NovelToon NovelToon

NONA MAFIA DAN DOKTER MENAWAN

TUGAS KHUSUS

"Demi Tuhan Tara, aku bersumpah ... aku sungguh tidak melakukannya!"

Lucia Fernandes, wanita berumur dua puluh empat tahun itu terlihat sangat berantakan.

Rambutnya yang biasanya tergerai indah nampak awut-awutan, make up yang biasanya begitu pas pun kini terlihat menakutkan, apalagi ditambah dengan cairan mascara yang telah meleber kemana-mana

namun meskipun demikian Lucia seolah tak peduli.

Penampilan yang biasanya merupakan point penting bagi seorang Lucia, kini menjadi tidak berarti sama sekali, manakala Lucia menyadari bahwa kemarahan Tara kali ini tidak main-main.

Yah ... pria itu adalah Tara Yudhistira. Orang-orang memanggilnya dokter Tara.

Tara adalah seorang dokter yang sekaligus merupakan wakil direktur di Rumah Sakit milik almarhum ayahnya, yang juga merupakan tempat Lucia bekerja.

Lucia adalah seorang perawat umum lulusan akademi keperawatan, dan mereka telah berpacaran selama kurang lebih tiga tahun terakhir, sebelum akhirnya Tara melamar Lucia secara resmi, menjadikan Lucia sebagai calon istri, sekaligus mematahkan segenap hati wanita lain untuk mendapatkan Tara.

Lucia telah menerima pinangan tersebut dengan penuh suka cita, karena menjadi pendamping hidup Tara adalah impian terbesar Lucia.

Dokter Tara Yudhistira, merupakan pria impian setiap wanita.

Baik, ramah, dan penyayang itulah sifatnya. Tampan, loyal dan memiliki masa depan karir yang cemerlang ... juga merupakan sekian banyak hal baik yang melekat pada sosoknya.

Tara dan Lucia ... mereka nyaris menikah.

Tanggal telah ditentukan, dan semua hal yang telah dirancang oleh event organizer ternama atas sebuah pesta pernikahan nyaris rampung seratus persen ... namun tragedy itu lebih dahulu datang dan menghancurkan semuanya.

Puluhan foto dan vidio mesum yang pemeran utamanya adalah Lucia, tiba-tiba telah menghiasi ponsel Tara.

Pengirimnya adalah seseorang yang tak dikenal, namun Tara bahkan tidak peduli dengan siapa gerangan sang pengirim.

'Bom' telah meledak, dan Tara nyaris tidak mempercayai semuanya ... nyaris gila!

Marah, malu, dan rasa tidak terima karena dikhianati telah membuncah menjadi satu, membuat Tara mengambil keputusan yang tak tanggung-tanggung.

Memutuskan menyudahi hubungannya dengan Lucia, dan semua rencana indah tentang masa depan mereka pun musnah tak bersisa.

"Tara, pliss ... semua yang kau lihat tidak seperti yang kau kira ..." Lucia masih bersikeras memohon.

Wanita itu mencoba menyentuh lengan Tara, namun ia telah ditepis dengan kasar.

"Benarkah?! Lalu katakan padaku siapa wanita itu?! Siapa wanita yang ada di foto dan vidio itu?!"

"Tara dengarkan aku dulu ..."

"Katakan siapa wanita itu, Lucia ...!! Katakan ...!!"

"Tara ..."

"Katakan itu bukan dirimu ..."

"Tara ..."

"Demi Tuhan jangan membohongiku, Lucia. Aku mohon ... tatap mataku dan katakan yang sebenarnya. Jujurlah, karena aku tidak mungkin salah mengenalinya. Wanita di foto dan vidio itu adalah dirimu ... itu wajahmu ... itu tubuhmu ... tahi lalat yang ada di perutmu ... tanda lahir di punggung kirimu ... bekas luka bakar di pangkal atas pahamu ... semua itu berada ditempat yang tepat ..."

Wajah Lucia yang pucat terlihat semakin memucat, bak sebuah kain kafan.

"T-Tara ..." bibir Lucia bergetar hebat, air matanya tumpah ruah.

