Airin Maharani seorang gadis yang sangat manja karena ia merupakan anak tunggal dari pasangan Lusi dan Prasetio. Keluarga mereka sangat harmonis dan bahagia.
Airin tumbuh penuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Setiap apapun keinginannya dengan gampang ia akan mendapatkan nya karena Prasetio selalu memanjakan putri semata wayangnya itu.
Itu semua Prasetio lakukan karena semasa kecil Airin hidup mereka sangat kekurangan hingga Airin tumbuh beranjak remaja barulah Prasetio bertemu dengan sahabat lamanya dan setelah itu ia mendapatkan pekerjaan tetap.
Paris Hamka seorang pengusaha kaya raya mempekerjakan Prasetio disalah satu perusahaan nya dan hal itu membuat kehidupan Prasetio beserta keluarganya menjadi berkecupan.
Setelah bekerja di perusahaan Paris Hamka sahabatnya itu kehidupan mereka berubah drastis, setiap apa pun yang diminta oleh Airin maka tidak akan pernah ditolak oleh ayahnya tersebut.
Karena Prasetio ingin menebus rasa bersalahanya kepada putrinya itu dimasa kecil Airin. Namun hal itu menjadikan Airin tubuh menjadi gadis yang egois. Ia tidak akan perduli dengan keadaan sekitarnya yang ia tau hanya lah menuntut kedua orang tuanya untuk melakukan keinginannya sendiri.
Bahkan Airin tidak bisa melakukan hal kecil sekalipun, seperti membereskan barang miliknya sendiri pun ia tidak bisa. Hal itu yang selalu menjadi perdebatan antara Lusi dan Prasetio orang tua Airin.
Menurut Lusi semua yang dilakukan oleh suaminya itu bertentangan dengan cara Lusi mendidik putrinya itu.
Seperti pagi ini Lusi marah besar kepada suaminya itu karena Airin mengurung diri tidak mau keluar dari dalam kamarnya hanya karna berdebat dengan Lusi. Lusi tidak mengijinkan Airin pergi bersama teman-temannya keluar kota untuk beberapa hari.
Namun bukannya ikut melarang Prasetio malah memberi ijin dan hal itu membuat Lusi tidak tinggal diam ia marah besar kepada Airin dan Prasetio.
"Ini semua karna kau yang selalu memanjakan putri mu itu dan sekarang lihat apa yang ia lakukan terhadap kita. Ia tumbuh menjadi gadis yang tidak penurut. Selalu bertindak sesuka hatinya dan bahkan ia mengurung dirinya sendiri hanya karna masalah seperti ini! " Ucap Lusi panjang lebar mengomeli suaminya itu.
"Kau jangan hanya menyalahkan ku saja. Kau juga tidak bisa terus seperti ini, Airin bukan anak kecil lagi yang harus terus bersama mu selama dua puluh empat jam." Ucap Prasetio tak kalah sengit dari perkataan istrinya itu.
"Kau tidak tau dia pergi dengan siapa saja, aku tidak ingin Airin salah pergaulan bersama teman-temannya itu." Jelas Lusi yang merasa khawatir akan putri satu-satunya itu salah pilih pergaulan.
"Tapi kan mah, Airin pergi bersama teman-teman kampusnya jadi apa salahnya? " Sahut Prasetio belum menyerah agar istrinya tidak bersikap berlebihan.
"Tidak ayah! ibu tetap tidak mengijinkan Airin pergi. Dan kau sesekali coba lah berpihak kepada ku jangan selalu menuruti apa yang menjadi kemauan putri mu itu. Ingat ayah, hanya Airin yang kita miliki tanpa dia semua jerih payah mu selama ini tidak akan ada gunanya! " Tegas Lusi mengingatkan suaminya itu agar bisa bersikap tegas kepada Airin.
Prasetio menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan untuk meredakan emosi yang sempat menguasai hatinya. Bagaimana pun juga ia tau betul maksud dari ucapan istrinya itu ada benarnya.
"Sudahlah! biarkan saja dia mengurung dirinya nanti juga akan keluar dari kamar dengan sendirinya jika ia sudah merasa lebih baik." Terang Prasetio mengalah karna hanya dengan begitu cara menghentikan perdebatan mereka yaitu dengan mengalah. Belum lagi hari yang semakin siang waktunya ia kembali mengerjakan pekerjaan yang sudah menunggunya di tempat bekerja.
