Kelompok kejahatan yang beranggotakan 4 orang dengan 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ini dibayar mahal untuk mengerjakan apa yang diminta oleh kliennya. Dan hampir semua yang mereka kerjakan sangat berbahaya. Jika gagal, mereka pasti akan berakhir di penjara. Namun, apapun yang mereka kerjakan tidak pernah gagal, karena mereka memiliki kerjasama yang baik antara satu dengan yang lain.
Sebuah pertunjukkan pasti memiliki seorang ketua yang bertugas mengarahkan jalannya pertunjukkan dan pemeran film. Di geng kejahatan ini memiliki ketua berjenis kelamin laki-laki dengan kode panggilan “Kapten”. Nama aslinya tidak diketahui.
Anggota berjenis kelamin laki-laki yang lain memiliki kode panggilan “Piter”. Manusia yang paling jenius di antara semunya karena kemampuan meretasnya bukan kaleng-kaleng.
Piter juga memantau setiap pergerakan dengan komputer kesayangannya, namanya Mison. Piter sudah menganggap Mison seperti anak kesayangannya. Tidak boleh ada yang menyentuh komputernya. Dan apapun bisa terjadi dengan ketikan jari maut Piter.
Uniknya lagi, para anggota memiliki gengsi yang sangat tinggi. Mereka enggan memuji atau mengatakan Piter sangatlah pintar alias pinter. Sehingga mereka menghilangkan huruf “n” untuk menamai Piter.
“CCTV sudah berhasil aku amankan. Ruang laboratorium berada di lantai 4, belok kiri setelah keluar dari lift.” ucap Piter.
“Kita akan melakukan misi ini selama 4 menit. Lebih dari itu, misi kita gagal.” timpal Kapten.
“Argh.. tanggung sekali. Kenapa tidak 5 menit saja?" protes Lindsey.
“5 menit, namun 1 menit sudah berlalu saat kamu berjalan memasuki gedung.” balas Kapten.
Kapten memang selalu memberikan waktu untuk menyelesaikn misi. Perkiraannya tidak pernah tepat. Jika waktu sudah habis namun misi belum selesai, itu artinya mereka terciduk atau ketahuan atau gagal.
Waktu saat ini menunjukkan pukul 14.32.
“LindStar sudah memasuki lab.” ucap Lindsey yang ditujukan kepada kelompok geng kejahatannya.
“LindStar”; Lindsey Star yang artinya Lindsey adalah Bintang. Karena Lindsey adalah bintang di dalam geng itu, semua peran dapat dia lakukan tanpa kesalahan.
Lindsey tidak bekerja sendiri di lapangan. Ia ditemani temannya Katie dengan kode panggilan “Rich”. Katie dinamai “Rich” yang artinya kaya karena sebenarnya dia adalah anak orang kaya, entah apa yang membuat Katie bergabung dalam geng kejahatan itu dengan pekerjaan yang berbahaya.
Lindsey dan Katie selalu bertugas di lapangan. Sedangkan Piter dan Kapten bertugas di dalam mobil van. Mereka selalu menggunakan kode panggilan itu ketika sedang menjalankan misinya di lapangan demi memperindah penyamaran. Mereka berkomunikasi melalui earbuds berukuran sangat kecil yang dipasang di telinga mereka. Jadi, mereka kelihatannya berbicara sendiri, padahal mereka sedang berkomunikasi dengan partnernya melalui benda kecil di telinga mereka.
Misi mereka kali ini berlokasi di sebuah laboratorium penelitian milik perusahaan Grow Farmacy. Grow Farmacy adalah perusahaan yang bergerak memproduksi obat-obatan. Lindsey sudah berhasil memasuki ruang laboratorium dengan mengenakan jas putih khusus laboratorium dan tanda pengenal “direktur”. Tidak lupa dia juga mengenakan kacamata yang terdapat lensa kamera kecil agar Piter dan Kapten bisa melihat keadaan di dalam sana.
Ketika Lindsey masuk, para peneliti menyambutnya tanpa curiga karena tanda pengenal yang menggantung di lehernya. Karena pada hari itu, mereka memiliki direktur baru yang mereka kira adalah Lindsey.