Detik berikutnya tubuh Lucia merosot jatuh ke atas lantai yang dingin, seolah tak bertenaga sedikit pun.

Semua yang dikatakan Tara tidak bisa lagi Lucia bantah dan kelabui.

Yah ... Tara memang benar.

Itu adalah dirinya.

Wajahnya ...

Tubuhnya ...

Begitupun dengan seluruh tanda serta jejak yang menjadi ciri khas dirinya.

Tara tidak mungkin salah, karena sudah pasti Tara mengenali seluruh lekuk tubuh Lucia, yang telah lebih dari tiga tahun lamanya selalu ia jamah.

"Teganya kau melakukan semua pengkhianatan ini kepadaku, Lucia. Setelah bertahun-tahun lamanya kita bersama, bahkan tinggal menghitung hari, kita berdua akan berada di altar pernikahan, tapi kau malah mengkhianatiku seperti ini ..."

"Tara, maafkan aku, tapi aku mohon, berikanlah aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya ..."

"Tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan. Semuanya telah berakhir!"

"Tidak, Tara, tidak ... sungguh, aku ... aku juga tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi. Aku mohon percayalah kepadaku, Tara ... aku ... aku telah dijebak ...!"

Mendengar itu Tara malah menyeringai. "Benarkah? Lalu kau ingin aku percaya begitu saja ...?"

"Aku mengakuinya, aku memang berbuat salah, tapi demi Tuhan, aku tidak pernah sedikitpun berniat mengkhianatimu seperti ini ..."

"Lalu kau ingin mengkhianatiku seperti apa? Kau bahkan telah pergi bersama pria itu lebih dari tiga kali dalam kesadaran penuh, dan tanpa paksaan sedikitpun. Apa kau lupa bahwa kau adalah wanita yang sudah memiliki kekasih, bahkan hendak menikah dalam hitungan hari ...?!"

"Maafkan aku ..."

"Tidak, tidak bisa ..."

"Tara, tolong jangan mengambil keputusan berdasarkan emosi ...".

"Diamlah, Lucia. Apapun yang kau katakan, semua itu tak ada artinya lagi buatku."

"Tapi pernikahan kita ..."

"Persetan dengan pernikahan!"

"Tara!!"

"Aku tidak sudi menikahimu."

Bak sebuah tanggul yang pecah berantakan, begitulah kiranya pelupuk mata Lucia.

Air mata penyesalannya telah jatuh berlomba-lomba, Lucia bahkan merasa ingin mati saja daripada harus mendengar keputusan Tara yang terucap penuh kebencian.

Pria itu bahkan berlalu pergi tanpa menoleh lagi, meskipun Lucia berteriak memanggil namanya berkali-kali.

"Taraaaa ...! Tolong kembali, Tara ...! Tara plisss ...!!"

Percuma.

Punggung Tara benar-benar hilang dibalik pintu apartemen Lucia, dan tak pernah lagi kembali.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Itu upahmu ...! Ambillah ...!"

Alga melemparkan buntelan uang yang terikat menjadi satu kesatuan keatas meja, dimana seorang pria tampan duduk disana dengan kepala tertunduk takjim sejak awal, tak berani menentang kilau dari sepasang mata yang bersinar tajam, bak seekor harimau betina.

"Apakah menurutmu itu cukup?"

"Cukup Nona, i-itu ... itu bahkan lebih dari cukup ..."

Alga menyeringai mendapati wajah yang gugup namun terlihat semringah, begitu ujung jemari pria itu menyentuh sedikit segepok uang diatas meja, seolah ingin menguji keasliannya.

"Ambillah itu Fred ..."

Pria yang disapa Fred itu mengangkat wajahnya perlahan, berusaha menatap Alga ragu.

"Ambillah ... seperti yang telah aku janjikan sejak awal, semua uang itu kini menjadi milikmu." pungkas Alga lagi mengetahui keraguan yang masih menyelimuti pria bernama Fred itu.

