Ambar, 26 tahun dan Damar 30 tahun, adalah pasangan suami istri yang sangat bahagia. Mereka baru saja menikah dua bulan lalu, setelah hampir 8 tahun berpacaran.Tak heran jika kehidupan rumah tangga mereka begitu hangat dan sedang romantis-romantisnya. Dunia terasa milik berdua, yang lainnya hanya numpang lewat.
Keduanya lahir dari keluarga kaya raya. Damar adalah anak pertama dari dua bersaudara, sedangkan Ambar, dia putri tunggal dari pengusaha asal kalimantan yang terkenal paling kaya.
Damar memiliki wajah yang tampan. Dan Ambar, dia juga sangat cantik, elegan dan fashionable. Mereka benar-benar pasangan yang sempurna dimata semua orang. Mereka juga di cap sebagai pasangan yang romantis dan bahagia.
Damar sekarang menjadi Ceo di perusahaanya, sedangkan Ambar sendiri menjadi seorang desainer dan juga pemilik beberapa butik ternama. Semakin hari karirnya semakin menanjak, dan semakin dikenal.
Setelah menikah, Damar langsung membawa istrinya tinggal disebuah rumah yang telah dibeli satu bulan sebelum mereka menikah. Rumah mewah yang sangat besar dan indah, bahkan lebih besar dari rumah kedua orang tua Damar, sengaja dia belikan untuk sang istri tercinta.
Pasangan bahagia itu sepakat tidak akan buru-buru memiliki momongan. Selain masih ingin menikmati momen indah berdua saja, karir Ambar juga sedang benar-benar bagus. Dia ingin tetap fokus pada karirnya, dan merasa belum siap menjadi ibu. Dia takut tidak bisa mengurus anaknya dengan baik, karena fokusnya saat ini memang masih pada karirnya.
Damar selalu mendukung apapun keputusan istrinya, karena bagi Damar kebahagian Ambar adalah hal yang terpenting dalam hidupnya. Dia akan melakukan apapun untuk membahagiakan istrinya, karena dia ingin selalu melihat senyum manis yang membuat Ambar terlihat semakin cantik dimatanya.
Disisi lain....
Kebahagian juga tengah dirasakan pasangan lainya yaitu Ayu (20 tahun) dan Ridwan (24 tahun). Mereka juga adalah pasangan pengantin yang baru saja menikah, dan merasakan indahnya kehidupan rumah tangga yang penuh kehangatan dan keromantisan seperti pasangan Ambar dan Damar, hanya kasta dan keadaan mereka saja yang berbeda.
Kalau Damar dan Ambar tinggal dirumah besar dan mewah, maka Ayu dan Ridwan hanya tinggal disebuah kontrakan kecil di pinggiran ibu kota.
Ridwan bekerja sebagai pengemudi ojol, sedangkan Ayu, sebelum menikah Ayu bekerja disebuah toko kue, tapi sekarang setelah menikah, Ridwan melarangnya bekerja. Ayu membujuk suaminya agar tetap mengijinkan bekerja sampai Ayu hamil nanti. Ridwan setuju, Ayu sangat senang.
Ayu berasal dari Cianjur, dan merantau ke jakarta, tinggal bersama ayahnya yang bekerja menjadi sopir angkot. Dia memiliki adik yang tinggal di kampung. Sedangkan ibunya sendiri sudah lama meninggal. Kehidupan ekonomi Ayu dan Ridwan berbanding terbalik dengan kehidupan Damar dan Ambar. Walau begitu mereka merasakan kebahagiaan yang sama.
.
.,
.
*6 bulan kemudian Dirumah Damar.
Malam itu Damar dan istrinya sedang bermesraan dikamar mereka. Damar mencumbu istrinya yang selalu terlihat cantik dan selalu menggairahkan. Mereka sudah bersiap akan bercinta malam itu, namun sepertinya Damar belum puas mencumbui Ambar.
Mereka berdua hanyut dalam kemesraan dan dunia mereka sendiri sampai tidak menyadari kalau ada bahaya yang sedang mengintai. Mata Ambar terpejam saat merasakan sentuhan lembut suaminya.
Ambar merasa sedikit heran dalam hati, saat dia tidak merasakan sentuhan suaminya. Dia lalu membuka matanya karena ingin protes pada suaminya. Namun tiba-tiba saja matanya membulat, saat mendapati ada orang lain dikamar pribadi mereka, tidak hanya satu, tapi enam orang sekaligus. Keenam orang itu berbadan tinggi besar, dan membawa senjata laras panjang, juga memakai penutup kepala.
