Dara memasukkan botol susu milik Dion anak laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun ke dalam tas. Perlengkapan lain yang balita itu butuhkan selama ia bekerja telah ia masukkan ke dalam tas yang sama.
Adhara Cellia wanita cantik berusia 29 tahun itu bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar yang cukup menyita waktunya sehingga sehari-hari anaknya dititipkan pada baby sitter, jika Dara dan Fabian suaminya sedang bekerja baby sitter akan mengasuh anaknya di rumah mertuanya untuk mengawasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Mas, aku berangkat dulu" Dara menghampiri Fabian suaminya yang sedang sarapan. Suaminya bekerja sebagai pegawai tata usaha di sebuah sekolah dasar, ia memiliki jadwal kerja yang tidak sepadat istrinya, bahkan cenderung santai. Sesekali jika tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya berada di sekolah Fabian bisa bersantai di rumah sambil menjaga Dion
"Dion biar aku aja yang antar ke rumah mama, aku ke sekolah nya agak siang hari ini nggak ada kerjaan yang mengharuskan aku untuk datang pagi" Sepertinya Fabian iba melihat Dara yang diburu waktu.
"Beneran mas bisa?" Tanya Dara dengan wajah berbinar.
"Iya beneran" Jawab Fabian disela kunyahan nya.
"Dion ke rumah oma bareng papa ya sayang, mama berangkat ke kantor dulu oke?" Dara menatap Dion yang berada di gendongan pengasuhnya
"Iya" Jawab Dion sambil menganggukkan kepalanya, bulu mata lentik dengan tatapan polos itu membuat Dara tak bisa menahan senyum, ia mencium Dion dengan gemas. Balita itu tidak pernah rewel saat Dara akan berangkat bekerja, seolah telah memahami kesibukan sang mama.
Sebenarnya Dara merasa sedih hari-harinya dihabiskan dengan bekerja. Dion lebih banyak diasuh oleh orang lain bukan dirinya sebagai seorang ibu. Dara biasanya berangkat jam 7.30 dan pulang paling cepat jam 4 sore. Ia baru akan tiba di rumah hampir jam 5 karena dihadang macet. Ia baru bisa berinteraksi dengan Dion jam 6 sore sementara balita itu akan tidur di jam 8 malam. Karena itu meski capek Dara sebisa mungkin menggunakan waktu 2 jam bersama Dion dengan maksimal. Karena di waktu-waktu tertentu Dara kadang pulang saat matahari sudah tenggelam dan sang buah hati telah terlelap.
Dara kerap kali mengeluhkan hal ini, Hatinya sungguh ingin mengabdikan diri sebagai seorang istri dan ibu yang baik. Sering kali ia mengutarakan pada Fabian niatnya untuk berhenti bekerja namun suaminya selalu melarang, pria itu merasa gaji nya tidak seberapa ia takut tidak bisa memenuhi biaya keluarganya. sementara gaji Dara 3 kali lipat dari gajinya sendiri.
Padahal Dara yakin gaji suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, tentu saja mereka harus hidup sederhana menyesuaikan dengan gaji Fabian tiap bulannya dan Dara sama sekali tidak keberatan untuk itu.
Namun Fabian tetap melarang, pria itu beralasan tidak ingin mereka hidup kekurangan.
"Aku berangkat mas" Dara mengulurkan tangan nya ketika berpamitan. Fabian mengusap kepala istrinya saat wanita itu mencium tangannya.
"Hati-hati sayang" Dara merasakan sebuah kecupan singkat di kening nya. Ia menganggukkan kepala sambil tersenyum. Ia melangkah ke luar rumah menuju mobil nya. Syukurlah hari ini Dara tidak perlu merasa khawatir akan terlambat.
****
Dara fokus pada tablet di tangannya untuk memastikan bahwa tidak ada jadwal yang terlewat. Ia memeriksanya dengan teliti sebelum ia melaporkan pada atasannya tentang kegiatan nya hari ini.
"Selamat pagi Dara" Pak Hartono pemimpin perusahaan tempat Dara bekerja menyapa wanita itu. Dara mengangkat wajahnya seraya berdiri untuk membalas sapaan atasan nya.
wanita cantik itu kaget saat mendapati seseorang yang berada di belakang pak Hartono, namun ia berusaha menguasai keadaan nya lebih cepat.
"Selamat pagi pak." Dara membungkukkan badannya.
"Semua jadwal saya sudah siap hari ini?"