"B-baiklah Nona,"

Perlahan namun pasti, akhirnya Fred memberanikan diri mengulurkan tangannya yang gemetar keatas meja, meraih segepok uang yang adalah upahnya, upah atas sebuah pekerjaan yang sebenarnya bukanlah merupakan hal yang terlalu sulit untuk dilakukan dengan kapasitas wajahnya yang tampan.

Yah, Alga memang memerlukan seorang pria tampan, demi memuluskan rencananya, yakni menarik perhatian seorang wanita matre yang dua minggu lagi akan menikah.

Lucia Fernandes.

Alga telah merancang semuanya dengan begitu rapi.

Sehingga hanya pada pertemuan ketiga, pada akhirnya Lucia pun bertekuk lutut dihadapan Fred yang memang sengaja gencar mendekatinya.

Lagipula wanita ja lang mana yang akan menolak, didekati pria tampan bermodalkan mobil SUV keluaran terbaru, yang loyal dan menghamburkan uang tanpa tanggung saat menyenangkan wanita, serta bersedia menghadiahkan sebuah kalung berlian mewah usai sebuah makan malam romantis?

Seorang Tara Yudhistira bahkan terlupakan begitu saja oleh Lucia, saat Fred datang dengan segala kemewahan ... yang sengaja menipunya!

Fred memang tampan. Alga hanya perlu memolesnya sedikit dan membekali pria miskin itu dengan mobil mewah, meminjamkan sebuah kartu kredit no limit, dan senjata pamungkas yakni sebuah resevasi dinner mewah disebuah kamar presidetial suite sebuah hotel bintang lima.

Berbekal sedikit wine serta kalung berlian mewah yang sayangnya itu palsu ... Lucia Fernandes pun jatuh kedalam jebakan Alga dengan mudah.

Fred pun mengeksekusi misi terakhirnya dengan mengambil keuntungan atas Lucia, sambil tak lupa mengabadikan moment malam itu dengan sempurna, sehingga menghasilkan puluhan foto akurat, beserta video yang sangat panas, sesuai permintaan Alga.

Detik berikutnya Fred terlihat berhasil mengapai uang tersebut. Tangan pria itu gemetar saat membawa uang tersebut kedalam pelukannya.

"Pergunakan uang itu dengan baik, jangan hanya kau habiskan untuk berfoya-foya semata." ucap Alga kemudian, masih dengan intonasi suaranya yang dingin.

"Tentu, Nona. Tentu. Aku akan menyerahkan sebagian uang ini kepada ibu sebagai modal untuk membuka warung, sebagian lagi akan aku gunakan menebus hutang kami kepada beberapa tengkulak. Jikalau uangnya bersisa, akan aku gunakan untuk membuka sebuah tabungan, agar menjadi bekal disaat adik bungsuku masuk sekolah menengah atas ..."

Alga manggut-manggut mendengar rencana penggunaan uang dari pria yang ada dihadapannya.

Jauh didalam lubuk hatinya, Alga merasa lega saat mendengar rencana mulia Fred atas uang tersebut, yang merupakan upah atas keja keras Fred dalam menjalankan tugas khusus dari Alga, yakni menggoda seorang wanita ja lang.

...

NEXT tapi jangan lupa di LIKE dan SUPPORT dulu yah ... 🤗

TARA DAN ALGA

Lima belas tahun yang lalu ... berita tentang sebuah kecelakaan maut, yang terjadi di jalan utama kota Perlin sehingga menewaskan empat orang sekaligus itu, telah menjadi trending topic diseluruh pelosok negeri.

Mengapa demikian?

Mengapa beritanya begitu gencar?

Semua itu dikarenakan dari ke-empat korban tersebut, semuanya telah meregang nyawa secara tragis, langsung ditempat kejadian perkara, tanpa ada satu pun yang sempat dilarikan ke rumah sakit.

Saat mayat ke-empat korban kecelakaan maut dari dua buah mobil mewah itu teridentifikasi oleh pihak berwajib, publik pun otomatis dibuat gempar, karena para korban yang berjatuhan, ternyata bukanlah orang dari kalangan sembarangan.