Ambar tidak percaya kalau rumah mereka kedatangan tamu tak diundang. Untung saja saat itu mereka berdua masih menggunakan pakaian, walau tidak lengkap. Damar masih menggunakan celana boxer nya. Tapi Ambar, walau dia berpakaian, tetap saja dia terlihat telanjang, karena hanya menggunakan lingerie seksi, yang semakin menampilkan keindahan tubuhnya.
Dua orang diantara mereka sedang memegangi Damar, dan juga membekap mulutnya. Damar berontak, berusaha melawan penjahat itu, tapi dengan cepat mereka memukul tengkuk damar dengan senapan yang dipegangnya, juga menendang burung Damar yang sudah dalam keadaan siap terbang. Damar meringis menahan sakit yang luar biasa. Mereka lalu mengikat Damar di kursi.
Ambar ingin berteriak minta tolong, tapi dua orang lainnya langsung membekap mulut Ambar dan memegangi kedua tangannya, lalu mengikat kedua tangannya di ranjang besi yang sangat kokoh.
Ambar berteriak, tapi percuma saja, karena tidak ada yang akan mendengarnya. Selain kamar mereka kedap suara, orang-orang yang ada dirumah itu sudah mereka lumpuhkan dengan obat bius.
Mereka mulai mengacak-acak kamar Damar, mencari sesuatu yang mereka. Entah apa yang mereka cari, Ambar dan Damar juga tidak tahu.
Setelah itu, salah satu diantara mereka mengajak kawanannya pergi. Mereka berunding seperti sedang merencanakan sesuatu. Dua orang pergi meninggalkan kamar Damar, sedangkan empat orang lainya masih berada disana.
Dua orang dari mereka maju mendekati Ambar dan mulai melakukan tindakan tak senonoh pada Ambar didepan suaminya sendiri, Damar. Sedangkan dua orang lainya masih berdiri di dekat Damar, sambil menyalakan kamera hp, merekam kejadian dikamar itu.
Damar sangat geram melihat dua orang perampok menggerayangi tubuh mulus istrinya dengan tangan dan kini bahkan mereka mulai mencumbui Ambar dengan bibir mereka.
Ingin sekali rasanya Damar mematahkan tangan penjahat itu. Damar berusaha melepaskan tali yang mengikatnya, tapi kedua orang penjahat itu kembali memukulnya. Damar merasa menjadi laki-laki bodoh yang tidak berguna.
Ambar berusaha berontak tapi percuma saja, karena kini salah dari mereka memegangi kedua kakinya. Ambar merasa sangat terhina mendapat perlakuan seperti ini.
Penjahat itu menarik lingerie Ambar hingga sobek, menampilkan tubuh putih mulus tanpa cela, yang langsung membuat hasrat kedua perampok yang sedang menggerayangi tubuhnya naik seketika.
Dan tanpa berlama-lama salah satu diantara mereka langsung melakukan penyatuan pada tubuh Ambar. Ambar hanya bisa menangis, harga dirinya terasa hancur malam itu.
Damar semakin naik pitam, rasanya dia ingin membunuh laki-laki yang kini tengah berada diatas tubuh istrinya. Harga dirinya sebagai seorang suami sudah benar-benar diinjak-injak oleh penjahat itu.
Damar terus berusaha melepaskan diri, tapi semakin dia mencoba, kedua penjahat yang ada didekatnya kembali memukulnya sampai dia benar-benar tak berdaya.
Cukup lama penjahat itu berada diatas tubuh Ambar, hingga terdengar suara lenguhan panjang dari mulutnya, tanda dia sudah mendapatkan kepuasan. Dia lalu turun sambil berkata" Tubuh anda tidak hanya indah nyonya, tapi juga sangat nikmat." Ucapnya dengan senyum di bibirnya. Ambar tidak berkata apapun. Sekarang giliran penjahat yang satunya menikmati tubuh indah Ambar.
Damar hanya bisa menangis menyaksikan dan mendengar suara des*han dan lenguhan pria yang berada diatas tubuh istrinya saat ini. Sayup-sayup, Damar juga mendengar suara d*sahan istrinya, yang biasa dia dengar saat mereka bercinta, membuat telinga dan hatinya sangat sakit.
