Mentari yang indah memancarkan sinarnya menghilangkan sisa embun yang semalam.
Riuh burung pun bernyanyi dengan riang menyambut pagi yang begitu indah apa lagi di tambah dengan pemandangan yang sangat sejuk mempesona mata yang memandang.
Di pekarangan rumah yang begitu luas, ada Sekelompok bunga-bunga yang beraneka ragam jenis dan warna ber mekaran begitu indah mengeluarkan aroma wangi khasnya masing-masing yang menggoda kumbang dan kupu-kupu untuk hinggap menghisap sari madunya.
Ceklek.
Suara pintu terbuka membuat seseorang yang tengah duduk di depan meja rias menoleh ke arah pintu,
"Bunda...!"
"Apa kamu sudah siap sayang?"
"Sedikit! lagi Bun, apa Bunda yakin benar-benar tak ingin ikut dengan Dara ke kota?" tanyanya ke pada orang yang di panggil Bunda sambil menatap sang Bunda yang melangkah mendekatinya.
"Benar sayang Bunda di sini saja. Lagi pula Daddy mu mau pulang ke sini untuk istirahat jadi untuk apa Bunda ikut. Sekarang tugas besarmu adalah mengawasi adik mu itu! karena Bunda tau dia hanya akan menurut pada kakaknya yang cantik ini." Sambil mengelus pipi sang Putri.
"Di bandingkan dengan Daddy mu dia akan selalu memanjakannya.
Dan lihat sekarang dia sama keras kepalanya seperti Daddy mu." Jelas sang Bunda panjang lebar sambil mengusap rambut panjang sang Putri, lalu mencium pucuk kepalanya.
"Tapi Bunda cintakan sama Daddy?" sambil melirik ke arah pintu, karena seorang laki-laki sudah berdiri di ambang pintu dengan memberi isyarat satu telunjuk di depan bibirnya agar ia diam.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"sela sang Bunda.
"Mm...Dara hanya ingin tau saja Bun, sebesar apa cinta Bunda ke Daddy" terang gadis cantik yang berhidung mancung dengan senyum manis yang selalu menghiasi birbir tipis yang terlihat ranum itu.
"Dengar ya, sayang...Daddy mu itu begitu tergila-gila dengan Bunda. Hingga Bunda pun harus betul-betul mencintainya kalau tidak_."
"Kalau tidak apa? apa aku tidak salah dengar? siapa yang keras kepala? dan siapa yang tergila-gila?"
"Mas, Rafa kamu! sejak kapan Mas, sampai? Dara, kamu! dan Daddy mu!" sambil mendelik menatap Dara yang kini memeluk suaminya.
"Daddy Dara kangen sama Daddy" peluk Dara dan di balas pelukan penuh kasih dari Daddy nya seolah tak memperdulikan Anggun yang berdiri di samping mereka.
"Ehem...ehem.." Anggun berdehem dengan kencang membuat Putri dan suaminya melirik bersamaan ke arahnya, sedangkan Dara hanya tersenyum simpul.
"Sas--sayang Maafkan Aku. Aku_" belum selesai Rafa berucap Anggun sudah berlalu pergi meninggalkan kamar sang Putri membuat Rafa mau tidak mau memgejar sang istri dan bakal terjadi drama yang panjang kalau istrinya sampai ngambek.
Dan Dara pun hanya bisa tersenyum bahagia melihat ke dua orang tuanya yang selalu saling menjahili justru semua itu membuat nya ingin memiliki suami seperti Daddy nya yang penyayang dan perhatian. Dan Dara pun ingin mencontoh sang Bundanya yang selalu sabar dan sederhana dalam setiap kondisi dan situasi.
Dara memang terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya namun Anggun sudah berhasil mendidiknya sebagai seorang yang selalu sederhana dan tidak berlebih-lebihan dan selalu bertutur kata lemah lembut.
Berbeda jauh dengan Putri bungsunya yang memang kebanyakan mengikuti jejak sang suami makanya sang Putri tumbuh menjadi Wanita tomboy yang selalu berbuat ulah menjahilinya, bahkan di kampus sudah beberapa kali ia menghajar anak laki-laki yang selalu menindas yang lemah, untung saja Rafa adalah penyumbang dana terbesar di Kampusnya jadi pihak Kampus hanya bisa berdiam diri dengan kelakuan Putri kedua Anggun dan Rafa itu.