Mobil mewah yang melaju dari arah timur dikendarai oleh seorang pria paruh baya bernama Thomas Yudhistira, dengan sang istri Elma yang berada disampingnya.

Thomas Yudhistira adalah seorang dokter spesialis jantung ternama, yang saat itu juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit swasta terbesar di kota Perlin.

Sementara mobil mewah satunya yang melaju dari arah barat dengan kecepatan tinggi, dikendarai oleh seorang pria bernama Fernando Rudolp, yang kala itu ia pun sedang berada didalam mobil bersama sang istri, Jessica.

Pasangan suami istri itu dikenal sebagai pemimpin tertinggi dari Klan Rudolp, sebuah organisasi dari mafia berbahaya berkelas internasional, yang berkedok perusahaan dengan berbagai multi transaksi ekspor impor terbesar didalamnya.

Dimata publik, Klan Rudolp terlihat seolah mitra penting pemerintah dalam laju perekonomian secara global.

Mereka juga selalu mengambil bagian yang penting dalam berbagai misi kemanusiaan.

Rakyat Perlin tidak pernah peduli dengan isu miring tentang Klan Rudolp sebagai musuh negara terselubung, yang diakibatkan oleh kejahatan mereka, yang disinyalir berdampak secara international.

Sebagai pimpinan tertinggi dari Klan Rudolp, pasangan suami istri Rudolp sangat dicintai oleh rakyat kalangan menengah ke bawah, oleh karena mereka juga sangat jeli, sehingga bisa membuat negara dengan segala hukumnya ikut tunduk dan buta oleh kekuasaan tak terbatas.

Pada kenyataannya, dalam dunia mafia, Klan Rudolp adalah Klan yang sangat disegani. Klan yang sangat berkuasa juga berbahaya.

Untuk itulah kematian pasangan suami istri Rudolp bisa jadi merupakan kesedihan besar bagi sebagian orang, namun menjadi berkah tak terhingga oleh sebagian orang yang lain, terlebih oleh beberapa Klan mafia yang menjadi rival Klan Rudolp selama ini.

Berbagai intrik dari sebab-musabab kecelakaan terus menghiasi media masa. Banyak yang mengatakan bahwa kecelakaan tersebut adalah hasil rekayasa persaingan dan kesengajaan.

Namun pada akhirnya, polisi akhirnya menutup kejadian tersebut sebagai bentuk dari kecelakaan murni akibat kelalaiaan para pengemudi.

Seiring waktu berlalu ... lambat laun kejadian itupun menghilang dari setiap benak, hanya menyisakan trauma yang mendalam dihati dua bocah berumur dua belas tahun.

Tara Yudhistira, putra tunggal pasangan suami istri Yudhistira, dan ...

Alga Rudolp, putri semata wayang mendiang pasangan suami istri Rudolp.

Saat kejadian tragis itu terjadi, demi menutup akses media yang hendak melakukan pemberitaan dalam kondisi fisik dan mental yang terpuruk, kedua bocah tersebut telah disembunyikan dari seluruh pemberitaan.

Tara Yudhistira, telah diterbangkan keluar negeri oleh dokter Harry Yudhistira, adik kandung sang ayah.

Sementara Alga Rudolp, demi keselamatannya sebagai penerus tunggal Klan Rudolp, juga telah disembunyikan identitasnya sedemikian rupa oleh Albert, yang merupakan adik kandung mendiang ayahnya.

Kemudian lima belas tahun pun telah berlalu ...

Tara Yudhistira telah menjelma sebagai pria dewasa berumur dua puluh tujuh tahun.

Dia seorang dokter bedah ternama, yang merupakan wakil direktur Rumah Sakit swasta terbesar milik keluarga Yudhistira, yang dikepalai oleh dokter senior Harry Yudhistira.

Dalam lima belas tahun terakhir, pria itu hidup dengan baik, mendapatkan kasih sayang yang tak berkurang, serta berhasil meraih gelar dokter ahli di usianya yang tergolong muda.

Karir dokter Tara sungguh cemerlang, ditambah lagi dengan sebuah hubungan percintaan yang manis.