Apa dia juga menikmatinya?.Tanya Damar dalam hati.
Damar benar-benar merasa menjadi lelaki paling bodoh dan tak berguna, karena tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Rasanya dia ingin sekali menguliti kedua bajingan yang telah berani menyentuh istrinya.
"Lo berdua mau juga?. Lumayan gratisan. "Tawar penjahat yang baru saja menikmati tubuh Ambar.
"Ga mau gue, bekas elo. Takut ketularan penyakit, Hahahaha." Kedua penjahat yang berdiri didekat Damar tertawa terbahak.
"Ya udah. Kita cabut." Lalu mereka pun pergi meninggalkan rumah besar itu.
Sebelum pergi penjahat itu berkata:" Terima kasih banyak jamuannya nyonya Damar. Servis anda sangat memuaskan. Kapan-kapan kami boleh kan datang lagi menikmati tubuh dan milik anda yang luar biasa nikmat itu kan, hahaha."
Mendengar ucapan penjahat itu, rasanya Damar ingin memotong lidahnya saat itu juga. Dia benar-benar geram pada mereka dan pada dirinya sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa. Damar berjanji akan mencari siapa yang telah berani melakukan semua ini dan tidak akan melepaskannya. Dia akan mencarinya sampai ke ujung dunia sekalipun.
Damar menatap Ambar yang masih berbaring di ranjang besar mereka tanpa busana. Dia diam saja dari tadi. Pandanganya seperti kosong. Damar mengerti, istrinya itu pasti mengalami trauma setelah kejadian ini.
.
.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Hay🙋Jangan lupa meninggalkan jejaknya ya🙏
"Sa...sayang " Panggil Damar terbata. Ambar tidak bereaksi.
"Sa...yang." Panggil Damar lagi, kali ini dengan suara lebih keras. Ambar menoleh ke arah Damar, lalu dia bangun dan menghampiri suaminya, karena ikatan tangan dan kakinya sudah dilepaskan penjahat itu saat dia melakukan penyatuan ditubuhnya.
Hati Damar benar-benar sakit melihat wajah istrinya malam itu, rambutnya acak-acakan, ada air mata disudut matanya dan banyak tanda merah ditubuhnya, yang jelas-jelas bukan perbuatan Damar.
Ambar membuka ikatan Damar dengan gunting yang dia ambil dari laci, tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan saat Damar mengajaknya bicara, Ambar sama sekali tidak merespon, membuat rasa bersalah Damar semakin menjadi.
Setelah ikatan Damar berhasil dibuka, Damar langsung memeluk istrinya sambil menangis dan terus meminta maaf, tapi Ambar tetap tidak merespon. Ambar melepaskan pelukan Damar.
"Aku mau mandi." Ucapnya datar sambil beranjak ke kamar mandi, tanpa mempedulikan Damar.
Damar semakin takut kalau istrinya itu benar-benar mengalami trauma, dan mungkin marah kepadanya, karena tidak bisa menyelamatkannya dari penjahat itu. Dia berdiri lalu berjalan menyusul Ambar, menawarkan diri untuk membantunya mandi. "Aku bisa sendiri." Tolak Ambar, tanpa membalikkan badanya.
Damar semakin menyesali dirinya yang tadi tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan istrinya. Rasa sakit ditubuh Damar tidak sebanding dengan luka dihatinya. apalagi saat melihat tubuh istrinya penuh tanda kepemilikan orang lain, membuatnya semakin merasakan sakit.
.
.
Esoknya, Damar membuang ranjang dan kasur yang ada dirumahnya. Menyuruh pelayan membakarnya saat itu juga. Para pelayan diminta membersihkan kamar itu, juga memindahkan barang-barang miliknya dan milik Ambar ke kamar lain. Dia tidak ingin lagi tidur dikamar itu.
Ambar melarang Damar yang ingin melaporkan kejadian tadi malam pada polisi. "Kenapa sayang?." Tanya Damar.
"Kalau kita melaporkanya pada polisi, bisa-bisa semua orang tahu, kalau aku telah dinodai oleh perampok yang datang ke rumah kita. Mau ditaruh dimana mukaku mas?. Aku akan sangat malu." Jawab Ambar.
"Baiklah kalau itu mau kamu, aku tidak akan lapor polisi. Tapi aku akan tetap mencari mereka dengan caraku. Dan aku tidak akan pernah mengampuni mereka, saat aku menemukanya."
