"KANAYA!!"
Gadis yang dipanggil Kanaya itu segera menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya begitu kencang hampir saja dia tidak terlonjak kaget oleh suara cempreng nan keras barusan.
"Kenapa?" tanyanya pada Lita teman kerja Kanaya, yang memanggilnya tadi dengan berterika kencang sehingga menjadi pusat perhatian orang-orang yang lewat.
"Gak kenapa-kenapa kok" jawab Lita tanpa merasa bersalah.
"Lu ya Lit, hiss" kesel Kanaya.
"Gimana novel lu yang lu ajuin kemaren diterima kagak sama si bos?" tanya Lita saat keduanya sudah mulai berjalan beriringan.
"Belum tau hasilnya, gue kagak tau dah si bos kenapa sih masa gue udah hampir tiga kali ngajuin novel ditolak terus capek gue" ucapnya.
Mereka berdua terus berjalan keruang kerja masing-masing saat sudah sampai di depan kantor...
Siapa yang tidak kenal dengan Kanya Putri penulis novel terkenal di kota Bandung bahkan saat ini nama gadis yang berusia 22 tahun itu sedang naik daun. Kanya memulai karirnya sejak dia berumur 17 tahun setelah kematian kedua orang taunya dia hidup sebantang kara dan sejak itu pula dia bertekat untuk menjadi seorang yang sangat populer dan akhirnya apa yang iya ingin kan tercapai, karena perjuangan kerasnya yang tidak mengenal kata putus asa. Sudah berbagai rintangan yang Kanaya lewati tapi dia tidak pernah menyerah begitu saja, jatuh bangun sudah pernah dia rasakan...
Tapi entah mengapa sudah dua minggu ini Kanya hanya mengajukan satu karya selalu ditolak oleh bosnya bahkan sudah tiga kali penolakan selalu tidak sesuai dengan yang diinginkan. Padahal biasanya jika Kanaya mengajukan sebuah novel tanpa diriview langsung diterbitkan.
Ruang kerja Kanaya...
Tok, tok..
"Masuk" ucap Kanya dari dalam saat ada yang mengetuk pintu kerjanya. Setelah diizinkan Kanaya untuk masuk seorang yang tadi mengetuk pintu segera menghampiri Kanya yang sedang sibuk didepan laptopnya.
"Permisi, Mbak Kanaya" ucap orang itu sopan.
"Iya ada apa?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari depan laptop.
"Mbak dipanggil bos"
"Baik, saya akan segera kesana"
"Kalau gitu saya permisi Mbak" ucapnya sopan.
Setelah kepergian pegawai penyampai pesan tadi, Kanya segera berdiri dari kuris kerjanya untuk melangkah keluar menemui sang bos yang entah sudah dua minggu ini memiliki dendam apa pada dirinya sehingga novel yang dia ajukan ditolak terus-menerus secara berurutan...
Disinilah saat ini Kanya berada dihadapan bosnya yang masih muda itu.
"Maaf pak ada apa ya?" tanyanya dingin pada sang bos.
"Apa kamu pantas bicara sedingin itu dengan bos sendiri?" sindirnya.
'Bos sialan coba aja kalau novel gue kagak ditolak terus gue juga kagak bakal kesel sama lu, lu punya dendam apa sih sama gue sebenernya?' ingin sekali rasanya Kanya mengeluarkan unek-uneknya yang sudah dua minggu ini dia pendam tapi apa lah daya Kanaya.
"KANAYA!!" terika bos Kanaya.
"Ee, iya pak ada apa?" tanyanya polos.
"Makanya janggan bengong!" tegasnya.
"Iya Pak Aris maaf"
"Sudah, saya nyuruh kamu kesini ini bukan untuk berdebat dengan kamu, tapi saya menyuruh kamu kesini mau membahas soal novel kamu yang kemaren kamu serah kan sama saya"
"Baik pak"
'Semoga aja kali ini novel gue diterima' batin Kanya.
"Novel kamu bagus tapi masih ada yang kurang"
"Masih kurang Pak!!" ucap Kanaya memotong pembicaraan.
"Kamu bisa dengerin saya ngomong dulu tidak, tidak sopan memotong pembicaraan orang lain paham!, saya sudah sering mengingatkan kamu tapi masih saja"
"Iya pak maaf"
'Salah lagi dah gue dasar bos sialan' batinya.
