NovelToon NovelToon

Flight Attendant, Take Me Fly Captain

Hari Bersejarah

Delia dengan percaya diri menggeret kopernya berjalan menuju ruang flops (ruang briefing sebelum masuk pesawat). Ini merupakan hari pertamanya menjadi seorang pramugari, setelah menempuh pendidikan PSPP (Pendidikan Staf Penerbangan dan Pramugari) selama lima bulan, dan telah menjalani dua bulan on the job training (OJT).

Sudah pasti Delia mengikuti prosedur, karena dia bukan lulus menjadi pramugari lewat jalur khusus.

Menggunakan seragam pramugari yang pas membalut tubuh indah tinggi semampainya, rambut yang dicepol rapi keatas dan tak boleh tergerai, makeup natural yang membuat wajah cantiknya semakin terpancar, tubuh yang harus selalu tegap dengan senyum yang tak boleh pudar.

Disinilah Delia, duduk diruangan memperhatikan seluruh crew pesawat yang hendak melakukan penerbangan.

Disini banyak pramugari-pramugari cantik yang berkumpul menunggu kedatangan pilot. Diantara mereka ada yang sedang memperbaiki makeup, ada yang sedang bermain game, dan ada yang sedang bergosip ria, biasalah ya, wanita kalo ngumpul pasti ada saja yang menjadi bahan obrolan.

Sedang Delia sendiri sedang bertukar pesan pada adik keduanya, Denisa, yang berada dirumah, mengabarkan jika dia begitu antusias dihari penerbangan pertamannya, tanpa Delia ketahui bahwa disana sedang berduka, sebab ayahnya baru saja mengalami kecelakaan saat mengantar adik ketiganya Dania, ke sekolah.

Dania tak apa-apa, hanya mengalami sedikit lecet-lecet ditubuhnya, tapi justru ayahnya lah yang meninggal ditempat untuk menghindar sebuah mobil didepannya.

"Ma, apa kak Delia nggak sebaiknya kita kasih tau?." Denisa memegang pundak mamanya yang duduk didepan jasad suaminya yang sudah memucat. Mata wanita itu sembab dan merah

"Ini hari pertamanya terbang sayang, jangan ganggu kakak mu, ini juga cita-cita ayah agar kakak mu menjadi pramugari."

Mama Delia kembali menangis, memeluk Denisa, mengingat betapa senang suaminya, anak sulung mereka bisa menjadi kebanggaan keluarga.

Dia mengakui bahwa selama ini terlalu keras mendidik Delia, sebagai anak pertama Delia dituntut harus lebih mandiri dan memberikan contoh yang baik untuk adik-adiknya, walau kadang keras kepala, tapi Delia mengikuti semua keinginan orang tuanya.

"Hai Delia ya?" tanya seorang pramugari senior bernama Dewi menghampiri Delia

"Iya mba. Saya Delia Anggraini."

Dewi tersenyum "Aku Dewi, nanti kamu terbang bareng kita, sudah tau kan jadwal kita hari ini?"

Delia mengangguk "Terbang Jakarta- Palembang, Palembang-Jakarta"

"Good, jangan tegang ya, santai aja." ujarnya "Kita akan terbang bareng Ajeng, Claudia dan Voni." Dewi memperkenalkan para pramugari yang akan terbang bersamanya hari ini satu persatu.

"Mohon bantuannya ya semuanya"

Delia sangat bersyukur, ternyata para pramugari itu ramah dan menyambutnya hangat.

Seorang pilot berusia empat puluh tahunan datang dan memberikan briefing "Halo, selamat pagi semuanya." sapanya.

"Pagi Capt." jawab semuanya serempak.

"Kita hari ini akan terbang Jakarta-Palembang, Palembang-Jakarta dengan waktu tempuh satu jam lima menit. Semua sudah ready, dokumen sudah lengkap?"

"Sudah Capt" jawab crew bersamaan.

"Baik, mari kita ke pesawat, semua sehat bukan?"

"Sehat Capt."

"Oke, kalau begitu kita kepesawat sekarang." pilot itu baru menyadari keberadaan Delia yang merupakan anak baru dan paling muda diantara yang lain.

"Saya seperti baru melihat kamu." tanyanya pada Delia.

