NovelToon NovelToon

Mr. Arrogant Vs Noisy Girl

BAB 1 KILLER BOSS

“Bodoh kalian semua!” bentak Zidni sambil melempar lembaran berkas tepat di wajah para karyawannya.

“Ma-maaf Tuan.” Ucap salah satu dari mereka.

“Maafmu tidak ada guna! Kalian semua aku pecat!” ucap Zidni dengan suara meninggi. Membuat lima karyawan yang berdiri dihadapannya dibuat ciut dengan sikap Zidni. Entah berapa puluh karyawan yang sudah Zidni pecat dalam waktu tidak kurang dari satu bulan.

“KELUAR!” Bentak Zidni dengan suara memekik. Kelima karyawannya itu pun pergi meninggalkan ruangan dengan wajah nelangsa. Zidni menghela nafas kasar dan kembali duduk di kursi kebesarannya.

“Tuan, maaf kalau aku lancang. Jangan mudah memecat karyawan, Tuan. Kesalahan itu masih bisa di perbaiki.” Ucap Frans sekretaris Zidni yang berusaha menenangkan Zidni.

“Apa? Bisa diperbaiki katamu? Kamu juga mau aku pecat?” ucapnya dengan tatapan sinis kearah Frans, satu-satunya manusia yang mampu bertahan di samping Zidni seorang bos yang angkuh, sombong dan super killer. Seketika Frans mengunci mulutnya saat mendengar Zidni mengucapkan kata ‘pecat’. Sebuah kata yang menjadi momok menakutkan bagi Frans.

Zidni Levine Ganindra, 28 tahun. Tampan? Jangan diragukan lagi. Namun ia terkenal sebagai seorang bos yang super killer dan sombong tujuh turunan. Namun Zidni memang sosok pekerja keras yang gila kerja. Kehilangan kekasih hatinya karena sebuah kecelakaan yang terjadi tepat di depan matanya, semakin membuat sikap dingin dan angkuhnya menjadi. Bahkan sampai detik ini, ia belum bisa melupakan kekasih hatinya, Amora. Namun entah kenapa Zidni merasa ada seseorang yang sedang menantinya tapi ia tidak tahu siapa itu. Semakin Zidni mengingat, semakin membuat sakit kepalanya menyerang begitu hebatnya.

“Tuan, besok kita harus menuju perkebunan teh, meninjau ulang kualitas daun disana sebelum proses produksi. Karena beberapa waktu lalu sempat ada masalah.”

“Masalah terus? Kapan selesainya? Bakar saja sekalian kebun itu kalau tidak becus kerja.” Ucapnya asal yang membuat Frans hanya bisa menelan ludah. Lagi-lagi Zidni menghadapi masalah dengan amarah.

“Tenangkan diri anda, Tuan. Sekarang Tuan harus menghadiri makan siang bersama Tuan Edward di restoran.”

“Baiklah, ayo kita berangkat.” Ucapnya seraya beranjak dari duduknya.

Selama dalam perjalanan, Zidni hanya sibuk menatap layar tabletnya tanpa bersuara. Bukan pekerjaan yang ia lihat namun sosok wanita cantik yang begitu ia cintai.

“Amora, maaf bukan maksudku meninggalkan semua kenangan kita. Dimanapun kamu berada, kamu selalu dihatiku. Tahukah kamu Amora, aku sendiri tidak tahu kenapa aku memilih membuka kantor cabang disini. Satu tahun sudah aku disini dan empat tahun sudah kepergianmu sejak itu. Sepertinya ada sesuatu yang menahanku untuk tetap tinggal disini.” Gumam Zidni dalam hati.

Sesampainya direstoran, Zidni merasa kesal karena Tuan Edward tak kunjung datang.

“Dimana Tuan Edward, Frans?” tanya Zidni dengan suara meninggi.

“Mungkin sedang dalam perjalanan Tuan.” Jawab Frans.

