NovelToon NovelToon

KRIKIL TAJAM SETAJAM CINTA

Curhat tentang aku?

Leoni memasuki salah satu kafe mewah yang lumayan terkenal di kota Manado, dia mengamati setiap sudut ruangan yang dapat dijangkau oleh matanya. “Apa benar tempat ini milik Anita?” Kata Leoni dalam hati sambal terus mengedarkan pandangan matanya menyusuri tempat itu dan berusaha mencari keberadaan Anita sahabatnya yang merupakan pemilik kafe itu.

Kafe ini sangat besar dan mewah, bahkan ramai pengunjung. Kebetulan Leoni datang pada jam makan siang yang sangat meungkinkan untuk kafe itu dikunjungi oleh orang banyak yang hendak menikmati makan siangnya. “Keren banget Anita bisa memiliki tempat usaha sebagus ini.” Leoni mengagumi tempat itu dan terus melangkah masuk ke dalam kafe sambil memperhatikan setiap sudut tempat tersebut sambil mencari-cari di mana atau kepada siapa dia bisa bertanya keberadaan temannya yang sedang dia cari saat itu.

“Anita?” Leoni tepat berhenti di depan meja resepsionis, dimana ada seorang Wanita yang sedang berdiri memperhatikannya sedari tadi.

“Leoni?” Anita bertatapan dengan Leoni yang baru saja sampai di depan meja resepsionis. “Leoni?” Kata Anita meyakinkan dirinya kalau itu benar sahabatnya yang sangat dia rindukan.

“Nit...” Kata Leoni menyadarkan Anita dari lamunannya yang entah sedang membayangkan apa, dia menjatuhkan

dirinya ke dalam pelukan Anita.

“Kamu sudah kembali Ny? Aku senang banget. Mari duduk dulu yuk!” Anita sadar dari lamunannya dan membalas pelukan Leoni kemudian melepaskan pelukan diantara mereka dan mempersilahkan Leoni untuk duduk. Mereka mengambil tempat duduk yang ada di dekat meja resepsionis itu.  “Gimana kabarmu?” Anita gembira menyambut temannya itu, dia duduk dihadapan Leoni dengan tatapan wajah gembira.

“Kabarku baik. Aku begitu merindukanmu Nit.” Jawab Leoni dengan ekspresi gembira tak kalah dengan Anita.

“Akhirnya setelah empat tahun lamanya Ny, heemmm… aku juga sangat merindukanmu.” Kata Anita.

“Iya Nit, akhirnya setelah empat tahun.” Leoni mendesah.

“Ceritain gimana kamu di Jakarta Ny! Aku penasaran banget dengan Jakarta.” Tanya Anita tanpa mengubah ekspresi bahagiahnya.

“Biasa aja sih sebetulnya.” Jawab Leoni santai. “Tapi tidak ada teman yang special seperti kamu Nit.” Lanjut Leoni.

“Ah yang benar saja kamu!” Anita tersenyum malu-malu. “Ceritain gimana serunya Jakarta dong!” Rengek Anita.

Leoni mulai menceritakan setiap aktivitas yang dia lakukan di sana dengan semangat dan Anita pun mendengarkan setiap cerita Leoni dengan seksama.

“Memang sih di sana seru banget, tak kalah seru dengan Manado. Tapi tetap aja beda sama kampung sendiri kan?” Tanya Leoni setelah menceritakan sedikit pengalamannya berada di ibu kota. “Sekarang giliran kamu Nit! Semenjak aku pergi, apa saja yang kamu lakukan?” Tanya Leoni.

“Yah seperti yang kamu lihat sendiri Ny, selesai SMA aku langsung nikah sama Aryz dan yah buka usaha ini, itu aja. Jadi aktivitasku setiap hari hanya muter-muter rumah kafe, ngurusin keluarga.” Jelas Anita.

“Terus Luna? Dia di mana? Gimana kabar dia Nit?” Leoni tak lupa menanyakan sahabat mereka itu.

“Entahlah dia di mana Ny.” Jawab Anita. “Heemmm… bukannya nanyain aku yang ada di depan mata, malah nanyain dia.” Anita pura-pura merajuk pada sahabatnya itu yang selama ini dia rindukan.