Setelah dirasa suasana lebih tenang, dimana Lusi tidak lagi mengomeli dirinya dan ia pun sudah tidak dalam keadaan emosi lagi barulah Prasetio berangkat ketempat dimana ia bekerja. Jangan tanya kenapa ia bisa sesuka hatinya untuk datang terlambat, itu semua karna ia mempunyai jabatan yang tinggi di perusahaan yang sekarang ia naungi.
Prasetio menjabat sebagai direktur di perusahaan Paris Hamka. Jabatan itu diperoleh nya bukan semata karna ia dekat dengan pemilik perusahaan tersebut melaikan karna hasil jerih payahnya yang sudah berjuang dan bekerja bertahun-tahun mengabdikan hidupnya di perusahaan itu.
*
*
Airin yang sudah beberapa jam mengurung dirinya sendiri didalam kamar mulai merasa bosan tapi jika ia keluar dari kamar maka ia akan berhadapan dengan ibunya lagi dan bisa dipastikan keduanya akan kembali berdebat.
Namun karena perut yang sedari tadi sudah menjerit meminta untuk diisi dengan terpaksa Airin membuang ego nya demi menenangkan perutnya yang tidak bisa diajak kompromi lagi.
Airin keluar dari kamar menuju dapur dengan langkah pelan sambil sesekali memperhatikan sekitar untuk mencari keberadaan ibu Lusi.
"Sepertinya ibu sedang tidak ada dirumah?" gumam Airin didalam hati sambil terus berjalan menuju dapur.
"Non Airin sedang apa? " Bi Sulis mengagetkan Airin yang merupakan asisten rumah tangga mereka.
Sup!! Airin meletakkan jari telunjuknya dibibirnya memberi kode agar Bi Sulis tidak berbicara lagi. Kemudian kembali berlajan mengendap-endap menuju dapur.
Bi Sulis pun yang sudah mengerti dengan maksud Airin segera menuruti Airin tidak bertanya lagi dan memilih untuk menjauh dari Airin.
Airin melihat makanan yang ada diatas meja makan dan segera ia mulai mengambil piring untuknya mulai mengambil makanan untuknya.
Ehem..
Suara ibu Lusi mengagetkan Airin yang sedang mengisi makanan untuknya kepiring yang sudah ia siapkan.
"Lapar? " selidik ibu Lusi dengan nada mengejek.
Airin pun merasa malu akan perbuatan nya yang sok merajuk namun tak tahan dengan rasa laparnya. "Ibu.. Kanapa mengejek ku seperti itu? " teriak Airin meletakkan piring yang ada ditangannya diatas meja makan.
"Sayang... Kau pasti lapar kan? Makanlah! " Suruh ibu Lusi membelai rambut Airin dengan lembut.
Airin pun menganggukan kepalanya dan kemudian duduk dan melahap makananya. Lusi pun ikut duduk disamping putrinya itu.
"Maaf jika ibu terlalu keras tadi, tapi ibu begitu karna ibu mengkhawatirkan mu. " Terang Ibu Lusi menatap Airin yang sedang makan.
"Ia bu, Airin juga minta maaf. Airin tau jika ibu mengkhawatirkan ku tapi bu aku kan bukan anak kecil lagi. " Sahut Airin di sela-sela makannya.
"Sudah jangan dibahas lagi, sekarang makan lah yang banyak. " Suruh Lusi kemudian ia meninggalkan Airin disana karna ia merasa kasihan melihat Airin yang pasti sudah kelaparan. Dan jika ia berlama-lama disana, Airin akan terus membicarakan hal tersebut sementara ibu Lusi tidak ingin mengganggu Airin disaat seperti itu.
"Airin menatap punggung ibunya yang berjalan menjauh darinya. Sampai kapan ibu seperti itu! selalu membatasi keinginan ku tidak seperti ayah yang selalu menuruti apa pun itu yang ingin aku lakukan. " Gumam Airin didalam hatinya.
Bersambung!
Hai, Hai... pembaca setia ku semua!!! Apa kabar kalian semua? semoga dalam keadaan baik ya. Jangan lupa dukung karya ini dengan Like coment dan juga votenya ya.
