NovelToon NovelToon

Indah Istri Yang Tak Dianggap

Awal mula

Indah duduk di kursi yang menghadap jendela. Memandang pemandangan manusia yang sibuk berjalan kesana kemari. Tatapan Indah fokus pada yang ia lihat saat ini, tapi pikirannya berkeliaran entah kemana.

Semenjak kejadian tempo hari, Indah selalu saja diam, melamun, dan memikirkan dimana ia bisa dapat uang dengan nomial yang sangat fantastik jumlahnya.

Untuk hidup saja Indah kesulitan, dan ini! Ia harus dihadapkan dengan kejadian yang tanpa segaja membawanya kepada lubang yang teramat mendalam.

"Kamu kenapa? Akhir-akhir ini aku perhatikan kau selalu saja melamun! Jika ada masalah ceritakan, jangan hanya dipendam sendiri." Kata Dian sambil membawa secangkir moccacino dan di letakkan dihadapan Indah.

Lamunan Indah buyar kala Dian datang duduk disampingnya. Lalu Indah menoleh dan tersenyum melihat Dian. "Terima kasih." Ucapnya sambil menyesap moccacino yang Dian berikan padanya. Lalu Indah kembali melihat kearah luar jendela.

"Jadi apa masalahmu? Kenapa kau terlihat selalu murung akhir-akhir ini?" Lagi-lagi Dian bertanya padanya.

Dian adalah sahabat terbaik yang Indah miliki hingga sampai saat ini. Dian selalu ada kala susah atau pun senang. Tapi lebih banyak hadir kala Indah sedang susah. Dian selalu menjadi pendengar yang baik untuk Indah, dan begitupun sebalinya. Mereka berdua bak magnet yang sangat sulit untuk di pisahkan.

"Kau tahu sendiri kan siapa aku! Aku tidak akan tinggal diam jika kau tidak memberi tahuku apa yang terjadi padamu."

Indah menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. "Aku pusing Di' aku dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit untuk ku ambil." Jawab Indah dengan lesu.

"Pilihan? Apa maksudmu?"

"Aku harus memilih menjadi istri atau menjadi tahanan, karna tak mampu membayar ganti rugi atas ketidak sengajaan ku menabrak mobil mewah."

"Coba kau jelaskan secara detail." Ucap Dian.

'Hhhhmmmm' Indah menghembuskan nafas sebelum menceritakan semuanya kepada Dian sang sahabat.

Dian bahkan menari kursi, dan memperbaiki duduknya agar bisa lebih jelas mendengar cerita Indah.

"Seminggu yang lalu tanpa sengaja aku menabrak mobil yang berhenti secara tiba-tiba dihadapanku. Dan kau tahu, pada saat aku tulus minta maaf padanya. Dia malah justru marah-marah padaku dan meminta ganti rugi."

"Lalu?" Potong Dian.

"Lalu karna aku merasa bersalah, jadi aku bilang padanya akan bertanggung jawab. Dan kau tahu Di', pria itu meminta 250juta untuk ganti rugi mobilnya yang lecet akibat sepedah motorku." Indah menunduk, sungguh ia tidak tahu harus mendapatkan uang sebanyak itu dari mana. Toh selama ini Indah hanya anak yatim piatu, yang menumpang tinggal bersama dengan sahabatnya yaitu Dian.

Dan Indah pun hanya bekerja dicafe milik Dian. Gajinya pun tak seberapa. Jika harus dikumpulkan, akan makan waktu berapa tahun? Sedangkan pria yang mempunyai mobil mewah tersebut sudah memberikan nya batas waktu hanya sampai sepuluh hari kedepan. Jika tidak! Maka Indah harus siap di penjarakan. Atau siap menikah dengan pria tersebut.

Sungguh Indah tidak tahu, skenario apa lagi yang harus ia hadapi kedepannya.

"Aku punya tabungan, tapi tidak seberapa." Tawar Dian pada Indah.

Indah langsung menoleh ke Dian, melihat Dian lalu Indah tersenyum dan mengambil kedua tangan Dian. Indah mendekap tangan Dian. "Terima kasih Di', tapi simpanlah uang tabungan mu, aku tidak mau karna aku tabungan mi harus terkuras habis."

"Tapi Indah, itulah gunanya sahabat."