“Mungkin? Dia yang membuat janji tapi dia yang terlambat. Kamu tahu kan, aku tidak suka seseorang yang tidak disiplin. Cepat hubungi sekretarisnya.”

“Iya Tuan.” Frans kemudian mencoba menghubungi sekretaris Tuan Edward namun  ternyata ban mobil bocor ditengah jalan. Setelah mendapatkan informasi, Frans kembali menemui Zidni.

“Ban mobil Tuan Edward bocor ditengah jalan, Tuan.”

Zidni mendengus. “Batalkan perjanjian kontraknya. Aku tidak menerima alasan apapun.”

“Tapi Tuan, semua itu kan diluar kendali Tuan Edward.”

“Aku tidak peduli!” Ucapnya seraya beranjak dari duduknya dan meninggalkan restoran begitu saja. Frans menghela nafas kasar.

“Huft, sabar Frans. Berhadapan dengan Tuan Zidni seperti berada dikandang singa,” gerutunya dalam hati.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Ayo bapak-ibu, kakak-adik, dibeli jusnya. Siang-siang begini seger lho! Gulanya 100% asli. Buahnya juga segar dan sangat fresh. Dengan sepuluh ribu saja, kalian bisa melepaskan dahaga dan juga mendapatkan manfaat yang luar biasa dari kandungan vitamin dalam minuman ini. Ada juga susu segar dari sapi perah pilihan. Rasanya juga sangat segar dan terdiri dari bebragai varian rasa. Mulai dari rasa coklat, strawberry, original, matcha dan cappuccino. Perpaduan rasa yang segar tanpa mengurangi kandugan gizi dan protein didalamnya.” Suara Chika terdengar begitu lantang dengan toa yang ada dalam genggamannya. Sengaja membuat kegaduhan ditengah panasnya rambu-rambu lalu lintas demi rupiah. Dengan bermodalkan box pendingin, Chika menjajakan minuman buatannya dari mobil satu ke mobil yang lain. Chika, seorang gadis cantik yang sederhana, periang, ceria, cerewet dan ceroboh yang tidak pernah malu melakukan pekerjaan apapun asalkan itu halal. Dulu, Chika pernah bekerja sebagai seorang sekretaris. Namun ia memilih berhenti dan pindah ke luar kota untuk melupakan masa lalunya. Melupakan seseorang yang ia cintai yang pergi dan menghilang tanpa jejak.

“Tuan, jusnya atau susunya, silahkan.” Chika menawarkan dagangannya sambil mengetuk kaca mobil Zidni. Namun Zidni enggan untuk membuka kaca mobilnya. Tapi Chika tidak menyerah, ia mengetuk kembali kaca mobil yang ditumpangi Zidni.

“Tuan, penjual seperti mereka tidak akan menyerah sebelum dagangannya kita beli.” Ucap Frans yang duduk di bangku kemudi.

“Baiklah, aku akan mengurusnya.” Zidni lalu membuka kaca jendela mobilnya.

“Ayo Tuan, dibeli. Ini sangat segar, dari gula asli dan buah pilihan.” Ucap Chika sambil menyodorkan dagangannya. Zidni lalu menoleh kearah Chika.

“BERISIK! Suaramu sungguh berisik.” Kata Zidni dengan tegas dengan tatapan sinisnya. Melihat Zidni, Chika tidak mampu berkata-kata. Seorang pria yang begitu ia nanti selama bertahun-tahun.

“Kam-kamu?” Chika tergagap.

“Kamu? Memang siapa aku? Modus orang miskin!” Zidni lalu menutup kembali kaca mobilnya. Setelah itu Frans kembali melajukan mobilnya karena lampu telah menunjukkan rwarna hijau. Chika terdiam dan mematung melihat sosok seseorang yang selama ini ia nantikan. Sampai suara klakson mobil dan cacian pengendara lain membuatnya tersadar, kalau ia kini telah berada ditengah jalan. Chika buru-buru menepi. Ia dengan buru-buru menyalakan mesin motornya dan bergegas melaju untuk mengikuti mobil Zidni.

