NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta ROBBKU

"Cap Anak Durhaka"

Plakkk...

...Tamparan keras dan pas mendarat di pipi gadis hitam manis tersebut. Namun tidak ada air mata ataupun suara di bibirnya, dia hanya menatap nanar lelaki paruh baya di depannya yang di panggil dengan sebutan Bapak tersebut....

"Dasar anak durhaka, pembawa sial."

Maki lelaki paru baya itu, tapi gadis itu tidak bergeming sama sekali.

"Pergi kau anak durhaka! Pembawa sial, dan bawa semua kertas tak bergunamu ini!" teriak lelaki itu.

...Sang gadis hanya menuruti apa yang lelaki itu katakan tanpa membantah atau pula bertanya, tidak ada kata yang dia ucapkan hanya gerak tangannya yang sigap dan cepat memasukan kertas tersebut kedalam kotak....

...Semuanya berubah menjadi mendegangkan dari sebelumnya ketika gadis itu dengan cepat dan beraninya menggenggam dan mencium punggung tangan lelaki itu....

"Dasar anak menjijikkan!" teriak lelaki itu.

...Namun sang gadis tidak peduli, dia berbalik badan dan terus menuju pintu keluar rumah dengan mempercepat langkah kakinya meninggalkan teriakkan, cacian, dan makian lelaki tersebut....

"Jika melawan orang tua itu, tidak mendatangkan murka Allah, pasti akan aku balas Bapak dengan yang lebih menyakitkan dari pada ini," batin Mala.

...Nama gadis itu adalah Nur Mala Sari atau sering di panggil Mala, gadis hitam manis yang di tinggal Ibu kandungnya menghadap Tuhan ketika bertaruh nyawa melahirkannya yang membuat sang Bapak sanggat membencinya....

Flashback on

...Udin hanya duduk mematung sambil bersandar di dinding rumah sakit , matanya menatap lurus ruangan operasi dimana ada sang istri tercinta yang sedang bertaruh nyawa. Akan tetapi takdir Tuhan bersifat Mutlak, sang Istri tidak bisa tertolong dan harus menghadap sang pencipta meninggalkan dirinya bersama sejuta kenangan indah....

...Pak Ibramim yang melihat sang Menatu yang begitu terpukul pun segera mendekat sambil menepuk pelan bahu sang Menantu dan berujar....

"Hidup dan mati seorang Manusia hanya di tangan Tuhannya, janganlah sampai mengkambing hitamkan seseorang hanya karena kau tidak terima dengan ketentuan-Nya".

"Tapi Pak, Zizah sudah berjanji akan membesarkan anak kami bersama," lirih Udin dengan linangan air mata, tak kala dirinya teringat dengan sang istri.

"Kalau kamu merasa sangat kehilangan? Begitupun dengan saya, yang selaku Bapaknya,"

...Mendengar penuturan sang Mertua, Udin pun terdiam sejenak. Siapakah dirinya yang hanya orang baru dalam kehidupan sang istri. Sedangkan disampingnya adalah orang yang telah membesarkan dan merawat istrinya....

...Terlalu naif bagi Udin jika, dia mengatakan kalau cintanya sangat besar dan membuat dia tidak bisa menerima takdir yang sudah menjadi ketentapan Tuhan. Sedangkan sang Mertua dengan kelapangan hati telah mengikhlaskan kepergian putri tercintanya menghadap sang Robb....

"Maaf Pak," lirih Udin dan mendapat anggukan kepala dari lelaki yang menjadi cinta pertama sang istri tersebut.

Flashback off

.

.

.

...Samsudin atau biasa di panggil Mang Udin itu hanya mampu terduduk sambil memperhatikan putrinya pergi meninggalkannya seorang diri....

...Benci yang menguasai isi hati dan pikirannya telah membuat Udin menutup hatinya, untuk sang putri. Bukan tanpa sebab, karna sang istri tercinta memilih mempertahankan sang anak di kandungannya dari pada nyawanya sendiri yang membuat dia pergi untuk selamanya....

...Di tinggalkan seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita memang sangat berat, tapi apalah daya kita? Semuanya pasti kembali kepada sang pemilik kehidupan....