“Halo, semuanya. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian. Tidak usah hiraukan saya, hahaha.” ucap Lindsey kepada para peneliti di sana.
“Ruang direktur ada di arah jam 1. Masuklah,” ucap Kapten.
Lindsey memasuki ruang direktur. Dia menghela napasnya begitu melihat banyaknya rak dan laci. “Aku akan memeriksanya satu persatu.” ucap Lindsey.
“Semangat.” ucap Kapten. Kapten melihat jam yang melingkar di tangannya telah menunjukkan pukul 14.34
“Waktumu hanya 2 menit. Aku akan membunyikan sirine kebakaran dalam 2 menit.” ucap Katie yang sudah berada di lobi.
Sementara itu, Lindsey masih menggeledah laci dan rak yang penuh dengan dokumen.
“Satu setengah menit.” ucap Katie yang menginformasikan sisa waktu.
“Apa masih belum ketemu?” tanya Kapten kepada Lindsey. Kapten khawatir karena Lindsey belum menemukan dokumen yang dicari sementara waktu terus berjalan.
“45 detik.” ucap Katie.
“Sudah! Nyalakan sirinenya sekarang!" balas Lindsey.
Katie menekan tombol sirine kebakaran yang membuat seisi gedung itu heboh dan berlarian. Ini adalah kesempatan emas untuk Lindsey keluar dari gedung diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun.
Lindsey dan Katie berlari menuju pintu keluar dan masuk ke dalam mobil van.
“Ini dia!” ucap Lindsey seraya menyerahkan dokumen yang berhasil dia curi itu.
“Tepat waktu! Kerja bagus semuanya!” puji Kapten.
Mobil van yang dikendarai Kapten pun melaju menuju markas persembunyian mereka.
“Ngomong-ngomong, itu dokumen apa, Kapt?” tanya Katie.
“Grow Farmacy baru-baru ini mengedarkan vitamin. Namun, ada rumor bahwa vitamin itu mengandung zat adiktif sehingga pengedarannya harus dihentikan. Klien kita meminta kita mencari hasil laboratorium yang meneliti vitamin itu. Dan Lindsey mendapatkannya.” jawab Kapten.
“Dan klien kita adalah FarmaRise. Saingan terbesarnya Grow Farmacy.” tambah Piter.
“Tamatlah Grow Farmacy. Oh ya, bagaimana dengan transferan? Sudah dikirim?" tanya Lindsey.
“Sudah. Baru saja dikirim. Coba cek punyamu.” jawab Katie.
Lindsey syok hingga mulutnya terbuka lebar ketika melihat jumlah digit 0 dari uang yang diterimanya. “Kamu mau mau makan apa, Katie? Akan aku belikan!" ucap Lindsey dengan penuh semangat.
“Bagaimana kalau traktirnya nanti saja? Kita masih memiliki klien satu lagi.” sahut Kapten.
Semangat Lindsey seketika memudar. Padahal di otaknya, dia sudah membayangkan berbelanja di sebuah mall tanpa melihat harga, membeli setiap barang yang dia sentuh, dan mendengar suara mesin ketika kartunya digesek.
Kapten pun tersenyum kecil ketika melihat raut wajah Lindsey yang berubah.
“Kita akan berbelanja, tenang saja.” bisik Katie.
Tibalah mereka di basecamp alias markas persembunyian mereka. Tempat yang menjadi rumah, sekaligus kantor mereka. Lindsey pun segera membaringkan tubuhnya di atas sofa, Piter menyambungkan komputernya, Katie mencari minuman di kulkas, dan Kapten menyiapkan materi mengenai klien baru mereka.
Kapten mulai menayangkan materi melalui projektor. Para anggota berkumpul di sofa dan menaruh perhatian terhadap materi. Kecuali Lindsey. Dia asyik bermain game di ponselnya.
“Lindsey.” Kapten menegurnya. Lindsey agak susah diatur jik dibandingkan dengan anggota yang lain. Namun tak dapat dipungkiri, Lindsey hebat dalam mengerjakan sesuatu. Gagal dan salah tidak pernah ada di dalam kamus hidupnya.
Lindsey meletakkan ponselnya dan bangkit duduk.