"Sudah pak" Dara berusaha fokus pada pak Hartono dan mengabaikan sosok yang terus menatapnya dengan senyum tipis menghiasi bibir nya.
"Baiklah 10 menit lagi ke ruangan saya"
"Baik pak" Ucap Dara sambil menyuguhkan senyum terbaik miliknya. Meski otaknya terus berfikir mengenai keberadaan sosok yang tak lepas memandangnya itu.
Pak Hartono melangkah masuk ke ruangannya diikuti pria yang datang bersamanya. Pria itu melempar senyum dan tatapan yang tidak Dara mengerti sebelum ia hilang di balik pintu ruangan pak Hartono.
10 menit berlalu, Dara merapikan blouse Mocha yang melekat indah di tubuhnya yang ia padukan dengan rok hitam selutut. Penampilan Dara terlihat anggun, dengan make up tipis yang disempurnakan dengan rambut bergelombang yang ia ikat ekor kuda.
Ia melangkah masuk ke ruangan pak Hartono, Dara menatap sekilas pada pria yang sejak tadi terus memenuhi otaknya.
"Sebelum kamu sebutin jadwal saya hari ini saya mau memberitahu kamu mulai sekarang asisten saya yang menggantikan Anthoni adalah dia pak Reynand" Ucap pak Hartono seraya menunjuk pria yang tengah menyunggingkan senyum pada Dara.
"Kalian sudah saling kenal bukan? saya rasa itu sangat bagus karena kalian akan sering berkoordinasi nantinya"
"Iya pak" Dara kembali tersenyum tipis.
"Dara, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Senang sekali bisa kerja bareng lagi" Ucap Reynand masih dengan senyum penuh arti yang membuat Dara membalas dengan senyum masam.
"Ya selamat datang pak Reynand" Jawab Dara singkat. Ia kemudian mengalihkan pandangan pada Pak Hartono dan mulai menyebutkan jadwal yang harus di jalani oleh atasannya hari ini.
***
Dara memeluk Dion yang sudah terlelap. Hari ini pekerjaan nya begitu padat hingga ia baru tiba di jam 9 malam. Lagi-lagi Ia melewatkan kesempatan bercengkrama dengan Dion.
Dara menghembuskan nafas lelah saat mengingat pertemuan nya dengan Reynand hari ini. Meskipun mata Rey hampir tak pernah lepas menatapnya sepanjang hari namun Dara beruntung pekerjaan yang padat membuat mereka tak memiliki kesempatan untuk membahas hal diluar pekerjaan.
Sepanjang hari mereka memang bersama, menemani pak Hartono ke beberapa lokasi untuk melakukan meeting. Kali ini penat di tubuh Dara terasa dua kali lipat karena keberadaan Rey, namun anehnya Dara tak melihat itu pada diri Reynand. Pria itu tampak segar dan energik hingga akhir, stamina nya tetap kuat meski seabrek pekerjaan telah mereka lewati.
Dara keluar dari lamunan nya saat ia merasakan pergerakan pada ranjang dan tangan yang melingkar di tubuhnya.
"Aku kangen" bisik Fabian, Dara mengerti apa yang Suaminya inginkan. Tak akan ada pelukan tanpa diminta jika Fabian tak menginginkan tubuhnya. Pria itu terlalu cuek, baginya sentuhan dan rayuan pada Dara cukup ia lakukan saat akan melakukan hubungan intim, setelah nya ia akan kembali pada mode cueknya.
Meski penat sebisa mungkin Dara tetap melaksanakan kewajiban melayani kebutuhan ranjang suaminya. Ia berusaha menikmati meski letih tengah mendera tubuhnya, hingga akhirnya suaminya berhasil menuntaskan hasratnya.
Tak ada kecupan di kening dan tanpa ada ucapan mesra Fabian langsung bangkit untuk membersihkan diri. Setelahnya ia tertidur meninggalkan Dara yang masih setia membuka mata.
5 Tahun telah mereka jalani seperti ini, dan Dara terlalu lelah untuk terus melayangkan protes. Ia tau Fabian mencintainya, hanya saja pria itu terlalu kaku untuk menunjukkan perasaan nya.
🍁🍁🍁
Ini cerita uda lama banget terbit di salah satu platform. Tapi nggak semangat buat dilanjut di sana, mau coba-coba lanjut di sini siapa tau kalian suka 🤭
"Pulang bareng aku nanti ya, aku yakin di benak kamu banyak pertanyaan" Bisik Reynand di telinga Dara saat mereka baru saja selesai menemani pak Hartono meeting santai di sebuah restoran
"Sok Tau" Cebik Dara yang disambut kekehan Reynand.