...Terima atau tidak atas apa yang sudah menjadi ketentuan-Nya? Kita tidak bisa berbuat banyak, hanya dengan ikhlas menerima semua ujian yang di berikan ke pada kita....

Ketika kita Ridho dengan ketentuan Tuhan, maka Tuhan pun akan Ridho dengan hamba-Nya.

.

.

.

...Mentari yang mulai tenggelam menandakan bahwa senja akan datang....

...Mala yang berpacu dengan waktu melangkahkan kakinya dengan lebih cepat membawa tubuhnya yang sudah di banjiri oleh keringat untuk cepat sampai kerumah sang Nenek....

...Ke rumah sang Neneklah tujuan utamanya, ingin mengadukan kelu kesah hati kepada sang Nenek yang selalu ada untuknya....

...Walau mungkin tidak akan pernah melihat sang Ibu secara langsung, tapi Mala masih bersyukur karna masih bisa merasakan kasih sayang dan kehangatan sosok Ibu....

...Mala kecil yang di asuh oleh sang Nenek dan Umi Azzahra kakak kandung mendiang sang Ibu, sekaligus Ibu susu untuknya. Membuat Mala selalu memanjatkan rasa syukur kepada sang pemilik kehidupan....

...Tidak boleh menyerah apalagi berputus asa akan Rahmat Allah....

...Hal itu, yang selalu menjadi pacuan untuk Mala. Supaya terus maju melewati semua ujian hidup yang berat ini....

.

.

.

...Waktu berjalan seakan lambat gelap mulai menyelimuti jalan gang yang di lewati Mala, gadis itu tersenyum ketika melihat ruko bercat putih mulai kelihatan dari jauh....

...Ketika sampai di depan ruko sang Nenek, Mala langsung masuk kehalaman dan mengucapkan salam....

"Assalamualaikum,"

...Bukan jawaban dari sang Nenek yang Mala terima melainkan gonggongan Dog yang menyapanya....

"Nek Mala takut," teriak Mala.

...Tak lama kemudian keluarlah pemuda tampan menggunakan baju koko dan sarung menghampiri Mala sambil tersenyum menatapnya....

"Jangan takut sama si Dog, dia sudah di ikat tu!" kata pemuda tersebut.

"Aku gak takut bang, cuma ngeri aja," kilah Mala.

...Pemuda itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Mala....

"Ayo masuk mau magrib, gak baik gadis di luar rumah," ujar pemuda itu, sambil menggenggam tangan Mala untuk masuk kedalam rumah sang Nenek.

...Mereka berdua masuk kedalam rumah, Mala memperhatikan keadaan ruang tamu sambil menunggu pemuda itu menutup dan mengunci pintu....

"Bang, Nenek ada gak sih?" tanya Mala sambil menatap pemuda itu.

"Ada di?" pemuda itu menggantung ucapannya, namun detik kemudian.

"Mmuuaacchh," pemuda itu mencium pipi Mala dan langsung pergi meninggalkannya sambil tertawa.

"Abang Azzam," teriak Mala mengisi ruangan tersebut.

"Mala sayang, jangan teriak - teriak sudah mau magrib," teriak Azzam dari ruangan lain.

"Arggg," geram Mala sambil mengacak hijabnya seking kesalnya dengan abangnya tersebut.

...Walaupun Mala masih gadis belia, akan tetapi dia sudah Akhil balik. Maksudnya adalah tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan Mahromnya....

...Hal itu yang selalu menjadi tameng untuk Mala memberi jarak kepada kaum Adam, yang mencoba menyentuhnya....

...Jangankan menyentuh, mendekat pun akan Mala buat mereka merasakan rasa sakit yang luar biasa....

...Karna bagi Mala, wanita itu mahal! Tidak boleh disentuh oleh yang tidak berhak. Hal itu yang membuat seorang gadis hitam manis itu, menjadi dingin kepada setiap anak lelaki yang berjumpa denganya....

...Lebih tepatnya dia sangat marah akan kaum Adam, karna sakit hati yang dia rasakan dari sikap sang Bapak kepadanya....

...Jika bisa memilih, maka jelas Mala akan memilih sosok Bapak seperti Almarhum sang Kakek....

"Tunggu kau bang akan aku adukan semuanya kepada Nenek," batin Mala geram.