“Ada yang berbeda dari misi kita kali ini. Klien kita adalah seorang mafia keturunan Italia. Dan target kita adalah seorang mafia yang juga keturunan Italia. Mereka hanya berbeda klan.” Kapten menjelaskan materi.
“Siapa yang lebih kaya? Klien kita? Atau target kita?” tanya Lindsey.
“Hey, apakah itu penting?” balas Piter.
“Menurutmu?” Kapten menjawab pertanyaan Lindsey.
“Umm.. Klien kita?" Lindsey menjawab dengan ragu-ragu.
“Salah. Target kita lah yang lebih kaya. Mungkin dia adalah orang terkaya di dunia.” ucap Kapten.
“Jantungku berdebar kencang. Aku sangat gugup.” ucap Lindsey.
“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Piter.
“Dia mah seperti itu kalau akan berhadapan dengan uang.” jawab Katie.
“Aku tidak bisa. Tidak bisa, tidak bisa.” ucap Lindsey seraya mengelus dada, mengambil napas panjang dan membuangnya.
Kapten dan Piter mengerutkan dahi mereka karena melihat kelakuan Lindsey.
“Aku tidak bisa menundanya lebih lama, Kapt! Ayo kita jalankan misi itu segera!" ucap Lindsey dengan penuh semangat.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar semakin dikenal banyak orang🤗❤️
“Aku tidak bisa. Tidak bisa, tidak bisa.” ucap Lindsey seraya mengelus dada, mengambil napas panjang dan membuangnya.
Kapten dan Piter mengerutkan dahi mereka karena melihat kelakuan Lindsey.
“Aku tidak bisa menundanya lebih lama, Kapt! Ayo kita jalankan misi itu segera!" ucap Lindsey dengan penuh semangat.
Lindsey bangkit berdiri dan bersiap pergi. Namun Katie menarik tangannya.
“Memangnya kamu tahu misi kita apa?” tanya Katie.
Lindsey kembali duduk dengan anggun.
“Kedua klan ini mengalami perselisihan. Dan tugas kita adalah membuat klan klien kita menang.” ucap Kapten.
“Dengan cara?” tanya Piter.
“Membuat musuh klien kita bertekuk lutut.” jawab Kapten.
Semua terdiam. Mereka masih tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Kapten.
“Lindsey, seseorang akan bertekuk lutut jika?” tanya Kapten.
“Lebih lemah.” jawab Lindsey.
“Apa yang membuat target kita lebih lemah?” tanya Kapten.
Lindsey berpikir sejenak. Matanya terbelalak ketika mendapatkan jawabannya.
“Kita akan ‘mencuri’ harta target kita dan menyerahkan ke klien kita lalu klien kita akan memenangkan perselisihan?” ucap Lindsey.
“Betul. Misi kita adalah itu. Yang disebutkan Lindsey tadi.” kata Kapten.
“Wah...” Katie tercengang.
“Target kita. Jarvis Morris. Mafia tanah dan emas. Usia 32 tahun. Orang tuanya meninggal karena sebuah tragedi. Namun dia memiliki ‘anjing yang setia’. Dia mendapat eluruh harta kekayan orang tuanya yang ditafsir mencapai $285 juta atau setara dengan Rp. 4.088.900.000.000.000.” Kapten menampilkan foto Jarvis Morris yang akan menjadi target mereka.
“Whoa! Bagaimana cara membacanya itu?” Piter pun syok mendengarnya. Apalagi Lindsey. Sesak napas.
“Ya, namun keberadaan harta tersebut masih menjadi misteri. Jarvis Morris menjalankan bisnis real estate yang jika ditafsir hanya menghasilkan $15 juta per tahunnya yang setara dengan Rp. 215.200.000.000.” ucap Kapten.
“Kemana sisanya sebesar $260juta?” tanya Katie.
“Itu yang harus kita cari tahu.” jawab Kapten.
“Tunggu. Kalau target kita si Jarvis Morris memiliki harta kekayaan sebesar $285 juta, berapa milik klien kita?” Lindsey menyela pembicaraan.
“Hanya sekitar 10% dari milik Jarvis Morris.” jawab Kapten.
“10%? $28,5 juta?!” Katie syok.
“Perselisihan yang jauh sekali.” ucap Lindsey.
