#Cerita ini hanya fiksi belaka, mohon bijak dalam membaca#
Dahulu kala di sebuah Desa di pulau Jawa, terdapat sepasang sejoli yang dimabuk asmara. Mereka adalah Surti dan Tejo. Keduanya nekad menjalin kasih meskipun orang tua Surti tak merestui hubungan mereka.
Raden Ayu Suryani Titiana Dewi atau lebih dikenal dengan nama Surti merupakan putri tunggal seorang bangsawan terkaya di Desa Sukarejo. Sebagai putri tunggal seorang bangsawan sekaligus orang terkaya di desa itu, Surti tidak diizinkan berhubungan dengan Arya Tejo yang notabene hanya seorang anak butuh tani miskin.
Perbedaan tak menjadi halangan untuk keduanya tetap menjalani kasih meskipun terpaksa harus menjalani hubungan backstreet agar tidak di ketahui oleh orang tua Surti.
Suatu hari Tejo mengajak pujaan hatinya bertemu. Pemuda sembilan belas tahun itu menyampaikan ide gilanya untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Surti.
Surti yang sama gilanya dengan Tejo sektika langsung mengangguk setuju saat pemuda itu membisikan sesuatu padanya.
"Beneran kita akan melakukannya di sini?" tanya Surti saat tiba di sebuah gubug di tengah sawah
"Iya, sepertinya hanya inilah tempat yang aman untuk kita bercinta, " jawab Tejo tersenyum tipis
"Setuju, aku yakin jika aku hamil pasti mau tidak mau Romo pasti akan menikahkan aku dengan kamu," jawab gadis itu sumringah
"Hmm, semoga saja begitu. Tapi aku tetap saja khawatir," ucap Tejo mulai ragu
"Khawatir apa?"
"Khawatir jika ayahmu tetap akan menikahkan dirimu dengan orang lain, meskipun kamu sudah mengandung anakku," tutur Tejo
"Jangan khawatir, aku lebih baik mati jika harus menikahi pria lain." jawab gadis itu memberikan dukungannya kepada Tejo
Ia kemudian menarik pria itu menuju ke gubuk bambu.
Surti tak ragu untuk menanggalkan pakaiannya, dan menarik Tejo kedalam pelukannya.
Dua sejoli yang tengah kasmaran itupun tak canggung lagi untuk saling menyalurkan hasrat keduanya.
Cuaca terik siang itu seakan menambah gairah sepasang kekasih dalam pergumulan panasnya.
*Srak, srak, srak!"
Terdengar suara langkah seseorang mendekati gubug itu. Raden Mardiyono, ayah Surti begitu berang melihat anak gadisnya terengah-engah dalam kungkungan seorang anak petani miskin yang tak selevel dengannya.
"Surti!!!" serunya dengan nada tinggi
Suara teriakan Mardiyono bak sebuah toa yang seketika menghentikan kedua sejoli yang sedang bercinta.
"Gawat, Romo datang!" seru Surti segera mendorong tubuh Tejo dan memakai pakaiannya.
Ia segera memastikan apakah benar itu suara ayahnya atau bukan dari celah-celah pagar.
"Bagiamana ini??" tanya Tejo ketakutan
"Cepat pakai pakaianmu, dan sembunyilah!" ucap Surti
"Sembunyi dimana??"
"Sial!" pekik Surti saat melihat ayahnya semakin mendekat kearahnya.
Gadis itu kemudian segera mendorong tubuh Tejo hingga pemuda itu terguling ke tengah sawah.
"Sembunyilah di sana!" seru Surti
Gadis itu segera duduk manis dan menyanyikan lagu merdu dengan mimik wajah ceria.