"Masa sih? padahal mata kamu uda menjelaskan semuanya" Dara memelotokan matanya membuat Rey kembali mengulum senyum. Ekspresi apapun pada wajah Dara selalu terlihat menggemaskan di matanya.
"Nggak usah ngarang Rey, aku biasa aja" Dara berusaha menampik pemikiran Reynand tentang nya. Ia tak ingin terpancing pria itu, pria di masa lalu pengukir cerita yang justru harus selesai sebelum benar-benar di mulai.
Yah, Dara pernah memiliki kisah manis bersama Rey semasa SMA, mereka terjebak hubungan tanpa status.
Mereka sangat dekat pada masa putih abu-abu, kedekatan yang berawal dari pertemanan yang perlahan mengalirkan rasa yang berbeda.
Namun perasaan mereka tak bisa dilanjutkan dalam sebuah romansa karena terhalang seorang gadis yang bernama Alexa yang sudah Reynand pacari semenjak SMP.
"Kita bisa menjalaninya Cel, tak perlu meragukan hatiku" Ungkap Rey kala itu, mereka terjebak hujan saat mengerjakan tugas bersama, Cuaca dingin dan sendu membuat obrolan mereka mengalir dan berakhir pada pengakuan perasaan yang terpendam.
"Aku nggak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan kamu dengan Alexa Rey." Ucap Dara tegas. Ia tak ingin membuat hatinya semakin rumit. di mata semua penghuni sekolah Reynand adalah milik Alexa pun sebaliknya. Ia tak ingin menjadi kekasih gelap Rey. Lebih baik menjadi teman nya saja, setidaknya status itu lebih terhormat dari pada harus menjadi perusak hubungan orang, sebutan yang begitu terkenal kala itu.
"Tapi nggak akan berlangsung lama Cel, aku pasti akan melepaskan Alexa untuk bersama kamu nantinya" Rey terus berusaha meyakinkan Dara.
"Jangan serakah Rey. Kalo memang kamu bisa melepaskan Alexa lepaskanlah dulu baru memintaku, jangan menjadikan aku penjahat dalam hubungan kalian Rey" Dara tetap pada pendiriannya.
Mungkin dirinya terlalu percaya diri namun Dara dapat merasakan perasaan Reynand begitu besar padanya. Ia tidak tahu sedalam apa perasaan Rey pada Alexa sehingga pria itu tak bisa melepaskan Alexa. Pasti ada alasan hingga Reynand mempertahankan gadis itu.
Namun terlalu sulit untuk Dara pahami jika Alexa begitu kuat dalam hubungan mereka kenapa Reynand masih bisa bermain hati? Mungkin kah Rey merasa jenuh pada hubungan yang telah mereka jalani bertahun-tahun? Bukankah sudah kodratnya laki-laki yang akan mencari selingan untuk rasa jenuhnya? Jika iya maka Dara tidak ingin menjadi objek selingan Reynand sebesar apapun cinta Dara untuk pria itu.
Rey pasrah pada keputusan Dara hingga mereka harus menjalani persahabatan meski rasa cinta di hati mereka sama kuat. Nyatanya tak ada yang bisa mengubah fakta bahwa Reynand tetap selalu menjadi milik Alexa.
Jarak akhirnya terbentang antara dua sahabat itu. Dara melanjutkan pendidikan di kota yang berbeda dengan Rey, memutus segala akses komunikasi dengan pria itu. Baginya Reynand hanya sebatas mimpi yang harus ia lupakan, ia tak bisa mendapatkan Rey secara utuh karena takdir seolah telah menggariskan bahwa hubungan mereka tak bisa lebih dari sebatas teman.
Ia tak ingin menghabiskan waktu sia-sia dengan terus mengharapkan seseorang yang terlarang untuk ia miliki.
4 Tahun berlalu, Dara berhasil melewatinya tanpa pernah bertemu atau berkomunikasi dengan Reynand. Bahkan Dara tak pernah sekalipun mencari tau tentang pria itu. Bagi Dara kisah mereka telah usai meski belum pernah benar-benar dimulai. Semua hal tentang Rey telah ia simpan rapat dan tak akan pernah ia buka.
Apakah Dara telah melupakan Reynand? Entahlah Dara tak berani menyimpulkan apapun, hingga takdir mempertemukan mereka lagi.