"Iya Capt, saya baru hari ini ikut bergabung di maskapai ini." Delia tersenyum ramah "Mohon bimbingannya ya Capt."

"Semangat ya Delia, selamat datang di maskapai kita, lakukan pekerjaan dengan hati, lupakan kekasih yang mungkin sedang jarak jauh sekarang." ungkapnya menyemangati.

Delia yang memang tipikal ceria tertawa menanggapi ucapan terakhir kaptennya "Alhamdulillah saya belum punya pacar Capt" akunya jujur.

"Wah kalau begitu selamat mencari pasangan disini, saya ada kenalan banyak kapten tampan jika kamu mau." Dilihatnya Delia sangat cantik.

"Hahaha kapten bisa aja, semoga saya dapet jodoh seperti Captain."

"Saya sudah punya istri, apa kamu berniat jadi yang kedua?" candanya, mereka mengobrol sambil berjalan menuju pesawat.

Delia kembali dibuat tertawa "Maksud saya, Pilot yang ramah dan baik seperti Captain."

"Padahal saya hampir senang loh Delia." pilot itu mengubah wajahnya seolah-olah kecewa.

Yang padahal apa yang ia lakukan agar para pramugari baru seperti Delia tidak tegang di hari pertama mereka bertugas, walau mereka telah melakukan pelatihan dengan baik sebelum bekerja.

Saat semua penumpang sudah naik, dan keadaan pesawat sudah aman, tak lagi terdeteksi adanya sinyal dari ponsel. Terdengar suara take off pilot disampaikan, Delia yang ditugaskan menutup pintu, segera menutup pintu pesawatnya, dan tak lama pesawat pun lepas landas.

* * *

Delia merebahkan tubuhnya di kasur yang ada dikosan miliknya, ternyata menjadi seorang pramugari tak semudah yang Delia bayangkan, dia harus terus tersenyum ramah dan melayani penumpang dengan baik , walau penumpang itu salah, tapi beruntung dihari pertama Delia bekerja semua berjalan dengan lancar, dan dia senang para awak pesawat yang terbang bersamanya baik.

Delia kembali bangun, dia ingat belum mengabari keluarganya. Delia mendial nomor ayahnya, namun tak aktif. Dan Delia segera menelpon nomor adiknya Denisa, duduk ditepi ranjang.

"Halo kak"

"Halo Denisa" tapi Delia sedikit mendengar suara tahlilan dirumahnya.

Denisa beranjak ke dapur "Kakak sudah pulang?"

"Iya, kakak mau ngobrol sama ayah, ada?"

Delisa menutup mulutnya menahan tangis. "Kak, ayah udah nggak ada."

"Apa maksud kamu Denisa?"

"Iya Kak." jawab Denisa dengan suara bergetar.

"Kamu jangan bercanda Denisa, ini nggak lucu." Suara Delia sudah meninggi, tak suka dengan candaan adiknya.

"Delia." sekarang suara mamanya yang memanggil.

"Ma, ada apa?"

"Kamu yang sabar ya, doakan ayah agar tenang disana"

"Maa." Lidah Delia keluh, dia tak mau mendengar apa yang barusan mamanya ucapkan.

"Kamu nggak usah pulang Delia, ini hari pertama kamu terbang, ayah bangga sama kamu, sekarang ayah sudah tenang, anak sulungnya, anak kebanggaannya telah berhasil jadi pramugari seperti yang ayah kamu mau. Buat bangga ayah nak, kerja yang baik, ayah rasa tanggung jawabnya sudah selesai sudah mengantarkan anaknya mengejar cita-citanya."

"Apa yang terjadi Ma? bukannya ayah sehat tadi pagi?" ingat Delia saat subuh masih bicara lewat sambungan telepon dengan ayahnya.

"Ayah kecelakaan." suara mama Delia yang awalnya mencoba tegar, kini kembali terisak. "Kamu doakan ayah ya nak, maafkan ayah."

Delia tak lagi menjawab ucapan mamanya, hapenya pun sudah terjatuh diatas kasur. Delia merasa sangat terpukul, dihari pertamannya bekerja, sang ayah justru pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya.