“Iya deh. Kamu gimana kabarnya? Baik-baik saja kan sama Aryz?” Tanya Leoni.

“Iya, kami baik. Makasi.” Jawab Anita seadanya.

“Glen? Dia sering ke sini?” Tanya Leoni malu-malu.

“Kamu masi ingat dia?” Anita balik bertanya.

“Kamu gimana sih? Bukannya jawab, eh malah balik nanya.” Leoni membalas Anita dengan mengambek.

“Iya, iya. Dia sering datang ke sini sih dan setiap kali ke sini dia selalu aja curhat tentang kamu.” Kata Anita santai.

“Curhat tentang aku?” Leoni kaget mendengar perkataan Anita. “Maksudnya? Perasaannya aku tidak pernah ngapa-ngapain sama dia? Kok curhatnya tentang aku sih?” Leoni penasaran dengan perkataan Anita.

Anita kemudian menjelaskan kondisi kedua temannya, Luna dan Glen dimana Luna sangat menyukai Glen walaupun Glen tidak menginginkannya, Luna selalu mengikuti Glen kemana saja dia pergi. Memang Glen tidak menerima Luna dan tidak berpacaran dengan Luna tapi dia juga tidak menolak Luna yang selalu mengekor padanya. Beberapa kali Luna mau menjebak Glen tapi selalu saja Glen luput dari godaan Luna. Setiap kali ada kejadian aneh yang terjadi atau apapun yang dilakukan Luna padanya, Glen selalu memberi tahu Anita dan suaminya Aryz, mereka berdua jadi tempat curhat Glen.

“Luna selalu saja mengejar-ngejar Glen, Ny. Tapi dia selalu di tolak Glen.” Lanjut Anita setelah selesai menjelaskan keadaan Glen dan Luna.

“Kenapa di tolak?” Tanya Leoni penasaran.

“Yah namanya juga tidak cinta, gimana hayo?” Jawab Anita.

“Terus hubungannya sama aku apa dong? Kok tadi katanya dia sering curhat tentang aku?” Lanjut Leoni penasaran

karena belum mendapatkan jawaban yang tepat menurutnya.

“Glen sebenarnya sangat merindukanmu Ny, mungkin sejak dulu dia suka sama kamu tapi tidak sempat dia mengutarakannya padamu. Glen itu cintanya sama kamu bukan sama Luna.” kata Aryzyang tiba-tiba datang dari

dapur dan bergabung dengan Leoni dan istrinya yang sedang mengobrol.

“Iih apaan sih suami gantengnya Anita ini. Ada-ada saja, ngomongnya mulai aneh deh sekarang,” Kata Leoniyang salah tingka mendengar perkataan Aryz, wajahnya memerah seperti tomat, dia malu mendengar perkataan Aryz barusan.

“Ny, aku sih tidak membenarkannya yah, tapi sepertinya kalau aku lihat gitu juga sih, mungkin dia pernah cerita ke suamiku tapi tidak padaku, kan namanya juga laki-laki.” Tambah Anita.

“Heemmm... entahlah.” Leoni membuang nafas dalam-dalam. “Kalaupun gitu, kenapa selama ini dia tidak pernah menghubungi ku? Semua chat tak pernah dibalas, telepon dariku pun tidak di jawab. Sejak saat itu, aku jadi malas menghubunginya. Jadi selama ini tidak ada komunikasi diantara kami. Bahkan di group kita pun, dia tidak pernah

merespon kan?” Tambah Leoni sepertinya kesal dengan perlakuan Glen.

“Iya mungkin saja dia kecewa sama kamu yang waktu itu tiba-tiba saja pergi, dan dia tidak sempat menyampaikan isi hatinya pada kamu Ny, atau juga dia tidak mau mengganggu pikiranmu agar bisa fokus belajar” Anita menenangkan.

“Beberapa kali sih dia mabuk dan mampir ke sini, dia selalu saja ngomongin kamu, nanyain kabar kamu, bahkan pernah dia maksa aku nelpon kamu hanya demi untuk bisa dengarin suara kamu tanpa dia ngomong sama kamu. Ingat gak beberapa kali aku nelpon kamu malam-malam?” Tanya Anita.