Karena menegur Putrinya sama halnya menyinggung Rafa, namun Anggun tak tinggal diam selalu menyuruh mata-mata suruhannya itu untuk mengawasi kegiatan dan tingkah laku sang Putri, dan Anggun selalu di buat mengelus dada atas apa yang Putrinya itu perbuat.
*
*
*
Tap...tap..tap...
Suara langkah kaki Dara yang terburu-buru celingak-celingukan mencari seseorang.
"Bunda...! ternyata Bunda di sini? Dara berangkat dulu ya Bun!" Pamitnya.
"Iya sayang ini makanan kesukaan adikmu ayam geprek!" seru Anggun sambil menyodorkan kotak makanan kepeda Dara.
"A_Ayam Bun_Bunda kenapa harus Ayam. Kenapa bukan pete atau jengkol saja."
Ucap Dara dengan sedikit tergagap dan bergidik ngeri memandang tempat makan yang di sodorkan Anggun.
"Sayang itukan kesukaanmu. Dan bukan kesukaan Adikmu!"
"Tapi! Bun, itukan Ayam?" Protesnya sambil tangannya menunjuk sedang ia enggan untuk meraih kotak makanan yang masih di pegang Anggun.
"Iya sayang ini Ay_"
Anggun tak melanjutkan ucapannya saat mengingat sesuatu.
"Ya Allah maafkan Bunda sayang. Bunda lupa kalau kamu itu fobia sama yang namanya Ayam, ucap Anggun merasa bersalah,
''Okey baiklah, Bunda akan kasih Ayamnya ke_"
"Assalamualaikum Bunda!" ucapan Angun terputus saat mendengar uluk salam dari seseorang yang tiba-tiba saja masuk.
"Waalaikum salam warah matullahi wabarakatuh!" jawab Anggun dan Dara serempak sambil menoleh ke arah suara yang datang.
"Kak, Devan! kapan Kakak datang? kok Kakak tidak ngabarin?" cicit Dara.
"Iya Van, kamu kenapa tidak telpon Bunda? Bunda kan bisa masak makanan ke sukaan mu!" timpal Anggun.
"Sudah-sudah! Devan kesini bukan untuk makan. Aku yang menyuruh Devan kesini untuk memjemput Dara, dan kamu harus memasak untukku karena aku rindu masakan mu!" sela Rafa yang tiba-tiba muncul.
"Kamu Mas, tidak! aku masih marah sama kamu, kamu bisa masak sendiri kan!'' ketus Anggun lalu meninggalkan mereka.
"Sas_sayang! seharusnya aku yang marah kenapa jadi kamu yang marah!" teriak Rafa sembari mengejar Anggun.
Sedang Dara dan Devan hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku ke dua orang tuanya yang terkadang seperti anak kecil padahal usia mereka sudah tak muda lagi.
"Eeem Kak!"
"Dara!"
Seru Devan dan Dara secara bersamaan.
"Kakak yang duluan!" ucap Dara, mempersilahkan sambil tersenyum kaku dan menundukkan wajahnya malu-malu karena ada perasaan aneh menyelimuti hatinya saat berada dekat dengan Devan.
"Aku_Eemm_Aku merindukanmu. Apa kau juga merindukanku?" ungkap Devan ragu dengan suara yang hampir tak terdengar,karena dia juga merasakan hal yang sama seperti yang Dara rasakan.
"Eemm A_aku_"
"Jangan menjawabnya! karena Aku sudah mendapat jawaban dari wajahmu yang bersemu merah." Sela Devan memotong kalimat Dara yang tersendat akibat menahan gejolak di hatinya, Devan pun merasa gemas dengan tingkah Dara yang seperti itu.
Merekapun sama-sama saling melempar senyuman. Dara lalu mempersilahkan Devan untuk duduk sejenak untuk menghilangkan penatnya sedang ia sendiri mengambil makanan, dan minuman.
Lalu memberikannya kepada Devan, setelah semuanya sudah beres Dara pun siap-siap hendak berangkat menuju Kota.
"Ayo Kak kita berangkat nanti kita kesiangan!" cicit Dara karena tak ingin berlama-lama bersi tatap dengan Devan.