“Zidni, itu kamu kan? Kamu kemana saja? Kenapa malah kabur? Aku sudah menunggumu bertahun-tahun tapi kamu tak kunjung memberiku kabar. Dan sekarang kamu kembali tapi kamu lupa denganku? Sungguh keterlaluan.” Gerutu Chika yang semakin kencang melajukan motornya. Dengan segala upaya dan kekuatannya, Chika berhasil mengikuti Zidni sampai di kantornya. Mobil Zidni sudah berhenti dipelataran kantornya. Chika yang sudah tersulut amarah, memarkir motornya di tepi jalan dan bergegas mendekat kearah Zidni.

“Persetan dengan jualanku. Dia harus tanggung jawab.” Umpatnya dalam hati. Namun tiba-tiba langkah Chika terhenti, saat mendengar Zidni menyebut nama Amora.

“Frans, lusa aku akan ke shanghai. Besok adalah hari ulang tahun Amora, aku akan ke makamnya. Kosongkan semua jadwalku.”

“Baik Tuan.” Jawab Frans. Zidni kemudian berlalu dan masuk terlebih dahulu ke dalam kantor. Dering ponsel Frans, membuat Frans mengehntikan langkahnya saat nama Nyonya Kamila tertera dilayar ponsel Frans.

“Halo Frans, bagaimana Zidni? Apa dia sudah merencakan untuk kembali ke Shanghai?”

“Iya Nyonya. Sepertinya yang ada dalam ingatan Tuan Zidni hanya Nona Amora saja. Ingatannya yang lain belum pulih sejak kecelakaan itu.”Jawab Frans.

“Ya sudah Frans, biarkan saja dia seperti itu.”

“Tapi sikap pemarah Tuan semakin menjadi.”

“Semua itu memang kesalahan almarhum Papanya. Jadi tekanan itu berdampak pada psikis dan ingatannya. Tolong jaga dia ya Frans dan aku harap, kamu bisa bersabar. Karena dulu sejak pulang dari Indo dan kembali ke Shanghai dia begitu hangat dan ramah. Aku yakin ada seseorang yang telah mengubahnya tapi Zidni sangat tertutup, bahkan kepadaku Ibunya sendiri. Bahkan ia menjalani kuliah dengan ceria dan semangat tanpa membuat masalah seperti sebelumnya.”

“Iya Nyonya. Saya mengerti sekali apa yang anda rasakan. Saya juga tahu kalau Tuan Zidni sebenarnya baik. Nyonya tenang saja. Nyonya harus sehat selalu.”

“Iya Frans. Apa aku harus tinggal disana dan menemani Zidni, Frans?”

“Sepertinya itu ide bagus Nyonya. Tapi  Tuan Zidni sepertinya lebih senang menyendiri.”

“Dia pasti akan semakin marah kalau aku disana. Aku sedih saja memikirkannya, Frans.”

“Nyonya tidak perlu khawatir, Tuan Zidni baik-baik saja. Tuan tidak pernah mengeluh apapun.”

“Baiklah kalau begitu, Frans. Sampaikan salamku untuk putraku.”

“Iya Nyonya.” Panggilan berakhir. Setelah menerima panggilan dari Nyonya Kamila, Frans kemudian segera masuk ke dalam.

Dan Chika mendengar semua obrolan itu. Chika yang tadinya ingin menumpahkan amarah dan melontarkan segala caci maki kepada Zidni, memilih untuk mengurungkan niatnya setelah mendengar obrolan Frans dengan Nyonya Kamila.

“Jadi Zidni kecelakaan dan hilang ingatan?” gumam Chika dalam hati dengan mata berkaca-kaca.

**Bersambung.....

Note : Disini author bikin cerita fokus pada Chika dan Zidni ya tanpa melibatkan tokoh Miko dan Gina di novel sebelumnya. Supaya ceritanya lebih fresh juga 😁... Semoga kalian suka! Langsung masukkan ke list favorit kalian ya**....