"Dasar berandalan, dimana dia!" seru Mardiyono
"Tidak ada siapa-siapa disini, hanya aku seorang yang sedang menikmati pemandangan indah siang ini," jawab Surti dengan anggun
"Cih, kau pikir bisa mengelabui Romo," sahut pria itu kemudian menunjukkan tanda merah di leher gadis itu
"Apa bukti ini belum cukup?" tanya lelaki itu menyeringai
"Oh itu...itu...tadi Surti digigit serangga," jawab gadis itu gugup
"Sudahlah, jangan terlalu banyak berbohong karena itu hanya akan membuat Romo semakin muak dengan kalian. Dengar baik-baik...." ujar Mardiyono sejenak menghentikan ucapannya
"Jika kau benar-benar mencintai putriku, maka datanglah ke rumah kami malam ini. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," imbuh Mardiyono kemudian membawa Surti pergi dari tempat itu
"Apa yang mau dibicarakan Juragan Mardi denganku??. Apa aku akan dihukum dan di jadikan Romusha (pekerja paksa di jaman penjajahan Jepang), atau dia akan menikahkan aku dengan Surti karena sudah menidur*nya?"
*********
Malam itu setelah sholat isya Tejo bersiap menuju ke kediaman Juragan Mardiyono.
Lelaki itu berjalan kaki menuju kediaman sang Pujaan Hati.
*Tok, tok, tok!!
Tejo memberanikan diri mengetuk pintu rumah termewah di desa Sukarejo dengan penuh kecemasan.
Seorang rewang membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.
"Monggo, Ndoro Mardi sudah menunggu anda," ucapnya kemudian menuntun pemuda itu menuju ruang tamu.
Mardiyono tersenyum tipis menatap pemuda itu. Lelaki itu seperti mengintimidasi Tejo saat melihat penampilannya yang begitu lusuh dengan bau keringat khas seorang kuli.
"Sugeng ndalu Ndoro," ucap pemuda itu menundukkan kepalanya
"Duduklah!" seru Mardiyono menyuruhnya duduk
Tejo kemudian segera duduk di lantai, dan seketika Mardiyono menertawakannya.
"Dasar rakyat jelata, kamu memang harus tahu diri sebelum mendekati putriku!" seru Mardiyono
"Kenapa duduk di bawah si Mas, duduk di kursi sini," ujar Sirti kemudian menarik pemuda itu agar duduk di sampingnya.
"Apa benar kau benar mencintai putriku?" tanya Mardiyono
"Tentu Juragan, saya mencintainya segenap hati ku,"
"Apa yang kau bisa berikan untuk putriku?" tanyanya lagi
"Bukan harta ataupun perhiasan, yang bisa saya janjikan untuknya hanyalah kebahagiaan. Aku akan berusaha membahagiakannya apapun yang terjadi," sahutnya
"Apa kau bersedia menjadi pejuang untuk melawan penjajah Jepang?" tanya Mardiyono
"Tentu saja jika memang itu syarat yang Ndoro berikan agar saya bisa bersatu dengan Surti," jawab Tejo
"Kau benar-benar sangat gigih, aku suka semangat mu. Baiklah aku akan menyetujui hubungan kalian, sekaligus menikahkan kalian jika kamu berhasil kembali dengan selamat setelah mengikuti perang gerilya melawan penjajah Jepang," ujar Mardiyono
"Baik," jawab pemuda itu mantap.
Sepulang dari kediaman Raden Mas Mardiyono, Tejo segera menemui seorang dukun sakti di dusun Sukarejo. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kedigdayaan agar ia bisa kembali dengan selamat setelah ikut berperang.
"Pakai kalung ini!" ucap seorang dukun memberikan sebuah kalung taring serigala kepadanya
"Apa benda ini benar-benar jimat sakti yang bisa melindungi ku dari senapan para tentara Jepang?" tanya Tejo
"Tentu saja, kalung ini adalah kalung sakti yang akan membuatmu kebal senjata api," jawab lelaki itu
"Tapi ingat, kamu dilarang bercumbu apalagi berhubungan dengan seorang wanita saat memakai kalung ini. Kau harus melepaskannya dahulu karena itu adalah tabu. Kamu juga harus memberinya makanan berupa kembang tujuh rupa saat jumat kliwon, dan memandikannya dengan darah anj*ng!" imbuhnya
"Lalu apa yang terjadi jika aku lupa menjalankan ritual itu?" tanya Tejo
"Maka kau akan menjadi tumbal bagi kalung sakti ini,"
"Apa maksudnya Mbah, saya tidak mengerti?" tanya Tejo
"Penunggu kalung ini akan memangsamu jika kau tidak menjalankan ritual yang aku sebutkan tadi," jawab lelaki itu lagi
"Jadi aku akan mati, jika aku tidak melakukan ritual itu?"