"Oh i_iya a_ayo!"
Jawab Devan salah tingkah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat teringat tujuan sebenarnya datang untuk menjemput Dara.
Dara pun dengan langkah yang cepat segera keluar dari ruangan yang terasa pengap. buatnya karena berdiri di samping orang yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang. Sungguh membuatnya seperti tak bisa bernafas dengan leluasa. Tak lupa ia pun pamit pada kedua orang tuanya.
*
*
*
Di sebuah Kampus ternama seorang gadis cantik bergaya modis memakai kaos motif garis di lengkapi dengan jaket kulit berwarna hitam, di padukan dengan celana jeans model pensil berwarna hitam, walau pun terlihat sedikit tomboy namun ia tetap terlihat manis.
Membuat siapa yang memandangnya akan berdecak kagum, terbukti dari ia mulai melangkahkan kaki masuk di pelataran kampus membuatnya terus di pandangi mata jelalatan para pria yang mengaguminya namun tak akan ada yang berani macam-macam karena ia adalah, Jelita Ayunindra Rafa Raindra Irawan Putri bungsu Rafa yang selalu membuat semua orang kesal dengan tingkahnya yang seenaknya, saja namun tetap peduli kepada orang yang tertindas.
Sikapnya memang terkadang acuh, namun Sikapnya itulah yang membuat hati banyak Pria ingin memilikinya, namun apalah daya mereka semua hanya bisa berangan karena Jelita bukan gadis yang mudah untuk di rayu dengan kata-kata manis.
Hanya satu orang yang di Kampus, yang jadi incarannya bahkan kini mereka sudah mulai dekat, dia adalah Darandra Athony Gerald yah, dia adalah putra Dokter Anthony dan Cleo saudara kembar Dara, dan dialah mata-mata Anggun yang sebenarnya.
Tak ada yang tau siapa Darandra sebenarnya Jelita pun tak tau kalau Darandra adalah sepupunya, karena selama ini Darandra, sibuk menyelesaikan pendidikan kedokterannya, mengikuti jejak sang Daddy, dan baik Dara mau pun Jelita hampir tak tahu bagaimana wajah Daranda, ketika dewasa.
Yang mereka tau adalah wajah Darandra ketika berumur Tujuh Tahun itulah terakhir kali mereka bertemu.
Dan tujuan Darandra ke Indonesia ingin merealisasikan tugas kedokterannya, dan sekaligus ingin berjumpa dengan adiknya, dan ia hanya memberi kabar kedatangannya pada Anggun dan Anggun pun menggunakan kesempatan itu untuk memberi tugas kepada keponakannya agar ia mengawasi Jelita, jika ada waktu luang. Sebelum ia mengirim Dara untuk mengawasi adiknya.
Dan di luar dugaan dengan senang hati Darandra pun menyetujui permintaan Anggun, dengan menyamar menjadi Mahasiswa pindahan, dan tentu data-data yang di pakai pun palsu. Darandra hanya memakai nama Andra tanpa embel-embel Nama lengkap.
Untung saja ia orang yang sangat cerdas, itulah yang membuat semua wanita di kampusnya tergila-gila Ingin menjadi pacar atau hanya sekedar teman. Sedang sifat dingin dan acuhnya itu lah yang membuat Jelita, tertantang ingin dekat dengannya, dan dia hanya dekat dengan Jelita.
Karena Jelita adalah Adik sepupu yang harus dia jaga maka dia harus memprioritaskan Jelita. Jadi akan mudah baginya untuk mengawasi gerak-gerik Jelita. Yang kadang membuatnya harus banyak bersabar jika tidak penyamarannya akan terbongkar apa lagi tingkah Jelita yang kadang membuatnya kesal ingin rasanya dia membalas Adik sepupunya itu.
"Kak Andra...!" teriak seorang gadis cantik membawa sebuah bungkusan kado berlari mendekati Darandra.
"Ada apa!" ketus Darandra jengah dengan sifat gadis di depannya yang menurutnya ke ganjenan, dari pakaiannya yang super **** menggoda iman membuat Darandra nggan berdiri lama-lama di depan gadis itu.