Di hari ke 15 Dara bekerja di kantornya, saat Dara tiba di halaman parkir kantornya ia melihat Reynand, Dara ingin kabur namun Reynand telah lebih dulu melihatnya. Senyum pria itu merekah dengan pancaran kerinduan di matanya.
"Hai Cel, long time no see" Tak ada keterkejutan di mata Rey seperti yang terpancar di mata Dara. Seolah Rey sudah tau bahwa ia bekerja di sini. Bolehkah Dara mengira bahwa Reynand menyelidikinya?
"Rey, kamu kerja di sini juga?" Dara tak bisa memendam rasa penasaran nya.
"Iya, seperti yang kamu lihat" Tanpa Dara duga pria itu menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.
"Apa kabar sayang? aku rindu" Bisik Rey di telinga Dara hingga membuat gadis itu meremang, tubuhnya terasa panas atas perlakuan serta panggilan pria itu.
"Aku baik Rey, Jangan lakukan ini lagi. Nggak enak dilihat orang" Ucap Dara sambil melepas belitan tangan Reynand pada tubuhnya.
"4 tahun kita nggak ketemu Cel, kamu sengaja ya menghilang dari aku? Kamu nggak tau betapa aku gila karena merindukan kamu" Hah lelaki ini sungguh membuat Dara jengah. Untuk apa melarikan diri sekian lama jika pada akhirnya ia kembali dipertemukan.
"Alexa ke mana?" Baiklah perlu kejelasan di awal agar ia tak kembali terperosok pada pengharapan yang tak berujung. Raut wajah Rey yang salah tingkah cukup menjadi jawaban bagi Dara bahwa keadaan belum berubah, Reynand masih milik Alexa.
"Hilangkan rasa rindu kamu pada wanita lain kalo kamu udah memiliki seseorang yang nggak akan pernah bisa kamu lepaskan. Berhenti bermain hati dan setia lah" ucapan menohok Dara berhasil membungkam mulut Reynand.
Sejak hari itu, Reynand tak lagi bertindak sesuka hati pada Dara. Ia cukup tau diri atas ketidak tegasan nya. Meski cinta itu masih berkobar, ia tak bisa memaksakan Dara menerimanya sementara ia masih menggenggam erat Alexa.
Mereka menjalani hari-hari sebagai rekan kerja, menjadi tim yang solid di balik rasa cinta yang tak bisa mereka wujudkan.
Meski kerap melontarkan rayuan atau gombalan pada Dara seperti biasa gadis itu mampu menutup rapat kesempatan bagi Rey untuk menjadikan nya wanita kedua. Namun tak sekalipun Dara menutupi perasaan nya pada Reynand. Dara hanya ingin Rey menjadi laki-laki gentle yang bisa cukup dengan satu wanita saja.
Satu tahun kemudian Dara ditawari untuk pindah ke kantor pusat yang berada di luar kota. Tentu saja dengan senang hati Dara menerimanya. dengan begitu ia bisa terlepas dari pesona Rey yang terkadang hampir menggoyahkan dirinya.
Masih jelas kilatan kecewa di mata Rey karena keputusan Dara menerima promosi jabatan. Andai Rey bisa tegas menentukan pilihannya mungkin Dara tak akan berfikir, ia akan langsung menerima Rey dengan senang hati.
4 Bulan setelah kepindahannya Reynand mengirimkan pesan padanya ia memberitahu bahwa pria itu akan menikahi Alexa. Dara tersenyum getir nyatanya Reynand memang milik Alexa hingga akhir.
Sejak saat itu di balik hati yang patah ada kelegaan mengaliri hati Dara. Setidaknya semua jelas kini, pengharapan nya harus segera di akhiri. Meski semua akses terbuka nyatanya tak pernah lagi terjalin komunikasi antara Dara dan Reynand.
Dengan pernikahan antara Reynand dan Alexa menjadi langkah awal Dara menjalani hidup nya, tanpa beban ia bisa menerima lamaran Fabian yang telah ia gantung sekian lama. Hanya berselang satu bulan Dara pun resmi menjadi istri Fabian.
"Mikirin apa Cel?" bisik Reynand, hingga membuat Dara yang sedang mengingat masa lalu kembali tertarik pada masa di mana ia dan Rey sedang melangkah bersama sehabis meeting bersama bos mereka.
Takdir seolah ingin selalu mempertemukan meski jarak dan waktu telah memisahkan mereka berkali-kali dan dalam waktu yang lama
"Mikirin anak aku" Jawab Dara berusaha mengalihkan kegugupannya. Ia tak ingin Rey tahu bahwa masa lalu mereka masih melekat kuat dalam otaknya.