Delia rasanya ingin pulang, dia marah dan kecewa, disaat terakhir ayahnya dia tak ada disisi ayahnya. Delia merasakan hidupnya hancur seketika, orang yang begitu ia cintai sudah tak ada.

Delia mengingat ayahnya bekerja keras mencari uang untuk dia dan adik-adiknya, dulu Delia ingin membantu ayahnya membuat batu batako tapi ayahnya melarang.

Ayah Delia dulu hanya pekerja membuat batu batako milik tetangga mereka, sampai akhirnya berkat ilmu dan pengalaman yang didapat, ayah Delia bisa memiliki usaha batu batako sendiri walau tidak besar.

Dia bekerja keras mencari uang, agar Delia dan adik-adiknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, supaya anak-anaknya tidak memiliki nasib seperti orang tuanya, yang hanya pekerja serabutan.

"Anak ayah nggak boleh kerja kasar, kamu harus merawat diri sejak dini, bukannya Delia mau terbang naik pesawat terus kan?" cerita ayahnya. Delia mengangguk "Untung anak ayah mirip mamanya, cantik, tinggi, dan kulitnya bersih."

"Memang jadi pramugari harus cantik yah?" tanya Delia polos, karena dia tak tahu.

Ayah Delia tertawa "Nggak cuma cantik, tapi juga harus pintar, ramah, baik, dan murah senyum." ayah Delia memperagakan senyum ala-ala pramugari, "Jadi Delia harus rajin belajar dan nurut sama ayah sama mama" Delia tertawa karena geli melihat ayahnya.

Ayah Delia memperlihatkan dua buah brosur padanya "Ini tadi ayah dapat dari teman ayah, ini brosur sekolah pramugari, dan ini brosur les bahasa inggris."

Delia mengambil dua brosur itu dan membacanya.

"Makasih yah, Delia janji, Delia akan nurut sama ayah." Delia menyimpan brosur itu, lalu memeluk ayahnya.

Hari ini merupakan hari bersejarah bagi Delia, dimana hari pertamanya bertugas, dan hari terburuknya kehilangan orang yang begitu berharga dalam hidupnya.

* * *

"Kamu dari mana Abian?, libur bukanya dirumah malah kelayapan, kamu tuh kalo sudah ketemu sama pacar kamu nggak ingat waktu." omel Amanda mama Abian.

Abian yang sudah mau naik ke tangga, kini ikut duduk di sofa ruang keluarga dimana mamanya berada.

"Tadi Abian mengalami sedikit kecelakaan Ma, makanya lama, Abian harus urus itu dulu."

"Kamu tuh buka mata kamu Bian, mama nggak suka kamu sama Attaya."

Bian memijit keningnya, mamanya kalau sudah tidak suka dengan orang akan terus diungkit.

"Apa sih yang buat Mama nggak suka sama Attaya? Attaya itu baik loh, dia model, kalau pun ada kejelekan sama Attaya pasti juga kebongkar Ma"

"Terserah kamu deh Abian, mama nggak mau kamu nyesel, pokoknya Mama nggak suka kamu terus berhubungan dengan dia." Manda berdiri masuk ke kamarnya.

Abian mengusap wajahnya frustasi, dia dan Attaya sudah berpacaran satu tahun lebih, tapi mamanya belum juga menyetujui hubungannya dengan Attaya, padahal selama ini Attaya berusaha untuk dekat dengan mamanya.

.

.

.

.

.

*Hai-hai, gimana kabar semuanya, gimana puasanya? semoga puasanya lancar ya..

Selamat datang dikarya terbaru aku, semoga suka, jangan lupa like, komen dan masukan ke daftar favorit bacaan kalian 😍😍😍*

Bertemu jodoh Abian

Setelah lama menangis dan merenung, Delia menghapus air matanya, dia tak boleh begini. Delia ingat ada mama dan adiknya yang juga kehilangan sepertinya, sekarang Delia mengerti bahwa dia disiapkan oleh sang ayah untuk menggantikan posisi ayahnya, anak pertama yang harus kuat dan mandiri, dia harus menjadi perisai bagi adik-adiknya.

Delia harus cukup istirahat untuk menyambut hari esok, profesinya menuntut harus tetap segar dan ceria, tak boleh lemas dan loyo. Benar kata mamanya, dia hanya harus fokus pada kariernya saat ini, dia harus buktikan dan membuat ayahnya yang diatas sana bangga padanya.

