NovelToon NovelToon

Maaf, Untuk Lukamu!

Pagi yang sibuk

Setiap pagi bagi Arumi adalah perjuangan. Dari mulai bangun di pagi buta, membuat kue, menyiapkan sarapan dan keperluan kedua anaknya, menitipkan dagangannya di kios-kios dan mengantar kedua anaknya ke sekolah. Tidak ada kata lelah dalam kamus wanita 25 tahun tersebut.

Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, dia harus berkutat merawat kedua anaknya sendirian. Tidak ada sanak keluarga, apalagi suami. kehamilan nya membuat terusir dari rumah sang paman. Kehamilan Arumi merupakan aib bagi seluruh keluarga, sehingga tidak satupun dari mereka yang mau menerima wanita malang tersebut.

"Elsye, Eiden. Ayo mandi, kalian akan terlambat jika terus berlarian seperti itu." Kedua anak nya itu selalu riwuh jika urusan mandi, ada saja alasan keduanya agar bisa menunda waktu jika sang ibu menyuruh untuk segera mandi.

Kedua bocah berusia 4 tahun tersebut terus bermain, saling mengejar satu sama lain tanpa mempedulikan ibu mereka yang sudah lelah membujuk mereka.

"Jika kalian tidak ingin segera mandi, ibu tidak akan mengijinkan kalian ikut bersama daddy Mike." Ucapan sang ibu membuat kedua bocah itu seketika berhenti, mereka saling menatap satu sama lain, kemudian bergegas menuju kamar mandi.

Arumi hanya tersenyum tipis, melihat ancaman nya berhasil membungkam kekacauan kedua anaknya. Seperti nya nama Mike harus selalu dia pakai, untuk menjadi senjata Andalan nya. Entah sampai kapan, dia pun tak tau.

"Aku dengar ada seseorang yang menyebut namaku sebagai tameng, hmm?" Arumi terlonjak kaget, dia mengusap pelan dadanya. Lalu mendelik kesal pada pria yang tiba-tiba muncul dibelakang nya.

"Astaga, Mike. Kau membuatku jantungan." Omel wanita itu tak suka.

"Maaf, apa kedua anakku sudah siap? Hari ini adalah hari ayah pertama mereka di sekolah. Aku sudah mengosongkan jadwal ku agar bisa menemani mereka seharian." Mike menatap wanita yang telah mencuri hati nya dari sejak pertama bertemu. Seperti biasa, wanita itu tidak pernah peka, atau pura-pura tidak peka akan segala perhatian nya selama ini.

"Mereka baru saja mandi, sebentar lagi siap. Aku titip ini dulu, tolong jangan di habiskan ya." Seloroh Arumi menunjuk adonan roti didalam wadah itu. Kemudian meninggalkan Mike menuju kamar kedua anaknya.

Membuat pria itu mendengus, memangnya dia selapar itu sampai makan adonan roti mentah.

Setelah menunggu beberapa menit terdengar teriakan cempreng Elsye dan Eiden, yang berlomba untuk mencapai Mike terlebih dahulu.

"Hei princess, boy. Jangan berlari, kalian bisa jatuh, kemari lah. Daddy sangat merindukan kalian." Mike merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedua anak itu ke dalam pelukannya.

"Daddy kemana saja selama satu Minggu ini? Apa daddy sedang mencari mommy baru untuk kami? Apa karena ibu galak pada kami berdua makanya daddy ingin mengganti nya. Begitu kah, dad?" Si ceriwis Elsye mencecar Mike dengan pertanyaan tanpa jeda. Membuat pria terkekeh gemas mendengar nya.

"Tidak princess, ibu kalian tak tergantikan. Dia adalah ibu yang hebat, kalian harus bangga memiliki nya. Jadi Jangan pernah kesal jika ibu kadang memarahi kalian. Oke?" Mike selalu tau cara menghadapi sikap cerewet Elsye.

"Ya, ibu baik dan hebat. Aku sangat menyayangi ibu, walau kadang ibu suka marah jika kami nakal." Eiden merendahkan suaranya di ujung kalimat. Berharap ibu nya tidak mendengar, namun suara kecil Eiden masih tedengar jelas di telinga sang ibu.