"Itu lebih baik. Dan jangan lupa beritahu aku, kalau kamu menemukan mereka." Sahut Ambar.
Kejadian malam itu benar-benar sudah direncanakan dengan matang dan profesional. Damar sangat yakin penjahat itu benar-benar mengetahui keadaan rumahnya. Bahkan kamera pengintai yang dipasang hampir di semua sudut rumah tidak ada yang menyala sama sekali.
Semua pembantu dan satpam rumah tidak sadarkan diri sampai jam 8 pagi. Memang tidak ada barang berharga mereka yang hilang, kecuali kehormatan istrinya yang jauh lebih berharga dari segalanya bagi Damar.
Damar menyewa dua orang detektif untuk mengungkap kasus ini. Dia ingin sekali melihat wajah baj*ngan yang berani meniduri istrinya.
Sejak kejadian itu, Ambar jadi pendiam dan sedikit dingin kepada Damar. Dia tak sehangat dan seceria dulu, bahkan terkesan seperlunya. Ambar juga sering melamun sendirian. Bahkan Ambar tidak menanyakan keadaan Damar yang juga mengalami luka ditubuhnya. Ini bukan Ambar yang dia kenal, tapi Damar mengerti, mungkin Ambar kecewa padanya.
Dengan sabar Damar terus berusaha mendekati Ambar, dan terus meminta maaf. Dia juga sering membelikan Ambar hadiah dan kejutan untuk mengambil hati istrinya, dan usahanya berhasil.
Perlahan senyum manis Ambar kembali terlihat, dan sikapnya juga mulai menghangat. Hanya saja saat bercinta di ranjang, Ambar yang biasanya agresif, kini seolah tidak terlalu menikmati permainan Damar.
Mungkin dia masih trauma. Batin Damar.
Damar tidak tahu kalau saat ini istrinya itu sedang memikirkan sesuatu. Iya, dia memang masih teringat kejadian malam itu, malam dimana dirinya diperkosa oleh dua penjahat sekaligus. Ambar bingung sendiri saat ini, karena terus saja mengingat malam itu.
Saat penjahat itu menidurinya, terus terang saja jauh di lubuk hatinya, ada sesuatu yang berbeda yang dia rasakan, dan itu tidak dia dapatkan dari suaminya Damar.
Tidak hanya penjahat itu saja yang merasakan kepuasan dan kenikmatan, tapi dia sendiri juga merasakannya. Dia akui penjahat itu benar-benar hebat dan sangat kuat, membuatnya sampai berkali-kali, dan itu tidak pernah terjadi saat dia bercinta bersama Damar.
Kenapa rasanya aku menginginkannya lagi. Ya Tuhan...ini benar-benar gila. Batin Ambar.
Ambar menyadari ada yang salah dengan dirinya. Sejak malam itu, Ambar belum kedatangan tamu bulanannya. Dia iseng membeli testpack, walau dia tahu, dia tidak mungkin hamil, karena masih ber-kb. Ambar hanya ingin memastikan saja. Namun kenyataanya, dia benar-benar sedang hamil, membuatnya sangat shock.
Tidak....aku tidak mungkin hamil. Aku tidak mau hamil sekarang.
Ambar masih bingung dan tak percaya, kenapa dia bisa hamil, padahal masih mengikuti progam kb. Untuk lebih meyakinkannya, dia sampai membeli alat tes kehamilan dalam jumlah cukup banyak, dan hasilnya tetap sama, dia positif hamil.
Ambar pergi ke dokter kandungan, dan dokter itu mengatakan kalau Ambar memang sedang mengandung.
"Selamat nyonya!! Anda memang sedang mengandung dan usia kandungan anda baru tiga minggu." Kata sang dokter.
Ambar yang merasa belum siap hamil, berencana akan menggugurkan kandungannya. Selain karena dia belum siap, alasan lainya adalah Ambar takut kalau benih yang tumbuh di rahimnya bukan anak Damar, tapi anak penjahat itu.
Tekat Ambar untuk menggugurkan kandungannya sudah bulat. Dia membeli obat-obatan yang katanya bisa menggugurkan kandungan.
"Mumpung baru tiga minggu." Gumamnya lalu meminum beberapa pil yang dia dapatkan dari toko online.