BAB 2 Flashback part 1

Beberapa tahun yang lalu……

Chika hari ini begitu bersemangat untuk menjemput sang kekasih hati yang sudah begitu lama ia nantikan. Chika kini sedang dalam perjalanan menuju bandara. Rasanya sudah tidak sabar untuk bertemu Zidni, kekasihnya. Sudah dua tahun mereka menjalani hubungan jarak jauh dan kini Zidni telah kembali untuknya. Sesampainya di bandara, Chika melihat sosok pria bertubuh jangkung dengan sorot mata yang tajam tersenyum kearahnya. Chika berlari dan menghambur ke pelukan Zidni.

“Aku sangat merindukanmu, Zidni.”

“Aku juga sangat merindukanmu Chika. Bahkan terasa berat sekali menahan rindu ini.” Keduanya saling berpelukan cukup lama.

“Aku pikir, kamu akan melupakan aku. Karena kamu tiba-tiba menghilang.”

“Maafkan aku. Aku kehilangan ponselku. Aku saat itu tidak bisa memberimu kabar. Apalagi aku sedang mengejar kuliahku yang tertinggal. Maafkan aku ya.”

“Iya tidak apa-apa. Melihatmu di hadapanku sudah lebih dari segalanya. Apakah kuliahmu sudah selesai?”

“Iya, semuanya sudah selesai. Aku tidak akan lupa pada janjiku untuk kembali setelah kuliahku selesai. Baiklah, sekarang bawa aku kerumahmu.” Kata Zidni.

“Iya. Aku sekarang sudah bisa membeli rumah sendiri.”

“Wah, kamu hebat ya. Sepertinya kamu benar-benar bekerja keras.”

“Iya, aku bekerja keras untuk melupakanmu juga. Tapi aku tidak bisa.”

“Kamu jahat sekali. Teganya melupakan aku.”

“Karena kamu menghilang. Kamu pikir aku tidak menderita apa?”

“Iya, maafkan aku.”

“Jangan-jangan kamu disana juga punya kekasih ya? Apalagi bule disana cantik-cantik dan juga seksi.”

“Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan dan pesonamu, Chika. Si gadis super berisik. Suaramu yang berisik selalu terngiang ditelingaku.” Mereka berdua bergandengan tangan meninggalkan bandara. Selama perjalanan menuju rumah, tangan mereka tak terpisahkan. Mereka saling menggenggam satu sama lain.

“Menahan rindu ternyata sangat menyikatkan.” Ucap Chika.

“Akupun juga sama. Tapi keadaan mengharuskan aku untuk bertahan, Chika. Apa kamu sempat selingkuh selama aku tidak ada disini?”

“Enak saja. Jangan asal menuduh ya. Aku ini setia.” Kesal Chika.

“Terima kasih ya sudah menjaga cintaku.”

“Sudah menjadi tugasku untuk menjaganya.”

Tiga puluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai juga dirumah Chika. Sebuah rumah yang sederhana dan jauh dari kata mewah.

“Ini rumahmu?”

“Iya. Pasti tidak semewah rumahmu.”

“Aku bangga padamu. Kamu bekerja keras dan membeli rumah ini. Sedangkan aku mempunyai segalanya dari orang tuaku.”

“Ya sudah, kita masuk!” Ajak Chika.

“Disini ada tiga kamar. Terserah kamu mau tidur dimana.”

“Aku ingin tidur denganmu.”

“Apa? De-denganku?” Chika mendadak menjadi gugup.

“Kenapa? Aku ingin melepas rindu denganmu. Dimana kamarmu?” Zidni menyelonong begitu saja mencari kamar Chika. Sampai akhirnya Zidni menemukan kamar Chika yang terletak paling ujung.

“Warna biru langitnya menghangatkan.” Ucap Zidni seraya menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur.