"Jadi agar novel kamu lebih menarik kamu harus menambahakan latar belakang desa. Nah untuk itu agar novel yang kamu buat berkesan alami kamu harus cari tau tentang pedesaan, dan kamu sendiri yang akan terjun langsung"
"Maksud bapak saya mendatangin desa gitu Pak?" tanya Kanaya ragu.
"Iya, berangkat ke Lampung sekarang!" perintah bosnya tanpa mau dibantah.
"Ta-pi"
"KANAYA!!"
"Iya pak, iya ngomong jangan ngegas mulu napa, tapi saya ada temennya gak pak?"
"Ajak Lita, tapi kalau dia masih banyak pekerjaan terpaksa kamu pergi sendiri"
Setelah perdebatan panjang Kanaya dengan bos galaknya dia segera pergi keruang kerja milik Lita yang berada di lantai tiga.
"Litaa!!" panggil Kanaya pada teman kerjanya itu saat dia sudah masuk ke dalam ruang kerja Lita..
"kenapa Nay?"
"Ayok temenin gue ke Lampung" pintanya tanpa basa basi.
"APA KE LAMPAUNG!!" kaget Lita.
"Bisa gak sih lu kalau ngomong itu jangan terika-teriak pendengaran gue masih bagus" ketusnya.
"Hehe iya maaf deh, tapi ngapain lu ke Lampung?"
"Disuru liat suasana desa disana biar novel gue lulus riview, jadi gimana kerjaan lu kagak lagi numpuk kan?" tanya Kanaya pada Lita saat ini dia berharap perkerjaan Lita sedang sedikit.
"Maaf Nay kagak bisa, kerjaan gue dari tiga hari kemaren belum kelar, maaf banget ya Nay" ucap Lita tidak enak hati.
"Ya gak papa terpaksa gue berangkat sendiri" ucapanya lemas, sambil berlalu kelaur dari ruang kerja Lita setelah berpamitan pada Lita.
Setelah keluar dari gedung perusahaan Kanaya segera menuju parkir mobil dimana mobilnya dan beberapa orang pegawai terparkir sempurna disana.
"Kapan gue bisa liburan sih? emang dasar bos gila masa semuanya disuruh kerja ekstra salah sedikit langsung suruh perbaiki tanpa henti" Kanyan mengumpati bosnya itu saat dia sudah mulai mengemudi mobil pribadinya..
Saat di perjalanan mobil Kanaya melaju dengan mulus tanpa ada kendala sedikitpun, tapi secara bersama ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat kencang dari arah berlawanan, Kanaya sempat menghindari mobil tersebut, tapi saat Kanaya ingin menginjak pedal rem mobil miliknya tiba-tiba saja rem mobil itu sudah blong sehingga Kanaya kehilangan kendali tasa kemudinya.
Brak...
Brak...
Brak...
Suara benturan mobil Kanaya yang menabrak tiang listrik besar yang ada dipinggir jalan dan menabrak pembatas jalan membaut semua pengemudi yang melajut dijalan tersebut berhenti..
"Inalilahiwainalillahiroj'un!!" ucap beberapa pengemudi yang menyaksikan kecelakaan teragis tersebut.
Mereka segera mendekati mobil Kanaya yang sudah hancur lebur bahkan tubuh Kanaya saja hampir hancur wajahnya sudah tidak bisa dikenali lagi.
"Siapa dia?" tanya beberapa pengemudi, sedangkan tubuh Kanaya sudah terpental dia juga sudah tidak sadarkan diri.
"Coba periksa siapa tau ada petunjuk keluarga korba dari dalam tasnya" ucap seorang pengemudi, karena hanya tas Kanaya yang utuh.
Semua orang yang berada disana berbagi-bagi tugas untuk mengursi tubuh Kanaya yang sudah tidak sadarkan diri..
"Bagaimana apa dia masih bernyawa?" tanya beberapa orang pada seorang pengemudi yang sedang memeriksa tubuh Kanaya. setelah mengecek keadaan Kanaya pengemudi tersebut hanya mengelengkan kepala atas pertanyaan yang dilontarakan oleh beberapa orang.
"Jadi dia sudah tidak bernyawa lagi?"
"Iya benar sekali"
"Inalilahiwainalilahhiroj'un!!" ucap mereka yang berada disana kompak turut berduka atas kematian Kanaya yang sangat teragsi.