"Kak ini untuk kakak dan apa boleh aku mengundang kakak makan malam di rumah ku malam ini?" terang gadis itu sambil menyodorkan kado yang di bawanya. Darandra pun dengan berat hati harus menerima apa yang di berikan gadis di depannya, ya karena gadis itu bukanlah tipenya, dia cantik tapi terlalu **** dan Andra bukanlah tipe cowok yang suka dengan penampilan sexinya, apa lagi gadis itu masih seumuran dengan Jelita.
"Aku menerima ini tapi maaf malam ini aku tak punya waktu.'' Jawab Darandara dingin memupuskan harapan sang gadis. Sang gadis hanya bisa menunduk menggenggam ujung pakaiannya saat mendengar penolakan yang di lontarkan Darandra.
"Kak, Andra! ternyata kamu di sini!' aku dari tadi mencarimu, aku mau mengajakmu datang ke rumahku, untuk makan malam karena hari ini Kakak ku datang, aku mohon Kakak datang ya!" pintanya dengan menangkup ke dua tangannya di depan dada.
Darandra menatap sekilas ke arah sang gadis di depannya sebelum ia menatap Jelita.
"Okay baiklah akan ku usahakan untuk datang." Ucapnya datar lalu melangkah pergi dengan gaya Coolnya, tanpa menoleh ke arah gadis yang menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan. Karena ia pikir iyalah yang mengundang Andra duluan.
"Kau...! berani-beraninya kau mengajak Kak, Andra! kamu tau kan Kak Andra, adalah orang yang aku suka dan apa maksudmu. mengajaknya pergi makan malam di rumah mu. Aku sudah mengajaknya tapi dia menolak, ini semua pasti gara-gara kamu, iya kan dasar tidak tau diri!" teriak gadis itu pada Jelita, namun Jelita dengan gaya tak peduli- nya melenggang pergi.
Membuat sang gadis itu benar-benar geram terbawa emosi, dengan cepat ia menarik tangan Jelita dengan kasar. Dan itu hampir membuat Jelita terjengkang ke belakang. Dengan tatapan penuh emosi Jelita balik memutar lengan gadis itu, hingga gadis itu pun merasa kesakitan.
"Dengarkan aku gadis bodoh!' aku tak mau tau dengan perasaan dan urusanmu! dengan Kak Andra, kalau kau ingin marah maka marahlah padanya tanyakan padanya kenapa dia lebih memilihku ketimbang dirimu!"
ketus Jelita mendorong gadis itu hingga dia terjerembab di lantai membuat gadis itu kembali meringis kesakitan karena kedua lututnya terbentur lantai.
"Aku peringatkan kau! sekali lagi jangan pernah mengusikku! jika kau tak ingin berakhir tragis di tanganku!'' Ancam Jelita membuat sang gadis menelan salivanya dengan susah payah.
Jelita pun melenggang pergi ia tak perduli jika keributan yang ia buat sudah memancing keramaian namun tak ada satu pun yang berani mendekat atau melerainya karena mereka tahu sifat keras kepala Jelita dia tidak akan mundur kalau dia merasa benar.
"Dasar gadis keras kepala" gumam Darandra perlahan sambil menggelengkan kepalanya menyaksikan dari jauh aksi Jelita dengan gadis yang memberinya Kado.
"Jangan panggil Nama ku Amara Puspita Wijaya! kalau aku tak berhasil membalasmu Jelita brengsek,!" gerutunya kesal menyaksikan Jelita yang melenggang pergi sedangkan ia masih menahan rasa sakit di ke dua lututnya yang sudah berwarna kemerah-merahan.
"Aaww sakit sial." umpatnya sambil terus berusaha untuk bangkit, sedangkan lututnya kini terasa berdenyut nyeri akibat benturan yang sangat keras tadi.
Sore harinya Jelita pun bergegas ingin pulang ke mansionnya, namun sayang ban Mobilnya tiba-tiba saja kempes dan dia binggung harus berbuat apa, karena hari sedang hujan deras,
"Jelita ayo ikut aku!" ucap Darandra yang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang.
"Kak Andra kau mengagetkanku saja aku masih muda belum menikah aku tidak mau mati muda karena serangan jantung!" cicitnya membuat Darandra hanya bisa terkekeh dengan tingkah adik sepupunya yang menggemaskan itu.