Hari ini sepulang dari kampus Airin bersama dengan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di sebuah cafe yang tak jauh dari kampus mereka. Kegiatan yang hampir setiap hari mereka lakukan sebelum kembali kerumah Masing-masing. Disana Airin melihat sekumpulan anak cowok yang juga berada di cafe tersebut.
Salah satu dari mereka menarik perhatian Airin. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi tegap membuat mata Airin tidak berhenti menatap kepada nya. Rahangnya yang terlihat jelas, gayanya yang cool membuat Airin tertarik pada sosok pria itu.
Semakin ia menatap laki-laki itu semakin ia merasa penasaran dan ingin berkenalan dengannya. Ketika pria itu beranjak dari duduk nya hendak ke toilet, Airin menggunakan kesempatan itu. Ia ikut berdiri dari duduknya dan berjalan kearah pria itu dan menabrakkan dirinya ketubuh pria tampan tersebut yang berjalan terburu-buru.
"Maaf, maaf aku tidak sengaja! " Ucap Airin menatap tak jup akan pria yang begitu dekat dengannya kini.
"Tidak apa! " Sahut Pria yang bernama Evan Hamka.
"Kenalin Aku Airin! " Airin mengulurkan tangannya berharap bisa berkenalan dengan pria yang ada di hadapannya kini. Namun sepertinya Evan tidak tertarik kepadanya.
"Maaf aku buru-buru! " Evan mengabaikan Airin yang sedang mengulurkan tangannya dan pergi begitu saja.
"Sial! dia menolak ku? " Kesal Airin yang merasa malu diabaikan begitu saja.
"Kenapa? " tanya Fita ketika Airin kembali ketempat duduknya. Namun belum sempat Arin berbicara Sisil salah satu dari temannya menimpali lebih dulu. "Tumben sekarang Airin ditolak oleh pria. " Ejek Sisil.
"Pria itu menolak berkenalan dengan ku! " ketus Airin yang sontak membuat kedua temanya itu mentertawakan dirinya.
"Lagian kamu sih!! biasanya juga kamu yang didekati oleh para pria bukan seperti barusan malah kamu yang lebih dulu mendekati pria itu dan ingin berkenalan dengannya. Mana bisa ditebak lagi cara mu itu sudah tidak jaman lagi. " Terang Sisil membuat Airin panas dengan ucapannya.
"Sudahlah! masih banyak yang antri dibelakang. " Ucap Fita mengalihkan pembicaraan diantara mereka.
Sorot mata tajam Airin menatap kepada pria yang baru saja kembali ke kursinya. "Menarik! semoga kita akan bertemu lagi dan pada saat itu aku akan menunjukkan siapa Airin yang sebenarnya. " Gumam Airin dalam hati.
Semntara yang ditatap bersikap biasa saja, cuek tidak ingin terganggu dengan sikap Airin yang terus menatapnya.
Tak lama kemudian Airin dan teman-temannya memutuskan untuk pulang dan masih meninggalkan Evan bersama teman-teman disana.
"Kalian lihat tidak wanita yang baru saja keluar tadi? sepertinya mereka memperhatikan kita sedati tadi. " Terang Adrian salah satu teman Evan.
"Ia juga sih! " Sahut Roni membenarkan perkataan dari Adrian.
"Mungkin itu hanya perasaan kalian saja! " Tegas Evan tidak ingin membahas tentang wanita yang dimaksud oleh teman-temannya.
Airin mengemudikan mobilnya menuju rumah dengan kecepatan sedang, entah kenapa pikirannya terus memikirkan pria yang berada di cafe tadi. Ketertarikan Airin kepada pria yang belum nian ketahui namanya itu membuat ia penasaran siapa sebenarnya pria tersebut.
Tak lama kemudian Airin pun tiba dirumah dan ketika ia baru memasuki gerbang pekarangan rumahnya, mobil milik ayah Prasetio keluar dari garasi dan sepertinya si pengemudi sedang terburu-buru sampai tidak memperdulikan Airin yang baru tiba.
Airin memarkirkan mobilnya di garasi dan kebetulan ibu Lusi yang baru keluar dari dalam rumah. Airin mendekati ibunya. Ibu tadi ayah kenapa? sepertinya dia sedang terburu-buru? " Selidik Airin menatap ibunya.