Arumi hanya tersenyum kecil menanggapi celotehan sang anak, dirinya memang sering memarahi kedua anak super aktif itu. Meski mereka tidaklah nakal, namun ada saatnya dimana dirinya sudah terlalu lelah dan butuh sejenak beristirahat. Tapi keduanya sama sekali tidak bisa di ajak kompromi.

Di situlah, Kadang emosi nya sedikit terpancing, dan itu manusiawi. Hanya sedikit menaikkan tekanan suara, berharap agar kedua anaknya mau mengerti. Walau kadang lebih banyak tidak berhasilnya, jika sudah begitu, dia akan memilih untuk mengalah. Berbaring sebentar memejamkan kedua mata nya, meski tidak bisa tidur namun cukup untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya.

"Kalau begitu jangan nakal lagi, apa kalian tidak kasihan pada ibu. Lihatlah, tubuh mungil ibu, dia begitu lelah seharian. Jadi jangan membuat nya sedih dengan kenakalan kalian, oke." Mike kemudian mendudukkan kedua bocah itu di kursi nya masing-masing.

"Ayo kita sarapan dulu, hari ini kita butuh banyak energi. Kita akan mengikuti kegiatan hari ayah di sekolah kalian, ada banyak permainan dan perlombaan di sana. Jadi, pastikan anak-anak daddy punya tenaga yang cukup untuk bertempur." Pria itu mengambil alih pekerjaan Arumi untuk melayani kedua anak itu.

"Apa segini cukup boy?"

"Cukup dad, aku takut gendut seperti Jessy jika makan terlalu banyak." Ujar nya polos, Mike hanya tersenyum mendengar nya.

"Dan, princess. Apa kau tidak takut gendut seperti jessybelle, hmm?" Mike mengusap sudut bibir mungil Elsye yang terdapat sisa nasi goreng.

"Namanya, Jessy dad. Jessybelle itu hantu, nanti dia bisa marah jika mendengar nya." Protes Eiden tak suka, nama temannya diubah seenaknya.

"Oke baiklah, maaf. Daddy salah, jangan beritahu pada temanmu itu ya. Atau nanti dia akan memarahi daddy saat di sekolah." Mike menampilkan wajah penuh penyesalan yang di buat-buat, membuat Arumi tersenyum lucu.

Sementara keduanya nampak terkikik geli, melihat raut wajah mike yang seolah takut pada temannya itu.

"Ini tas kalian, sudah ibu siapkan botol minum disampingnya. Ibu tidak membuat bekal, hari ini, kuraslah uang Daddy kesayangan kalian. Beli makanan yang kalian mau, ingat hanya makanan, bukan yang lainnya." Ucapan penuh peringatan sang ibu membuat keduanya mencebik tak suka.

Berbeda dengan Mike, dia selalu suka jika keduanya meminta sesuatu padanya. Akan dengan senang hati dia mengabulkan permintaan mereka, walau harus mendapat omelan panjang lebar dari wanita di hadapannya itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Oke, kids. Dengar, hari ini kita akan bersenang-senang, jika nanti dalam permainan ada diantara kalian yang kalah. Jangan ada yang bersedih, mengerti. Itu hanya permainan, jadi tidak perlu terlalu serius, bermain lah sesuka yang kalian inginkan." Mike mulai memberikan ultimatum pada keduanya. Dia tau kedua anaknya itu paling tidak suka di kalahkan. Oleh sebab itu, dia merasa wajib untuk membriefing kedua bocah itu sebelum masuk dalam permainan.

"Baik dad, tapi jika kami menang, apa daddy akan memberikan hadiah?" Si ceriwis Elsye mulai bernegosiasi.

"Hmmm... Baiklah. Walau kalian kalaupun, akan tetap daddy beri hadiah. Jadi bermain lah bersama teman-teman yang lain, daddy akan melihat dari sini." Mike kemudian duduk di salah satu kursi yang telah di siapkan oleh pihak sekolah. Dengan memangku tas kedua anaknya, dia mengambil beberapa gambar Elsye dan Eiden, yang tengah melakukan permainan menyusun puzzle angka. Kemudian mengirimnya pada ibu dari kedua bocah itu.