“Tapi kita akan mendapatkan sebanyak 25% dari $285 juta jika kita berhasil mendapatkan harta Jarvis Morris.” balas Kapten.
“25% juga sudah lebih dari cukup untuk kita. Kita bisa berhenti bekerja selamanya hingga beranak cucu.” kata Piter.
“Itu benar. Harta Jarvis Morris memang keterlaluan banyaknya. Baiklah, apa rencana kita terhadap Jarvis Morris?" balas Lindsey.
“Misi kita yang kali ini berbeda dari yang biasa kita lakukan. Kali ini sangat beresiko dan sulit. Kita bisa gagal kapan saja. Namun jika kita berhasil, seperti yang dikatakan Piter tadi, kita bisa berhenti bekerja selamanya hingga beranak cucu. Kalian yakin bisa menjalankan misi ini?” kata Kapten.
“Aku sih yakin bisa.” ucap Piter.
“Aku juga tidak masalah. Asal melakukannya bersama kalian.” ucap Katie.
“Lindsey?” tanya Kapten.
“Bagaimana kalau kita berpindah menjadi memihak kepada Jarvis Morris? Jarvis Morris pasti lebih kuat berpuluh kali lipat dari klien kita, kan?” balas Lindsey.
“Peraturan kita tidak memperbolehkan berpindah pihak, apalagi berpindah ke musuh klien kita, Lindsey.” ucap Katie.
“Jarvis Morris memang jauh lebih kuat dari klien kita. Untuk itu kita ingin membuat dia lemah. Kita bisa mundur dari misi ini jika ada salah satu keberatan.” kata Kapten.
“Tidak. Aku tidak masalah. Ayo kita taklukan Jarvis Morris!” ucap Lindsey.
“Baiklah. Piter, cari tahu aktivitas yang dilakukan Jarvis Morris, tempat yang sering dia kunjungi, orang yang sering dia temui, pokoknya apapun segalanya tentang dia.” Kapten memberi perintah.
“Baik, Kapt!” Piter segera beranjak ke meja dia beroperasi. Jarinya sibuk mengetik di atas keyboard.
“Lindsey, Katie, kalian akan bertemu dengan Jarvis Morris secara langsung, dengan penyamaran tentunya. Meskipun dia kaya raya, jangan lupakan fakta bahwa dia adalah mafia yang kejam.” kata Kapten.
“Kapt, sudah ketemu!” Piter memanggil Kapten.
Kapten, Lindsey, dan Katie mendatangi Piter dan komputernya.
“Ini tempat yang sering Jarvis Morris kunjungi. Tidak banyak. Dia selalu pergi bersama tangan kanannya. Aktivitasnya juga hanya bekerja, pulang, bekerja, pulang. Oh, ya. Aku lihat Jarvis Morris rutin mendatangi tempat ini setiap 2 minggu sekali. Dan hanya ke tempat ini Jarvis Morris pergi sendiri tanpa tangan kanannya.” ucap Piter.
“Coba perbesar gambar. Tempat apa itu?” tanya Kapten.
“Klub malam.” jawab Lindsey.
“Mari kita ke tempat itu. Pasti ada alasan mengapa dia rutin datang setiap 2 minggu tanpa tangan kanannya.” kata Kapten.
“Baiklah, aku akan membuatkan akses untuk masuk ke sana. Ngomong-ngomong, siapa yang akan masuk ke sana? Lindsey? Atau Katie?” balas Piter.
“Katie saja. Wajahnya sudah menunjukkan imej orang kaya.” jawab Lindsey.
“Tapi wajahmu menunjukkan imej cewe nakal. Yang ke sana kan tidak mungkin hanya kaya saja. Lagipula, aktingmu jauh lebih bagus dariku. Kalau kamu seorang aktris, pasti kamu sudah mendapatkan piala penghargaan.” balas Katie.
“Bagaimana, Kapt? Lindsey? Atau Katie?” tanya Piter.
“Lindsey saja.” jawab Kapten.
“Kenapa aku?” tanya Lindsey.
“Umurmu sudah 25 tahun. Katie masih 21 tahun, meskipun wajahnya menunjukkan imej orang kaya, tapi wajahnya juga menunjukkan imej anak-anak.” jawab Kapten.