"Tidak! Kali ini dengarkan aku Di', aku tidak ingin merepotkan mu lagi. Kau sudah banyak membantuku. Kau sudah menampungku di rumahmu, dan aku tidak mau menjadi beban mu lagi."

"Kenapa kau berkata seperti itu. Kau sahabatku, kau sudah aku anggap sebagai kakak ku. Harusnya kau mau menerima bantuanku, walau aku tahu uang ku masih kurang, tapi kita bisa mencari tambahannya lagi."

Indah menggelengkan kepalanya. "Kali ini tolong kau dengarkan aku. Jika kau masih menganggapku sahabat, maka simpanlah uangmu. Adikmu Ryan butuh uang untuk melanjutkan kuliahnya. Jadi simpan uangmu, jangan sia-siakan untukku"

"Tapi-,"

"Tak ada tapi." Potong Indah. "Aku sudah terlalu banyak cerita. Ayo kita lanjut bekerja lagi." Indah kemudian berdiri dari duduknya lalu meraih cangkir moccacino dan membawanya kedalam dapur.

Dian memandang Indah yang berlalu dari hadapannya. "Kau sangat kuat, kau sangat tegar. Aku yakin kau akan mendapatkan jalan keluar dari masalahmu ini" gumam Dian.

🍃🍃🍃🍃

Saat ini Indah telah berdiri di depan mesin kasir, melayani setiap pelanggan yang ingin membayar menu yang mereka pesan di cafe milik Dian.

Saat Indah tengah mengembalikkan uang milik pelanggan, tiba-tiba ponsel Indah berdering, menandakan sebuah pesan masuk.

"Terima kasih kak, ini uang kembaliannya, jangan lupa di hitung yah kak! Dan silahkan datang kembali" ucap Indah setelah mengembalikan uang pelanggan.

Lalu Indah meraih ponsel nya, dan membuka layar ponselnya. Dilihatnya Indah no yang tertera di sana. "Pemilik mobil" gumam Indah.

Lalu Indah membuka isi pesan tersebut.

"Ingat ini susah seminggu, waktumu tinggal tiga hari lagi! Jika kau tidak mampu mengganti rugi, maka pilihlah salah satu tawaran ku. Penjara atau jadi istriku." Isi pesan dari sang pemilik mobil.

Indah hanya bisa menghela nafas panjang. 250juta, dari mana Indah bisa dapatkan. Bahkan jika Indah harus mencuri mungkin Indah juga tidak bisa. Lalu apa harus Indah menjual organnya agar ia bisa membayar utang. Setidaknya Indah tak dinikahi dan tak menjadi tahanan.

Tapi menjual organ dimana? Toh negara kita negara hukum. Dan siapa juga yang mau membeli organ miliknya. Dan yang terpenting, apa setelah menjual organ apa kondisi Indah bisa seperti sedia kala?

Indah tak membalas pesan tersebut, ia justru kembali meletakkan ponselnya di tempat semula. Indah hanya bisa mengusap dada, berharap ada keajaiban yang datang padanya. Entah dari mana. Tapi Indah tak akan berhenti berharap.

Kembali lagi, ponsel Indah berdering. Kali ini bukan pesan yang masuk, melainkan telpon dari pemilik mobil. Indah meraih ponselnya dan menghela nafas sebelum menjawab.

"Assalamu'alaikmu." Jawab Indah saat menjawab panggilan dari pemilik mobil.

"Kenapa pesan ku hanya kau baca? Apa kau mau melarikan diri dari tanggung jawabmu?" Omelan keluar dari mulut pemilik mobil.

"Maaf, hanya saja,"

"Aku tak menerima bantahan! Ingat kemanapun kau pergi, bahkan sampai keujung dunia pun, aku pasti akan menemukanmu. Dan membuat mu bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada mobilku." Tegas nya di seberang sana.

Indah kembali mengusap dadanya. "Sabar" batinnya.

"Ingat, tiga hari lagi. Jika kau tidak bisa mengganti rugi, maka pilihlah salah satu pilihan yang telah kuberikan."

"Ba-,"

Belum sempat Indah mengucapkan katanya sampai selesai, telpon justru ditutup secara sepihak dari pemilik mobil.

Desakan sang Bunda

Azka hanya bisa pasrah kala sang bunda nya pagi ini mendesak dirinya untuk segerah menikah. Bukan hal yang pertama kali Azka dengar. Tapi hampir tiap hari sang Bunda meminta kepada Azka agar segerah menikah dan memberikannya seorang cucu. Dan bukan hal yang lumrah bagi sang Bunda mendesak sang anak, mengingat umur Azka yang tahun ini sudah masuk kepala tiga, dan sampai saat ini Azka belum juga menikah.