.

.

.

...bersambung......

*setelah baca wajib like and comen ya 😇*

"Mengadulah Kepada Sang Pemilik Kehidupan"

"Tunggu kau bang akan aku adukan semuanya kepada Nenek," batin Mala geram.

...Mala terus melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam sambil mencari keberadaan sang Nenek....

"Ternyata Nenek ada disini?" ujar Mala ketika berada diambang pintu dapur.

...Sang Nenek pun terenyum sambil melihat kearah cucu perempuannya tersebut....

"Mala, kenapa kamu belum ganti baju?" tanya sang Nenek ketika Mala mendekatinya.

"Mala," Mala tidak mampu meneruskan ucapannya, dia langsung memeluk sang Nenek dan menangis di sana meluapkan apa yang dia rasakan tadi ketika di rumah sang Bapak.

"Kenapa sayang?" tanya sang Nenek sambil mengusap lembut punggu gadis malang tersebut.

"Mala gak sanggub lagi Nek," lirih Mala sambil menegakkan wajahnya menatap perempuan tua dihadapannya yang sangat disayanginya tersebut.

"Cuppp, " kecupan lembut menyentuh mata Mala yang basah akan air mata membuat gadis itu terdiam untuk sesaat.

...Sang Nenek sangat menyayagi Mala karna gadis malang itu sanggat berati dalam hidupnya. Amanah yang sangat indah untuk sang Nenek....

"Mala sudah gak kuat kayak dulu lagi Nek, tolong Mala," ucap Mala mengutarakan perasaannya kepada sang Nenek.

... Nenek Aisyah hanya tersenyum menanggapi ucapan sang cucu....

"Mala sayang pergi mandi dulu sana, dan ganti baju ini," pinta Nenek Aisyah sambil menunjuk baju toga yang di kenakan oleh sang cucu.

...Mala menggelengkan kepala dia seakan enggan untuk menjauh dari sang Nenek....

"Sayang," panggil Nenek Aisyah lembut sambil menatap wajah sendu sang cucu.

"Kenapa kamu sekarang tidak mau menuruti permitaan Nenek?" lirih Nenek Aisyah.

Mala tertegun akan kata-kata sang Nenek.

"Nek," panggil Mala.

...Belum sempat Mala menyelesaikan ucapannya sang Nenek langsung memotongnya....

"Sudah cepat mandi kita shalat bejamaah, mumpung ada Abang mu," ujar sang Nenek.

...Mala hanya tersenyum kecut menaggapi ucapan Neneknya....

...Nenek Aisyah mendorong pelan tubuh sang cucu, dia paham kalau sang cucu saat ini sedang memikul beban yang berat di hati dan pikirkannya....

"Andai kau masih hidup nak, mungkin putrimu takkan seperti ini," batin Nenek Aisyah yang miris akan hidup sang cucu.

...Sambil menatap wajah sang cucu dia memanjatkan doa kepada sang Maha Kuasa agar ada kebahagian untuk sang cucu....

"Cukupkanlah penderitaannya ya Robb, biarkanlah cucuku terenyum menghadapi hari esok," batin Nenek Aisyah berdoa.

"Baiklah Nek, Mala akan mandi," ujar Mala sambil berlalu dari hadapan sang Nenek.

.

.

.

...Mala melakukan rutinitas mandinya dengan cepat, karna samar - samar terdengar suara Azan sang Abang yang berada di Musolah kecil yang ada di rumah sang Nenek....

...Mala melangkahkan kakinya dengan cepat karna sepertinya shalat Magrib sudah dilaksanakan oleh Abang dan Neneknya....

...Benar seperti yang dipikirkan Mala Abangnya sudah mengucap takbir....

"Mala ayo cepat," bisik Nenek Aisyah sambil merangkul sang cucu.

"Allahhu Akkbar,"

Tes...

...Air mata Mala jatuh tanpa dipinta, ketika mengangkat tangan untuk takbir, saakan dunia hilang dari dirinya. Mala hanyut dalam shalat yang pelantara komunikasi antara Hamba dan sang Pencipta....