"Ayah mu ingin menemui pak Paris. Katanya ada yang penting. " Jelas ibu Lusi.
"Airin menatap jam tangan di pergelangan tangannya. Ini kan sudah hampir malam bu dan bukan kah ayah sudah selesai dengan jam kerjanya? " Terang Airin.
"Sayang... Ayah mu tidak sama dengan karyawan lainnya, jika pak Paris membutuhkan ayah mu maka tidak perduli jam berapa pun ayah mu akan datang memenuhi panggilan dari pak Paris orang yang sudah berjasa besar untuk keluarga kita." Jelas ibu Lusi agar Airin bisa mengerti keadaan ayahnya.
"Ummm! " Airin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas penjelasan yang baru saja diberikan oleh ibu Lusi kepadanya.
Jam makan malam sudah hampir lewat namun ayah Airin belum juga kembali dari tadi. Airin dan ibu Lusi yang sudah menunggu memutuskan untuk menelpon Prasetio namun setelah beberapa kali Lusi mencoba menghubungi suaminya itu tetap tidak ada jawaban dari Prasetio.
"Tidak diangkat." Terang Lusi meletakkan ponselnya. "Mungkin ayah masih bersama dengan pak Paris." Sahut Airin agar ibunya itu tidak cemas.
"Sepertinya memang begitu. " Ibu Lusi membenarkan ucapan Airin.
"Kalau begitu kita makan lebih dulu atau menunggu ayah pulang? " Tanya Airin menatap makanan yang sudah dihidangkan oleh bi Sulis di meja makan.
"Kau makan lah lebih dulu jika sudah lapar! ibu sebaiknya menunggu ayah mu saja dan jika ayah ku sudah pulang kami akan bersama saja nanti." Terang ibu Lusi.
"Ya sudah kalau begitu, aku makan malam sendiri hari ini. " Pekik Airin mulai mengambil hidangan makan malam untuknya.
Pukul Sepuluh malam barulah Prasetio tiba dirumah. "Ayah sudah pulang? " tanya Lusi begitu suaminya itu membuka pintu. Karna ternyata Lusi memutuskan menunggu suaminya diruang tamu sambil menonton acara televisi. Sementara Airin sudah sedari tadi masuk kedalam kamarnya.
"Ayah kenapa? " selidik Lusi yang menyadari jika suaminya itu sedang tidak dalam keadaan baik.
"Paris dan istrinya sudah tiada bu. " Lirih Prasetio mengejutkan Lusi. "Maksud ayah? " Lusi tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"Mereka berdua meninggal dalam keadaan tragis. Dan lebih buruk lagi mereka meningal karena dibunuh didalam rumahnya sendiri bahkan semua pelayan mereka ikut menjadi korban." Jelas Prasetio menahan rasa sedihnya.
"Tapi siapa pelakunya? " Tanya Lusi lagi ingin mengetahui. "Ayah juga tidak tau pasti bu, tapi tadi ketika ayah tiba disana ayah tidak menemukan siapa pun disana."
"Jadi ayah yang.. " Lusi tidak dapat melanjutkan kata-katanya.
"Ayah orang yang pertama kalinya mengetahui kejadian ini dan ayah menyesal bu datang terlambat jika saja ayah tiba disana lebih awal mungkin pelakunya akan mengurungkan niatnya." Lirih Prasetio tak dapat membendung air matanya.
"Sudahlah yah, mungkin ini sudah hadir. " Terang Lusi menenangkan suaminya itu.
Dibalik tembok ternyata Airin mendengar semua pembicaraan kedua orang tuanya yang tidak sengaja mendengarkan semuanya secara diam-diam. Awalnya Airin tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan ayahnya dan begitu mendengar suara mobil Prasetio segera Airin keluar dari dalam kamarnya.
Dan akhirnya ia mendengar semua pembicaraan keduanya. Walaupun ia tidak dekat dengan pak Paris, Airin juga bisa merasakan kesedihan dihati ayahnya itu yang kehilangan sahabatnya.
Bersambung!
Jangan lupa dukungannya ya teman-teman. Like, coment dan juga votenya. Oke!!!