"Pokoknya Bunda ingin kau segerah menikah." Titah Bunda yang sudah tak ingin di bantah lagi.

"Tapi Bunda! Bunda tahu sendirikan kalau aku-,

"Azka umur mu sudah tiga puluh tahun, dan sampai sekarang kau belum menikah. Harusnya kau contohi teman-teman mu. Mereka semua sudah memiliki anak, dan kau! Kau masih tetap sendiri tanpa pendamping."

Ayah Azka hanya bisa diam mendengar sang istri yang setiap harinya memperdebatkan hal yang sama. Menikah, dan cucu. Dan ujung-ujung nya selalu berakhir gagal. Karna Azka sama sekali tidak berniat untuk menikah tahun ini.

"Kalau kau tidak punya pacar, biar Bunda yang mencarikan calon istri untukmu. Biar Bunda yang menyiapkan semuanya untukmu. Jadi kau hanya perlu mengucapkan ijab qabul saja. Semuanya Bunda yang urus."

"Bunda tidak boleh seperti itu. Aku hanya ingin menikah dengan gadis pilihanku. Dengan orang yang aku cintai, bukan dengan pilihan Bunda." Bantah Azka.

"Baiklah kalau begitu maumu. Bunda beri waktu selama sebulan ini, jika sampai kau tidak menikah dengan gadis pilihanmu maka jangan salahkan Bunda jika Bunda memilihkan gadis untuk kau nikahi."

Bunda Desi lalu berjalan meninggalkan Azka dan juga suaminya yang saat ini sedang duduk di sofa.

Azka hanya bisa menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya. Azka tahu betul sifat sang Bunda yang jika sudah seperti itu, maka tak akan mau di bantah. Dan apa ini? Azka harus menikah dengan gadis pilihan sang Bunda, sungguh Azka tidak bisa menyangka.

Azka memijat kening nya yang tiba-tiba terasa pusing. Dimana ia harus mencari gadis untuk ia nikahi, sedangkan sang pacar saat ini belum siap untuk menikah, dengan alasan ingin mengejar mimpinya, mengejar masa depan nya. Setelah semua tercapai barulah sang pacar bersedia menjadi istri dari Azka.

Bayu, ayah Azka hanya bisa tersenyum melihat sang anak yang saat ini ada di hadapannya dan terlihat sangat pusing.

"Bukan kah kau memiliki kekasih?" Tanya Bayu membuat Azka menatap sang ayah. "Untuk apa kau ragu jika sudah memiliki kekasih. Harusnya kau mengajak nikah kekasihmu itu. Agar bisa menolak gadis yang ingin Bunda mu jodohkan padamu."

"Tapi Ayah, ini dia masalahnya. Pacarku belum siap untuk menikah, ia masih ingin mengejar mimpinya. Dan aku sebagai pacar hanya bisa mendukung dan setia menunggunya."

"Kalau begitu kau harus siap menerima desakan menikah dari Bunda mu, dan siap menerima gadis yang Bundamu pilihkan menjadi isrtimu."

"Tapi Ayah, bagaimana dengan pacarku jika aku meninggalkanya. Aku tidak bisa ayah!"

"Yah itu sudah tugasmu untuk menyakinkan pacarmu, agar ia mau menikah denganmu. Dan jika tetap ia belum mau menikah, yah kau harus siap menerima perjodohan yang Bunda mu atur."

Dengan menghela nafas yang panjang, Azka terdiam mendengar ucapan sang Ayah. Menyakinkan Grace sama halnya menaruh harapan pada seorang bayi yang baru lahir untuk berjalan.

Tapi demi menghindari perjodohan, Azka memutuskan untuk menemui Grace sang kekasih tercinta.

🍃🍃🍃🍃

Azka tiba di tempat Grace mengadakan pemotretan. Yah profesi Grace saat ini adalah seorang model. Dan Grace mempunyai mimpi ingin menjadi model no satu. Agar namanya bisa terkenal di segala penjuru. Niat Grace seperti itu lah yang membuat nya menolak untuk menikah, karna pasti jika Grace menikah maka tidak akan ada lagi tawaran pemotretan yang ia terima.