Delia bangkit dari lamunannya, mensucikan diri lalu memohon pada sang pencipta agar ayahnya tenang dan diterima diatas sana, berdoa untuk ayahnya adalah pilihan terbaik saat ini walau hati masih merasa sesak karena kehilangan.

Pagi menyingsing, Delia mematut dirinya didepan cermin, memastikan make up yang dia pakai bisa menutupi mata sembabnya, dia memasang senyum manis, harus tetap semangat, menyambut hari yang baru. Delia lalu memeriksa semua perlengkapan penerbangannya, kebutuhan pribadi, serta kelengkapan dokumen penerbangan, jangan sampai ada yang tertinggal, sebagai orang baru Delia tak ingin memberi kesan buruk, dia harus membuktikan pada ayahnya, dia mampu menjadi anak kebanggaan ayahnya.

Delia kembali memandang foto keluarganya, Delia melihat senyum tulus sang ayah yang akan menjadi penyemangat harinya.

Yah, Delia siap menjadi pengganti ayah, Delia akan membahagiakan mama dan adik-adik Delia.

Setelah dirasa semua lengkap Delia kembali menghubungi keluarganya sebelum dia berangkat ke bandara.

Delia berjalan bersama pilot dan co-pilot serta para pramugari lainnya membentuk barisan rapi dibandara, tentu saja mereka menjadi pusat perhatian para penumpang yang berada disana, pilot dengan tampilan gagah dan tampan, dan pramugari yang selalu tampil cantik, rapi dan wangi membuat kaum wanita iri dan ada yang bercita-cita ingin menjadi sama sepertinya.

Hal ini yang akan menjadi rutinitas Delia kedepannya.

"Delia kamu tinggal dimana?" Voni, pramugari berambut sebahu itu bertanya pada Delia saat mereka berjalan menuju pesawat.

"Aku masih ngekos disekitar sini"

Delia tetap memaksa senyum seolah tak terjadi apa-apa, dia menutupi kesedihannya, sebagai orang baru disini, tak mungkin Delia menceritakan masalah pribadinya pada orang yang baru dikenalnya, walau sebenarnya dia butuh teman berbagi cerita saat ini.

"Kamu tinggal sama aku aja ya, aku tinggal diapartemen sendiri, keluarga ku asli Kalimantan."

Delia kembali tersenyum "Nanti aku pikir-pikir lagi ya Kak"

"Jangan panggil aku Kak, berasa tua aku" Voni tertawa "Jangan lama-lama mikirnya, kan enak kalo kita tinggal berdua, aku udah lama banget nyari teman buat tinggal bareng, aku nggak biasa sendiri. Diantara kita berlima cuma kita berdua yang belum marriage, jadi aku berharap kamu mau ya." ucapnya sedikit memaksa.

Delia mengangguk, walau belum mengiyakan. Lalu mereka masuk ke pesawat, memulai pekerjaan mereka.

Selama penerbangan Delia terus memasang senyum terbaiknya, melupakan rasa kehilangan yang mendalam untuk sejenak, padahal rasanya ia saat ini ingin sekali menangis, mengurung diri dikamar. Tapi itu tak bisa dilakukan, ia harus kuat demi sang ayah. Bersyukur dia bisa sampai di titik ini, semua pengorbanan ayahnya tak boleh sia-sia.

Pukul delapan malam pesawat Delia baru saja mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Sebagai junior didunia penerbangan, Delia masih memiliki jam terbang yang stabil.

Sebelum ke kosannya Delia singgah terlebih dahulu dimini market, Delia akan membeli camilan untuk dibawanya besok. Dari kejauhan Delia melihat wanita paruh baya yang berjalan sempoyongan dengan wajah sedikit pucat, dengan cepat Delia menghampiri wanita itu.

"Ibu nggak papa Bu?." Delia memegang pundaknya dan membantu wanita itu untuk duduk.

"Nggak papa." wanita itu terkesima dengan kecantikan Delia.

"Bu." panggil Delia yang merasa wanita itu yang memandanginya dengan pandangan tak berkedip.

"Eh, kamu cantik sekali, kamu sudah menikah?"