Pembunuhan keluarga Paris Hamka dan istrinya ternyata dijalankan rapi oleh si pembunuh. Tidak ada jejak dan barang bukti yang mengarah kepada seseorang sehingga menyudutkan kepolisian dalam mengungkap siap dalang dari semua itu.
Sepertinya pembunuh nya sangat teliti dan tentunya itu semua sudah terencana dilihat dari rapinya pelaku melakukan aksinya. Hanya Prasetio lah bisa dimintai keterangan. Namun itu juga tidak membuahkan hasil karena Prasetio tiba di tempat kejadian setelah peristiwa itu sudah terjadi.
Namun Seseorang mempengaruhi Evan atas meninggalnya kedua orang tuanya. Tuan Ricat rekan bisnis sekali gus teman dari Paris Hamka mengatakan kepada Evan jika kemungkinan besar pelaku dibalik pembunuhan orang tuanya adalah Prasetio.
Ricat mengatakan jika Prasetio ingin menguasai semua harta dari Paris Hamka. Sontak apa yang didengar oleh Evan membuat ia marah dan hendak menemui Prasetio pada waktu itu juga namun Ricat mencegah Evan melakukan tindakan tanpa bukti yang kuat.
Ricat mencuci otak Evan dengan semua tuduhan kepada Prasetio karena memang Ricat tidak menyukai kedekatan antara Paris dan juga Prasetio yang selalu berada dibelakang Paris.
Evan yang dalam keadaan berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya dengan gampang dipengaruhi oleh Ricat. Karena menurut Evan ada benarnya jika Prasetio terlibat karena hanya dialah satu-satunya orang yang pertama kali di tempat kejadian dan mengetahui peristiwa tragis itu.
Setelah beberapa hari dari kejadian dan kedua jenajah orang tua Evan sudah dikebumikan, Evan tidak bisa lagi tinggal diam. Ia menemui Prasetio yang sedang bekerja di perusahaan yang kini jatuh ke tangannya karena ia merupakan anak satu-satunya dari Paris dan istrinya Melani.
Evan masuk kedalam keruangan Prasetio tanpa mengetuk pintu.
"Nak Evan? " Prasetio terkejut dengan kedatangan Evan yang begitu tiba-tiba. "Kenapa? kau terkejut bukan?" Pekik Evan sinis.
"Ah, aku hanya tidak mengira jika nak Evan secepat ini akan datang kembali bekerja setelah kepergian kedua orang tua mu. " Sahut Prasetio belum mengetahui tujuan kedatangan Evan ke ruangannya.
"Apa kau menikmati jabatan direktur yang diberikan orang tua ku Paris Hamka kepada mu? " Evan mulai berkata ketus kepada Prasetio.
"Apa maksud dari ucapan nak Evan? " tanya Prasetio yang bukan orang tidak mengerti ada jika ada sesuatu yang tidak biasa kepada Evan dan cara berbicaranya yang tiba-tiba bukan seperti dirinya.
"Kau tidak perlu bersandiwara lagi! " Evan menatap tajam kepada Prasetio seperti ingin menghabisi orabg6 yang berada dihadapannya kini, yang ia anggap sebagain orang yang berada dibalik meninggalnya kedua orang tuanya.
"Aku sungguh tidak mengerti dengan ucapan mu! " Sahut Prasetio mulai menerka-nerka arah pembicaraan Evan.
"Apa yang kau inginkan sehingga kau tega menghabisi orang yang sudah menolong mu? " Desak Evan agar Prasetio mengakui perbuatannya.
"Maksud mu aku lah orang yang harus bertanggung jawab atas kematian orang tua mu? " Sahut Prasetio.
"Tentu saja. Karena memang kau lah pelakunya! " Tegas Evan dengan berteriak. Secara terang-terangan menuduh Prasetio terlibat dalam pembunuhan orang tuanya. Namun dengan tenang Prasetio yang tidak merasa bersalah menyangkal semua tuduhan yang diarahkan kepadanya.
"Mama mungkin aku melakukan perbuatan tercela seperti itu nak Evan! kau tau betul bagaimana hubungan ku dan Paris orang tua mu. " Tegas Prasetio.