Dua hari kemudian, dia mengalami pendarahan. Ambar senang karena usaha untuk menggugurkan kandungannya berhasil
Tidak ada satu orang pun yang tahu kalau dirinya pernah hamil, bahkan suaminya sekalipun.
Kejadian dikamar itu sudah lama berlalu, namun detektif yang Damar sewa belum bisa mengungkap kasus itu, membuat Damar sangat geram. Tapi kemarahannya terobati karena Ambar istrinya sudah kembali seperti dulu, sikapnya kembali manis membuat Damar sangat bahagia.
"Mereka sepertinya memang sangat profesional pak Damar. Maafkan saya karena belum bisa melacak mereka. Tapi saya janji saya akan terus menyelidikinya. Saya merasa tertantang memecahkan kasus ini." Kata detektif itu."
"Baguslah kalau begitu. Informasi sekecil apapun yang kamu dapat, secepatnya beritahu aku."
"Siap pak Damar."
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
18 bulan kemudian.
Rumah tangga Ambar dan Damar sudah berjalan dua tahun lebih. Kedua orang tua mereka sudah mulai meminta cucu, terutama keluarga Ambar. Damar meminta istrinya melepas kb. Ambar setuju, karena dia juga sudah bosan mendengar permintaan orang tuanya tentang cucu. Lagipula dia kini sudah sangat menginginkan kehadiran seorang anak.
Sudah enam bulan Ambar melepas kb-nya tapi belum ada tanda-tanda kehamilan.
"Kamu harus minum obat ini Ambar, biar subur." Titah ibunda Ambar yang sudah sangat menginginkan cucu.
"Aduh mama, gak usah berlebihan gitu kenapa sih?. Aku baru lepas kb 6 bulan lho mah. Mama tenang aja sebentar lagi aku pasti hamil kok." Ucap Ambar.
"Enam bulan itu lama Ambar. Dulu mama lepas kb langsung hamil kok. Kamu dan suami kamu udah periksa kan?. Kalian berdua sehat-sehat aja kan?. Periksa ah, mama takut kamu gak subur lagi."
"Ya ampun mama. Aku bilang mama tenang aja, aku yakin aku subur kok."
Mama nggak tahu aja kalo aku pernah hamil. Batin Ambar.
"Mama gak mau tahu, pokoknya kalian berdua periksa ke dokter yah!! Pastiin kalian berdua benar-benar subur." Pinta bu Riyanti ibunda Ambar.
"Iya mah, nanti aku ajak mas Damar periksa." Jawab Ambar.
Tak hanya bu Ranti yang meminta Damar dan Ambar memeriksakan diri mereka, tapi juga bu Sekar, ibunda Damar.
.
..
.
Dirumah kontrakan Ayu.
Ayu sedang menangis di kamar mandi kontrakannya. Saat ini dia sama sekali tidak punya uang untuk membeli susu untuk anak kembarnya yang baru berumur 7 bulan. Sejak melahirkan sampai sekarang, air susunya tidak juga keluar, hingga dia terpaksa memberikan susu formula kepada anak kembarnya.
Penghasilan Ridwan yang tidak menentu, membuat kehidupan mereka semakin sulit dan serba kekurangan. Seperti saat ini, dia hanya mempunyai uang tiga puluh ribu rupiah di dompetnya. Sepuluh ribu dia berikan pada suaminya Ridwan untuk membeli bensin, karena dia tidak mungkin membiarkan suaminya pergi tanpa membawa uang sepeser pun.
Kini tersisa dua puluh ribu di dompetnya, sementara beras dan susu anaknya sudah habis. Dia bingung harus bagaimana. Mau di taruh dimana mukanya, kalau dia harus meminjam uang lagi kepada bapak atau bu Yanti, tetangganya.
Ayu tahu, bapaknya baru saja mengirimkan uang pada adiknya dikampung, dan itu juga tidak seberapa, mengingat penghasilan bapaknya yang juga tidak menentu, sama seperti suaminya.
Uang simpanan dan mas kawinnya juga habis dipakai untuk biaya rumah sakit saat dia melahirkan si kembar. Kini Ayu bahkan sudah tidak memiliki handphone, karena dia menjualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berulang kali Ayu mengajak Ridwan kembali ke kampung halaman Ayu, tapi Ridwan tidak mau.