“Zidni, tidak bisakah kamu pindah di kamar sebelah. Nanti kalau tiba-tiba orang tuaku datang kemari bagaimana? Terus kalau kita digrebek bagaimana?”

“Kenapa kamu khawatir sekali? Kalau itu terjadi, aku akan menikahmu saat itu juga.”

“Ah, sudahlah, sebaiknya kamu pindah.” Chika lalu menarik paksa Zidni yang sudah berbaring diatas tempat tidurnya. Bukan tubuh Zidni yang terangkat tapi justru tubuh Chika yang jatuh diatas tubuh Zidni.

“Zidni, lepaskan aku!” Chika berusaha meronta.

“Sssttt jangan berisik! Nanti ada yang mendengar kita.” Ucap Zidni sambil menempelkan telunjuknya pada bibir Chika.

“Chika, saat itu waktu yang kita miliki sangat sedikit. Kita bahkan hanya berciuman sekali. Tidakkah kamu merindukan sentuhan bibirku?” goda Zidni. Chika menjadi salah tingkah, jantungnya berdebar tidak karuan.

“Sebaiknya kamu mandi dan aku akan menyiapkan makan untukmu. Atau kamu bisa istirahat dulu, nanti aku bangunkan. Kamu tahu, aku sengaja mengambil cuti selama beberapa hari demi kamu. Jadi sekarang lepaskan aku.” Cerocos Chika dengan suaranya yang cempreng. Zidni hanya tersenyum sambil menatap Chika. Mendengar celotehan Chika adalah obat rindu baginya.

“Bicaralah yang banyak, aku merindukan suaramu itu. Suaramu yang unik dan super berisik.”

“Terus saja meledekku.” Kesal Chika.

“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu memberiku sebuah ciuman.”

“Ciuman?”

“Iya.” Singkat Zidni. Chika dengan malu-malu memberikan kecupan di pipi Zidni.

“Sudah.”

“Kurang, masa cuma satu.” Goda Zidni. Chika lalu mencium pipi kanan Zidni.

“Sudah ah.” Kesal Chika.

“Masih kurang. Baiklah, aku akan memberimu contoh.” Ucap Zidni. Zidni kemudian memberikan kecupan di kening Chika, kedua mata indahnya, kedua pipi dan terakhir adalah kecupan di bibir.

“Lakukanlah seperti itu,” pinta Zidni dengan tatapan yang tidak bisa ditolak oleh Chika. Chika mengangguk dan melakukan apa yang dilakukan oleh Zidni padanya.

“Sudah kan?”

“Terima kasih ya.” Ucap Zidni. Keduanya lalu saling tersenyum.

“Sekarang, buatkan aku masakan yang paling lezat.” Kata Zidni.

“Baiklah.” Jawab Chika. Zidni lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Chika. Chika pun segera berlalu menuju dapur. Sebenarnya Chika merasa sangat bahagia mendapat dan memberikan kecupan untuk Zidni. Namun Chika kembali merasa canggung karena sudah dua tahun mereka tidak bertemu.

Dengan penuh semangat dan penuh cinta, Chika memasak untuk Zidni. Semua makanan kesukaan Zidni sudah tersaji diatas meja. Selesai memasak, Chika memanggil Zidni dikamarnya.

“Zidni, masakannya sudah siap.”

“Iya, sebentar lagi ya.” Kata Zidni yang tampak sibuk dengan laptopnya.

“Kamu sedang apa? Sepertinya sangat sibuk.”

“Kamu tahu sendiri, aku kuliah tapi juga mengurus perusahaan.” Jawab Zidni.

“Baiklah, aku akan menunggumu di meja makan.”

“Iya. Lima menit lagi.” Ucap Zidni.

“Oke.” Chika berlalu dan menuju ruang makan. Setelah menunggu lima menit, Zidni keluar dari kamar.

Senyumnya merekah, melihat makanan diatas meja begitu banyak. Zidni semakin senang karena Chika masih mengingat semua makanan kesukaannya.