'Mereka sedang berlomba menyusun puzzle.'

'Apakah mereka bersikap baik, pastikan teman dihadapan mereka berdua duduk dalam posisi yang aman, Mike.' Balas Arumi

'Mereka bersikap baik. Apa ada yang salah dari posisi duduknya?' Mike mengernyit kening nya heran, tiak ada yang salah dengan posisi anak itu duduk.

'Kau akan tau nanti. Selamat berjuang untuk hari ini, titip kedua anakku. Aku akan sediki sibuk, aku akan membuat dua pesanan kue ulang tahun.' Balas wanita itu lagi tanpa penjelasan.

Balasan Arumi yang menggantung, membuat Mike semakin penasaran. Dia mencoba menelisik posisi duduk anak perempuan di seberang Elsye, tetap tidak menemukan kejanggalan apapun.

Jawaban ketidakpahaman Mike

'Baiklah, selamat berjuang juga untukmu yang selalu menolak cintaku😘😘🥲' Arumi tersenyum geli membaca pesan dari Mike. Pria itu selalu to the point jika menyangkut perasaan nya.

'Terimakaaih sebelumnya, jika anak-anak mulai merepotkan. Bawa pulang saja, jangan terlalu memanjakan mereka. Itu tidak baik, tuan Mike.'

Mike membaca pesan balasan dari arumi, berharap wanita itu sedikit menanggapi pesan nya tadi. Namun seperti biasa, arumi selalu bisa mengalihkan topik dengan mudah. Hatinya sedikit kecewa, namun memaksa, dia juga tidak bisa. Wanita itu berhak menentukan pilihannya sendiri, bukan?

'Siap, nyonya. Perintah anda akan hamba laksanakan 😎😎' Lain di hati lain di ketikan. Mike selalu kalah jika menyangkut wanita itu. Kemudian dia mulai melanjutkan kegiatannya, memotret setiap kegiatan kedua anak itu.

Namun tak lama, terdengar suara tangisan yang berasal dari arah kedua bocah itu bermain. Mike kaget bukan main, saat melihat anak perempuan yang ada tepat di hadapan Elsye. Sudah dalam keadaan terlentang, dengan kedua kaki yang masih melipat kearah belakang. Betapa sakit nya itu jika tidak terbiasa melakukan nya.

Mike segera berlari menuju arah sana, begitu juga dengan gurunya yang entah ada sedang apa dan dimana, hingga meninggal kan anak-anak itu bermain tanpa pengawasan.

"Angel, kau tidak apa-apa sayang, ayo bangun. Tidak apa-apa, mana yang sakit, hmm?" Guru itu dengan telaten memeriksa kepala belakang anak itu yang baru saja mencium ubin.

"Elsye, Kenapa Angel bisa rebah, nak?" Tanya sang guru lembut.

Mike duduk di samping kedua anaknya, kemudian menatap mereka satu persatu.

"Katakan pada daddy, kenapa temanmu bisa rebah ke belakang seperti tadi, hmmm?" Mike bertanya tak kalah lembut dari guru tadi, membuat atensi sang guru beralih pada Mike.

"Apa anda ayah Elsye dan Eiden, tuan?" Tanya nya seramah mungkin, lalu memperbaiki letak duduknya. Nampak nya pesona seorang Mike sudah menghipnotis guru tersebut.

"Ah, ya benar. Aku daddy mereka. Maaf atas kejadian ini, aku yakin putri dan juga putraku pasti tak sengaja mendorong teman mereka. Benarkan sayang?" Mike Menatap keduanya dengan tatapan berharap, agar mereka mendukung statement nya tersebut.

"Dia mengambil bidang angka milik Eiden, makanya aku mendorong nya dad, dia yang nakal terlebih dulu." Jawaban Elsye, membuat Mike ingin menenggelamkan kepalanya kedalam tanah sekarang juga.

Dengan perasaan tidak enak dan malu, pria itu menatap guru yang masih berusaha untuk menenangkan tangisan si bocah perempuan. Yang masih sesenggukan di pelukan wanita muda itu.