"Kau tidak akan mati Tejo, melainkan kau akan menjadi siluman Asu Baung setelah penunggu kalung itu menghisap darahmu," jawab Mbah Ponijan
"Lalu bagaimana caranya aku kembali menjadi manusia lagi?" tanya Tejo lagi
"Kau tidak akan pernah menjadi manusia lagi, tapi kau bisa mati setelah menemukan kembali cinta sejati mu,"
"Lalu apa yang terjadi jika aku lupa menjalankan ritual itu?" tanya Tejo
"Maka kau akan menjadi tumbal bagi kalung sakti ini,"
"Apa maksudnya Mbah, saya tidak mengerti?" tanya Tejo
"Penunggu kalung ini akan memangsamu jika kau tidak menjalankan ritual yang aku sebutkan tadi," jawab lelaki itu lagi
"Jadi aku akan mati, jika aku tidak melakukan ritual itu?"
"Kau tidak akan mati Tejo, melainkan kau akan menjadi siluman Asu Baung setelah penunggu kalung itu menghisap darahmu," jawab Mbah Ponijan
"Lalu bagaimana caranya aku kembali menjadi manusia lagi?" tanya Tejo lagi
"Kau tidak akan pernah menjadi manusia lagi. Kau akan hidup abadi sebagai seorang Asu Baung ( manusia Serigala), tapi kau bisa mati setelah menemukan kembali cinta sejati mu," jawab sang Dukun
Setelah mendapatkan jimat itu Tejo memantapkan hatinya dan kemudian berpamitan kepada Surti sebelum ia berangkat berperang.
"Aku pergi dulu dek, tunggu aku dan jangan pernah berpaling dengan lelaki lain," ucap Tejo
"Tentu saja, aku akan menunggumu sampai kau kembali. Kamu jaga diri baik-baik dan kau harus kembali dengan selamat."
"Tentu saja dek, dengan kalung ini tidak akan ada satupun peluru atau senjata tajam yang akan melukaiku," jawab Tejo dengan penuh percaya diri
"Syukurlah, aku sudah tak sabar menunggu kepulangan kamu,"
"Ya sudah aku pergi dulu ya," ucap Tejo kemudian memeluk Surti sebelum bergabung dengan laskar pejuang lainnya.
Hari berganti hari, hingga satu bulan lamanya Tejo tak juga kembali.
Hingga hari kemerdekaan tiba, Tejo belum juga kelihatan batang hidungnya. Tentu saja Surti begitu sedih karena pujaan hatinya tak muncul juga meskipun para pejuang lain sudah kembali dari medan perang.
Menurut cerita masyarakat yang beredar, Tejo tidak bisa kembali karena ia sudah menjadi siluman Asu Baung karena pemuda itu tak bisa melakukan ritual saat ia sedang berperang. Lelaki itu tak bisa menemui kekasihnya karena ia sudah berubah menjadi sosok manusia dengan kepala serigala dengan kuku-kukunya yang tajam.
Sedangkan Surti dikabarkan bunuh diri saat ayahnya akan menikahkannya dengan pria lain.
"Begitulah cerita dongeng tentang asal mula Asu Baung yang diluar negeri dikenal dengan manusia serigala atau Vampire. So tugas kalian adalah mencari artikel sebanyak mungkin tentang Asu Baung ini dan dikumpulkan paling lambat hari sabtu," ucap seorang dosen mengakhiri mata kuliahnya
"Woii, bangun!" seru Vie membangunkan Kania yang masih mendengkur di bangkunya.