Ayu putuskan untuk membelikan uang itu beras sebanyak satu kilo. Dia mencucinya, dan menyaring air beras tersebut. Ayu lalu menanak nasi, sedangkan air beras tadi dia panaskan sampai mendidih, lalu menambahkan sedikit gula aren yang tersisa di dapur. Setelah cukup hangat, air beras tadi dia masukan kedalam dot, lalu memberikannya kepada dua anaknya yang sudah menangis meminta susu mereka.
Air mata Ayu tak hentinya menetes saat dia memberikan susu palsu itu pada anaknya. Apalagi saat anaknya menolak meminumnya. Dengan sabar Ayu terus berusaha memasukan empeng dot itu ke mulut anaknya agar mereka meminum susu racikannya itu, hingga akhirnya mereka pun meminumnya sampai habis, dan kedua anaknya tertidur pulas.
Air matanya semakin mengalir deras menatap kedua anaknya yang tertidur pulas dengan tangan yang masih memegang botol susu.
Dia merasa sangat bersalah pada kedua anaknya. Tak hentinya dia meminta maaf sambil terus menciumi wajah malaikat kecil yang lucu itu. Dia juga berdoa semoga anaknya baik-baik saja, setelah meminum susu racikannya.
Tok....tok...tok... "Assalamualaikum."
"Wa alaikum salam!!. Abang kok udah pulang?. Apa handphone abang ketinggalan lagi?." Tanya Ayu, sembari mengusap air matanya.
"Enggak." Jawab Ridwan lemas.
"Terus kenapa? Kok tumben abang pulang jam segini?. Abang sakit?. Atau abang lapar?. Mau aku ambilkan makan?." Tanya Ayu.
"Ban motor abang pecah Yu." Jawab Ridwan.
"Pecah ban?. Ya udah tambal aja di bang Samsul di depan sana."
"Abang udah tambal tadi ditukang tambal ban lain."
"Terus sekarang apa masalahnya?. Kenapa abang gak narik?." Tanya Ayu, membuat Ridwan tertunduk lemas, Ayu melihat lelehan air mata disudut pipi suaminya, membuatnya merasa sangat iba kepada pejuang nafkahnya itu.
"Ada apa bang?. Cerita sama aku." Tanya Ayu sambil memegang bahu suaminya.
Ridwan pun menceritakan apa yang baru saja dia alami. Saat ban motornya pecah, Dia membawa motornya ke tambal ban terdekat. Tukang tambal ban itu lalu menambalnya.
"Berapa bang?." Tanya Ridwan.
"Tujuh belas rebu." Jawab si penambal ban.
Ridwan tergugu mendengar nominal yang disebutkan si penambal ban tadi. Pasalnya hanya ada uang sepuluh ribu di dompetnya, uang yang diberikan istrinya tadi.
"Maaf bang!! Boleh kan saya bayar sepuluh ribu dulu?. Sisanya saya bayar pas nanti saya udah dapet penumpang."
"Apa kau bilang?. Maksud kau, kau mau ngutang?." Tanya penambal ban itu dengan nada tak suka.
"Iya bang. Tapi saya janji, begitu saya dapet penumpang, saya balik lagi kesini buat bayar sisanya. Dompet saya ketinggalan dirumah."
"Enak saja kau ngomong. Kau pikir aku bodoh?. Kau pikir bayar tambal disini bisa dicicil?. Pergi saja kau dari sini, jangan datang kesini lagi kalo kau tak punya duit. Aku udah hafal bau modus penipu macam kau ini.
Kalau aku tau kau tak ada duit, gak bakalan aku tambal ban motor kau itu." Tukang tambal ban itu terus menggerutu, dan lama-lama menghina Ridwan. Menyebutnya miskin dan penipu. Namun demikian si penambal ban itu tetap mengambil uang sepuluh ribu yang diberikan Ridwan.
Semangat Ridwan langsung patah saat itu. Dia sadar, semua yang dikatakan tukang tambal ban itu benar. Ayu menghibur dan menyemangati suaminya, agar dia kembali pergi mencari penumpang. Karena kalau sampai Ridwan tidak pergi narik sehari saja, darimana mereka akan makan atau membeli susu untuk si kembar.
"Maafkan abang Yu, abang belum bisa bahagiain kamu dan anak-anak kita. Abang janji, abang akan berusaha membahagiakan kalian." Kata Ridwan lalu dia pergi.
Ayu benar, seharusnya dia tidak boleh patah semangat. Dia harus ingat ada si kembar dan istrinya yang harus dia nafkahi. Ridwan menyesal karena sempat terbawa perasaan oleh omongan si tukang tambal ban tadi.