Delia tentu saja terkejut dengan pertanyaan blak-blakan dari wanita yang ditolongnya ini.

"Ibu sendirian?" tanya Delia mengalihkan.

"Iya, kamu bisa antar Ibu pulang kan?" pintanya.

Sungguh Delia bingung harus menjawab apa, dia tak mengenal wanita ini sama sekali, bagaimana kalau dia orang jahat, seolah mengerti yang dipikirkan Delia, wanita itu langsung menjawab keraguan Delia.

"Kamu tenang saja, saya orang baik" ucapnya menyakinkan "Saya nggak berani pulang sendiri, bagaimana kalau saya kenapa-kenapa dijalan?"

Seperti orang bodoh yang terhipnotis dan karena kasihan akhirnya Delia menuruti permintaan wanita itu.

Delia awalnya mengira jika mereka akan memesan taksi, yang ternyata wanita itu memanggil supirnya.

"Bu, Ibu sama supir ibu?"

"Iya, ayo naik." ajaknya saat dia sudah dibantu Delia masuk ke mobilnya, setelah melihat Delia, wanita itu seperti mendapat energi baru, dia terlihat segar kembali.

"Bu maaf saya baru pulang kerja, sebaiknya ibu pulang bersama supir ibu saja" tolak Delia secara halus, yang mana dia merasa takut, tak mungkin dia bisa percaya begitu saja pada orang yang baru dijumpainya.

"Pak sepertinya majikan bapak sedang tidak enak badan, saya mohon antar ibu ini dengan selamat sampai rumahnya." pintanya pada supir yang membawa wanita paruh baya itu yang diangguki oleh sang supir.

"Makasih ya_ eh nama kamu siapa?"

"Delia Bu" jawab Delia cepat

"Makasih ya Delia, ibu berharap kita bisa bertemu lagi, dan kamu berjodoh dengan anak laki-laki saya"

Delia terperangah mendengar ucapan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, Gilla, baru juga ketemu. Jodoh apaan maksudnya?, pasti anak ibu itu sifatnya seperti manusia jadi-jadian, makanya harus dicariiin jodoh, tak ada yang mau padanya.

Delia bisa bernafas lega, saat mobil yang membawa wanita tadi sudah menjauh

"Semoga kita nggak ketemu lagi ya Bu, harapan apa itu?, emang dunia ini selebar daun kelor, sifat ibunya aja seperti itu, apalagi anaknya" Delia bergidik ngeri, dia menggelengkan kepalanya tak percaya, ini dia sial atau apa, harus bertemu dengan orang aneh, untung ibu-ibu, kalau anak muda sudah pasti Delia akan memakinya.

"Kamu lihat Mul, cewek tadi cantik?" Amanda menepuk bahu supirnya menggunakan kipas tangan miliknya.

"Iya Bu."

"Aku nggak sabar buat gantiin si Attaya-Attaya itu dari si Abian." ucapnya sengit.

Si supir hanya mengangguk, dia bingung padahal pacar anak Nyonya nya ini seorang model cantik, seksi, seorang selegram, tapi kenapa dia tidak menyukainya.

"Kepala ku yang tadi mendadak pusing, langsung sembuh ngeliat gadis tadi." Amanda tersenyum, banyak sekali rencananya kedepan agar bisa bertemu lagi dengan Delia.

"ABIAAAN"

"BIAAAN"

Pekikan Manda seakan membuat rumah besar miliknya bergetar, para pembantu dirumah itu segera keluar, memastikan apa yang terjadi dengan tuanya, namun mereka tak dapat berbuat banyak, hanya akan bertindak jika sudah diperintahkan.

"Mina, apa Abian belum pulang?" tanyanya pada salah satu art-nya.

"Sudah Bu, baru saja mas Bian naik kekamarnya"

"Ada apa sih Ma, malam-malam teriak-teriak begini" Abian yang baru saja mandi memilih langsung turun mendengar suara mamanya yang sudah menggema.

"Mama tadi baru bertemu dengan cewek, cantik deh Bi, dia akan Mama jodohkan sama kamu"

"Astaga Ma, Mama kan tahu bian pacaran sama Attaya" Abian mulai kesal dengan mamanya "Lagian Attaya salah apa sih Ma?, sampai Mama nggak menyetujui Bian sama Attaya" Abian mengambil duduk di kursi bar dapurnya.