"A...apa udah selesai mata kuliahnya?" tanya Luci sembari mengucek-ucek matanya
"Dari tadi dudul, makanya lo jangan molor mulu, dasar *****!" umpat Vie
"Abis gue kalau dengerin dosen sejarah serasa di nona bobokan, ya gini deh jadinya," jawab Luci enteng
"Btw mimpi ape lo barusan?" tanya Vie lagi
"Tadi gue mimpi ketemu cogan (cowok ganteng)," jawab Luci
"Dih itumah bukan mimpi, tapi halusinasi seorang jomblo. Lagipula gak ada di primbon arti mimpi bertemu cogan,"
"Ini bukan sembarang cogan Vie," jawab Luci kemudian menyambar backpacknya
"Maksud lo gimana?"
"Dia manusia dengan kepala Serigala," jawab Luci
"Terus?" tanya Vie begitu penasaran
"Saat dia mau mencium ku kamu membangunkan ku, jadi ambyar deh, wkwkwkwk!"
"Dih sue!"
"Sampai jumpa lagi patner," ucap Luci berpamitan
"Wait, tentang tugas artikel gimana?" tanya Vie
"Sans aja tar gue yang kerjain, tapi jangan buru-buru ya, gue lagi banyak job sekarang," jawab Luciana
"Kerja apa lagi sih lo sekarang?" tanya Vie penasaran
"Alhamdulillah aku diterima kerja jadi assisten rumah tangga di rumah Sultan,"
"Dih jadi ART aja bangga, malu-maluin lo, masa mahasiswi jenius kaya lo jadi pembokat, yang bener aja. Mending lo gabung sama gue jadi SPG Rokok gede gajinya, apalagi bonusnya."
"Lo kan tahu gue gak cantik kaya lo, body gue juga gak cocok kalau pakai baju sexy, terus gue juga gak pandai merayu cowok," sahut Luci
"Selalu saja underestimate, yaudah semangat kerjanya. Ingat jangan bikin masalah lagi agar lo gak di keluarin lagi."
"Thanks Bestie, insya Allah kali ini gue akan ekstra hati-hati, apalagi gue masuk kerja melalui agen jadi gak boleh sembarangan."
"Ok, semangat sis!" seru Vie
"Yoi, papay!" Luci kemudian menyalakan motornya dan bergegas meninggalkan halaman kampus.
Tiga puluh menit kemudian gadis itu sudah tiba disebuah rumah mewah.
Ia segera turun dari sepeda motornya dan memencet bel rumah itu.
Tak lama seorang pria muda keluar dari rumah itu.
"Saya Luciana Dewi dari agen penyalur asisten rumah tangga," ucap gadis itu sumringah
"Hmm, kenapa gadis belia bukankah aku minta wanita tua atau patuh baya," jawab pemuda menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki
"Kebetulan stok ART di Agen kami sedang kosong dan hanya ada saya saja jadi terpaksa saya yang datang kesini. Tapi kalau anda tidak berkenan dengan saya gak masalah, anda bisa cari ART di agen lain," jawab Luci sedikit kecewa
"Sudah berapa lama kamu bekerja sebagai ART?" tanya lelaki itu lagi
"Kalau pengalaman kerja sebagai ART belum ada, tapi kalau soal mengerjakan pekerjaan rumah jangan di tanya, sudah hampir 15 tahun saya berkerja rodi di rumah sendiri, so jangan khawatir semua pekerjaan rumah semuanya beres. Kalau gak percaya silakan di coba," jawabnya dengan bangga
Lelaki itu hanya tersenyum kecut kemudian menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya.
"Baiklah sekarang aku ingin mencobanya," ucap lelaki itu kemudian mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Luci
*Buuuggghhh!!
Luci seketika Reflek mendengkul ******** lelaki itu hingga lelaki itu melepaskannya.