"Maaf atas perbuatan anak-anak ku, miss...." Mike menggantung ucapannya.

"Mis Diana, panggil Di saja juga boleh." Jawabnya tersenyum malu-malu.

"Oh, oke. Maaf atas sikap kedua anakku, miss Diana. Aku akan meminta maaf pada orang tua nya, apa mereka ada di sini sekarang?" Tanya Mike tanpa mempedulikan wajah merona miss Diana.

"Mereka tidak ikut acara hari ini, Angel sudah biasa di titipkan hingga sore hari. Dia akan di jemput setelah kedua orang tuanya pulang bekerja. Tidak perlu meminta maaf, namanya juga anak-anak, lagipula kepala nya tidak apa-apa. Mungkin Angel hanya terkejut, makanya dia menangis keras." Jelasnya seruntut mungkin, dengan senyum ala pasta gigi yang terus tersungging sempurna.

"Baiklah, tetap saja perbuatan mereka tidak bisa di benarkan. Sekali lagi, maafkan anak-anak ku. Sampai kan pesan permintaan maafku pada kedua orangtuanya, jika nanti mereka datang menjemput nya." Pesan Mike pada guru tersebut. Dia ingin segera mengajak anak-anak nya pergi dari sana, melihat wanita itu terus tersenyum padanya, membuat Mike risih.

"Baiklah jika anda memaksa tuan...."

"Mike saja, tidak usah pakai tuan." Potong pria itu cepat.

"Oh, baiklah Mike. Akan aku sampai kan nanti." Ujarnya kembali tersenyum. Mike benar-benar ingin ingin punya kekuatan gaib sekarang, agar bisa segera menghilang dari sana.

"Apakah anak-anak sudah boleh pulang sekarang, miss Diana?" Tanya Mike dengan senyum dipaksakan.

"Jika mereka ingin pulang, tidak masalah, hari ini adalah hari bebas. Bawa anak-anak ke meja yang di ujung sana, ada hampers yang sudah di siapkan khusus untuk anak-anak." Wanita itu menunjuk ke arah meja, yang sedang di tunggui oleh dua guru yang terlihat sedang mengobrol manja.

"Baiklah, miss Diana. Kalau begitu kami permisi duluan." Mike kemudian menggendong sekaligus kedua bocah pembuat masalah tersebut, menuju meja yang di maksud oleh guru tadi. Dia sudah tidak betah dengan tatapan genit guru tersebut, yang seperti ingin melahapnya hidup-hidup.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Kini ketiganya sedang berkendara menuju ke sebuah mall, untuk membelikan hadiah atas kenakalan kedua bocah tersebut.

"Kenapa tadi harus di dorong sayang, itu tidak baik. Bagaimana jika kepalanya terluka, apa kalian tidak kasihan melihatnya menangis seperti itu. Hmmm?" Pria itu selalu selembut itu, pada kedua bocah yang memiliki sifat keras kepala tersebut. Marah baginya tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan membuat keduanya semakin bebal.

"Karena dia nakal, ibu selalu memarahi kami jika kami berbuat nakal." Elsye selalu punya dalih atas perbuatan nya, sangat susah untuk membuat anak itu mengalah dan mengaku salah.

"Apa ibu akan langsung menyakiti kalian, jika kalian berbuat nakal, hemm?" Dengan sabar pria itu kembali bertanya.

"Tidak, tapi kata miss Diana, jika orang jahat harus di berikan hukuman. Bukankah mengambil barang milik orang lain itu jahat? Berarti dia harus di hukum, bukan?" Oh, Elsye. Jawabanmu selalu membuat Mike tak bisa berkutik. Kenapa juga guru itu harus memberikan pelajaran seberat itu, untuk bisa di cerna dengan baik, oleh anak-anak usia kritis seperti Elsye.

"Tetap saja itu salah, Elsye. Daddy tidak suka jika nanti Elsye melakukan nya lagi. Berjanji lah pada daddy, atau daddy tidak akan datang bermain bersama kalian dalam waktu yang lama. Apa kalian mengerti?" Mike melirik sekilas pada Elsye yang nampak sedang berpikir. Pria itu juga tidak tega, namun demi kebaikan kedua anaknya itu, dia harus bisa sedikit lebih tegas lagi mulai sekarang.