“Benar juga. Katie akan sulit masuk ke sana. Karena akan dikira masih seorang remaja di bawah umur.” tambah Piter.
“Bagaimana dengan wajahku? Apa aku terlihat tua?” balas Lindsey.
“OK. Sudah aku buatkan kartu akses untuk masuk ke klub itu. Kamu akan berperan sebagai pelayan yang menggantikan shift pelayan lain. Shift kamu dimulai dari jam 7.” ucap Piter.
“Hey?! Kenapa cepat sekali? Aku bahkan belum bersiap! Aish!” protes Lindsey.
“Ini bahkan masih jam 5....” ucap Piter.
“Maklumi saja. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu bank berjalannya.” balas Katie.
Geng kejahatan itupun meluncur ke klub malam dengan satu-satunya aset berharga yang mereka miliki yaitu mobil van. Mereka mendatangi tempat itu bukan untuk bersenang-senang melainkan menjalankan misinya.
“Aku rasa aku tidak memerlukan earbuds. Aku harus berhati-hati di depan mafia itu.” ucap Lindsey.
“Lantas, kita berkomunikasi melalui apa?” tanya Piter.
“Aku dan Katie akan ikut turun. Kita memakai earbuds.” jawab Kapten.
“Eh?” Lindsey, Katie, dan Piter terkejut karena untuk pertama kalinya Kapten ikut turun bersama pemeran utama.
“Eh, Piter. Kamu yakin kan kalau si mafia itu datang sendiri tanpa bersama tangan kanannya?” tanya Lindsey.
“Yakin. Aku akan menjaga dari luar.” jawab Piter.
“Baiklah. Biar aku tanya sekali lagi, apa kalian siap menjalani misi ini?” tanya Kapten.
“Piter, siap!”
“Katie, siap!”
“Lindsey, siap!”
“Karena misi kali ini beresiko tinggi, jadi waktu kita.. 30 hari.” ucap Kapten.
“Yes, Kapt!”
“Aku akan turun dari mobil ini terlebih dahulu. Kalian siap melindungiku jika terjadi sesuatu, kan?” kata Lindsey.
“Jangan khawatir.” balas Kapten.
“Baiklah.” Lindsey turun dari mobil van dan masuk ke dalam klub malam dengan menunjukkan kartu akses palsu yang dibuat oleh Piter. Tentu saja Lindsey berhasil masuk, karena Piter membut kartu akses tersebut serupa dengan yang asli.
Suasana klub malam langsung terasa ketika Lindsey masuk dalam. Lampu disco, iringan musik, dan berbagai alkohol. Lindsey segera bergerak mencari ruang ganti pakaian untuk staf dan mulai menjalankan misinya.
Setelah Lindsey masuk, Kapten dan Katie menyusul masuk ke dalam. Lindsey tersadar bahwa dia tidak begitu ingat wajah Jarvis Morris. Padahal Jarvis Morris adalah tujuan Lindsey datang ke tempat itu. Lindsey mendatangi Kapten untuk memastikan wajah target sasarannya.
“Kamu sudah mengingat wajahnya?” tanya Kapten.
“Sudah.” jawab Lindsey.
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?” tanya Kapfen.
“Menggodanya? Membuat dia mabuk agar dia menceritakan semuanya?” balas Lindsey.
“Membuat dia tertarik denganmu. Cukup 5 detik, Lindsey. Jika Jarvis Morris sudah melihat wajahmu selama 5 detik, artinya dia sudah tertarik padamu.” kata Kapten.
“5 detik? Itu mudah.” balas Lindsey.
“Ngomong-ngomong, darimana kamu mengetahuinya?” tanya Lindsey.
“Aku dan Piter menganalisanya. Dia tidak pernah menari dan selalu berada di VIP Room dari datang hingga pulang. Dia senang jika ada yang menuangkan minuman di gelasnya, dia akan mengusir orang yang menggodanya, orang yang tidak dia sukai, dan orang yang membuat dia tidak nyaman.” jawab Kapten.
“Begitukah? Baiklah, itu mudah.” balas Lindsey.
“Dia datang ke sini sungguh hanya ingin bersenang-senang.” ucap Kapten.