...Merdunya suara Azzam, mebuat Mala seakan tidak inggin menyudahi shalatnya. Hatinya menghanggat seolah diselimuti oleh lantunan ayat -ayat al-Qur'an yang dibacakan oleh sang Abang tersebut....

"Untung kau Abang sedarahku, kalau bukan aku jadiin Suami kau Bang!" batin Mala kagum.

...Ketika mencium tangan sang Abang, Mala teringat akan kelakuan kejahiliahan yang Abangnya lakukan tadi. Mala tersenyum penuh arti ketika menatap Abangnya tersebut....

...Ketika beralih mencium tangan sang Nenek, Mala mulai melancarkan serangan untuk sang Abangnya....

"Nek," lirih Mala.

...Nenek Aisyah menatap Mala, sambil tersenyum lembut kepada sang cucu....

"Ada apa sayang?" tanya Nenek Aisyah sambil mengalus puncuk kepala Mala yang masih dibalut oleh mukena.

"Abang cium Mala, tadi pas didepan Nek!" adu Mala kepada sang Nenek.

...Nenek langsung menatap tajam Azzam, membuat pemuda itu menelan silvernya. Karna takut akan kemarahan sang Nenek, yang tidak pernah pilah pilih. Kalau memang salah, maka harus dihukum baik itu Cucu, Menantu ataupun anak kandungnya sendiri bahkan walaupun sang Suami ketika masih hidup dulu....

...Salah ya salah, jangan pernah membenarkan yang salah, itulah prinsip Nenek Aisyah....

"Azzam hanya cium dipipi aja, Nek! "jelas Azzam sambil mendekat kepada sang Nenek.

"Azzam tu kesel, Nek! Sama kelakuan Mala ini. Masak, pas di podium dia gak mau di foto, malahan hilang entah kemana?" tambah Azzam menjelaskan akar permasalahannya.

"Kesel, sih kesel, Bang! Tapi gak usah cium Mala juga, Mala ni udah besar. Sudah Akhil balik, enggak boleh di sosor-sosor. Paham!" bentak Mala kepada Azzam.

...Nenek Aisyah langsung menengahi pertikaian antara kedua cucunya tersebut....

"Benar, yang dikatakan Mala Zam? Kamu enggak boleh cium-cium Mala kayak gitu, walau kalian Mahrom. Bahkan sudah sedarah, tetapi kamu harus menjaga sikap," jelas Nenek Aisyah.

...Mendengar penuturan sang Nenek yang penuh penekan tersebut, membuat Azzam menundukkan kepala. Menyadari kesalahannya....

"Maaf," hanya kata itu yang mampu Azzam ucapkan untuk meluapkan perasan bersalahnya.

"Nenek juga mintak maaf ya sayang, karna Nenek tidak bisa hadir diacara perpisahan sekolahmu, karna Nenek tadi harus cek up," jelas Nenek Aisyah sambil menatap sendu sang cucu.

.

.

.

...Disinilah terlihat jelas buah hasil didikan sang kakek Ibrahim. Kepada istri, anak atau Menantu serta cucunya. kalau salah harus mau mengakui dan memintak maaf tidak memandang siapa yang tua atau muda....

...Walau sang kakek telah tiada, tetapi ilmunya mengalir terus bagai air yang menghantarkan namanya sebagai lelaki yang akan dikenang oleh orang-orang disekitarnya....

.

.

.

"Enggak apa ko, Nek!" jawab Mala santai, membuat sang Nenek dan Abangnya menatapnya heran.

"Kelulusan Mala engak ada artinya juga dimata Bapak, izasah Mala hanya dianggap kertas yang tidak berharga," lirih Mala membuat sang Nenek meneteskan air mata.

...Susana yang tadinya Hikmat, ketika shalat berubah menjadi sendu. Karna gadis yang periang itu meperlihatkan kekecewaan yang mendalam....

"Eh, itu Dek! Baju toganya jangan sampai rusak, baju itu hanya dipinjamkan bukan dikasih,"

...Pernyataan Azzam membuat mata Mala membulat sempurna sambil menatapnya dengan tajam....

...Azzam sengaja berbicara separti itu, untuk mengalihkan pembicaraan yang tadi membuatnya tidak nyaman....

"Aku tau Bang! Aku cuci dulu bajunya, baru aku kasihkan ke Abang. Tenang aja, aku yang akan bayar sewanya sekalian, " ujar Mala sambil tersenyum kecut.