"Grace!" Panggil Azka saat melihat Grace saat ini sedang duduk di bangku karna rehat habis pemotretan.

"Sayang, sejak kapan kau datang?" Grace menghampiri Azka sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Azka.

"Ada hal yang penting yang harus aku bicarakan padamu."

"Tapi sayang, aku sedang ada pemotretan."

"Tapi ini penting!"

"Baiklah kau tunggu sampai aku selesai pemotretan. Kau tahu sendiri kan jika ini mimpiku."

"Ya." Jawab Azka pasrah.

Lalu Grace mengecup bibir Azka sekilas dan kemudian berlalu meninggalkan Azka, yang akan setia menunggunya sampai pemotretan selesai.

Lagi-lagi Azka hanya bisa diam melihat sang kekasih dengan baju minim di potret oleh lelaki, dan bukan hanya satu lelaki yang melihatnya, disana ada tim yang terdiri dari beberapa lelaki. Sudah berapa kali Azka jelaskan pada Grace bahwa ia sangat cemburu, tapi Grace selalu memberikan ketengangan pada Azka, bahwa hatinya tidak akan mungkin bisa di sentuh oleh pria lain. Hati Grace hanya untuk milik Azka seorang.

Sejam lebih berlalu, Grace telah selesai dengan pekerjaan nya dan bahkan sudah berganti pakaian. Kini Grace berjalan mendekati Azka. Dan langsung duduk di panggkuan Azka, sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Azka.

"Sayang maaf karna telah membuat mu menunggu." Ucap Grace sambil memperlihatkan wajahnya yang merasa bersalah.

"Tidak apa. Aku mengerti tentang pekerjaan mu." Jawab Azka sambil mengusap lembut pipi Grace. "Baiklah kalau begitu, sekarang kita pulang ke apartemen, ada hal yang penting yang ingin aku katakan."

"Baiklah sayang."

Kurang lebih tiga puluh menit, kini mobil yang Azka kendarai telah tiba di basement apartemen miliknya yang di tempati tinggal oleh Grace.

"Sayang apa yang ingin kau katakan?" Tanya Grace saat mereka telah tiba di dalam apartemen.

"Duduklah. Biar aku jelaskan semuanya."

Azka duduk, begitupun dengan Grace, ia ikut duduk tepat di samping Azka. "Menikahlah dengan ku, aku janji akan membimbingmu menjadi istri yang baik. Dan aku akan menjadi suami terbaik untukmu." Ucap Azka sambil menggenggam kedua tangan Grace.

"Tapi! Bukan kah hal ini sudah kita bahas dari dulu. Kau tahu sendiri sayang, aku belum siap untuk menikah, aku masih ingin mengejar karirku."

"Sayang kau bisa mengejar karir meski telah menjadi istriku."

"Tidak! Aku belum siap. Kalau mereka tahu aku sudah menikah, maka tidak akan ada tawaran pekerjaan lagi untukku. Dan bagaimama jika aku hamil nantinya, aku yakin badanku akan melar dan semakin tidak akan ada tawaran pekerjaan untukku."

Azka memegang kedua pipi Grace dengan kedua tangannya. Azka melihat kedalam mata Grace. "Bagaimana pun bentukmu, aku tidak peduli. Aku sayang, aku tulus denganmu, aku mencintaimu melebihi cintaku pada diriku sendiri. Dan aku berjanji akan menafkahimu lahir dan batin."

Grace menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak menerima permintaan tulus dari Azka.

"Jika kau tidak siap, maka Bunda akan menikahkan ku dengan gadis pilihannya."

"Bunda ingin aku menikah dalam bulan ini, dan jika kau tidak siap, terpaksa aku akan menikah dengan gadis pilihan Bunda."

Grace menangis mendengar ucapan Azka. Jika Azka menikah itu artinya dia akan kehilangan kekasih yang selalu setia di sampingnya dan selalu setia memberikan kartu atm nya.

"Aku mencintaimu Grace, tapi kau tidak mau di ajak serius."

"Menikahlah, aku akan setia menunggumu sama seperti kau menungguku." Jawab Grace membuat Azka tersentak kaget dan menoleh ke arah Grace

"Menikahlah, aku iklas. Tapi jika kau sudah tidak bisa bersama istrimu, maka kembali lah padaku. Aku akan setia menunggumu sama dengan kau setia menungguku hingga sampai saat ini."