Di tempat lain tepatnya di kota Tangerang di hari yang sama dengan hari kematian Kanaya. Hari jum'at 15 April 2011 seorang gadis jatuh dari sebuah jembatan yang berada didekat sebuah desa, dia terjatuh akibat ketakutan karena di kerjar-kejar seekor anjing, saat samapi di jembatan dia akhirnya memutuskan untuk melompat, sebenarnya dia dikerjai oleh beberapa teman kampusnya, karena dia sering kali menjadi bahan bullyan orang-orang di kampusnya.
"Gue dimana?" tanya Kanaya pada diri sendiri saat ini jiwanya sudah berada di dalam tubuh seorang gadis yang melompat dari jemabatan yang berbeda di kali tersebut.
"Kenapa gue ada di kali? bukannya gue udah mati? akibat kecelakaan, tapi kenapa gue masih hidup? ini aneh" Kanaya bertanya-tanya pada diri sendiri, dia sedang mencerna apa yang sebenarnya sedang menimpa dirinya. waktu mobilnya menabrak pembatas jalan Kanaya masih sadarkan diri tapi saat mobil miliknya terpental Kanaya sudah tidak tau lagi apa yang terjadi pada dirinya karena nyawanya sudah melayang begitu saja.
Kanaya bangung dari pinggiran sungai itu dia ingin pergi dari tempat tersebut, tapi saat Kanaya berdiri dia menyadari satuhal jika ditubuhnya ada yang aneh.
"Arrgg!!" terika Kanaya sekencang-kencangnya ketika dia menyadari jika tubuh yang iya tempati saat ini bukanlah tubuhnya lagi.
"Kenapa tubuh gue jadi begini? mana kucel banget lagi, terus ini apa lagi rambut dikepang asal gini, huhh! " kesel Kanaya.
"Apa mungkin gue bertransmigrasi ditubuh sesoerang? tapi apa tujuannya gue bertransmigrasi ditubuh orang lemah ini, aduh ada-ada aja kenapa jiwa gue kagak bertransmigrasi ditubuh seorang istri peresiden kek, apa ditubuh istri CEO atau gak ditubuh anak orang kayak raya ini malah ditubuh gadis lemah banget, belum aja gue menjelajahi hidupnya udah kerasa kalau orang yang punya tubuh ini sangat lemah buktinya aja mau bangung susah, huhh!!" oceh Kanaya pada dirinya sendiri yang sekarang sudah berada di dalam tubuh orang lain.
Setelah mengoceh tidak jelas Kanaya berusaha bangkit dari tempat tersebut dengan seribu kekuatan yang Kanaya kumpulkan akhirnya dia bisa menggangkat tubul lemah itu yang sekarang sudah menjadi miliknya.
"Huhh, akhirnya gue bangung juga" ucap Kanaya senang karena jerih payahnya tidak sia-sia. Sebelum Kanaya melangkah pergi dari tempat itu dia mengerikan dirinya terlebih dahulu di bawah terik mata hari, karena Kanaya pintar jadi dia tau cara seperti apa yang akan dia lakukan disaat sedang kesulitan.
"Heh! tubuh lemah tenang aja gue bakal bikin lu jadi kuat dan sehat, oh iya gue mau kasih tau rahasia gue kelu dan hanya lu yang bakal tau rahasai gue, karena sekarang lu udah jadi milik gue jadi secara tidak langsung lu bakal tau apa keahlian gue ya kan?" ucap Kanaya pada tubuh yang iya tempati entah dia serius atau sedang menghilangkan jenuh sambil menunggu badanya kering, sudah tau tubuh sendiri masa diajak ngomong memangnya bakal merespon.
"Jadi gue itu pinter terus gue seorang penulis novel terkenal perfek sekalikan gue, tapi sekarang gue udah gak terkenal lagi huhu!!" ucap Kanaya lagi pada tubuh yang saat ini dia tempati.
Saat Kanaya sudah akan beranjak dari tempat itu tiba-tiba saja sebuah cahaya putih mendekat kearah Kanaya.
"Siapa lu?" tanya Kanaya saat cahaya putih tadi sudah mendekatinya dan berubah menjadi sosok seorang perempuan yang hampir seumuran dengannya.
"Aku pemiliki tubuh yang kamu tempatin sekarang" jelas cahaya putih itu yang menampilkan sosok perempuan.
"Sebelum lu cerita lebih lanjut kasih tau dulu nama lu yang merupakan pemilik tubuh ini yang sebenarnya" ucap Kanaya tanpa merasa takut.