"Sorry, gue emang mau jadi ART di rumah lo, tapi bukan berarti lo bisa berbuat mesum padaku!" gerutu gadis itu kemudian melangkah pergi meninggalkan lelaki itu yang masih merintih kesakitan memegangi ***********.
"Tunggu!" seru lelaki itu mengejarnya
Tahu Luci tak menghiraukan panggilannya, lelaki itu langsung menarik lengannya.
"Sorry, gue gak maksud melecehkan lo. Tapi gue ingin mengetes lo aja, secara gue ini kan tampan, kaya, jadi gue gak mau kalau lo sampai cinlok sama gue gara-gara kita tinggal satu rumah. Itu juga alasan gue kenapa hanya menerima ART orang tua daripada gadis belia seperti lo," terang lelaki itu mencoba menjelaskan kepada Luci
"Jangan khawatir kalau masalah itu, gue orangnya profesional. Tidak akan ada cinta diantara kita, apalagi gue sadar diri sebagai wanita yang pas-pasan tidak akan pernah bermimpi mendapatkan pasangan seorang Pangeran like you." jawab gadis itu
"Ok Deal, Lo diterima jadi ART gue," ucap lelaki itu menyalami Luci
Ia kemudian mengajak gadis itu masuk kedalam rumahnya.
Lelaki itu kemudian memberikan selembar surat perjanjian kepada Luci.
"Silakan baca dan pahami surat perjanjian kerja itu, jika kau setuju tandangani,"
Luci segera membaca surat perjanjian itu kemudian menandatanganinya.
"Kalau lo juga bisa bikin perjanjian kerja, gue juga boleh dong punya perjanjian dengan lo?" tanya Luci
"Silakan, selama tidak merugikan gue gak masalah. Lagipula gue bukan orang yang otoriter. Sampaikan saja apa perjanjiannya," sahut lelaki itu
"Gue ini mahasiswi, so kalau gue lagi kuliah tidak ada lagi hubungan antara pembantu dengan majikan diantara kita. Lo gak usah khawatir gue pastikan semua pekerjaan beres sebelum saya berangkat kuliah," jawab Luci
"Ok deal," sahut lelaki itu
Ia kemudian mengajak gadis itu ke mengenali sudut-sudut rumahnya.
"Ini kamar lo, dan kamar gue ada di lantai atas. Ada satu ruangan di rumah ini dimana lo tidak boleh memasukinya," ucap pemuda
"Memangnya kenapa aku gak boleh masuk, apa ruangan itu angker atau gimana?" tanya Luci penasaran
"Gue gak bisa menjelaskan secara detail, tapi kalau lo mau selamat ya jangan kepo dengan ruangan itu Ok!" jawab lelaki itu kemudian meninggalkannya
"Baik Tuan Tejo," sahut Luci membuat lelaki itu Seketika menghentikan langkahnya.
Sudah lama aku mengubur dalam-dalam nama Itu, bagaimana ia berani memanggil ku dengan sebutan itu.
Bola matanya seketika memerah dan kuku-kukunya yang tajam keluar dari jari-jarinya.
"Ini kamar lo, dan kamar gue ada di lantai atas. Ada satu ruangan di rumah ini dimana lo tidak boleh memasukinya."
Ia kemudian mengajak Luci menuju lantai atas dan menunjukkan sebuah ruangan dengan pintu bercat hijau.
"Apa ini ruangannya?" tanya Luci memperhatikan pintu kamar itu dengan seksama
"Benar, jadi kau tak perlu membersihkan ruangan ini apalagi sampai masuk kedalamnya," jawab Lelaki itu
"Memangnya kenapa aku gak boleh masuk, apa ruangan itu angker atau gimana?" tanya Luci penasaran
"Gue gak bisa menjelaskan secara detail, tapi kalau lo mau selamat ya jangan kepo dengan ruangan itu Ok!" jawab lelaki itu kemudian meninggalkannya
"Baik Tuan Tejo," sahut Luci membuat lelaki itu Seketika menghentikan langkahnya.