"Kita lihat saja nanti. Saat ini memang kepolisian tidak ada bukti untuk menangkap mu tapi aku tidak akan tinggal diam! Aku sendiri yang akan menjebloskan mu kedalam penjara. Dan sebelum itu terjadi kau keluar dari perusahaan ku sekarang juga! tidak ada tempat bagi orang seperti mu disini. " Tegas Evan dengan rahang mengeras menahan semua amarah yang sudah menguasai dirinya.
"Tapi nak Evan... "
"Tidak ada tapi tapian sekarang juga buat surat pengunduran diri mu atau kau lebih memilih surat pemecatan dari ku? " Ancam Evan tidak mau tau Prasetio harus secepatnya keluar dari perusahaan nya.
"Baiklah nak Evan saya akan keluar sekarang juga tapi aku harap nak Evan jangan berpikir jika aku terlibat dalam kasus pembunuhan orang tua mu. " Pasrah Prasetio karena kemarahan Evan.
"Tidak perlu banyak bicara sekarang kau bereskan barang-barang mu! " Usir Evan kepada Prasetio dan pergi keluar dari ruangan Prasetio begitu saja.
Prasetio menarik nafasnya dalam kemudian mendudukkan badanya di kursi kerjanya. "Ada apa lagi ini? kenapa Evan menuduh ku seperti itu? dan atas dasar apa dia menuduh ku? " Serentetan pertanyaan itu berputar dikepala Prasetio.
Diwaktu yang bersamaan Lusi datang kekantor Prasetio untuk mengantarkan bekal makan siang kepada suaminya itu, karena semenjak meninggalnya Paris dan istrinya, Prasetio sibuk dengan pekerjaannya dan sering melewatkan jam makan siangnya. Lusi yang mengetahui itu tidak ingin melihat siaminya itu jatuh sakit karena kesibukan suaminya didalam bekerja.
"Ayah kenapa? " Tanya Lusi menatap Prasetio yang sedang murung di meja kerjanya. "Ibu datang membawakan ku makan siang namun sebaiknya kita pulang dan makan siang bersama saja dirumah. " Sahut Prasetio.
"Loh kenapa? " tanya Lusi kebingungan dan akhirnya Prasetio pun menceritakan semua yang terjadi tadi sebelum istrinya itu tiba.
Lusi menguatkan suaminya itu dengan berkata jika Evan tidak serius dengan ucapannya, mungkin Evan akan berubah pikiran setelah merasa tenang dan menerima kepergian orang tuanya.
Dan Prasetio pun merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Lusi ada benarnya dan memutuskan untuk pulang bersama dengan istrinya itu untuk makan siang dirumah saja.
Disepanjang perjalan Prasetio dan Lusi hanya diam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Lusi diam-diam juga memikirkan tuduhan Evan kepada suaminya demikian juga Prasetio yang tak berhenti memikirkan tuduhan Evan kepadanya yang menurutnya tidak berdasar sama sekali.
Prasetio yang sedang banyak pikiran sambil mengemudi tidak memperhatikan sebuah kendaraan yang datang dari arah berlawanan.
Ia tak menyadari jika bahaya sedang mengintai mereka dan ketika jarak kendaraan nya sudah begitu dekat dengan kendaraan yang ada di depannya, Lusi berteriak menyadarkan suaminya itu.
"Ayah awas!!! " Namun peringatan Lusi tersebut sudah terlambat.
Brak
Kecelakan itu pun tidak terelakkan lagi, mobil yang dikemudikan oleh Prasetio menabrak mobil yang di depannya. Mobil yang ditumpangi oleh Prasetio dan juga Lusi mengalami rusak parah dibagian depan.
Keduanya tak sadarkan diri setelah menghantam kendaraan didepannya dari arah yang berlawanan.
Sementara di tempat lain, Airin yang sedang berada di kantin kampus tak sengaja menjatuhkan gelas minumannya.
Prang
Semua orang yang berada dikantin tersebut menatap kearahnya termasuk Sisil dan juga Fita yang duduk satu meja bersama dengan Airin. "Kau tidak apa-apa? " tanya Sisil yang berada didepan tempat duduk nya.
"Tidak apa-apa! " Sahut Airin namun entah kenapa perasannya tidak enak.
Bersambung!
Jangan lupa tinggal kan jejak kalian ya gaes!!!
Like, coment dan votenya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!