“Wah, ini pasti enak. Aku akan memamakn semua masakanmu.”

“Semoga kamu suka ya.”

“Aku pasti menyukainya.” Jawab Zidni. Chika lalu menuangkan nasi beserta sayur dan lauk ke dalam piring Zidni. Keduanya lalu makan siang bersama sembari mengobrol untuk mengisi waktu yang hilang.

“Oh ya, kamu berapa lama disini?”

“Aku hanya satu minggu disini.”

“Hanya satu minggu?” Chika mendadk menjadi sedih.

“Iya. Aku harus ke kantor dulu. Nanti bulan depan aku akan pulang lagi. Aku akan membawamu menemui Mama ku.”

“Benar ya kamu akan kembali bulan depan?”

Zidni tersenyum. Ia kemudian menggenggam tangan Chika. “Iya Chika. Aku saja sudah menepati janjiku untuk kembali. Sebenarnya aku ingin lebih lama tinggal disini tapi perusahaan membutuhkanku. Semenjak Papa meninggal, belum ada yang menggantikan posisi Papa. Aku juga berencana membuka kantor cabang disini dan aku pastikan akan menetap disini bersamamu. Aku akan menikahimu dan kita hidup bahagia disini. Itulah rencanaku kedepan, aku harap kamu bersabar ya.”

“Baiklah, aku akan bersabar. Aku juga tidak akan menghalangimu. Karena aku tahu, kamu satu-satunya tumpuan di perusahaanmu.”

“Terima kasih ya, kamu memang paling mengerti aku. Percayalah satu hal kalau aku tidak pernah mendua. Pintu hatiku sudah aku kunci rapat-rapat hanya untukmu. Dan kamu berjanjilah kepadaku, kalau kamu akan selalu setia dan akan sabar menungguku.”

“Iya aku janji.”

“Dan awas saja ya, kalau sampai aku mendengar kamu selingkuh, aku akan membunuh pria itu.”

“Kejam sekali kamu!”

“Karena kamu hanya milikku.”

“Tapi kamu yakin, aku adalah pilihan terkahirmu? Apa telingamu tidak sakit mendengar suaraku yang berisik ini?”

Zidni tertawa kecil. “Justru suaramu itu yang membuatku jatuh cinta.”

“Kamu ini meledek atau merayu?”

“Ummmm dua-duanya,” seloroh Zidni dengan tawanya. Chika ikut teryawa sambil mencubit perut Zidni. Zidni hanya bisa merintih geli dan sakit.

Bersambung....

BAB 3 Malam Bergairah

FLASHBACK PART 2

Sore harinya, Zidni mengajak Chika pergi ke mall. Zidni mengajak Chika belanja. Zidni membelanjakan semua kebutuhan Chika. Mulai dari pakaian, sepatu, tas, make up, bahkan sampai kebutuhan rumah dan dapur. Puas berbelanja, mereka menyempatkan untuk menonton bioskop. Setelah dua jam berada didalam bioskop, Zidni mengajak Chika untuk makan malam disebuah restoran mewah.

“Terima kasih untuk hari ini. Seharusnya kita jalan-jalan besok saja. Kamu seharusnya istirahat.”

“Energiku penuh kembali saat berada disisimu, Chika. Rasa lelah seketika hilang begitu saja. Makanlah yang banyak, wajahmu tampak kurus.”

“Aku ingin waktu berhenti sekarang. Supaya kamu tidak pergi lagi.”

“Akupun juga sama. Aku juga benci meninggalkanmu. Untuk itu aku akan bekerja keras dan membuka kantor cabang disini. Supaya kita bisa hidup bersama selamanya.”

“Tapi kamu harus jaga kesehatan juga.”

“Iya, aku pasti akan menjaga kesehatanku.”

 

Selesai makan malam, mereka berdua akhirnya pulang ke rumah. Karena malam sudah semakin larut dan Chika juga sudah merasa lelah setelah berbelanja.