"Kamu kalau marah lucu tau" ujar Darandra mencubit ujung hidung Jelita yang begitu mancung.
"Kakak sakit tau!" kesalnya menepuk pundak Darandra, dan merekapun tertawa bersama tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengawasinya dengan tatapan penuh dendam dan kebencian.
"Ayo nanti kita telat katanya hari ini Kakak mu akan datang nanti kakakmu khawatir loh!" Jelas Darandra, lagi dan di anggu ki Jelita ia pun lalu masuk ke dalam mobil, dan mobil pun segera melesat menerobos hujan yang tiba-tiba saja turun dengan derasnya.
Tak ada percakapan mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing Darandra berfikir ia tak sabaran akan bertemu dengan adiknya yang sudah puluhan tahun berpisah, sedang Jelita berfikir kenapa Darandra begitu mirip dengan Dara kakaknya, seandainya dia wanita mungkin bagai pinang di belah dua fikirnya.
30 menit akhirnya merekapun sampai di sebuah mansion yang begitu elit dan megah,Darandra memarkirkan mobilnya dengan arahan dari Jelita karena ini kali pertamanya menginjakkan kaki di tempat yang begitu luasnya.
"Apa kamu di sini tinggal sendiri?"
"Tidak aku tinggal dengan Daddy." Jawab
Jelita yang terus melang kah terburu-buru karena tak sabaran ingin bertemu kakak yang sudah ia rindukan itu, Darandra hanya mengangguk mendengar jawaban Jelita dan berusaha mengimbangi langkah Jelita.
Ceklek krieet...!
Jelita membuka pintu lalu menuju ruang tengah dan terus mencari sosok yang di rindukan.
"Kak Dara, dimana kok di sini tidak ada?" gumam Jelita yang memang tak melihat siapa pun di tempat itu.
"Dara ada di dapur jawab Devan yang baru ke luar dari kamar tamu.
"Kak Devan, kakak di sini!" jerit Jelita dan menghambur ingin memeluk Devan.
"Stop...!
Berhenti di situ! badanmu masih bau bersihkan badanmu dulu baru bisa memeluk Kakak!" titah Devan acuh karena Devan orangnya sangat acuh bahkan terkadang jutek hanya dengan orang-orang terdekatnyalah ia lembut dan hangat, kini tatapannya beralih ke arah laki-laki yang menurutnya begitu mirip dengan Dara.
Sedang Jelita merengut kesal pada Devan yang tidak memperdulikan tangannya yang menggantung di udara tertahan saat ingin memeluknya.
"Kak Devan jahat!" ketus Jelita.
"Aku akan mendoakan Kakak agar berjodoh dengan gadis yang menyebalkan!" umpatnya lagi sambil melangkah meninggalkan Devan dan Darandra yang masih sibuk saling menatap.
"Kamu pasti Darandra!" tebak Devan.
"Kok Kak Devan bisa mengenalku?" ujar Darandra bingung karena ini pertama kalinya ia berjumpa dengan Devan.
"Hmm..." sambil tersenyum.
"Kau begitu mirip dengan Dara. Bagaimana aku tidak mengenalmu kalian itu kan saudara kembar." Jelas Devan lagi,
"Oh iya..." sela Darandra tersenyum kaku saat tersadar sambil menggaruk tenggkuknya yang tidak gatal, ia pun pamit untuk membersihkan dirinya.
"Kak Devan aku seperti mendengar kakak berbicara dengan laki-laki?" celetuk Dara yang baru saja tiba dari dapur.
"Dara kau mengagetkan Kakak saja" balas Devan.
"Maaf Kak!" cicitnya merasa bersalah.
"Ya sudah bersihkan dulu badanmu aku sudah lapar lanjut Devan tanpa ingin menjawab pertanyaan Dara.
Setelah semuanya sudah siap Dara pun masuk ke ruang makan terlebih dahulu namun ia mengerutkan alisnya ketika melihat di atas meja makan begitu banyak piring.
"kok piringnya ada 4 apa kakak punya tamu? tanya Dara.
"Dan aku juga dari tadi sudah menelpon Jelita tapi tidak di angkat mungkin dia akan sedikit terlambat, karena hujan, jalanan pasti macet." Jelasnya lagi.