"Loh ko, pakai sewa-sewaan bajunya?" tanya Nenek Aisyah sambil menatap wajah cucunya bergantian.

"Itu Nek, Mala katanya gak mau buat baju toganya, biar sewa atau pinjam aja supaya hemat," jelas Azzam sambil tersenyum menanggapi sang adik, sedarahnya yang super duper hemat.

...Semuanya selalu dihitung-hitung baik atau buruknya atau mahal atau murahnya suatu barang atau perkara....

...Nenek Aisyah hanya mengeleng-gelengkan kepala menanggapi cerita cucunya....

"Mas, andai kamu masih ada disini. Aku yakin Mala tidak akan merasa kesulitan seperti sekarang!" batin Nenek Aisyah.

"Bang aku tu, emang enggak menggangap kelulusanku berati. Makanya aku santai aja, karna aku sudah mengadu kepada sang Pemilik Kehidupan. Kalau aku sudah cukup, merasakan bangku Sekolah".

Deg...

...Apa yang dikatakan Mala membuat jantung Azzam dan Nenek Aisyah seakan ingin berhenti berdetak....

.

.

.

...bersambung......

*setelah baca wajib like and comen ya 😇*

"Sedang Merenung Bukan Melamun"

...Apa yang dikatakan Mala membuat jantung Azzam dan Nenek Aisyah seakan ingin berhenti berdetak....

...Setelah pembincangan yang membuat suasana menjadi tidak efektif lagi. Azzam mengajak Mala untuk menggulangi hafalan Al-Qur'an mereka, bukan tanpa sebab. Karna sebagai Hafiz dan Hafizah, Azzam dan Mala harus selalu menjaga hafalan mereka supaya selalu terjaga dalam isi hati dan pikiran....

...Sambil menunggu waktu antara shalat magrib dan shalat Isya, merupakan waktu yang singkat. Azzam pun meminta Mala untuk sambung-menyambung ayat, sesudah shalat Isya. Mala hanya mengangguk tanya menyetujui....

.

.

.

...Malam semakin larut, membuat sang Nenek terpaksa menyuruh cucu-cucunya berhenti mengaji. Untuk makan malam terus beristirahat....

...Setelah makan, Azzam langsung masuk kekamarnya meninggalkan sang adik dan Nenek....

"Biar Mala aja yang cuci piringnya Nek, " ujar Mala ketika melihat sang Nenek merapikan bekas makan mereka.

...Nenek Aisyah hanya menuruti apa yang dikatakan Mala, dan menuju kamarnya. Rasa lelah dan ngantuk yang dirasakan Nenek Aisyah yang memang sudah tua. Beliau juga memiliki riwayat penyakit darah tinggi, hal itu memang tidak boleh membuatnya terlalu kelelahan....

"Makasih ya sayang," ujar Nenek Aisyah sambil berlalu meninggalkan Mala seorang diri didapur.

...Dirumah Nenek Aisyah tidak ada ART semenjak kepergian sang Suami 6 tahun yang lalu, Membuat Nenek Aisyah tidak ingin dirumahnya ada orang lain....

...Azzam hanya sesekali menginap di rumah sang Nenek, karna masih ada Abi dan Umi yang harus dia perhatikan. Berbeda dengan Mala yang hanya anak yatim yang tidak diinginkan oleh Bapaknya sendiri....

...Azzam dan Mala hanya selisih 10 bulan, saat ini umur Mala baru 18 tahun. Dan kebetulan baru lulus Aliyah, sedangkan Abangnya Azzam sudah lulus tahun kemarin dan usianya baru menjalani 19 tahun....

...Ketika Ibunya Mala, Azizah dinyatakan telah meninggal oleh Dokter rumah sakit yang menanganinya. Membuat umi Azzam, Azzahrah. Menjadi Ibu susu untuk Mala seperti permintaan mendiang Ibu Mala sebelum beliau meninggal dunia....

.

.

.

...Setelah selesai mencuci dan membersihkan dapur, Mala melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya. Ketika membuka pintu kamar, Mala teringgat akan sesuatu dan tersenyum....