Sudah lama aku mengubur dalam-dalam nama Itu, bagaimana ia berani memanggil ku dengan sebutan itu.
Bola matanya seketika memerah dan kuku-kukunya yang tajam keluar dari jari-jarinya.
Kau terlalu gegabah gadis kecil,
Saat Arya Tejo hendak menoleh kearah Luci tiba-tiba saja lampunya mendadak mati.
Luci yang terkejut seketika menjerit dan memeluk tubuh Arya Tejo. Amarah yang semula memuncak dalam diri pria itu seketika sirna saat gadis itu memeluknya.
Selama ini belum pernah ada yang bisa meredam amarahku, siapa dia sebenarnya?
Arya Tejo segera melepaskan gadis itu dan menatapnya lekat.
Tidak ada yang spesial dengannya, dia juga tidak memiliki kekuatan supranatural, tapi bagaimana bisa dia meluluhlantakkan kekuatanku.
"Sorry, bukan maksud gue untuk ...." Luci tak melanjutkan ucapannya karena Tejo segera menutup mulutnya dengan telunjuknya.
"Jangan pernah panggil gue Tejo, panggil saja Arya. Dan jangan pernah menyentuhku meskipun itu tidak sengaja," ujar lelaki itu kemudian segera masuk kedalam kamarnya
"Ish, nyebelin banget sih, andai saja lo bukan majikan gue udah gue bejek-bejek muka lo!" gerutu Luci kemudian turun ke lantai bawah.
Gadis itu segera menata barang-barang pribadinya, sebelum melakukan tugas pertamanya.
Setelah merapikan kamar tidurnya ia segera memulai pekerjaannya dengan membersihkan rumah itu.
"Apa ini kenapa banyak sekali noda darah disini," Luci segera membersihkan bekas darah di dapur rumah itu.
Setelah selesai bersih-bersih ia kemudian memasak menu makan malam untuk sang majikan.
"Ah, akhirnya selesai juga, sekarang waktunya mandi," gadis itu kemudian melepaskan celemeknya dan segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi dapur.
Gadis itu terus bersenandung sembari membersihkan tubuhnya di atas bathtub.
"Enak sekali kalau jadi orang kaya, kamar mandi pembantu aja besar sekali gimana kamar mandi yang empunya rumah, wah pasti lebih mewah,"
Sementara Luci sedang menikmati mandi busa, Arya turun dari kamarnya ketika mengendus bau harum dari dapur.
Ia kemudian segera duduk di meja makan dan menikmati makan malamnya.
"Lumayan juga masakannya," ucapnya lirih.
Hidungnya kembali mendengus saat ia melewati kamar mandi. Ia menghentikan langkahnya tepat di depan kamar mandi.
Tulang rahangnya mulai mengeras dan otot-ototnya seketika mulai terlihat jelas dengan mata yang mulai memerah.
"Arrrrrghhh!!" pekiknya sembari menahan insting membunuhnya saat mencium darah sang perawan.
"Kenapa tiba-tiba bulu kudukku berdiri, sepertinya ada sesuatu yang sedang mengintai ku," buru-buru Luci beranjak dari bathtub dan segera memakai handuk.
Luci segera berlari meninggalkan kamar mandi saat melihat Arya sedang menikmati makan malamnya.
"Huft, aku kira tidak ada orang ternyata ada si Tejo lagi makan," ucap gadis itu mengusap dadanya
Gadis kembali tercengang saat melihat Arya tiba-tiba ada di hadapannya.
"Owh!" pekiknya langsung menutup mulutnya
"Jangan pernah memanggil nama itu lagi, jika kau ingin selamat!" seru Arya dengan tatapan mata ingin membunuhnya
"Maaf," ucap gadis itu buru-buru masuk kedalam kamarnya.
"Ya ampun dia itu seperti hantu, bagaimana bisa dia mendengarkan ucapan ku sementara kami berjauhan,"
************
Pagi itu setelah selesai memasak dan bersih-bersih, Luci segera berganti pakaian dan bersiap pergi ke kampus.