Sementara itu ... Alga Rudolp pun telah menjelma menjadi seorang gadis dewasa, yang juga berumur dua puluh tujuh tahun.

Dalam lima belas tahun terakhir, kehidupan wanita itu seolah berbalik seratus delapan puluh derajat dari kehidupan Tara.

Kehidupan yang keras, pertikaian antar organisasi yang selama ini menjadi rival, perselisihan interen yang menyebabkan satu persatu pengkhianatan demi pengkhianatan terus terjadi dalam Klan Rudolp, sepeninggal mendiang sang ayah.

Albert Rudolp, sang paman, tidak mewarisi kehebatan serta kharisma seorang Fernando Rudolp. Albert juga tidak selihai dan selicik kakaknya Fernando.

Tak heran jika dalam kurun waktu lima belas tahun, Klan Rudolp nyaris hancur dan tenggelam, membuat Alga yang setiap hari melihat kehancuran demi kehancuran nekad meminta Albert yang telah berusia senja, untuk mengambil alih kepemimpinan.

Usai peralihan kekuasaan, dalam dua tahun terakhir Alga telah mengambil alih tampuk kepemimpinan.

Misi pertamanya sukses besar, saat Alga berhasil menyelundupkan senjata sekaligus narkotika dalam jumlah besar, mengelabui semua petugas dan aparat negara, serta mencurangi dua Klan mafia yang hendak menyabotase operasi tersebut.

Tidak hanya sampai disitu saja, misi kedua, ketiga, dan beberapa misi kemudian terus menuai kesuksesan.

Dalam sekejap mata, Alga Rudolp telah menjadi buah bibir di kalangan mafia, menjadikan dirinya seorang wanita yang disegani sekaligus ditakuti.

Cantik dan berbahaya. itu adalah dua padanan kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Alga Rudolf.

Perlahan-lahan organisasi yang sempat mati suri itu kini mulai kembali melebarkan sayapnya.

Para anggota setia namun telah tercerai-berai pun kembali merapatkan diri, menyerahkan pengabdian mereka kembali untuk Alga, sang penerus asli Klan Rudolp.

Alga, adalah gambaran penuh seorang wanita muda yang enerjik, tegas, dan bernyali. Alga bahkan tak segan melenyapkan sebuah nyawa, jika dirasa bisa membahayakan misinya. Sikapnya yang nekad dan pemberani membuat semua pengikut Klan Rudolp tunduk tanpa syarat dihadapannya.

Namun tak ada satupun yang tahu, bahwa sebenarnya cita-cita terbesar seorang Alga Rudolp adalah mendekati seorang pria bernama Tara Yudhistira, kemudian mengacaukan hidup sempurna pria itu, apapun yang terjadi ....!

Alga tidak ingin lagi membuang waktu, dan ia telah berhasil mencari tahu semua hal yang menyangkut Tara.

Tara Yudhistira, atau dokter Tara, diketahui dalam waktu dekat akan menikahi seorang gadis yang menjadi pilihan hatinya.

Dari informasi itulah kemudian hati Alga mulai tergelitik untuk mulai menghancurkan kehidupan sempurna milik Tara.

Yah, benar.

Perselingkuhan Lucia adalah hasil dari rekayasa Alga semata.

Alga yang telah lama mengintai keberadaan serta keseharian Tara, kemudian mulai berniat menghancurkan kehidupan pria itu sedikit demi sedikit.

Pada akhirnya Alga telah berhasil menghancurkan rancangan indah pernikahan Tara, saat menggiring Lucia untuk mengkhianati Tara.

"Ini baru awal, dokter Tara ... kita berdua bahkan belum bertemu secara langsung satu sama lain, meski hanya untuk berjabat tangan ..."

Begitulah kira-kira isi benak Alga saat ini, yang telah dipenuhi oleh beberapa tekad kuat sekaligus, berharap bisa menghadiahkan Tara penderitaan paling keji dan berlipat ganda ... yang sudah pasti tak terlupakan ...

...

NEXT, tapi sebelumnya jangan lupa di LIKE dan support yah ... 🙏

PERGI

"Paman, aku akan pergi."