Lindsey mengangguk. “Baiklah, aku mengerti.” Lindsey berjalan ke ruang staf untuk mengecek di ruang manakah Jarvis berada. Rupanya Jarvis telah memesan ruang nomor 6. Setibanya Lindsey di sana, ruang itu masih kosong, dan tidak ada siapapun di sana.
Lindsey bergegas ingin keluar setelah melihat ruangan itu kosong. Namun seseorang muncul di belakangnya tepat ketika Lindsey membalikkan badannya. Jarvis Morris?
Akhirnya Lindsey bertemu dengan Jarvis Morris si mafia kaya raya itu.
“Pegawai baru?” ucap Jarvis Morris seraya berjalan menuju sofa.
“I..iya. Hanya pengganti.” balas Lindsey. Perkataan Katie tidak salah. Lindsey benar-benar gugup sekarang!
5 detik!
Tiba-tiba sesuatu di dalam dirinya mengingatkan tentang 5 detik yang disampaikan Kapten tadi.
“Ambilkan sebotol minuman nomor 68.” ucap Jarvis. Tangannya mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan api. Lindsey melihatnya. Dengan jelas. Begitu tampan! Dan Lindsey pun masih diam di tempat hingga Jarvis menghembuskan asap rokoknya.
Seketika Lindsey tersadar. Dia pergi mengambil minuman yang dimaksud Jarvis. Rupanya memang benar Jarvis sering pergi ke tempat itu, nomor urut merek dan jenis minuman pun dia tahu. Lindsey kembali membawakan minuman yang diminta Jarvis beserta sebuah gelas.
“...Dia senang jika ada yang menuangkan minuman di gelasnya.” Tiba-tiba kalimat perkataan Kapten terngiang di telinga Lindsey hingga menggerakkannya untuk menuangkan minuman ke gelas.
“Butuh uang?” tanya Jarvis.
Lindsey mengarahkan pandangannya ke wajah Jarvis. Aku hanya membutuhkan 5 detik saja, kan?
Lindsey mulai menghitung di dalam hati. Pandangannya masih fokus menatap wajah Jarvis. Begitu juga dengan Jarvis.
1... Jarvis menatapku.
2...
3... Haruskah aku menyerah?
4... Tapi Jarvis masih menatapku.
5... Jarvis tertarik padaku.
“Lindsey.” ucap Jarvis.
“Ya?” refleks Lindsey ketika namanya dipanggil.
Lindsey langsung menyadari bahwa terdapat tanda pengenal namanya yang sudah dibuatkan oleh Piter. Argh, kenapa Piter memakai nama asli, sih?!
“Mau minum denganku?” tanya Jarvis.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar semakin dikenal banyak orang🤗❤️
Lindsey mulai menghitung di dalam hati. Pandangannya masih fokus menatap wajah Jarvis. Begitu juga dengan Jarvis.
1... Jarvis menatapku.
2...
3... Haruskah aku menyerah?
4... Tapi Jarvis masih menatapku.
5... Jarvis tertarik padaku.
“Lindsey.” ucap Jarvis.
“Ya?” refleks Lindsey ketika namanya dipanggil.
Lindsey langsung menyadari bahwa terdapat tanda pengenal namanya yang sudah dibuatkan oleh Piter. Argh, kenapa Piter memakai nama asli, sih?!
“Mau minum denganku?” tanya Jarvis.
Lindsey masih diam terpaku setelah mendengar ajakan minum bersama dari seorang laki-laki yang baru beberapa menit bertemu dengannya. Tapi bukankah ini yang Lindsey inginkan?
Jarvis mengambil gelas yang sudah Lindsey isi dengan minuman itu. Seketika menyadarkan Lindsey dari lamunannya.
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan?” Pertanyaan Kapten tiba-tiba terlintas di pikirannya. Sejujurnya, saat ini Lindsey tidak tahu harus melakukan apa.
Ayolah, Lindsey. Kamu adalah aktris kebanggaan gengmu. batin Lindsey.
Lindsey bangkit berdiri. “M-maaf, tuan..” ucap Lindsey. Payah. Apa yang kamu katakan, Lindsey? Kenapa kamu minta maaf? batin Lindsey sendiri pun protes.
“Berapa bayaran per satu shift-mu? Akan aku membayar 5 kali lipat.” ucap Jarvis.