“Iya, ingat.” Leoni menganggukkan kepalanya.

“Itu sebenarnya ada Glen di sini.” Lanjut Anita tanpa menjelaskan lagi lebih detail.

“Heeemmmm...” Lagi-lagi Leoni mendesah. “Aku rindu bermain bersama kalian seperti dulu.” Kata Leonidibawah sadar.

“Iya Ny, rasanya senang banget bermain seperti dulu. Semoga saja kita masing-masing punya waktu untuk berkumpul bersama lagi.” Kata Anita

“Nit,sayang. Gampang kok, kamu undang saja mereka datang makan bersama disini biar bisa ngumpul, iya nggak Ny?” kata Aryz

“Iya juga yah kenapa aku tidak mikir sampai di situ.” Kata Anita. “Nanti aku akan coba menghubungi mereka.”Kata Anita lagi.

Selesai diskusi ringan mereka yang saling melepas rindu, Leoni menyampaikan berita kalau dia mau kuliah di Universitas Gensha Manado, setelah itu Leoni pulang dan mempersiapkan diri untuk besok hari pertamanya masuk

kampus.

***

Maaf guys, aku lagi revisi dari awal yah!

Tega Banget

Pagi harinya.

Leoni layaknya mahasiswa pada umumnya, dia pergi ke kampus untuk pertama kalinya sebagai mahasiswa baru di

kampus itu dan mengikuti kegiatan pembukaan Masa Orientasi Mahasiswa yang lebih di kenal dengan istilah OSPEK.

“OSPEK merupakan momen yang sangat berharga dalam perjalanan pendidikan kita di perguruan tinggi ini. Melalui rangkaian kegiatan OSPEK, kami berharap dapat membantu Anda para mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus, mengenal lebih dekat dengan dosen dan staf, serta menjalin hubungan baik dengan sesama mahasiswa baik dengan senior-senior maupun sesama teman dalam satu tingkatan. Kita akan bersama-sama menjalani perjalanan ini, menghadapi tantangan-tantangan yang ada, dan meraih kesuksesan dalam berbagai bidang. Sekali lagi saya mewakili pimpinan Yayasan dan juga senat mahasiswa mengucapkan selamat datang kepada adik-adik mahasiswa baru, saya sebagai ketua senat di kampus ini nama saya Glen. Saya menyambut kedatangan kalian dan mengucapkan terima kasih sudah memilih kampus ini. Selamat mengikuti OSPEK.” Glen membuka kegiatan pengenalan lingkungan kampus, dia sebagai pemilik kampus dan juga sebagai ketua senat mahasiswa

“Hah..? itu Glen?” Leoni yang sedang duduk di deretan mahasiswa baru bertanya-tanya dalam hatinya. Rasanya orang yang saja memberikan sambutan itu bukan Glen yang dia kenal karena telah banyak yang berubah padanya. “Benar nggak sih? Itu beneran Glen?” Leoni megucek-ngucek matanya seolah kurang yakin kalau itu benar-benar Glen. Padahal sebelum masuk kekampus dia sudah sempat berkomunikasi dengan Anita dan Anita sudah menceritakan kondisi Glen. Bahkan Anita mengiriminya foto-foto Glen. Sebaliknya Anita juga sudah memberitahu Glen kalau Leoni sudah kembali ke Manado dan bahkan masuk kuliah di kampusnya. Walaupun belum secara langsung bertemu dengan Leoni namun Glen sudah mengetahui keberadaan Leoni di kampusnya. Itu semua berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Anita.

“Banyak sekali yang berubah dari dia.” Bisik Leoni pada dirinya sendiri yang rasanya tidak percaya melihat Glen yang ada di depannya itu.

Glen pun sudah mengecek daftar nama mahasiswa baru yang masuk dikampusnya, walaupun dia juga terdaftar sebagai mahasiswa tapi dia sekaligus sebagai pemilik kampus jadi berhak tahu semua data mahasiswa. Jadi dia sudah tahu tentang Leoni, ditambah lagi informasi yang disampaikan oleh Anita padanya, Glen sengaja menaru nama Leoni kedalam daftar mahasiswa binaannya.