"Nanti juga kamu tahu, yang penting sekarang Mama sudah menemukan jodoh terbaik buat kamu, sesuai kriteria kamu Bian" ucap Amanda ketus, dia mulai membuka camilan yang dia beli minimarket tadi.

"Bukan kriteria Bian, tapi kriteria Mama" Abian menjawab tak kalah ketus "Bian ke kamar dulu deh Ma, kirain tadi Mama kenapa teriak-teriak"

Abian lebih baik memilih mengalah, jika berdebat dengan mamanya, sampai tiga hari tiga malam tidak akan ada habisnya.

"Heemm, Bian namanya Delia, kamu sebut namanya sebelum tidur biar dia bisa masuk dalam mimpi kamu."

"Mama aja yang sebut"

Tak lama Papa Abian keluar dari kamarnya.

"Ada apa sih Ma, kok ribut-ribut sih?" Papa Abian ikut bergabung dengan istrinya.

"Pa, tadi Mama ketemu cewek, dia cantik, kenapa ya Pa?, kok rasanya Mama langsung sreg gitu sama tuh anak. Kalo sama Attaya tuh, Mama duhh sampai sekarang Mama nggak suka aja."

"Udahlah Ma, nggak usah suka ikut campur urusan anak-anak, apalagi Abian"

"Justru Abian mama harus ikut campur, dia anak laki-laki satu-satunya. Jadi Mama mau dia dapat istri terbaik sesuai dengan hati Mama, titik"

Papa Abian juga sama, lebih baik tak menanggapi, dari pada kepalanya pusing, ibu negara kalau sudah ada maunya tak bisa terbantahkan.

"Mama tuh nggak butuh menantu cantik, seksi tapi Mama mau menantu yang jujur."

"Iya ya, semoga Abian dapat jodoh seperti yang Mama mau." papa Abian memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya.

Kiss me now

Sudah terhitung tiga bulan Delia bekerja menjadi pramugari, dia begitu menikmati pekerjaannya ini, pantas banyak yang bercita-cita ingin menjadi pramugari, selain memiliki sallary yang tinggi, Delia bisa bertemu banyak teman dari berbagai tempat, selalu tampil cantik dan rapi, dan yang pasti, bisa keliling pulau tanpa harus membayar, malah justru dibayar.

Seharusnya hari ini Delia aa jadwal terbang ke Manado, tapi jadwalnya diganti tiba-tiba.

"Delia, Voni, kalian berdua hari ini ikut jadwal penerbangan internasional ya, kalian akan berangkat satu jam lagi, terbang bersama Captain Abian." Dewi, pramugari senior mengabari itu pada Delia dan Voni.

"Bener Mba Dewi?" Voni berseru senang.

"Iya, kamu temani Delia, ini jadwal pertamanya ikut penerbangan internasional."

"Beres Mba." jawab Voni sambil mengangkat jempolnya kegirangan.

"Seneng ya Von, bisa terbang bareng Captain handsome" goda Dewi.

"Pasti la Mba." ujar Voni, "Ahh tapi sayang, dia punya pacar" seketika Voni melemas.

"Baru pacar Von, semangat sebelum janur kuning melengkung" melihat raut sedih Voni Delia memberi semangat.

"Dia tuh bucin banget sama pacarnya Del, secara pacarnya model" Voni menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa ruang flops.

"Oh ya! hebat donk berarti Captain Abian"

Delia yang memang belum pernah mengenal dan bertemu dengan yang namanya Captain Abian dibuat kagum.

"Hemm sebenarnya Captain Abian mau punya pacar model kayak apa juga bisa, kamu belum pernah lihat dia sih, dia tuh beuhh cowok idaman wanita" Voni membayangkan wajah Captain Abian "Ganteng, tinggi, kulit bersih, wangiii banget" Voni sampai menyandarkan kepalanya di bahu Delia. "Anggap kita hari ini ketiban durian runtuh Del."

Delia terkekeh, mengusap rambut Voni "Aku nggak mau ketiban durian runtuh ah, sakit tar kayak kamu."

Voni mengangkat kepalanya "Aku sumpahin kamu klepek-klepek sama Captain Abian ya."