Ridwan langsung mendatangi tukang tambal ban tadi begitu dia dapat penumpang.
"Ini bang, sisanya." Ujar Ridwan sembari memberikan satu lembar uang pecahan sepuluh ribu. "Maaf saya gak bermaksud mencicil, tapi tadi dompet saya memang ketinggalan.
Sekali lagi terimakasih karena abang sudah membantu saya. Dan asal abang tahu, saya bukan penipu." Ucap Ridwan lalu pergi, meninggalkan tukang tambal ban yang diam mematung ditempatnya.
Semakin hari kehidupan ekonomi Ayu dan Ridwan semakin sulit. Ayu pernah memikirkan untuk kembali bekerja, tapi siapa yang akan mengasuh si kembar?. Dia memutar otak memikirkan cara bagaimana dia bisa mendapatkan uang tanpa harus meninggalkan anaknya.
Akhirnya Ayu memutuskan untuk jadi seorang buruh cuci. Dengan begitu dia bisa mendapatkan uang tanpa harus meninggalkan anaknya. Ayu membawa baju kotor yang akan dia cuci kerumahnya, setelah kering dan disetrika Ayu lalu mengantarkannya kepada sang pemilik.
Sejak Ayu menjadi buruh cuci, kehidupan ekonominya sedikit lebih baik. Dia tidak lagi harus membuat susu palsu dari air beras untuk kedua anaknya.
...
Kembali kepada Damar dan Ambar.
Hari itu Ambar mengajak Damar pergi memeriksakan diri mereka ke dokter, tapi Damar tidak mau. Dia yakin mereka berdua sehat.
"Sayang, kamu jangan terlalu terbebani oleh ucapan orang tua kita yang menginginkan seorang cucu. Aku sangat yakin kita berdua baik-baik aja kok. Mungkin belum saatnya aja." Ucap Damar.
"Mas, kamu tahu sendiri kan, kalo mamaku pengen banget segera punya cucu dari kita?. Dan sebenernya, aku juga sudah siap dan sudah pengen punya anak dari kamu. Lagian apa salahnya sih kalo kita periksa?. Atau jangan-jangan kamu bener mandul lagi." Goda Ambar.
"Apa?? Kamu bilang apa sayang? Aku mandul?. Gak mungkin lah aku mandul, kamu kali yang mandul." Balas Damar sambil mencubit pelan hidung istrinya.
"Kalo bener aku mandul gimana?. Apa kamu akan ninggalin aku?." Tanya Ambar dengan wajah serius.
"Hey!! Jangan baper sayang. Aku cuma bercanda kok." Jawab Damar.
"Jawab aku mas Damar!! Apa kamu akan ninggalin aku, kalo seandainya aku mandul?." Tanya Ambar lagi, memancing Damar. Dia hanya ingin tahu jawaban Damar, karena Ambar tahu betul dirinya tidak mandul. Buktinya dia pernah hamil kan.
"Tidak akan pernah. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sayang. Ada atau tidak ada anak, bagiku yang terpenting adalah kamu. Aku ingin hidup sama kamu. Aku sangat mencintai kamu." Jawab Damar sungguh-sungguh.
"Benarkah?. Aku seneng banget dengernya. Kalo gitu kamu mau kan periksa sama aku?. Kita buktikan sama mama kalau kita berdua ini memang tidak mandul. Kamu mau kan sayang?." Tanya Ambar.
"Oke. Tapi jangan hari ini ya, aku ada meeting penting hari ini. Besok atau lusa aja ya?."
"Oke pak Damar." Jawab Ambar.
"Kamu tahu mas, aku tuh pengen punya empat anak."
"Oh ya!! Kamu yakin pengen empat anak?. Kamu gak takut ngerasain sakit pas melahirkan?." Tanya Damar.
"Kenapa takut?. Aku tuh lebih takut kalau anak aku nanti sendiri, gak punya saudara yang bisa ditanyain pendapat, diajak curhat, juga kesepian kayak aku."
"Bukanya enak kalo jadi anak tunggal ?. Kasih sayang, perhatian bahkan harta kekayaan orang tua kamu akan jadi milik kamu semuanya." Goda Damar.
Ambar hanya tersenyum mendengar ucapan suaminya,
.
.
.
TBC🌻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!