"Mata kamu masih seperti dulu Cel, tak bisa menyimpan kebohongan sekecil apapun dariku" Reynand terkekeh dan itu menyebalkan bagi Dara. Yah Rey terlalu memahami dirinya, tak menyangka hingga kini. Bahkan panggilan pria itu tak pernah berubah, memanggil ujung namanya dengan huruf 'C' meski berkali-kali Dara protes. " Aku Adhara Selia bukan Celia Rey" Ucap Dara dengan kesal. "Tapi tulisannya Celia bukan Selia" Jawab Rey Cuek. "Oh ayolah Rey. Itu menyebalkan" dan Reynand masih setia dengan pendiriannya hingga pada akhirnya panggilan itu menjadi ramah di telinga Dara.
Ah sungguh menyebalkan, Dara kembali mengingat kilasan masa lalu.
'Ada Dion dan Fabian Dara, jangan goyah' Titah Dara pada hatinya. Ia tau Rey selalu membuat hatinya rapuh karena nya ia tak ingin bertemu pria itu lagi. Ia takut goyah pada perasaan nya, meski ada Fabian. Ia mencintai suaminya, namun perasaan nya pada Reynand begitu menakutkan karena itu jika bisa Dara lebih baik menghindar untuk bertemu pria itu.
Tapi kenapa Mereka harus dipertemukan kembali setelah 5 tahun?
Dulu Dara begitu lega saat ia dipindahkan ke kantor ini dan jauh dari Reynand 5 tahun yang lalu. Tapi seolah takdir tak merelakan kisah mereka usai begitu saja kini keduanya kembali dipertemukan di kantor yang sama.
Dara menghela nafasnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan, Mereka kini telah memilik pasangan masing-masing. Seharusnya sudah tak ada ruang untuk lanjutan kisah usang di hati mereka.
****
Rey berhasil memaksa Dara untuk pulang bersama, pria itu bahkan sengaja tidak membawa mobilnya agar ia bisa pulang bersama wanita yang mengisi hatinya sejak SMA itu.
"Kamu benar- benar uda ngelupain aku Cel?" Rey mengawali obrolan mereka. Namun matanya tetap fokus pada jalanan.
"Emang apa yang menjadi alasan aku untuk tetap mengingat kamu?" Ketus seperti biasanya dan Rey selalu suka dengan respon Dara yang tak berubah. Ia tau Dara hanya sedang melindungi hatinya yang lemah di balik sikap judesnya. Dan itu sungguh menggemaskan di mata Rey.
"Kisah kita yang belum usai Cel, itu cukup untuk menjadi alasan untuk kamu mengingat aku sepanjang hidup kamu seperti halnya aku yang tak sedetik pun melupakan kamu Cel, Aku merindukan kamu setiap saat" Dara tersenyum sinis, Waktu lima tahun belum juga mengubah sosok Reynand.
"Alexa apa kabar nya Rey? Anak kamu uda berapa sekarang?" Rey terkekeh menyadari Dara tengah membelokkan topik mereka.
"Alexa baik, aku uda punya 2 jagoan" Dara kembali tersenyum sinis. Bagaimana bisa sudah punya 2 jagoan tapi melancarkan rayuan pada wanita lain.
"Hidup kamu udah lengkap Rey. Tinggal tambah satu anak cewek lagi sempurna sudah. Jangan merusak kesempurnaan itu dengan mengingat kisah usang yang bahkan tidak pernah kita mulai" Kalimat itu Dara harap bisa menyadarkan pria itu, agar tidak lagi mengingat masa lalu yang sudah sangat lama berlalu.
"Sayangnya aku sempurna hanya saat bersama kamu Cel, tanpa kamu aku hampa" Terdengar dalam dan tulus namun menyakitkan untuk diresapi. Ada banyak ketololan yang mereka lakukan, tanpa mereka sadari terus memupuk rasa cinta di hati padahal sejak awal pertemuan mereka menyadari tak akan pernah ada kata bersatu diantara keduanya. Apalagi untuk saat ini, semua harapan itu telah tenggelam di lautan terdalam.
"Terdengar lucu Rey, lawakan kamu berhasil" Dara terkekeh. Entah apa sebenarnya yang ia tertawakan. Mungkin dirinya sendiri, yang pasti dadanya terasa sesak.
"Padahal kamu sangat tau aku tidak sedang melawak Cel" Ucap pria itu sambil menatap penuh arti dengan senyum menyungging di bibirnya.