Delia semakin tertawa "Sekalian donk nyumpahinya aku berjodoh sama dia, masa nyumpahinya setengah-setengah"

Sedang Captain yang mereka bicarakan sedang bermesraan dengan kekasihnya didalam mobil.

"Bi, aku pasti bakal kangen deh sama kamu." Attaya melihat Abian yang duduk disamping kemudi.

Kalau saja Abian laki-laki yang bisa disentuh, ingin sekali rasanya Attaya memeluk Abian, sayangnya, selama mereka berpacaran setahun lebih ini, Abian belum pernah menyentuhnya, padahal Attaya ingin berpacaran normal layaknya seperti wanita lain yang begitu dimanja oleh kekasihnya. Dicium, dipeluk, dicumbu, bahkan bila harus menyerahkan mahkotanya pun Attaya rela.

Abian juga melihat Attaya, dia membasahi bibirnya karena Abian menahan diri untuk tak menyentuh Attaya sebelum mendapat restu dari mamanya. Pagi ini kekasihnya terlihat sangat cantik dan seksi, Abian laki-laki normal, tak mungkin dia tak berkeinginan merasai bibir ranum milik kekasihnya, apalagi dia akan melakukan penerbangan ke negri China, tak bertemu beberapa hari kedepan dia pasti sangat rindu.

"Pulang dari penerbangan ini kita ketemu mama aku lagi ya" Abian menatap kedepan tak sanggup jika harus memandang Attaya terlalu lama, dia takut khilaf "Kamu tahu aku menahan diri selama ini Ya, karena mama belum merestui hubungan kita."

"Kalau begitu kita lakukan itu diawal saja Bi, kamu nggak harus menahan diri, kalau sudah terjadi mama kamu pasti akan nerima aku." jika sudah menceritakan perihal mamanya Abian, emosi Attaya langsung naik, "Kamu pikir aku nggak capek apa Bi selalu menyakinkan mama kamu? kamu juga harus tegas, aku nggak bisa jika harus menunggu ketidak pastian." Attaya membuang pandangannya kesamping, menahan air mata yang ingin meluncur.

Abian menarik nafasnya, dia tahu sebagai wanita Attaya pasti menginginkan kepastian, Abian sangat takut kehilangan Attaya.

"Tunggu aku pulang ya, aku pasti akan mengambil keputusan agar hubungan kita segera direstui mama."

Attaya kembali menatap Abian "Kiss me now, Bi, sebelum kamu terbang, baru aku akan percaya sama ucapan kamu." pinta Attaya.

Abian menundukkan kepalanya menelan ludah susah payah, "Trust me, i will definitely keep my promise"

Namun yang terjadi malah Attaya malah mendekatkan tubuhnya, menarik tengkuk Abian, masa bodoh dengan harga diri, Attaya sudah terlalu sabar menghadapi ketidak tegasan kekasihnya ini, dan ini yang Abian takutkan, dia tak bisa mengontrol diri, Abian ikut larut dalam ciuman Attaya, Abian yang awalnya ingin menolak, tapi dia tak bisa, Attaya terlalu memabukkan sehingga yang Abian lakukan adalah membalas ciuman Attaya.

Abian mengambil alih menarik tengkuk Attaya untuk memperdalam ciumannya dan Attaya mengalungkan tangannya pada leher Abian. Keduanya saling melummat satu sama lain dan bertukar saliva. Abian yang dibuat tersadar terlebih dahulu langsung melepaskan ciumannya.

Dahsyat, Abian merasakan dahsyatnya manis bibir Attaya namun dia masih bisa menguasai dirinya.

Attaya membuka matanya saat Abian melepaskan ciuman mereka, dan Attaya kembali memajukan wajahnya untuk kembali menyerang Abian.

"Tahan baby, sebentar lagi aku terbang, akan jadi masalah jika aku terlambat." Abian mengusap bibir Attaya yang basah karena ulahnya dengan ibu jari "Tunggu aku pulang oke." Abian langsung menarik kepala Attaya, dan mencium puncak kepala kekasihnya.

"Aku tagih janji kamu Bi, aku nggak mau lagi harus mengalah sama mama kamu."