"Baiklah, dad. Tapi jika kami disakiti lebih dulu, maka kami akan membalas nya saat itu juga." Jawaban yang tidak Mike harapkan, namun cukuplah dulu. Dia hanya berharap, tidak ada anak-anak di sekolah yang mencari masalah dengan kedua anaknya. Atau mereka akan berakhir di UKS sekolah, dan dirinya akan berakhir di ruang BP. Untuk menjamin dan mendengarkan serentetan daftar kenakalan anak-anak nya itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Kalian ingin makan dulu atau langsung bermain?" Mike kini sedang berjalan memasuki area bermain, dengan menggendong Elsye dan Eiden yang setia menggenggam jari nya sejak turun dari mobil tadi.

Kesalahan yang menyadarkan

Kalian ingin makan dulu atau langsung bermain?" Mike kini sedang berjalan memasuki area bermain, dengan menggendong Elsye dan Eiden yang setia menggenggam jari nya sejak turun dari mobil tadi.

"Bermain dulu, aku belum lapar." Ujar Elsye dengan suara riang.

"Aku juga belum lapar dad, kita main saja dulu." Eiden menimpali kakak kembarnya tak kalah bersemangat.

"Oke, lets go, kiddos! Kita bermain sepuasnya hari ini." Seru Mike pada kedua anaknya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ken, tolong percayalah pada ku. Boby hanya mengarang, kami tidak ada hubungan apapun." Letty meraih kedua tangan Keenan dengan wajah memelas.

"Lagipula kenapa kau marah, bukankah kita tidak ada hubungan apapun. Selama ini kau selalu menggantung perasaan ku, ken. Apa kau sadar itu?" Bela Letty menuntut kejelasan hubungan mereka selama 4 tahun ini.

"Aku tidak marah, Letty. Aku hanya kesal kau lebih memilih pergi bersama Boby daripada menemani ku pergi." Elak Keenan, dia juga tidak mengerti dengan perasaan nya. Letty hanya sahabat nya, namun dia merasa memiliki wanita itu.

"Aku memang mencintai mu, Ken. Tapi aku juga seorang perempuan, hati ku lemah karena cintaku tak terbalaskan. Apa sikapku kurang baik selama ini, apa aku tidak cantik menurut mu. Katakan, Ken. Sikap mana yang harus aku perbaiki." Letty terisak pelan sambil menggenggam erat tangan pria yang di cintai nya itu.

Keenan Menatap iba pada wanita itu, Letty selalu ada untuknya selama ini. Wanita itu banyak membantu nya selama di Sydney. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Letty, yang setiap hari selalu mengacaukan harinya. Jadi ketika wanita itu mulai menjauhi nya dan dekat dengan pria lain, terasa ada yang kurang. Entah karena dia juga mempunyai perasaan yang sama atau sekedar terbiasa. Diapun tak mengerti dengan hatinya.

Keenan meraih wanita itu dalam pelukannya, dia tidak suka melihat wanita menangis. Namun tangis Letty malah semakin keras. Keenan tampak panik, tak tau harus berbuat apa untuk menenangkan nya. Tanpa aba-aba, dia mencium wanita itu, Letty yang terkejut hanya diam, tak menolaknya.

Membuat Keenan semakin memperdalam ciumannya, ciuman itu semakin menuntut. Kedua tangan Letty dikalungkan di leher pria itu, kedua tangan Keenan pun tak tinggal diam. Merasa tidak ada penolakan dari wanita itu, Keenan semakin berani. Dia menyusup kan tangannya di balik baju Letty, mengusap pelan kulit mulus wanita itu hingga berhenti di kedua benda bulat dihadapan nya.