"Nama ku Dara Cantika, aku masih kuliah disebuah univerisatas terbuka di kota Tangerang atau UT sekarang umur ku 21 tahun dan aku sudah duduk dibangku semester empat " gadis bernama Dara Cantika itu memperkenalkan dirinya pada Kanaya yang saat ini sudah menempati tubuhnya.
"Jadi lu masih kulaih? dan umur lu satu tahun lebih mudah dari gue?" tanya Kanaya entah itu pertanyaan untuk dirinya sendiri atau dia sedang bertanya pada gadis yang bercahaya putih dihadapannya ini.
'Nasib-nasib kenapa sih masih kulaih? gue paling males dah tapi mau bagaimana lagi sekarang nasib hidup gue bukan Kanaya yang dulu seorang penulis novel terkenal, melainkan sekarang Dara Cantika seorang mahasisawa di kota Tangerang. Huhh, kagak bakal terkenal lagi dong gue hiksss' batin Kanaya.
"Tujun lu nemuin gue kesini mau cerita semua tentang hidup lu sekarangkan?" tebakan Kanaya sangat tepat.
Lalu Dara yang menyerupai cahaya putih itu menceritakan semuanya pada Kanaya. Dia juga mengatkan bahwa sering menjadi bahan bullyaan di kampusnya. Dara juga mengatakan bahwa dia bisa sampai ditempat ini dibawa oleh Arka Dinata dan sahabatnya yang ingin megerjai Dara tapi tanpa sepengetahuan Arka dan Bagas ada beberapa anak kampus yang mengikuti mereka dan mengerjai Dara dengan anjing.
"Terus, kok lu bisa mati jatuh dari jembatan? kan ini air bisa kali berenang, masa sama anjing aja takut bener-bener parah lu" ucap Kanaya kesel.
"Aku gak bisa berenang dan aku memang paling takut sama anjing" ucap Dara lagi setelah dia menjelaskan semaunya pada Kanaya dan setelah Kanaya melemparkan beberapa pertanyaan pada Dara.
"Nasib lu tragis amat sih!, sama kayak pas gue mati. tapi lebih tragis hidup lu sih, saat gue mati masih mending banyak orang yang bantu" ucap Kanaya pede.
"Gue mau tanya satu hal lagi setelah itu kalau lu mau pergi sihlakan" ucap Kanaya serius.
"Iya tanyakan saja aku pasti akan menjawabnya"
"Kenapa lu gak mau kembali lagi ketubuh sialan lu ini? sekarang malah jadi gue yang masuk kesini?" tanya Kanaya serius.
"Karena aku udah capek hidup dipenuhi kesengsaraan apa lagi aku sering jadi bahan bullyan dan olokan dari pada aku terus hidup lebih baiknya mati sekalian aku lebih tenang. Kalau masalah tubuh aku bisa ada jiwa kamu aku gak tau menau dengan hal itu, mungkin sudah takdir tuhan atau lebih tepatnya kamu masih mau hidup tapi tubuh kamu sudah tidak bisa lagi dipakai, maaf setelah menggunakan tubuh ini hidup kamu akan sedikit sulit, saya permisi" ucap Dara yang berwujud cahaya putih itu setelah dia kembail menjawab pertanyaan-pertanyaan Kanaya panjang lebar tadi dia sudah tidak terlihat dan entah kemana perginya.
"Dasar gadis kurang ajar! masa tanya nama gue aja kagak, terus main pergi gitu aja memang benar-benar, dah" maki Kanaya karena Dara pergi begitu saja.
"Jadi sekarang nama gue bukan Kanaya lagi? melainkan Dara Cantika, baiklah Dara gue bakal merubah hidup lu agar jauh lebih baik lagi dari sebelumnya dan terimakasih atas tubuh lemah ini. Dan untuk ku Kanaya sekaranglah hidup lu yang baru akan dimulai, mari kita lihat siapa yang berani sama gue dan memperbudak tubuh lemah ini" ucap Kanaya yang sekarang sudah menjadi Dara..
Setelah itu dia berjalan menyusui jalan kecil yang berada dipinggir sungai itu..
"Ohh iya, gue barus inget satu hal sekarang ini gue hidup di kota Tangerang dan buka di kota Badung lagi, tapi kenapa dengan bodohnya gue tidak menanyakan masalah keluarga Dara, gara-gara ditubuh lemah semuanya ikut lemas sampek hal penting aja gak ditanya" ucapnya sambil terus berjalan.