5 kali lipat? Haruskah aku duduk di sampingnya? batin Lindsey. Jiwa materialistisnya pun loncat kegirangan.
Tetap saja, meskipun begitu, Lindsey tidak berkutik sama sekali. Malah Jarvis yang bangkit berdiri, menghampiri Lindsey. Semakin dekat.. hingga tak menyisakan jarak sejengkal pun. Jarvis meneguk minuman yang berada di gelasnya. Tangannya kemudian meraih dagu Lindsey, mengangkat kepala Lindsey, dan kedua mata mereka saling bertemu. Bertatapan dengan tatapan yang dalam. Wajah Lindsey mengganggu ketenangan iman Jarvis. Padahal tidak ada yang dilakukan Lindsey dengan wajahnya. Mata Lindsey begitu indah, dan Jarvis menyukainya. Jarvis pun akhirnya goyah, seakan mata Lindsey telah menghipnotis dirinya.
Clap! Jarvis mendaratkan bibirnya ke bibir Lindsey. Lindsey dapat merasakan rasa pahit rokok bercampur manisnya minuman Jarvis dari bibir Jarvis. Sedangkan Jarvis hanya merasakan manis yang membuatnya ketagihan dari bibir tipis milik Lindsey. Perlahan ritme ciuman itu semakin cepat. Lindsey bisa merasakan nafsu yang berapi-api dari mafia kaya itu.
Jarvis menghentikan aktivitasnya sejenak, ingin memberi jeda waktu untuk mereka bernapas. Ketika dia ingin kembali mendaratkan bibirnya, Lindsey memalingkan wajahnya. Lindsey tidak tahu kalau dia baru saja melakukan hal yang paling dibenci oleh Jarvis. Jarvis menatapnya heran dengan rasa kesal yang berkecamuk di dadanya. Namun semakin lama menatap Lindsey, bola matanya seakan memberi kode. Alhasil, rasa kesal Jarvis langsung musnah begitu saja setelah menangkap kode tersebut. Dia menarik tangan Lindsey dan membawanya pergi jauh dari tempat berisik itu.
Jarvis membawa Lindsey ke sebuah hotel berbintang lima. Setelah Jarvis menempelkan kartu untuk membuka pintu kamar hotel, mereka berdua memasuki kamar hotel. Pintu pun kembali menutup dan terkunci otomatis. Jarvis kelihatan seperti serigala yang tidak sabar melahap mangsa yang berada di hadapannya. Jarvis dan Lindsey kembali melanjutkan percintaannya yang sempat terputus tadi.
Jarvis sudah tidak bisa menahannya lagi. Dia mulai memposisikan tubuhnya di atas tubuh Lindsey yang terbaring di atas ranjang. Pelan-pelan, dengan penuh kehati-hatian, kedua tubuh mereka sudah terhubung dengan sekali hentakan.
Benar, aku sudah dewasa. Setidaknya aku harus merasakannya satu kali di dalam hidupku.
Nampaknya Lindsey telah melakukan tanpa penyesalan. Dia memang tidak pernah menyesal atas perbuatan yang dia lakukan di dalam hidupnya. Bagaimanapun juga, Lindsey sudah beranjak dewasa.
Lindsey merasakan kenikmatan yang tiada tara. Napas keduanya mulai berat. Suara halus yang keluar dari mulut Lindsey sesekali membuat Jarvis merinding di sekujur tubuhnya dan menambah semangat Jarvis.
Suara keduanya sudah bercampur menjadi satu, mengisi kekosongan malam yang indah itu. Lupakan soal siapa Jarvis, saat ini Lindsey benar-benar menikmati aktivitasnya bersama Jarvis. Gerakan Jarvis semakin cepat dan sangat cepat hingga akhirnya dia menghentakkan tubuhnya kuat-kuat, kemudian menarik tubuhnya dan turun dari ranjang.
Jarvis mengerang. Cairan berlendir itu keluar dan berjatuhan ke lantai. Setidaknya hanya hal itu yang bisa dia lakukan jika tidak ingin terikat atau bertanggungjawab atas perbuatannya.
Dia kembali ke ranjang dan memeluk tubuh Lindsey dengan sangat erat. Jarvis mengakhiri percintaannya itu dengan memberi sebuah ciuman di bibir wanita itu dengan lembut namun terasa.