Keenan menghentikan ciumannya lalu menatap sayu pada wanita didepannya, melihat wajah Letty yang sayu. Keenan melanjutkan ciuman nya, pria itu menyusuri leher jenjang Letty, menyesap dan meninggalkan bercak merah di sana. Tangannya dia selipkan kedalam penutup dada wanita itu, ciuman Keenan semakin turun. Tangan terampilnya menaikkan baju Letty hingga batas leher, dan terlihatlah aset bulat wanita itu yang sudah tak tertutup b*ra. Keenan langsung melahap nya bagai bayi yang kelaparan. Letty tanpa sadar mengeluarkan suara yang membuat Keenan semakin bersemangat.

Mereka bahkan lupa, jika mereka sedang ada di lorong belakang kampus. Yang sewaktu waktu bisa saja seseorang lewat di sana.

"Keeen, ahh..." Letty meremas rambut Keenan sambil menekan kepala pria itu ke dadanya.

Tangan Keenan merambat hingga kepaha Letty, membuat wanita itu bagai cacing kepanasan. Setelah berhasil menurunkan C*D wanita itu, Keenan mulai membuka gesper nya tanpa melepas puncak dada Letty yang masih berada dalam kuasa mulut nya.

Letty yang sudah berpengalaman itu mulai menaikkan satu kakinya hingga melingkar di pinggang Keenan, namun sebelum itu. Dia melepas C*dnya hingga lepas dari kaki kirinya.

Keenan yang sudah memposisikan dirinya untuk memasuki wanita itu, bahkan hanya tinggal sekali hentakan saja, maka terjadilah pergulatan penuh keringat itu. Mengingat jika wanita itu sudah sangat basah dibawah sana. Maka akan dengan mudah untuk menerobos nya.

Namun suara beberapa orang mahasiswa yang mendekat kearah mereka, membuat Keenan menggantikan aktivitas nya. Kemudian menatap wanita di depan nya yang sudah tampak begitu bergairah. Letty menahan tangan Keenan yang akan memasukkan kembali asetnya, lalu menggenggam lembut milik pria itu dan meng"ge*se*knya lembut pada intinya.

Keenan memejamkan matanya nya saat miliknya dituntun masuk, namun sedetik kemudian, Keenan menahannya, kenapa terasa sangat mudah. Apakah wanita itu sudah tidak perawan. Keenan menatap Letty yang menatapnya penuh permohonan. Wanita itu bergerak maju agar Keenan melanjutkan kegiatan mereka, Keenan tak bergeming.

Bahkan saat miliknya masuk dengan sempurna, berbeda dengan Letty yang sangat menikmati penyatuan mereka. Wanita itu memejamkan kedua matanya dengan mulut setengah terbuka. Saat akan kembali bergerak, Keenan mencabut asetnya. Membuat Letty membuka kedua matanya, apa Keenan akan berganti posisi pikirnya. Tanpa disuruh wanita itu membalik tubuhnya dengan sedikit memundurkan boko*ngnya.

Namun Keenan justru menurunkan rok mininya, juga bajunya juag memperbaiki celananya sendiri.

"Ken, what happen?" Letty memutar tubuhnya menghadap Keenan. Wajahnya nampak kecewa, karena pria itu menghentikan kegiatan mereka.

"Maaf, aku sudah berbuat keterlaluan. Sekali lagi, maafkan aku Letty. Aku tidak bermaksud, aku hanya terbawa suasana. Pulanglah, aku masih ada urusan lain." Pria itu berbalik akan meninggalkan Letty, namun sedetik kemudian menghentikan langkahnya. Lalu menoleh pada wanita itu.

" Lupakan apa yang baru saja terjadi, dan maafkan aku. Jika aku mempermainkan perasaan mu. Aku hanya terbiasa bersamamu selama aku tinggal disini, sekarang aku sudah mengerti benar akan perasaan ku padamu. Hanya sebuah keterbiasaan karena kau selalu ada disampingku. Bukan sebuah perasaan suka layaknya pria pada seorang wanita." Jelas Keenan panjang lebar.

Dia sudah tau kemana arah hatinya Sekarang, jika dulu dia mengacuhkan Arumi karena kehadiran Letty, yang dia anggap lebih berharga karena selalu ada untuknya. Kini dia sadar, jika hatinya tidak pernah berpindah dari wanita itu. Anggap lah apa yang barusan dia lakukan, sebagai ujian untuk menguji perasaan nya. Walau dia tau, jika dia salah. Letty pasti akan semakin terikat padanya setelah ini.