Tidak terasa saat ini Kanaya yang berada di dalam tubuh Dara sudah sampai disebuah desa kecil yang terhubung dengan sungai tadi.
"Istirahat dulu kalailah gue" ucapnya sambil meneduh disebuah kursi yang berada di bawah pohon.
Sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti mulus di halaman parkir kampus UT (Universitas Tangerang) saat mobil itu sudah berhenti pintu mobil terbuka sempurna menampakan sosok laki-laki yang berumur 23 tahun itu dia sangat paripurna dengan gaya yang selalu coolnya, wajah yang bagus hidung bangir dan rahang yang sangat tegas, dia berjalan dari parkiran menuju kelasnya yang sebentar lagi sudah akan dimulai. Arka selalu mendengarkan lagu menggunakan hensedt jika pergi keluar apa lagi jika kekampusnya, karena dia tidak ingin mendengar isi kepada orang-orang yang bisa dia dengan sendiri.
"Si Arka tambah ganteng aja ya"
"Si sombong yang populer itu kan? "
"Itu si Arka Dinata kan?cowok sombong anak rektor UT?"
Bisik-bisik para mahasiswa yang kebetulan melihat Arka turun dari mobilnya, sedangkan Arka yang mendengar ocehan-ocehan para mahsiswa dikampus itu tidak peduli, karena dia sudah biasa disebut cowok sombong, tapi dalam hati kecilnya Arka sangat sedih, karena dikira sombong padahal dia tidak berniat untuk menjadi orang yang sombong, karena kelebihan yang Arka miliki membuat dia susah bergaul dengan orang lain hanya Bagas lah yang dapat mengerti keadaan Arka dan satu sahabat mereka yang sekarang tinggal di desa.
Sesampainya Arka dikelas dia sudah disambut dengan Bagas yang setia menunggunya walaupun sering sekali Bagas kena semprot oleh Arka jika salah sedikit saja tapi Bagas tetap setia terhadap Arka.
"Buset si Onwer, udah key apa aja sok cool" batin Bagas dia lupa kalau Arka bisa mendengarnya.
"Sialan lu, mau gue buang ya? gak usah ngumat gue, gue denger apa yang lu omongin lu lupa tau pura-pura lupa hah?" kesal Arka saat dia sudah mendekat kearah Bagas.
"Kenapa gue lupa? kalau dia bisa denger yang gue omongin sendiri, bego banget dah gue" batin Bagas lagi.
"Emang lu bego, udah gue kasih tau masih ngebatin aja lu" sini Arka.
"Iya deh maaf, gue lupa kalau lu bisa dengen apa yang gue bilang pada diri sendiri"
Saat keduanya sedang mengobrol seorang dosen memasuki kelas diikuti oleh beberapa mahsiswa lainnya. Karena merasa malas Arka tidak memperhatikan dosen yang sedang mengisi kelasnya tapi tanpa Arka sadar sedari tadi dosen laki-laki parubaya itu memperhatikannya.
'Mentang-mentang anak rektor gak memperhatii apa yang lagi dijelasin' batin dosen tersebut.
Arka yang merasa ada yang sedang mengumpatinya segera mencari siapa orang tersebut matanya menyusuri seluruh ruang kelas sampai akhirnya tertuju pada dosennya sendiri yang sedang menerangkan materi di depan.
'Wah bener-bener tu dosen malah ngatain gue dikira gue kagak denger apa huh, tambah males kan gue kalau kayak gini' batin Arka saat dia sudah menemukan siapa orang yang telah mengumpatinya tadi.
setelah kelas usai Bagas segera memberi tau Arka dengan ulah mereka kemaren.
"Ar sini gue mau ngomong" ucap Bagas saat Arka barus saja akan meninggalkan kelas mereka.
"Apa?" tanya Arka sambil dia memberhentikan jalannya sebelum kembali melaju.
"Lu lupa kemaren abis nyasarin anak orang? emang lu kagak kasian sama dia?" tanya Bagas pada Arka, karena kemaren dia dan Arkan membawa Dara pergi ke desa kecil yang tidak diketahui Dara sedangkan saat ini kedua orang itu tidak tau sekarang seperti apa nasib gadis culun yang malang itu.
'Mampus kenapa gue bisa lupa sih, dasar culun nyusahin aja' batin Arka.