...Kamar yang ditempati Mala adalah kamar khusus yang dulunya ditempati mendiang sang Ibu....

...Disana masih ada meja buatan sang kakek, untuk putri tercintanya. Mala mendekati meja tersebut, sambil mengusap meja usang itu. Lalu tersenyum, disana masih ada Taligrafi bertulisan nama sang Ibu....

...Mala teringat akan kotak yang dia bawa, didalamannya ada izasah Aliyah Nurul Huda tempatnya menimba ilmu selama ini....

...Mala memang menginap di pondok pesantren Nurul Huda seperti permintaan sang Kakek, bahkan sang Kakek sudah membayar lunas uang sekolahnya dari Tsanawiyah hingga Aliyahnya sekaligus....

"Kakek memang kejam, sudah menggurung aku disana selama 6 tahun. Bahkan Kakek pergi tidak memberi tahuku sama sekali," batin Mala sedih.

...Tidak terasa mata Mala memanas, ketika teringat sang Kakek. Beliau adalah cinta pertama untuk Mala....

...Mala hanya mampu tersenyum pahit mengingat kepergian Kakek, yang semua orang semunyikan darinya....

...Mala melebarkan penglihatannya, memperhatikan seluruh sudut ke sudut kamar yang telah dia tinggalkan selama 6 tahun ini....

...Tidak ada yang berubah didalam kamarnya, sama seperti dulu ketika Mala masih tinggal disini, hampir 12 tahun Mala di asuh dan di didik oleh Kakek dan Neneknya....

Mala teringat akan kata -kata sang Kakek.

F**lashback on

...Baru saja bel sekolah berbunyi, yang menandakan waktu untuk anak-anak Ibtidahiyah untuk pulang. Membuat semua anak-anak itu, berhamburan keluar dari kelas masing-masing....

...Begitu pula dengan Mala kecil, dia bersenandu riang keluar dari kelas menuju gerbang sekolah....

...Namum keceriakan Mala terusik, ketika Mala diejek-ejek anak haram membuat Mala kecil geram tidak tertahankan watu itu Mala baru berumur 6 tahun....

...Mala kecil menghajar habis-habisan semua anak-anak yang mengejeknya tanpa ampun. Namun sayang, Mala kalah banyak. Bagaimana bisa Mala sendirian mengalahkan beberapa anak seusianya....

...Mala tidak mau pulang kerumah sang Kakek, karna Mala tahu dirumah hanya ada Neneknya. Kalau sang Nenek melihat dia berantakan seperti ini, bisa dipastikan omelan Neneknya akan panjang dan lama bagaikan kereta api yang tidak mau berhenti....

...Mala memilih untuk menyusul sang Kakek yang pasti berada di toko kelontongnya dipasar, walau hanya jalan kaki bagi Mala bukan lah masalah, yang penting dia bisa bertemu sang kakek....

...Ketika sang Kakek menghitung-hitung barang dagangannya ia dikejutkan oleh suara nyaring sang cucu yang membuat sang Kakek tersenyum....

...Namun senyum kakek Ibrahim hilang ketika melihat keadaan sang cucu....

"Mala sayang," lirih Kakek Ibrahim.

"Kakek," lirih Mala.

...Kakek Ibrahim mengatur nafasnya yang sudah sulit untuk berhembus, melihat sang cucu yang sudah seperti maling yang digebuki masa....

"Ayo duduk disini," ajak Kakek Ibrahim sambil melambaykan tanggan kepada sang cucu.

...Mala kecil hanya mengangguk dan menghampiri sang Kakek....

"Kenapa dengan keadaan cucu kakek ini, kok kayak orang mau mengemis saja?" ejek Kakek Ibrahim sambil mengusap bagian yang kotor dari pakaian cucunya.

"Itu kekek," renggek Mala sambil menahan air matanya supaya tidak tumpah.

"Ada apa?" tanya Kakek Ibrahim yang tahu kalau Mala pasti habis berkelahi.

...Mala sama seperti Ibunya dulu Azizah, yang bagian luarnya saja perempuan. Tetapi jiwanya laki-laki, jadi Kakek Ibrahim sangat paham betul. Apa yang sudah dilakukan oleh cucunya sebelum menemunya....