Mereka terbaring lemas di atas ranjang setelah menghabiskan malam itu dengan aktivitas panas usai belasan gaya telah dicoba. Baik Lindsey dan Jarvis tidak akan ada yang bisa melupakan malam yang panas dan penuh gairah itu.
Keduanya pun tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain. Seakan apa yang sudah mereka lakukan bersama masih belum cukup. Lindsey tertidur dengan pulasnya tanpa rasa bersalah karena sudah membuat gengnya mencari Lindsey yang tiba-tiba menghilang dari klub! Ya, sampai detik ini gengnya masih berpencar mencari Lindsey di tengah keramaian klub.
...----------------...
Lindsey terbangun ketika mendengar suara pintu yang baru saja tertutup. Suaranya cukup untuk mengejutkan Lindsey di pagi hari. Padahal Jarvis sudah berhati-hati ketika menutup pintu, namun tetep saja Lindsey terbangun. Memang sudah saatnya Lindsey bangun, melihat betapa cerahnya langit.
Jarvis pergi terlebih dahulu, meninggalkan sebuah cek di atas meja. Lindsey tersenyum kecil ketika melihat cek tersebut. Selain itu, Jarvis juga meninggalkan jas yang dikenakannya kemarin. Karena Jarvis tidak sengaja telah membuat kancing di kemeja Lindsey lepas dan jatuh menggelinding di lantai. Mafia yang satu ini memang berbeda. batin Lindsey dengan senyum kecilnya.
Lindsey bergegas mandi sebelum dia meninggalkan hotel. Setelah mandi, dia mencoba menyalakan ponselnya yang dia matikan semalam sebelum tiba di hotel. Betapa mengejutkannya, saat ponselnya sudah menyala, notifikasi tidak berhenti berdatangan dari gengnya. Semua mengkhawatirkan Lindsey dan mencari keberadaannya semalaman. Sedangkan Lindsey bersenang-senang dengan mafianya semalaman.
Lindsey segera beranjak pergi dari hotel. Namun ketika sampai di lobi, Lindsey melihat Jarvis bersama seorang pria. Jarvis masih di sini? batin Lindsey.
Dia bersama siapa itu? tanya Lindsey di dalam hatinya.
Oh mungkin pria itu adalah tangan kanannya. jawab Lindsey di dalam hati.
“Lama sekali.” ucap Jarvis kepada Carlos, tangan kanannya.
“Kenapa menunggu di lobi?” tanya Carlos.
Aku tidak bisa berada di ruangan yang sama dengan Lindsey. Hal semalam mungkin bisa saja terjadi lagi jika aku terus bersamanya.
“Hmm.. Yah, tidak apa-apa. Ayo pergi.” jawab Jarvis.
Setelah Jarvis dan “anjing setia” nya pergi meninggalkan hotel, barulah Lindsey pergi dengan taksi.
Ketika sampai di markas, Lindsey berharap para gengnya masih tertidur lelap, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Lindsey memasuki rumah tersebut dengan mengendap-endap, berjalan penuh kehati-hatian. Dia sangat berharap dapat masuk ke kamarnya tanpa terlihat oleh siapapun.
Namun di tengah perjalanannya, ternyata gengnya sedang berkumpul di ruang tengah. Seluruh mata tertuju pada Lindsey karena mengenakan jas yang kebesaran di tubuhnya.
“Em.. Aku..” ucap Lindsey terbata-bata.
“Ponselku mati semalam.” ucap Lindsey kemudian.
“Sengaja kamu matikan, kan?! Sebelum pergi ke klub aku sudah mengisi daya ponselmu sampai 100%.” balas Piter.
Piter memang sulit dibohongi. Karena Piter adalah orang yang teliti, dia bahkan selalu memastikan ponsel kamu terisi penuh sebelum menjalankan misi.
Katie berdiri menghampiri Lindsey. “Hey, Lindsey! Baju siapa yang kamu kenakan ini? Jarvis Morris? Kalian sudah tidur bersama?” Padahal Katie sudah tahu jawabannya. Tetapi dia tetap menanyakan hal itu yang membuat Lindsey tersipu malu.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar semakin dikenal banyak orang🤗❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!