dengan sebutan nama. Selama menjadi CEO menggantikan Kakaknya, ini adalah pertama kalinya Tuan Usan menyebut seseorang dengan panggilan nama.
Pikiran negatif pun mulai menyebar, semuanya mengira keduanya sudah saling mengenal, bahkan ada yang mengatakan bahwa Tuan Simone dan Tuan Usan terlibat cinta segitiga dengan Asha. Kedua Putra keturunan TB Grup mencintai wanita yang sama, yaitu Asha.
Tidak dapat dipungkiri bila Asha mampu menarik perhatian kedua pewaris itu. Asha bukan hanya memiliki paras rupawan dan tubuh yang indah, tapi juga puncak karier yang gemilang. Tidak heran banyak pria bersaing untuk mendapatkannya.
Dengan percaya dirinya Asha bangkit dari duduknya, kemudian mempresentasikan hasil desainnya di hadapan semua orang. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak terpukau.
Bukan hanya kaum pria, tapi juga kaum wanita yang dibuat tak berkedip kala menatap kesempurnaan wajah, tubuh, dan keahlian seorang Asha. Lihatlah bagaimana CEO Cassanova itu tak mengedipkan matanya ketika menatap Asha, Usan menunjukkan padangan kagum sekaligus menginginkan.
Aku tidak akan melepaskannya. batin Usan tetap fokus pada pesona Asha, dia sama sekali tidak mendengarkan dengan baik atas apa yang kini Asha jelaskan.
"Bagaimana menurut anda, Tuan Usan?" tanya Asha berani, berbeda dengan tiga tahun lalu yang bahkan tubuhnya langsung membeku ketika berhadapan dengan mata tajam itu.
"Sempurna," jawab Usan singkat padat dan tepat.
"Kalian semua keluarlah," tunjuk Usan pada semua karyawannya. Semuanya bernapas lega dan langsung keluar dari ruangan sebelum Tuannya berubah pikiran. Bagaimana pun mereka semua tidak ingin kehilangan pekerjaan yang mereka dapatkan dengan susah payah.
"Kau kemarilah," panggil Usan pada Asha yang masih berdiri di hadapan layar lcd di depan sana. Perlahan Asha pun mendekat, kali ini dia sama sekali tidak takut.
"Ada apa, Tuan?" tanya Asha yang kini berdiri tepat di samping Usan.
"Tidak disangka kita kembali bertemu setelah tiga tahun berlalu. Apa saja yang kamu lalukan tiga tahun belakangan ini?, apa kamu juga mengandung anakku?, aku ingat saat itu tidak menggunakan pengaman."
"Hallo Tuan Usan, ini bukanlah dunia komik atau Novel yang pemeran wanitanya bisa hamil dengan sekali permainan. Dengan permainan buruk itu, mana mungkin dapat membuatku hamil dalam semalam," ejek Asha sengaja.
"Katakan padaku, pria mana yang mampu bertahan hingga sembilan kali dalam semalam, seperti rekorku di malam itu," balas Usan memutar kursinya ke samping hingga dapat bertatapan dengan Asha yang terlihat begitu mempesona di matanya.
"Priaku saat ini. Priaku saat ini dapat melakukannya lebih dari sembilan kali dalam semalam tanpa menyakitiku," kilah Asha.
"Siapa pria itu? Aku ingin melihat seperti apa pria yang mendapatkan sisaku."
"Tuan tidak perlu tahu, saya akan pergi karena sudah membuat janji dengannya," Asha langsung berbalik badan akan pergi, tapi gagal kala Usan mencegatnya.
"Jadilah wanitaku. Kalau tidak, semua jerih payahmu akan hancur hanya dengan jentikan jariku."
*
*
*
Usan
Asha
Simone Atlemose
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!