"Tapi Grace-,"

Ganti rugi

"Astaga, aku sudah terlambat. Bagaimana ini!" Ucap Indah setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Hari ini Indah ingin berangkat ke sekolah Ryan, adik Dian. Ryan terlibat perkelahian di sekolah, membuat Indah sebagai wali harus datang bertemu dengan kepala sekolah. Kesibukan Dian membuat Indah menggantikan Dian. Toh Indah juga sudah di anggap sebagai kakak dari Ryan.

Karna terburu-buru, Indah menarik gas motornya dengan penuh kecepatan, hingga saat di tengah perjalanan, Indah tak memerhatikan ada sebuah mobil mewah yang tiba-tiba berhenti mendadak di depannya.

'Sssttt,ssssttt, bruuummm"

Dan tanpa bisa di hindari, Indah menabrak mobil tersebut. Membuat mobil lecet, begitupun dengan motor milik Indah.

Indah langsung bangun, dan berdiri serta memperbaiki posisi motornya. Dan saat Indah hendak membunyikan motornya, tiba-tiba seorang pria keluar dari mobil yang Indah tabrak tadi.

"Jangan kabur!" Suara tegas seorang pria membuat Indah batal menyalakan mesin motor.

Indah menoleh kearah sumber suara, dilihatnya pria yang bertubuh tinggi tegap dan berawajah ganteng.

"Tanggung jawab!" Suara pria yang bernama Azka Bramantion membuyarkan lamunan Indah.

"Maaf" kata Indah sambil menundukkan kepala.

"Maafmu tidak akan bisa menggantikan kerusakan mobilku!"

Indah mendongakkan kepalanya menatap pada Azka yang terlihat sangat dingin di hadapannya. "Maaf" ulang Indah lagi.

Namun kali ini, Azka justru maju dua langkah mendekat kearah Indah, membuat Indah sedikit bergetar karna ketakutan.

Azka melihat wajah Indah sesaat, lalu melihat mobil yang telah lecet akibat perbuatan Indah.

"Dua ratus lima puluh juta."

"What?" Kaget Indah mendengar ucapan Azka.

"Kau harus mengganti kerusakan mobilku sebesar dua ratus lima puluh juta." Ulang nya.

"Kau gila! Lecet segini ganti rugi sebanyak itu? Dan lagian ini bukan salah ku sepenuhnya, tapi juga salahmu"

"Penjara penuh jika penjahat akan mengakui kesalahannya"

"Apa maksudmu?"

"Ganti rugi, sebanyak yang aku ucapkan."

"Aku tidak punya uang sebanyak itu." Tegas Indah.

Azka melihat Indah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Terbesit ide di dalam otakknya. "Mungkin saja ini jalan keluar yang diberikan untukku. Aku bisa menjadikannya istri kontrakku sambil menunggu Grace siap menjadi istriku." Batinnya.

"Baiklah, aku kasi dua pilihan. Menjadi tahanan atau menjadi istriku."

"What???" Teriak Indah. "Kau ini gila atau apa?"

Azka tak mengindahkan ucapan Indah. Azka justru meraih ponselnya yang berada di saku celana. Terdengar jelas sekali oleh Indah jika saat ini Azka sedang menelpon seseorang, yang tak lain adalah kuasa hukum untuk menuntut Indah.

Indah mulai ketakutan, mendegar Azka berbicara lewat telepon, dan setelah Azka selesai berbicara. Azka memberikan kartu nama pada Indah. "Hubungi aku! Aku tunggu dalam sepuluh hari uang ganti rugiku, jika tidak maka bersiaplah menjadi tahanan, atau menikah denganku."

Azka melangkah, namun berhenti dan tanpa menoleh ia berucapa. "Kau tidak akan bisa lari dariku. Ke ujung dunia pun aku pasti akan menemukan dirimu." Ancamnya, lalu berlalu dari sana meninggalkan Indah yang masih terdiam mencerna ucapan Azka barusan.

Saat Azka telah pergi, beberapa saat kemudian ponsel Indah berdering, membuat Indah tersadar dari lamunannya. Indah melihat kelayar ponsel, no baru tertera di sana. Indah menautkan satu alisnya. Lalu menjawab telpon tersebut.

"Ha-,"

Belum sempat Indah berucap, orang yang menelpon pun lebih dulu berkata. "Dengan sodari Indah Amalia."