"Kita jemput dia sekarang" ucap Arka tanpa basa-basi, keduanya segera menuju parkiran untuk mengambil mobil Arka.
Mobis sport berwarna hitam itu kembali melaju setelah terparikir selama satu jam dihalam parkir kampus.
"Ar, gimana kalau misalnya terjadi apa-apa sama Dara disana, atau bisa aja nyawanya udah melayang kan kita ninggalin dia tanpa makanan dan lain-lain" ucap Bagas saat keduanya sudah mulai menyusuri jalan dengan mobil sport hitam milik Arka.
"Woi, bagas lu kagak usah nakut-nakutin gue ya bilang nyawanya melayang lagi, anak orang itu" kesel Arka berada disebelah Bagas yang sedang mengemudikan mobil Arka.
"Kan gue bilang misalnya, kenapa lu khawatir banget?" tanya Bagas penuh selidik.
"Lu mau kalau misalnya itu si culun beneran hilang nyawanya dan kita dituduh bunuh anak orang, lu mau?" sinis Arka pada Bagas.
"Ya gak lah, kali aja gue mau dipenjara, paling anti ya gue kalau masalah kayak gitu, lu sendirikan tau kalau gue orang baek-baek" jawab Bagas bangga sambil dia masih terus fokus menyetir.
"Baik dari mananya lu? dia lihat dari mana-mana aja lu kagak ada baek-baeknya" ucap Arka sambil memukul lengan Bagas kuat.
"Woi, lu mau kita mati dijalan?" kesel Bagas saat Arka memukul lengannya tadi.
"lu marah sama gue? kalau mati lu aja" ucap Arka dengan mata yang menatap Bagas sangat tajam.
"Mampus kayaknya gue salah ngomong deh" batin Bagas.
"Sadar kalau lu salah?" tanya Arka padahal tidak ada yang bicara.
"Lupa gue kalau lu masih bisa denger apa yang ada dibenak gue" ucap Bagas.
Setelah satu jam mengemudikan mobil milik Arka akhirnya mereka bedua sampai di desa kecil tempat mereka meninggalkan Dara kemaren.
"Dimana lagi tu cewe culun?" tanya Arka entah pada siapa saat mereka berdua sudah keluar dari mobil.
"Udah ayok cari" ajak Bagas sambil menarik tangan Arka, kini keduanya menyusuri desa tersebut sampai pada sebuah pohon yang cukup rindag Bagas melihat Dara yang sedang duduk di bawah pohon itu.
"Nah, itu orangnya akhirnya ketemu juga" ucap Bagas sambil berjalan kearah Dara yang sedang berteduh sedangkan tangannya masih menarik tangan Arka.
"Lu mau gue bunuh Gas?" kesel Arka, karena Bagas tak kunjung melepaskan tangannya.
"Ups, sorry gue lupa" dengan segera Bagas melepaskan tangan milik Arka yang sedari tadi dia pegang.
"Akhirnya lu ketemu juga cewe culun" ucap Arka saat sudah berada di bawah pohon yang teduh itu.
"Hah, siapa? dan kalian siapa?" tanyanya seperti orang bodoh.
"Buset lu barus aja ditinggal satu hari udah pikun aja, apa jangan-jangan lu ilang ingatan ya Dar?" ucap Bagas.
'Bener juga gue lupa kalau sekarang gue bukan Kanaya tapi Dara, kenapa gue jadi lemot gini sih' batin Kanaya yang berada ditubuh Dara.
"Woi, culun kenapa bengong?" tanya Arka sedikit berteriak.
"Gak, ya udah yok gue mau pulang" ucap Kanaya yang sekarang sudah menjadi Dara.
"Lah, berani banget lu?" ucap Bagas tidak percaya.
"kenapa gue harus takut emang lu berdua makan orang kagakkan?" tanya Kanaya dengan berani.
"Lu udah berani ngomong lu gue ya culun" ucap Arka penuh selidik.
"Udah ayok pulang" ajak Bagas
Saat Bagas hendak melangkah tangan kirinya dipegang oleh Kanaya sihingga dia terpaksa memberhentika langkahnya.
"Kenapa Dar?"
'Jadi dia Bagas dan cowok angkuh ini si Arka orang yang selama ini Dara suka, baik lah Arka mari kita mulai permainan yang seru' batin Kanaya saat dia bisa melihat masa lalau yang yang ada pada diri Bagas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!