“Belanjaan kita banyak sekali. Seharusnya kamu tidak usah membelikan aku sebanyak ini.”

“Jangan menolaknya. Aku melakukan semua ini untukmu.” Ucap Zidni seraya memeluk Chika.

“Aku merindukanmu Chika. Masih sangat merindukanmu.” Sambung Zidni.

“Aku juga sama. Oh ya, aku ganti baju dulu ya.”

“Iya.”

“Awas ya jangan mengintip dan sebaiknya setelah ini kamu pindah di kamar sebelah.”

“Tidak mau!” jawab Zidni dengan tawa kecilnya.

“Ish!” Chika menggigit bibir bawahnya merasa gemas mendengar jawaban Zidni. Chika kemudian berlalu menuju kamarnya. Baru juga Chika menurunkan resleting belakang dressnya, tiba-tiba seseorang menghentikannya. Chika terkejut, ia berbalik dan melihat Zidni sudah ada dibelakangnya. Chika lalu memukul lengan Zidni.

“Aku bilang, jangan mengintip tapi kenapa malah masuk?”

“Salah siapa tidak mengunci pintu.” Bantah Zidni. Chika lalu mendorong Zidni sampai ambang pintu, bukannya Zidni yang keluar tapi justru Zidni mengunci pintu kamar Chika.

“Zidni, apa yang kamu lakukan?” Chika menjadi panik. Zidni lalu meraih tangan Chika dan memakaikan cincin di jari manis Chika.

“Will you marry me?”

“Belum juga menjawab, kamu sudah memakaikannya duluan.” Ucap Chika terkekeh.

“Tapi jawab dulu, mau tidak menikah denganku?”

“Sudah pasti aku mau. Mau banget.” Jawab Chika dengan senyum sumringahnya. Mereka berdua lalu saling berpelukan.

“Aku akan secepatnya menikahimu setelah semua urusanku selesai. Berjanjilah untuk selalu setia.”

“Iya Zidni, aku janji akan selalu setia.”

“Aku mencintaimu Chika.”

“Aku juga mencintaimu Zidni.” Keduanya kemudian saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang begitu dalam. Hasrat keduanya sebagai insan yang sedang dimabuk cinta pun muncul. Dan kedua bibir keduanya akhirnya saling menyatu dan saling berpagut satu sama lain. Tanpa melepaskan pagutannya, Zidni menurunkan resleting dress milik Chika. Ciuman Zidni kemudian turun menyusuri leher Chika. Chika hanya bisa melenguh menahan rasa nikmat. Zidni kemudian membalik tubuh Chika. Di peluknya tubuh Chika dari belakang dan dikecupnya punggung Chika penuh hasrat. Darah Chika berdesir, tubuhnya terasa panas. Jantungnya berdegup semakin kencang, bahkan ia merasakan sesuatu berkedut dibawah sana. Chika kemudian melepaskan tubuhnya dari pelukan Zidni. Kening keduanya saling beradu.

“Chika, aku menginginkanmu.”

“Tapi Zidni, kita tidak bisa melakukan ini.”

“Aku mohon Chika. Lusa aku harus kembali. Perusahaan sedang tidak baik-baik saja.”

“Apa? Bukankah kamu akan kembali minggu depan?”

“Maaf, kalau aku tidak jujur. Tapi aku sendiri terkejut dengan kabar itu. Aku mohon, habiskan tiga malam denganku. Aku menginginkanmu Chika. Aku menginginkan anak darimu. Aku akan bertanggung jawab dan tidak akan pernah meninggalkanmu.” Ucap Zidni dengan tatapan memohon.

“Tapi Zidni, yang kita lakukan ini salah.”

“Aku tahu tapi kita juga akan menikah bukan? Aku akan tanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu. Aku hanya ingin denganmu, bukan dengan yang lain. Setidaknya berikan aku kenangan indah sebelum aku pergi.”