"I-iya pak! Kalau boleh tau ini dengan siapa?" Tanya Indah dengan sopan.

"Saya pengacara Tuan Azka. Oh iya saya mau menyelesaikan tentang permasalahan antara Tuan saya dengan sodari. Apa kita bisa bertemu?"

"Tapi pak! Saya ada janjian hari ini." Indah langsung menepuk jidatnya kala meninggat jika hari ini ia sebenarnya sudah janji pada Dian akan ke sekolah Ryan. "Pak sudah dulu, saya buru-buru" ucap Indah langsung memutuskan sambungan telponnya.

🍃🍃🍃🍃

Indah bernafas lega, saat urusan tentang Ryan telah selesai tanpa harus melibatkan pihak terkait. Sebenarnya Ryan anak yang baik dan penurut, hanya saja karna Ryan tidak terima saat teman satu sekolahnya membuli teman kelas Ryan, dan itulah sebabnya Ryan marah, dan memukuli teman sekolahnya.

"Ingat besok-besok jangan sampai ada masalah seperti ini lagi." Kata Indah saat keduanya berjalan beriringan.

"Iya kak, aku janji"

"Nah gitu dong dek, jadi adek harus nurut sama kakaknya." Indah mengacak rambut Ryan.

"Kak, stop! Malu tau di lihat sama temanku yang lain."

"Idih pake malu segala. Emang kamu masih punya urat malu?"

Ryan cengegesan memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.

"Dengan sodari Indah." Ucap pria dengan berpakaian rapi dan kacamata bertengker di hidungnya.

"Iya betul." Jawab Indah

"Sodari punya waktu sebentar?! Ouh iya perkenalkan saya Rauf pengacara Tuan Azka."

"Astaga apa ini? Kenapa aku seperti sedang di mata-matai? Dari mana mereka tau aku disini? Dan juga tadi, dari mana mereka tahu no ponselku."

"Kak kau kenal mereka?"tanya Ryan sambil menggoyangkan lengan Indah.

"Hhmm, aku baru saja mengenalnya"bisik Indah pada Ryan.

"Perlu aku mengusirnya?" Tanya Azka dengan berbisik.

"Tidak perlu!"

"Oh iya pak pengacara. Sebaiknya kita berbicara di seberang sana saja." Tunjuk Indah pada cafe kecil yang berada di seberang jalan sekolah Ryan.

"Baiklah."

"Ryan, kau balik duluan. Aku masih ada urusan. Dan kalau Dian mencariku, bilang saja aku sedang bersama temanku."

"Kakak yakin aku tinggal sendiri? Kakak baik-baik saja?"

"Iya dek, aku yakin. Sana kamu balik dulu, ingat langsung pulang jangan singgah main."

"Baik bu bos." Hormat Ryan lalu berjalan meninggalkan Indah.

...........

Betapa kagetnya Indah saat mendengar penjelasan dari Rauf pengacara Azka. Tak ada satupun kesempatan Indah untuk menang. Tak ada satupun pilihan yang bagus untuk Indah. Dan dengan begini jelas sekali jika Azka yang akan menang. Lalu bagaimana bisa Indah lari, sedangkan semua data Indah sudah jelas diketahui oleh Azka. Indah sampai bergumam dalam hati, siapa Azka itu, kenapa belum sapai sehari semua tentang Indah sudah Azka ketahui.

Indah hanya bisa pasrah, berharap jika ada keajaiban yang datang padanya.

"Baiklah pak, saya usahakan akan mengganti kerusakan mobil tersebut " ucap Indah dengan pasrah, walau sebenarnya ia tau tidak akan mungkin mengganti sebanyak yang Azka minta.

"Kami menunggu dalam jangka waktu sepuluh hari. Dan jika sodari tidak bisa, maka pilihan tinggal dua."

"Apa tidak ada pilihan lain selain itu pak?' Balik Indah bertanya. Jelas saja Indah tidak ingin jadi tahanan, dan lebih jelasnya lagi Indah tidak mungkin menjadi istri dari pria yang ia tidak cintai. Jangankan cinta, kenal pun tidak.

"Tidak ada!" Jawab Rauf.

Lagi-lagi Indah menghela nafas. Ia benar-benar masuk kedalam perangkap. Entah perangkap apa. Tapi Indah masih tetap berharap, didalam perangkap itu ada jalan keluar yang bisa Indah lalui.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!