Ia segera menyambar backpacknya dan menstater motornya.
Berkali-kali ia mencoba menyalakan motornya namun tetap gagal.
"Ah sial, kenapa pakai acara mogok segala suh. Mana sudah jam segini, bisa telat gue!" Lucu segera meninggalkan sepeda bututnya.
"Terpaksa deh jalan kaki!' keluhnya
Senyumnya mengembang saat melihat Arya berpakaian rapi menuju ke garasi.
"Boleh aku menumpang sampai depan Tuan, motorku mogok." ucap gadis itu penuh harap
"Kenapa tidak memesan ojek online atau sejenisnya, maaf aku aku sedang terburu-buru," jawabnya dingin
"Dasar pelit!" cibirnya ketika lelaki itu menolak memberikan tumpangan
Arya berkali-kali mengklakson mobilnya, membuat Luci buru-buru berlari membukakan gerbang rumahnya agar mobil sang Majikan bisa keluar.
"Haish, menyebalkan sekali!" umpat gadis itu kemudian menutup kembali gerbang rumahnya.
"Luci!" teriak Arya menghentikan mobilnya
Seutas senyum terpancar dari wajah gadis itu saat mendengar Arya memanggilnya.
Semoga saja ia berubah pikiran dan terketuk hatinya untuk memberiku tumpangan.
Gadis itu begitu percaya diri membuka pintu mobilnya dan segera duduk di samping Arya.
"Siapa yang menyuruhmu masuk, gue hanya ingin bilang kalau nanti malam akan ada pesta di rumah gue, so kamu harus mencari katering makanan untuk party gue itu," ucap Arya memberikan kartu kreditnya kepada gadis itu
"Carikan katering makanan terbaik, dan jangan mengecewakan aku," imbuhnya
"Untuk berapa orang?" tanya Luci
"Tidak banyak, paling hanya 10 orang,"
"Kalian mau menu makanan lokal atau western?" tanya Luci lagi
"Western donk,"
"Ok, jam berapa partynya?" tanya gadis itu lagi
"Jam sembilan malam,"
"Ok," jawab Luci kemudian mencatat semuanya dan memasukan catatanya kedalam saku celananya.
"Sekarang turun dari mobil gue," ucap Arya membuat Luci segera turun dari mobil itu sembari terus mengeluarkan sumpah serapah kepada pria itu.
"Huft dasar medit, gue doain tuh mobil mogok di tengah jalan atau nyungsep ke selokan,"
Gadis itu berjalan cepat karena jarak antara kediaman Arya dengan gapura residen begitu jauh.
Setelah berjalan selama lima belas menit akhirnya sampai juga di depan gapura komplek.
Cukup lama juga ia menunggu transportasi umum yang melintas di depan perumahan elit itu.
"Maaf, apa anda sedang menunggu seseorang?" tanya seorang lelaki menghampirinya
"Saya sedang menunggu bus atau angkot, tapi kok kayaknya gak ada yang lewat sini ya," sahut Luci
"Memang tidak ada Mbak, kalau kamu mau menunggu angkutan umum ya harus naik ojek dulu ke jalan arteri. Nah di sana baru kamu bisa mendapatkan angkutan umum,"
"Memangnya berapa jauh jarak dari sini ke jalan besar?" tanya Luci
"Lumayanlah sekitar 3 kilometer, kalau naik motor sih 10 menit sampailah,"
"Wah bisa telat nih kalau gue jalan kaki lagi," keluh gadis itu
"Memangnya kamu mau kemana?" tanya lelaki itu
"Mau ke kampus Jayabaya," sahut Luci lirih
"Kalau gitu bareng aja, kebetulan aku juga mau kearah yang sama," ujar lelaki itu
"Wah baik banget masnya, makasih ya,"
"Sama-sama Mbak,"
Wah Masnya baik banget, selain keren dia juga gak pelit kaya si Tejo,
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!