''Hmmm'' hanya itu yang keluar dari bibir Devan.
*
"Kak, Dara aku merindukanmu!" cicit Jelita yang baru saja masuk yang di ikuti Darandra yang juga berada di belakang Jelita.
"Jelita,kau!" pekik Dara terkejut lalu berlari memeluk sang Adik.
"Kakak juga rindu sama kamu!" balasnya sambil terus memeluk sang Adik tersayang nya.
''Aku kira kamu akan datang terlambat ayo kita makan aku juga membawa makanan ke sukaanmu yang Bunda titip lajutnya lagi.
''Oh ya benarkah? aku jadi lapar'' selorohnya membuat Dara terkekeh.
"Aku juga merindukanmu!" sela Darandra, yang mengulurkan tangan ingin memeluk sang adik, membuat Dara dan Jelita mengurai pelukannya, dan menatap ke arah Darandra secara bersamaan.
"Ayo lah please...! apa kau benar-benar melupakanku?" cicit Darandra kembali membuat Dara membulatkan matanya dan seraya mendekat.
"Kakak, kau kah ini? kau begitu tampan." ucap Dara polos tanpa sadar.
"Aku tentu sangat merindukanmu bodoh!" ucapnya sambil memukul lengan Darandra,lalu memeluknya.
"Kenapa kau tak pernah menghubungiku? selama belasan tahun, apa kau tak pernah merindukanku?" keluh Dara dalam isakannya sambil memukul dada bidang milik Darandra lalu memeluk erat kembali sang kakak, begitu pun sebaliknya Darandra pun segera membalas pelukan saudara kembarnya itu.
"Hei kenapa kau jadi menangis? dasar cengeng, lihatlah ingusmu itu memenuhi baju ku, kau memang tak pernah berubah selalu saja jorok!" gerutu Darandra saat Dara dengan sengaja memakai bajunya untuk mengelap ingusnya, yang berlarian ingin keluar.
"Biar saja kau kan masih punya banyak koleksi baju sedang aku adikmu satu-satunya!" protes Dara sambil mengerucutkan bibirnya Membuat Darandra gemas dengan saudara kembarnya itu.
"Jadi Kak Andra adalah Kak Darandra? kenapa aku terlambat menyadarinya" celetuk Jelita,yang baru menyadari kalau sahabat yang ia kagumi adalah kakak sepupunya sendiri.
"Jadi kalian sudah saling mengenal?" tanya Dara menatap Jelita dan Darandra bergiliran.
"Ya! tentu saja. Karena Kak Andra berpura-pura menjadi mahasiswa baru di kampusku" jelas Jelita menatap tajam ke arah Darandra.
"Sudahlah! aku lapar ayo kita makan dulu kangen-kangenannya nanti saja. Sekarang cacing di perutku sudah minta untuk di isi!" sela Devan yang dari tadi hanya jadi penonton setia.
Mereka pun segera duduk dan melahap semua makanan yang ada, setelah semuanya beres mereka pun kembali bercengkrama melepas rindu dan berbagi cerita hingga tak terasa malam telah larut Devan pamit undur diri sedang Darandra untuk sementara menginap dulu, karena itu permintaan adiknya.
*
*
*
Malam pun berlalu membuat Dara yang begitu penat terlarut dalam mimpi, ntah apa yang membuatnya begitu terengah-engah,dengan berbaluh peluh yang mengucuri seluruh tubuhnya.
''Selamatkan dia cepat! selamatkan dia, dia akan tenggelam cepatlah! siapapun kalian cepat selamatkan dia, anak itu akan tenggelam!"
teriak Dara namun tak ada satu orang pun yang ingin mendekat untuk menolong bahkan dia sendiri tak bisa berenang, akhirnya Dara pun melihat seorang anak perempuan kecil mendekat di tepi kolam lalu anak itu pun masuk untuk menolong anak laki-laki yang baru saja akan tenggelam.
.
.
.
Jauh di tempat yang berbeda di negara yang berbeda seorang yang bertubuh kekar terlelap dalam tidurnya dan di waktu yang bersamaan,dia juga terengah-engah dalam tidurnya ntah apa yang sedang ia mimpikan hingga seluruh tubuhnya pun bergetar hebat. "Jangan pergiii!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!