"Tapi bagiku itu lawakan yang sangat menghibur Rey"
"Itu sudah cukup membuktikan betapa berartinya aku buat kamu Cel Saat aku tidak sedang melawak pun kamu sudah merasa terhibur. Hanya saja kamu tidak pernah berubah, selalu mencoba mengingkari apa yang ada di hati kamu" Dara terdiam, mencoba meresapi kata-kata pria itu. Benarkah?
"Alexa ikut ke sini atau tetap di sana?" Paling aman kembali lari dari pembahasan seputar perasaan. Rey menghela nafas dan menghembuskan nya perlahan.
"Untuk saat ini belum, bulan depan baru pindah. Banyak yang harus diselesaikan di sana"
25 menit kemudian mereka tiba di rumah minimalis milik Rey. Tadinya pria itu berniat mengantarkan Dara dan ia pulang dengan menggunakan taxi. Namun Dara menolak ide itu dan memaksa untuk mengantar Rey lebih dulu.
"Mampir yuk?" Rey menghadap pada Dara dan menatap dalam pada wanita itu. Pandangan yang membuat denyut tak menentu di dada wanita itu.
"Nggak deh, kalo ada Alexa aku mau" Dara tersenyum untuk menutupi kegugupan nya akibat tatapan mata Reynand.
Bukannya segera keluar Rey malah mencondongkan tubuhnya ke arah Dara membuat wanita itu memundurkan tubuhnya hingga bersandar di kaca mobil.
Tatapan Rey tetap sama, Dara berharap ia salah melihat namun entah mengapa kerinduan tampak jelas pada sorot mata pria itu.
"Aku benar-benar merindukan kamu Cel." hembusan nafas Rey dapat Dara rasakan di wajahnya. Menandakan betapa dekat wajah mereka kini.
"Mundur Rey" Ucap Dara lirih. Namun pergerakan bibir Dara membuat Reynand mati kutu, ia tak lagi mampu menahan perasaan nya. Tak peduli akan respon Dara setelah nya ia hanya ingin menumpahkan segala kerinduan yang menyesakkan selama 5 tahun ini.
Rey melahap bibir Dara yang membuat mata wanita itu membeliak. Ia memukuli dada Reynand namun pria itu semakin rakus menyesap bibirnya. Dara terus meronta, ia merasa frustasi atas desiran halus yang menggelitik perutnya, Ia panik saat hatinya menghangat mendapat sentuhan Rey.
Dara benci pada respon perasaan nya atas perlakuan pria itu.
Air mata Dara perlahan turun, menangisi ketidak berdayaan nya melawan perasaan.
"Maaf Cel, tapi aku benar-benar tidak bisa menahan nya. Andai kamu jadi aku kamu pasti akan memaklumi apa yang aku lakukan padamu," Nafas keduanya terengah-engah saat Reynand melepaskan bibirnya. Mata pria itu tajam menyelami mata Dara yang terus berair. Posisi Rey masih sama, nafas memburunya masih dapat Dara rasakan di wajahnya.
"Jangan menangis, maafkan aku sayang" Air mata Dara malah keluar semakin banyak, Dara kecewa pada tubuhnya yang meremang saat Rey memanggilnya dengan panggilan sayang dan penuh kelembutan. Ia bukan nya marah namun malah ingin menghambur memeluk pria itu.
Namun Dara berhasil mengendalikan dirinya. Ia tidak ingin terperosok semakin dalam pada kesalahan ini.
"Menjauh lah Rey. Sudahi semua ini, mari berteman seperti biasanya, menjadi partner hebat dalam pekerjaan. Jangan libatkan perasaan masa lalu, kita sudah tidak hidup di masa itu" Ucap Dara dengan suara bergetar.
Reynand malah semakin mendekatkan wajahnya, mau tidak mau Dara menutup matanya, tak sanggup untuk melihat apa yang akan pria itu lakukan, sampai ia bisa merasakan sentuhan lembut dikeningnya, turun ke kedua mata, dan berakhir di bibir.
Rey menempelkan bibirnya pada bibir Dara cukup lama. Hanya menempel tanpa pergerakan apapun, tangan nya perlahan mengusap lembut wajah Dara hingga membuat wanita itu sedikit lebih tenang.
"Aku pulang sayang, hati-hati" Dara membuka matanya, menatap pada Rey yang tersenyum dengan tatapan lembutnya.
Dara terus menatap pada tubuh Reynand yang mulai melangkah menuju rumahnya, meninggalkan Dara yang masih bergelut pada fikiran dan detak jantung yang begitu kacau.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!