“Baik, teman-teman yang berdiri disamping saya ini adalah para senior dikampus ini yang nanti akan menjadi pendamping atau pembina di kelompok kalian nanti.” Glen memperkenalkan teman-temanna yang menjadi panitia

kegiatan ospek tersebut. “Nama-nama yang saya sebutkan berikut ini adalah mereka yang tergabung dalam kelompok saya Wina, Sky, Clark, Cindy, Cia, Nia, Jhon, Leoni, Mery, Ika. Silahkan maju dan mengikuti saya.” Glen memanggil nama-nama mahasiswa baru dan mengarahkan mereka ke satu ruangan untuk berkumpul. “Silahkan berbaris yah dan tunggu di sini sampai aku suruh masuk.” Sesampainya di depan ruangan yang dimaksud, Glen menyuruh mereka untuk berbaris kemudian dia menutup pintu dari dalam untuk mempersiapkan ruangan tersebut.

Leoni berbaris paling depan, sengaja dia pingin berada di paling depan barisannya karena penasaran dengan Glen yang entah sengaja atau tidak sengaja memilih dia sebagai salah satu bimbingannya.

Setelah selesai mempersiapkan ruangan kelas, Glen membuka pintu dan hendak mempersilahkan para mahasiswa baru binaannya itu untuk masuk. Dia kaget kemudian tersenyum melihat Leoni didepannya, dia tidak menyangka kalau Leoni akan berada di paling depan barisan mahasiswa baru itu, padahal dia berencana akan menyuruh para mahasiswa baru itu masuk berdasarkan daftar nama yang nanti akan dia sebutkan namun karena melihat Leoni

sudah berada di paling depan jadinya Glen mengurungkan niatnya. Leoni jadi salah tingkah karena langsung bertatapan dengan Glen, dia pikir Glen akan langsung menyapahnya, ternyata tidak malah Glen menganggap tidak kenal dengan Leoni.

“Heemmm.. pas banget. Kena kau.” Kata Glen dalam hati. “Siapa suru meninggalkan aku waktu itu. Sekarang rasakan balasannya.” Glen tersenyum sumringah dalam hatinya. Ternyata dia telah mempersiapkan surprise bagi Leoni dan benar-benar dia tepat sasaran.

“Silahkan masuk secara tertib yah!” Glen mundur jauh-jauh dari pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Dia menyunggingkan bibirnya karena berhasil dengan rencananya yang sangat sesuai dengan ekspektasinya.

“Byuuurrr....” Dua ember penuh air comberan telak jatuh dikepala Leoni. Dua ember berisi air comberan itu tepat berada di atas pintu masuk dan diikat dengan benang yang jika di injak oleh orang maka akan menyebabkan ember itu terbalik sehingga isi di dalamnya bisa tumpah ruah.

“Hahahaaaa.....” teman-teman Leoni serentak tertawa menyaksikan apa yang baru saja Leoni alami. “Siapa suru tadi nyosor memilih paling depan.” Bisik salah satu teman mahasiswa baru itu pada teman mereka yang lain, mereka sama-sama tertawa. Tidak ada satu orang pun teman Leoni yang berani membantu Leoni atau bahkan sekedar menunjukkan rasa empati pada Leoni, malah mereka hanya menertawakannya.

Sementara Glen tersenyum-senyum melihat Leoni. “Itu belum seberapa yah.” Kata Glen lagi dalam hatinya, dia merasa puas melihat hasil dari perbuatannya pada Leoni.

“Ini, silahkan ke toilet dan ganti pakaianmu!” Glen melempar satu kantong plastik ke arah Leoni berisi baju gantiyang telah dia persiapkan sebelumnya.

“Kamu…” Leoni membentak Glen.

“Wah lihat anak itu, dia membentak senior.” Bisik teman-temannya

“Ssttt… diam!” Glen berteriak ke orang-orang yang sedang berbisik-bisikmembicarakan Leoni dan tingkahnya saat itu.