Harry Yudhistira terlihat menatap Tara dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Harry telah mendengar semua desas-desus yang mewarnai seluruh area rumah sakit dalam seminggu terakhir, namun ia memilih tidak mendesak Tara untuk membuka rahasia pribadinya.

Meskipun demikian Harry tetap percaya, bahwa rencana pernikahan yang telah berada didepan mata, dari keponakan yang telah ia anggap bak anaknya sendiri itu tidak mungkin digagalkan Tara begitu saja.

Pasangan kekasih yang bertengkar itu sudah biasa, dan saat menuju hari pernikahan, sering terjadi ketegangan dan tekanan.

Harry menganggap semuanya masih dalam kondisi yang wajar, karena banyak pasangan yang mengalami hal serupa.

"Tara, apa maksudmu dengan pergi?" tanya Harry, yang enggan berspekulasi lebih dalam.

"Aku ingin menenangkan diriku setelah semua ini ..." Tara tertunduk dengan wajah yang lesu.

Selama seminggu terakhir Harry tidak bertemu Tara, karena selama itu pula Tara tidak pernah datang ke rumah sakit.

Isu mengenai pertengkaran hebatnya dengan Lucia tunangannya telah merebak keseluruh pelosok rumah sakit, namun Harry masih mencoba berpikir positif, kendatipun pekerjaan Tara telah terbengkalai karena ketidak hadiran pria itu, yang pada akhirnya seluruh pekerjaannya harus di handle oleh dokter yang lain.

Persoalan cinta memanglah rumit. Tapi sepertinya yang dialami Tara jauh lebih rumit dari apa yang dibayangkan Harry.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Hubunganmu dengan Lucia ..."

"Berakhir, Paman. Hubunganku dengan Lucia ... benar-benar telah berakhir."

Harry terhenyak kaget. "A-appa ...?!"

"Aku telah membatalkan semuanya."

"Tara, segala sesuatu masih bisa diperbaiki jika kalian bicara dengan kepala dingin ..."

Tara menggeleng cepat. "Tidak Paman. Tidak lagi ..."

"Jangan memutuskan sesuatu disaat hatimu masih berada dalam keadaan marah ..."

"Aku memang marah, Paman, tapi untuk satu hal ini, meskipun aku marah ... tapi aku tidak membuat keputusan dengan gegabah." imbuh Tara lagi dengan wajah datar. "Hubunganku dengan Lucia sudah berakhir, dan tidak bisa lagi diperbaiki. Lucia tidak bisa menjaga cinta dan kepercayaan yang telah aku berikan kepadanya, dia telah mengkhianatiku dengan keji dan semua itu ada buktinya. Aku sungguh tidak bisa menerimanya lagi, Paman, hatiku sangat terluka ..."

Mendengar semua penuturan kepedihan dari Tara membuat Harry mengerti, bahwa yang dilakukan Lucia pastilah sesuatu yang tak termaafkan lagi. Karena jika tidak ... Tara tidak mungkin seperti ini.

"Ijinkan aku pergi menenangkan diriku, Paman."

"Baiklah, Tara, aku memahami keputusanmu. Tapi ... kau akan pergi kemana?"

"Kemana saja kakiku melangkah."

"Tapi Tara ..."

"Hanya tiga bulan. Berikan aku waktu tiga bulan, Paman. Tolong biarkan aku, jangan mencariku, dan aku akan kembali sebagai Tara yang baru setelah melewati tiga bulan itu."

"T-tapi ..."

"I promise ..."

Harry pun tergugu mendapati permintaan itu. Lama ia terdiam sebelum akhirnya menghela nafas berat.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat ..."

Tara menatap Harry sejenak, yang juga sedang menatapnya penuh.

"Setelah tiga bulan, kau harus kembali sebagai Tara yang baru seperti yang kau katakan, dan setelah saat itu tiba, kau juga harus berjanji bahwa kau akan siap mengambil alih kepemimpinan rumah sakit ini, untuk menjadi tanggung jawabmu seutuhnya ..."