"Mala diejek anak haram, Kek!" adu Mala kepada sang Kakek.

...Membuat Kakek Ibrahim hanya menatap sang cucu dengan sendu....

"Mala sayang," panggil Kakek Ibrahim yang membuat sang cucu mengangkat kepala menatapnya.

"Ingat kata ini, dengan baik!" sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya Kakek Ibrahim melanjutkan ucapannya.

"Didunia ini, tidak ada anak haram. Anak itu terlahir Fitrah (suci) tanpa dosa, yang salah adalah perbuatan orang tuanya bukan anaknya," jelas Kakek Ibrahim sambil tersenyum.

"Tapi kek," Mala ragu untuk meneruskan ucapannya.

"Mala sayang, jangan pernah dengarkan omongan orang yang tidak suka sama kita. Tetapi dengarkanlah ucapan orang yang sayang sama kita," jelas Kakek Ibrahim yang masih setia menatap Mala.

...Mala pun menggaguk tanda paham akan apa yang dikatakan sang kakek....

"Tapi Kakek, harus melakukan sesuatu untuk Mala," ucap Mala sambil tersenyum penuh arti.

...Kakek Ibrahim hanya mampu menelan silvernya, ketika sang cucu meminta sesuatu. Bukan tidak ingin menyenangkan hati cucunya itu. Akan tetapi, apa yang dipinta Mala pasti sesuatu diluar ekspedisi orang....

"Mala sayang mau apa?" tanya Kakek Ibrahim ragu.

"Mala mau masuk kelas karate, biar Mala bisa menjaga diri," ujar Mala sambil tersenyum sepenuh arti.

...Kakek Ibrahim hanya menganggukkan kepala, tanya menyetujui permintaan sang cucu....

Flashback off

...Semua apa yang Mala pikirkan buyar seketika mendengar ketukan pintu kamarnya....

Tok...

Tok..

...Pintu kamar Mala diketuk dan tidak lama kemudian ada panggilan dari sang Abang....

"Dek," panggil Azzam dari luar kamar Mala.

"Emmm," balas Mala, dia malas sekali rasanya untuk meladeni sang Abang.

"Mala bukak pintunnya," suara Azzam yang penuh akan penekanan, sebab kesal kepada sang adik yang tidak kunjung membukakan pintu kamar.

...Mala yang mendengar suara Abangnya yang mulai kesal, akhirnya membukakan pintu kamarnya....

"Ada apa bang?" ketus Mala.

...Tanpa aba-aba Azzam masuk kedalak kamar sang adik dan duduk di kasur....

"Abang!" teriak Mala.

"Hussss, jagan berisik. Nanti Nenek bagun tau," jelas Azzam memperingatkan Mala.

"Abang mau apa?" tanya Mala.

...Tapi seolah dihipnotis Azzam mendekat kelemari kaca yang lumayan besar disana terdapat banyak sekali mendali dan piala yang membuat Azzam takjub....

...Memang Mala berbeda dengan anak-anak kebanyakan yang mengoleksi mainan atau pernak pernik seperti tas atau pun sepatu....

...Mala dari kecil lebih ambisius untuk mengumpulkan piagam atau mendali lebih lagi kalau berhasil mendapatkan piala....

"Apa semua ini milikmu?" tanya Azzam tanpa mengalihkan matanya dari lemari tersebut.

...Mala menghirup udara dengan sangat kasar, dia sangat tidak suka dengan tingkah laku Abangnya yang seperti ini....

...Keingin tahu Azzam sering membuat Mala kesal....

"Mala, sedang apa kamu tadi?" tanya Azzam.

"Tidak sedang apa-apa, Bang!" jawab Mala.

"Kamu tadi melamun ya?" tebak Azzam.

"Aku sedang merenung bukan melamun bang," kilah Mala.

"Emang ada bedanya?" tanya Azzam.

"Ya bedalah, kalau merenung itu mencari solusi untuk sebuah masalah. Kalau melamun itu, menghayalkan sesuatu yang mustahil terjadi," jelas Mala membuat Azzam berbalik menghadap Mala dan menatapnya.

"Katakan apa tujuanmu selanjutnya?"

.

.

.

...bersambung......

*setelah baca wajib like end comen ya 😇*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!