Tidak ada waktu bagi Leoni untuk menceritakan kejadian ini ke Anita karena dia harus buru-buru berganti pakaian dan Kembali bergabung dengan teman-temannya untuk mengikuti kegiatan.

“Glen kok gitu yahhh, tidak seperti Glen yang aku kenal dulu, biasanya kalau ada orang yang usil padaku, dialah yang membelah dan menjagaku. Sekarang? Kok malah dia kayak gini? Kenapa dia tega banget?? Uhhh...” Leoni menangis sambil mengganti pakaiannya, dia tahu bahwa kejadian barusan itu disengaja oleh Glen.

Sekembalinya ke ruangan kelas tadi Leoni tidak menemukan siapa-siapa di dalam ruangan itu, ternyata kelas itu kosong dan tidak ada satu orang pun di dalam ruangan tersebut.

“Mereka ke mana?” tanya Leoni dalam hati. Dia memutuskan untuk menuju ke aula tempat sebelumnya mereka berada dan benar saja mereka semua ada disana dalam keadaan hening dan nampak terdengar suara Glen yang sedang memberikan pengarahan-pengarahan. Leoni pun diam-diam masuk ke dalam untuk bergabung dengan mereka.

“Hei kamu, diam disitu!” Tiba-tiba Glen menunjuk ke arah Leoni dengan nada tidak senang.

“Aku?” Leoni menunjuk ke dirinya sendiri untuk memperjelas apa yang Glen sampaikan

“Aduh ni anak pakai tanya lagi.” Glen berkata dengan sombong. “Ia kamu, siapa lagi.” Bentak Glen. “Heeemmmm... Sini, ini tempatmu!” Bentak Glen menujuk ke arah tempat kosong di bagian depan. “Tapi jalan ke sini pake lutut!” perintah Glenlagi.

Leoni hanya terdiam tanpa ekspresi sedikitpun ketika mendengar kata-kata Glen. Dia tak mampu bergerak sedikitpun dari tempat dia berdiri.

“Kenapa dia tega banget sih...” Kata Leoni dalam hati.

“Ayooo cepat!” teriak Glen lagi. “Waktu sudah terbuang banyak hanya untuk kamu, buruan!” Bentak Glen lagi.

Sejenak air mata Leoni jatuh membasahi pipinya, dia tidak menyangka kalau Glen yang dia kenal dulu telah berubah dan tega berbuat seperti itu pada dirinya. Leoni hanya bisa menangis dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Glen.

“Brruuukkk…” Lutut Leoni membentur lantai, dia kemudian melangkah menuju tempat yang ditunjuk oleh Glen tadi dengan kedua lututnya.

***

Mohon maaf atas ketidak nyamanan ini readers, aku lagi buat revisi.

Bertemu sahabat masa kecilnya

Seperti biasa, sejak kecil dulu Glen selalu menceritakan ke mama nya apa yang dia lakukan sepanjang hari dan bahkan dia sering curhat ke mama Dona tentang Leoni. Kali ini pun demikian, sesampainya di rumah dia menemui mama Dona dan menceritakan kejadian yang dia alami di kampus.

“Glen?” Mama Dona kaget mendengarkan perkataan anaknya barusan. “Kenapa kamu tega melakukan itu pada Leoni?” Tanya mama Dona yang tidak menyangka anaknya itu tega menyakiti Leoni yang sebenarnya sangat dia cintai.

Glen tidak dapat menjelaskan apa alasan dia melakukan itu pada Leoni dihadapan mamanya.

“Kasihan loh Leoninya.” Kata Mama Dona lagi.

“Heemmm… itu sih belum seberapa ma.” Tanpa sengaja Glen mengatakan hal yang malah tambah membuat

mamanya kaget.

“Maksudnya apa? Apanya yang belum seberapa?” Tanya mama lagi.

“Ah, tidak. Tidak ada apa-apa.” Jawab Glen.

“Kamu jangan bohongin mama yah!” Kata mama Dona. “Emangnya kamu tidak sayang lagi sama Leoni? Sampai kamu tega nyakitin dia? Maksud kamu perbuatan kamu ke dia itu belum seberapa kan?” Tebak mama Dona. “Seharusnya kamu jangan gitu ke Leoni dong Glen, harusnya kamu ngusahain cintamu ke dia dan jangan nyakitin dia. Kalau kamu nyakitin dia lagi, bisa-bisa dia malah jauhin kamu.” Jelas mama Dona.