Tara memang merupakan satu-satunya ahli waris yang tersisa dari keluarga Yudhistira, karena setelah kepergian Thomas Yudhistira, selama lima belas tahun Harry Yudhistira telah mengambil alih kepemimpinan tersebut.

Sampai detik ini, Harry tidak pernah menikah sehingga ia pun tidak memiliki keturunan.

Tara adalah satu-satunya keponakan, juga satu-satunya keluarga yang Harry miliki, disaat umurnya kini mulai beranjak senja.

Dalam diam Tara pun menimbang permintaan sang paman.

Lama Tara merenung, sebelum akhirnya ia pun mengangguk ... menyetujui permintaan sang paman yang akhirnya bisa menghembuskan nafasnya dengan lega.

🌸🌸🌸🌸🌸

Tara telah memasukkan beberapa lembar pakaian, beserta beberapa kebutuhan yang sekiranya akan ia butuhkan sehari-hari kedalam tas punggungnya.

Bak seorang backpacker sejati, Tara memang sengaja tidak membawa banyak barang, bahkan Tara sendiri belum tahu kemana dirinya akan melangkah.

Diluar langit mulai gelap, gerimis pun ikut turun seolah menambah kelamnya malam, sekelam hati Tara, namun kebulatan tekad Tara tak kunjung luntur.

Lima belas menit yang lalu Tara telah memesan taxi online dengan tujuan stasiun kereta api.

Masih belum memiliki tujuan yang jelas setelah itu, karena Tara nanti akan memutuskannya setelah ia tiba di sana.

Meskipun begitu Tara tak lupa membawa passport, visa, dan beberapa kartu dan dokumen penting, yang sekiranya akan ia perlukan dalam perjalanan tanpa tujuan tersebut.

Ponsel Tara terdengar bersenandung lirih, dan Tara mengangkatnya begitu mengetahui itu adalah layanan telepon dari aplikasi taxi online yang ia pesan.

"Halo?"

"Halo, selamat malam, Tuan Tara, saya ingin memberitahukan bahwa saya sudah berada didepan pagar rumah Tuan ..."

"Oh, baiklah, tunggu sebentar saya akan segera turun."

Tara bergegas menyambar tas punggung yang teronggok diatas ranjang besar miliknya, menaruhnya keatas punggung.

Kemudian tanpa membuang waktu lebih lama, ia telah mengayunkan langkahnya keluar kamar dan menuruni anak tangga manual yang ada dirumahnya.

"Tuan Tara, Tuan sudah mau pergi?" tepat diujung anak tangga seraut wajah Bik Sumi menyapa Tara dengan tatapan sendu, disebelahnya berdiri Mang Diman, suami Bik Sumi yang juga merupakan tukang kebun.

"Iya, Bik. Aku titip rumah ini kepada Bik Sumi dan Mang Diman yah ..."

"Tapi Tuan mau kemana?"

Tara terenyum kecut. "Belum tahu, Bik ..."

Kedua pasangan suami istri paruh baya itu nampak menatap Tara dengan tatapan yang penuh kesedihan.

Mereka adalah orang-orang yang hidup didekat Tara setiap hari, jadi lebih kurangnya mereka pun tahu apa yang telah terjadi.

Dalam seminggu terakhir, Lucia selalu datang dengan tujuan menemui Tara, namun sang majikan tidak pernah mempedulikannya sama sekali.

Jangankan sudi bertemu, Tara bahkan selalu menyuruh mereka berdua untuk mengusir Lucia setiap kali wanita itu datang.

Rencana pernikahan Tara dan Lucia yang telah dibatalkan Tara secara sepihak, tentu saja telah menjadi sebuah tanda tanya besar dibenak semua orang, tak terkecuali Bik Sumi dan Mang Diman.

Namun sama seperti yang lain, tak ada satu pun orang yang tahu persis apa penyebab semua keretakan itu karena Tara memilih menyembunyikan perbuatan memalukan Lucia yang telah mengkhianati dirinya, beserta seluruh rekam jejak yang merupakan bukti otentik pengkhianatan Lucia.

Langkah Tara kembali terayun tanpa tercegah, diikuti tatapan sendu Bik Sumi dan Mang Diman yang tak kuasa mencegah kepergian sang majikan.