"Iya, aku janji, kita akan buat mama terpaksa merestui kita."

Setelah merasa kekasihnya tenang, Abian keluar dari mobil Attaya, membukakan pintu untuk Attaya pindah di bangku kemudi, melambaikan tangannya saat Attaya membuka kaca jendelanya.

"Love you Bi." Teriak Attaya dari dalam mobil.

"Love you more baby" balas Abian, lalu Abian berbalik untuk menuju bandara.

Abian yang terlalu merasakan bahagia tak menyadari kehadiran temanya yang merupakan co-pilotnya.

"Ceileh Captain Abian yang bucin." Rendy langsung merangkul pundak sahabatnya.

"Kok baru sampai sih Ren?"

Abian terkejut, karena seharusnya Renald sebagai co-pilot harus sampai terlebih dahulu, untuk melakukan pengecekan dokumen penerbangan, dan dia langsung memarahi Renald.

"Maaf Capt, tadi bangunya kesiangan." Rendy nyengir kuda.

Abian melihat jam ditangannya, penerbangannya sisa empat puluh menit lagi, dia mendesah kebiasaan Renald jika habis berlibur pasti selalu datang terlambat.

"Cepat, penerbangan kita nggak lama lagi, jangan sampai citra kita sebagai partner terbaik dimaskapai ini langsung tercoreng gara-gara satu kesalahan kita."

Abian dan Rendy mempercepat langkah mereka, menuju ruang flops.

Kedatangan Abian tentu saja langsung menjadi pusat perhatian, sudah terbiasa buat Abian jika banyak sekali pramugari yang caper terhadapnya, namun Abian sama sekali tak terganggu ataupun tergoda, sebab hati Abian hanya terpaut pada satu wanita, yaitu Attaya kekasihnya.

Voni mencolek Delia "Del, ini yang namanya Captain Abian." Voni berucap lirih.

Delia yang sedang fokus pada hapenya langsung mengalihkan pandangannya pada sosok yang dibicarakan para pramugari, sebagai wanita normal, Delia tentu saja terkesima dengan sosok laki-laki yang sedang berdiri mengisi dokumen itu.

Benar kata Voni, Captain Abian merupakan sosok yang sempurna, melebihi ekspektasi yang Delia bayangkan, benar-benar perfeck, ini baru dari belakang, dan Delia belum melihat visualnya dari depan.

Dan saat Captain Abian berbalik dan berbicara untuk melakukan briefing, Delia dibuat melongo tak berkedip, mulutnya sampai menganga, baru kali ini Delia melihat laki-laki sebening Abian dan Delia sampai tak fokus dibuatnya.

"Hai kamu." panggil Abian pada Delia yang masih duduk disofa tertegun melihat Abian, dan tak menyadari jika dia yang dipanggil, membuat Abian kesal.

Voni langsung menyenggol lengan Delia untuk membuat Delia tersadar. Delia yang sadar langsung berdiri, dia begitu malu ketika semua orang menahan tawa melihat dia yang terpana pada Captain Abian.

"Dia pramugari baru?" tanya Abian pada salah satu pramugari yang sering terbang bersamanya.

"Iya Capt, dia bersama Voni menggantikan Velove dan Siska, karena mereka mendadak sakit." jelas pramugari berwajah oriental, dari name tagnya, dia bernama Cecilia.

"Jika kamu masih mau terbang sama saya, pastikan kamu harus fokus, kamu ikut pelatihan bukan?" tatap Abian tajam Delia.

"I-iya Capt." jawab Delia gugup, karena ucapan Abian yang sedikit ketus ditelinga Delia.

"Semua awak kabin yang terbang bersama saya adalah mereka yang kompeten, jika kamu tidak kompeten jangan harap kamu bisa terbang lagi bersama saya." ucap Abian penuh penekanan dan menusuk. "Kamu ikut pelatihan bukan? jika ikut pelatihan sebaiknya kamu tau harus tetap fokus apapun yang ada dihadapan kamu."

Kekaguman Delia pada Abian langsung saja sirna saat mendengar ucapan pedas sang Captain, Delia menggeram Delia sadar dia salah, tapi tak seharusnya Abian berucap pedas seperti itu, sangat berbeda dengan sifat Captain pertama saat dia terbang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!