***

Sebaliknya dengan Leoni, sepulang dari kampus dia mencari Anita ke kafe. Secara kebetulan Anita juga sudah mengirim pesan ke Glen dan Luna untuk datang ke kafe nya. Sesampainya mereka di sana, Anita sedang duduk dengan Leoni bercerita. Leoni sudah sempat menceritakan semua perlakuan Glen ke dia tadi di kampus.

“Hai Nit.” Luna menggandeng tangan Glen memasuki kafe milik Anitaitu, kebetulan mereka bertemu di depan kafe.

“Hai Lun, hai Glen.” Anita menyapah mereka. “Mari duduk sini yuk!” Anita mengajak mereka bergabung ditempat dia dan Leoni duduk.

“Nit, Luna sama Glen yah?” Bisik Leoni sebelum mereka berdua sampai di tempat mereka duduk.

“Tidak sih, tapi tahu aja Luna tuh, kan aku uda pernah kasi tahu kamu? Sssttt, jangan omong dulu yah, nanti baru kita bicarakan lagi.” Bisik Anita pada Leoni. Anita menghampiri Luna dan Glen dan mempersilahkan mereka duduk. “Kalian ngobrol aja dulu yah, aku siapin minum dulu.” Kata Anita lagi.

“Minum aja Nit? Aku laper nih.” Kata Glen jutek.

“Ohhh, iya sabar.” Anita menuju meja kasir dan mengambil buku daftar Menu kemudian menyerahkan ke Glen.

“Woeee boss nih, belum tau kah apa yang biasa aku makan?” Ledek Glen. “Kayak baru sekarang aja aku makan di

sini.” Kata Glen sombong

“Lun kamu?” Anita tidak menanggapi perkataan Glen lagi, dia malah menyodorkan daftar menuke Luna.

“Jus alvokat aja.” Jawab Luna.

“Ny...?” Ekspersi Anita menanyakan kalau Leoni mau apa.

“Mana-mana aja deh, aku tidak bawah uang, jadi kasi aku yang paling murah aja.” kata Leoni cuek.

“Leonniii...!” Bentak Anita merasa tersinggung.

“Iya, iya. Kamu kasi aku menu terbaik di kafe mu.” Kata Leoni lagi.

“Oke, kalian tunggu sebentar yah!” Anita menuju ke dapur.

Anita pergi ke dapur untuk mempersiapkan makanan dan minuman untuk teman-temannya, sementara mereka bertiga tak ada seorangpun yang bersuara, semua sibuk dengan gadged nya masing-masing.

Dalam hatinya Glen sebenarnya sangat merindukan Leoni sahabatnya itu, tapi karena ke-ego-an nya dan sakit hati yang dia rasakan waktu Leoni berangkat ke Jakarta waktu itu, dia jadi emosi dan tidak mau menegur Leoni sama sekali walaupun mereka duduk bersampingan. Hatinya meronta-ronta pingin sekali menatap wajah Leoni, menggenggam tangannya, memeluknya, tapi itulah laki-laki yang egois. Sekali-kali dia mencuri pandangan untuk menatap wajah Leoni.

Sedangkan Leoni, dalam pikirannya kenapa Glen sudah berubah? Kenapa Glen tidak seperti dulu lagi, Glen yang penyayang, perhatian, kini kejam sekali dan tidak berperasaan. Leoni pingin banget melepas rindu dengan Glen, pingin bercerita bercanda bersama, beberapa kali dia melirik Glen tapi tidak ditanggapi, malah Glen memalingkan wajahnya ke arah yang lain.

“Makanan dataangg...” Anita bersama beberapa karyawannya menghampiri mereka dan menyajikan makanan sertaminuman untuk ketiga temannya itu.

“Makasi Nit.” Kata Leoni. “Tapi kok banyak banget?” Kata Leoni yang menatap kaget pada makanan yang disajikan oleh Anita.