Namun itu urusan nanti, sekarang dia hanya perlu menegaskan, jika tidak ada hubungan apapun diantara mereka.

"Kenapa kau tega pada ku, Ken?"

"Maafkan aku, Letty. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan apapun Dengan mu, baik pertemanan atau hubungan lainnya. Aku harap kau mengerti. Aku pergi, jaga dirimu." Setelah mengatakan apa yang harus dia katakan, Keenan pergi dari hadapan wanita yang kini tengah menangis terisak.

Anggap lah dia jahat karena membuat wanita itu terluka, dia hanya terbawa suasana. Dia pria normal yang sudah pernah merasakan nikmatnya bercinta, tentu tak akan menolak jika ada wanita yang menawarkan kehangatan padanya dalam bentuk sebuah hubungan. Namun mengetahui fakta, jika wanita itu sudah pernah melakukan nya dengan pria lain. Perasaan nya berubah sempurna, kini dia sadar, dia hanya terobsesi untuk mengusai bukan karena hatinya menginginkan wanita itu.

Baginya, senakal-nakalnya seorang pria, pasti akan memilih wanita baik-baik untuk menjadi pendamping hidup nya dan juga ibu dari anak-anaknya kelak. Begitupun dengan dirinya.

Keenan mengusap kasar wajahnya, pria itu tergugu saat ingatan kembali menerawang pada wanita yang dulu pernah dia sakiti hatinya dan dia hancur kan hidupnya hingga tak bersisa. Penolakan nya pada Arumi, semata-mata karena dia merasa Letty lebih pantas dia pilih, walau hanya sebatas sahabat nya. Wanita itu sering menemani nya disaat keenan sakit atau butuh bantuan. Hati nya tertarik akan hal itu tanpa menyadari jika itu hanya sebatas rasa karena terbiasa.

Dengan tega dia menyuruh wanita itu menggugurkan kandungan nya, karena merasa malu, dengan jarak usia mereka. Dia tidak ingin teman-temannya tau, jika dia menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua darinya. Itu pasti akan memalukan pikirnya saat itu, apalagi Letty sering mendoktrin nya, jika Arumi tidak pantas untuk nya karena dianggap terlalu dewasa. Itu hanya kan membuat Keenan malu di kemudian hari.

Kini dia sungguh menyesali kebodohannya saat itu, jiwa mudanya yang masih bergejolak membuat nya tidak bisa memilih, mana yang baik dan mana yang tidak.

Tangis Keenan terhenti saat suara ponselnya mengintrupsi. Ternyata sang ibu yang menelpon.

"Ya, bun? Ada apa?"

"Bunda hanya kangen, tidak boleh bunda menelpon. Apa bunda mengganggu mu nak?" Suara lembut sang ibu membuat Keenan kembali teringat pada Arumi. Sekeras mungkin Keenan meredam tangisnya agar tidak terdengar oleh sang ibu.

"Gak, bun. Aku gak sibuk. Bunda apa kabar, ayah dan yang lainnya?"

"Baik, kapan kamu akan pulang. Bukankah hanya tinggal menunggu wisuda mu saja, kenapa tidak pulang dulu. Bunda merindukan mu nak, ayah dan yang lain juga."

"Aku akan pulang bun, besok. Hari ini aku akan berkemas. Bunda mau pesan apa, nanti keenan belikan?"

"Tidak ada, hanya ingin anak bunda kembali pulang. Sudah, itu saja. Dan hati-hati saat dalam perjalanan nanti." Nasihat sang ibu, membuat hati Keenan menghangat. Air matanya pun semakin deras mengalir.

"Ya sudah bun, aku lagi di jalan sekarang. Nanti aku telpon lagi, aku sayang bunda. Dah" Keenan mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban sang ibu. Dia ingin menangis keras sekarang, meluapkan penyesalannya. Pria itu membenturkan kepalanya pada kemudi, tampak nya dia begitu menyesali perbuatannya di masa lalu. Inikah karmanya, membuang berlian demi batu kerikil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!