“Ssssttt kamu tidak akan pergi kemana-kemana.” Ucap Chika sembari menutup mulut Zidni dengan telapak tangannya. Mata Zidni yang sedari tadi sudah berkaca-kaca, akhirnya melepaskan bulir air matanya. Melihat bulir air mata Zidni membasahi wajahnya, membuat Chika tersentuh dan akhirnya menuruti keinginan Zidni.

“Baiklah, aku mau menghabiskan malam yang tersisa denganmu. Aku juga menginginkan seorang anak darimu.” Ucap Chika sambil membelai wajah Zidni. Mereka berdua kemudian kembali berciuman. Ciuman keduanya pun semakin panas. Tangan Chika bergerak melepas satu persatu kancing kemeja Zidni, sampai akhirnya Zidni bertelanjang dada. Zidni kemudian melorot dress Chika begitu saja. Zidni bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Chika yang kini hanya memperlihatkan sebuah bra dan celana segitiga warna hitam berenda itu.

“Chika, tubuhmu sangat indah.” Bisik Zidni tepat ditelinga Chika. Chika hanya bisa tersipu malu. Zidni kemudian menggendong Chika dan merebahkan tubuh Chika diatas tempat tidur. Zidni juga melucuti celananya dengan penuh percaya diri. Juniornya sudah sangat menegang.

“Zidni, aku malu.” Chika menutup wajahnya.

“Tidak usah malu. Aku milikmu, Chika. Besok kita menemui orang tuamu dan aku akan menikahimu saat itu juga.”

“Benarkah?”

“Iya. Aku janji.” Zidni berusaha meyakinkan Chika. Chika mengangguk dan kini ia hanya bisa pasrah, membiarkan Zidni menjamah setiap inchi tubuhnya. Chika tidak bisa lagi menahan suara kenikmatan itu.

“Arrghhh…!!!” suara kenikmatan hebat Chika menyeruak ke setiap sudut ruangan. Mereka bergelut penuh dengan gairah dan cinta. Untuk pertama kalinya Chika menyerahkan tubuhnya pada seorang pria. Tentu saja seorang pria yang begitu ia cintai.

Sampai pada akhirnya Chika merasakan semburan cinta di dalam rahimnya. Keduanya kemudian saling berpelukan.

“Terima kasih Chika. Terima kasih untuk semuanya. Aku mencintaimu.”

“Aku juga mencintaimu.” Dan malam itu, mereka menghabiskan waktu untuk bercinta hingga suara ayam berkokok terdengar, keduanya baru terlelap dengan tubuh yang masih telanjang dibalik selimut.

...****************...

Keesokan harinya, sesuai janjinya pada Chika, Zidni mengajak Chika untuk menemui kedua orang tuanya. Tentu saja kedua orang tua Chika terkejut melihat Chika datang bersama seorang pria.

“Ayah-Ibu, bagaimana kabarnya?”

“Kami baik, Nak. Itu siapa?” tanya Nyonya Linda, Ibu Chika.

“Ayah-Ibu, perkenalkan namaku Zidni. Aku adalah calon suami Chika.” Ucap Zidni seraya menjabat tangan kedua orang tua Chika.

“Ayo-ayo duduk dulu. Kalian membuat kami bingung. Apalagi kamu memanggil kami Ayah dan Ibu,” kata Tuan Arman, Ayah Chika.

“Jadi begini Ayah-Ibu, Chika datang kemari ingin meminta restu kalian untuk menikah.”

“Iya Ayah-Ibu. Sebenarnya kami sudah lama menjalin hubungan. Dan kebetulan aku baru saja kembali dari Amerika. Aku sudah berjanji pada Chika, jika aku akan kembali untuknya. Dan aku tidak mau basa-basi kalau aku ingin menikahi Chika saat ini juga.” Jelas Zidni tanpa banyak basa-basi.

“Sebentar Nak Zidni, kami saja belum mengenalmu, bagaimana bisa kami memastikan kalau kamu adalah pria yang baik untuk putriku?” kata Tuan Arman.

next....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!