“Sudah, nikmatin aja!” Kata Anita santai.

Sambil menikmati makanan yang dihidangkan, Glen tidak berkata apa-apa, dia hanya fokus menikmati makanannya.

“Nit, kamu panggil kami ke sini hanya untuk makan nih?” Tanya Luna memecah kesunyiandiantara mereka.

“Heemmmm….” Anita menarik nafas dalam-dalam. “Sebenarnya maksud aku mengajak kalian kesini adalah untuk

merayakan kembalinya Leoni ke sini dan kita bisa berkumpul lagi kayak dulu.” jawab Anita dengan wajah bahagiah,

dia menggenggam tangan Leoni. “Kita bisa jalan-jalan bareng, main bareng dan seru-seruan lagi kayak dulu. Iya kan?” Anita membayangkan masa kecil mereka, dia menatap wajah mereka satu persatu.

“Hah? Leoni?” Tanya Luna lagi memastikan seolah tidak melihat Leoni yang ada bersama mereka saat itu.

“Iya, Leoni.” Tegas Anita. “Lun, masa sih dari tadi kamu tidak menyadari keberadaan Leoni? heemmm... ngapain aja sih kalian bertiga?” Anita emosi tapi dibuatnya kayak bercanda.

“Leoni?” Luna pura-pura kaget dan menatap ke arah Leoni. “Selamat datang kembali yah...” Luna tersenyum ketika saling bertatapan dengan Leoni.

“Iya Lun, Makasi.” Kata Leoni agak kaku. “Munafik banget sih jadi orang, dari tadi tidak mau tegur.” Kata Leoni dalam hati. “Glen...” bisik Leoni mengalihkan pembicaraan.

Glen diam saja, meski dia sudah dengar suara Leoni. Glen hanya melahap makanan yang masih ada didepannya. Selesai makan dia langsung bangun dari tempat duduknya.

“Makasi Nit!” Glen berdiri hendak melangkah meninggalkan mereka.

“Glen, aku kan belum selesai makan.” Tiba-tiba Luna menarik tangan Glen dan bermaja-manja di tangannya. “Tungguin aku dulu dong!” Pintah Luna pada Glen.

“Lepaskan! Aku harus pergi, ada urusan yang harus aku kerjakan.” Glen menghempaskan tangan Luna lalu melangkahkan kaki menuju ke pintu keluar.

Entah apa yang membuat Glen jengkel saat ini, sepertinya pingin banget liatin Leoni terus menerus tapi kok juga tiba-tiba jengkel dan main jalan seperti itu.

“Glen... gitu aja nih??” teriak Anitapada Glen yang sudah melangkah menuju pintu keluar.

Glen tidak menghiraukan Anita, dia langsung pergi. Hanya dalam hitungan detik mobilnya sudah tidak terlihat lagi.

“Ihhhh... dasar!” Bentak Luna kesal pada Glen yang meninggalkan mereka begitu saja. “Aku juga pamit, thanks yah Nit atas jamuanmu kali ini.” Luna pun juga ikut pergi.

Perasaaan Leoni jadi tidak karuan, dia menjadi sedih mendapatkan perlakuan seperti itu dari kedua temannya seperti itu

“Ny, Glen dan Luna tidak pacaran yah. Hanya Luna saja yang selalu mengikuti Glen ke mana saja dia pergi.” Anita mengelus pundak Leoni seraya menenangkan dia.

“Ihh apaan sih Nit, bukan itu maksudku.” Leoni meneteskan air mata. “Kenapa Glen jadi begitu kejam? Dia tidak mau temenan lagi sama aku yah Nit? Sakit banget loh rasanya.” Tambah Leoni.

“Aku tau Ny, aku juga jengkel banget lihat dia begitu. Heeemmm... tenang aja, nanti aku akan menegurnya. Mungkin ada yang lagi dia sembunyikan makanya dia kayak gitu.” Kata Anita.

Beberapa hari berlalu dengan cepat, Leoni pergi ke kampus seperti biasanya walaupun setiap kali ketemu Glen pasti selalu saja ada musibah yang dia dapat, semua karena ulah jahilnya Glen.

***

Happy reading.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!