Diluar, gerimis masih setia tercurah dari langit yang kelam. Tara memilih berlari kecil saat harus mendekati mobil yang terparkir diluar pagar rumahnya.

"Selamat malam, Tuan Tara," sapa sang sopir ramah, begitu Tara menghempaskan tubuhnya dibangku belakang.

"Selamat malam." jawab Tara.

"Stasiun kereta api, kan?"

"Iya, benar."

"Baik, Tuan."

Mobil itupun mulai melaju membelah jalanan yang basah dan mulai lenggang, sementara Tara memilih menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi belakang, mencoba memejamkan matanya yang berat, berusaha menghilangkan pening di kepala yang terus membayang.

Sebelum memutuskan untuk pergi, seminggu terakhir ini terasa sangat berat bagi Tara.

Tara terus mengurung diri, sampai-sampai tubuhnya terasa lemah karena kurangnya asupan makanan.

Tara merasa sangat lemah, bodoh dan menyedihkan. Sungguh ia tak menyangka Lucia bisa mengkhianatinya sedemikian rupa, membayangkannya saja tidak pernah.

Selama tiga tahun lebih Lucia telah menjadi seorang kekasih yang sangat manis dimata Tara.

Meskipun Lucia cenderung manja dan boros, namun Tara bisa memahaminya, selagi ia bisa memenuhi apapun permintaan Lucia, maka Tara tak pernah merasa keberatan.

Apartemen mewah, satu unit mobil, sebuah kartu kredit dan kartu debit, beberapa set perhiasan mahal, dan hadiah-hadiah kecil yang tak terhitung lagi berapa jumlahnya.

Tidak, bukannya Tara ingin hitung-hitungan, hanya saja Tara tak pernah menyangka, jika hanya dengan sekali bertemu pria tampan dengan penampilan yang meyakinkan disebuah cafe tanpa sengaja yang berbuntut tukar-tukaran nomor ponsel, Lucia bersedia diajak kembali betemu untuk yang kedua kalinya.

Di pertemuan kedua pria itu telah berhasil mengajak Lucia makan malam dan menonton film, dan di pertemuan ketiga Lucia bahkan rela diajak bercinta usai diberikan surprise dinner mewah disalah satu kamar presidential suite sebuah hotel mewah bintang lima, yang ditutup oleh hadiah berupa satu set perhiasan yang bertahtakan berlian.

"Dasar murahan!"

Umpat Tara yang kembali mengutuk dalam hati, begitu ekspresi wajah sensual disertai jeritan manja milik Lucia didalam vidio tersebut, seolah terputar kembali dalam benak Tara.

"Tuan, silahkan turun, kita sudah sampai."

Rasanya baru sebentar, mungkin belum sampai dua puluh menit Tara memejamkan matanya, meskipun tidak benar-benar tertidur, manakala suara sang sopir telah mengejutkan Tara sehingga membuka matanya.

"Kenapa cepat sekali ..."

Mengambang.

Tara terkejut saat mendapati situasi yang ada disekelilingnya bukanlah hiruk pikuk suasana stasiun kereta api, melainkan hanya ada gelap gulita.

"Dimana ini?" tanya Tara keheranan.

Sebenarnya Tara mulai panik, namun ia masih berusaha terlihat tenang.

"Ditempat yang seharusnya anda berada, dokter Tara ..."

Tara melotot mendengar nada suara sang sopir yang mulai terasa janggal.

Tara membuka handle pintu mobil, mencoba keluar dari sana secepat kilat.

Namun naasnya begitu Tara keluar, Tara telah merasakan hantaman keras sebuah benda tumpul dibelakang tengkuknya.

"Aaaarggh ...!!"

Jeritan panjang kesakitan milik Tara terdengar memecah malam, sebelum akhirnya Tara kehilangan seluruh kesadarannya, tepat saat tubuhnya tersungkur keatas aspal yang basah ... dan lembab ...

...

Bersambung ...

Jangan lupa di LIKE and SUPPORT yah ... 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!