NovelToon NovelToon

Gairah Cinta Semalam

Chap 1

"Xia, jangan jauh-jauh dari Mama. Kau harus berada dalam jangkauan pantauan Mama."ucap seorang wanita paruh baya dengan gaun ungu yang indah.

Tak jauh darinya seorang wanita cantik dengan gaun merah memanjang hingga menutupi mata kakinya, berdiri dengan segelas minuman berwarna oranye.

Wanita itu bernama Luxia Luna. Gadis malang yang harus merelakan kekasihnya Darren Alexander menikah dengan adik sambungnya, Xenia Tan.

Dikarenakan pria itu kepergok sedang berhubungan intim dengan adiknya. Hingga mau tak mau hubungan yang sudah tiga tahun terjalin harus kandas oleh napsu sesaat.

"Kak!" panggil gadis berwajah cantik namun licik, mendekat dengan seorang pria yang terlihat angkuh dan sombong.

Xia hanya meliriknya, lalu meneguk minumannya.

"Apa kak Xia tak ingin mengucapkan selamat kepada kami?" ucap Xenia dengan mata licik dan senyum sinis dibuat seramah mungkin untuk kakaknya Xia.

Darren memalingkan wajahnya, seolah tak ingin menatap wajah wanita yang kini menjadi kakak iparnya itu.

Xia tersenyum tipis.

"Selamat ya, semoga kalian berbahagia." Xia melempar senyumannya sekilas lalu melengos pergi,

"Tunggu! Kau mau kemana Xia? Jangan asal pergi begitu saja!"sentak Mama nya , Silvia Tan.

"Aku rasa peranku sudah cukup." ucap Xia menoleh, "Aku perlu istirahat untuk persiapan kerja besok." Xia kembali melangkah.

"Xia!" panggil Silvia Tan menyusul menarik lengan Xia."Kau harus tetap berada disini!"

"Apa masalahmu nyonya?"Xia yang sudah geram dengan sikap ibu tirinya itu, menyentak tangannya hingga terlepas berkata dengan dingin."Apa yang mengharuskan ku untuk tetap berada disini?"

"Kita masih punya klien untuk dilayani."ucap Silvia menahan lengan Xia lagi.

"Buat dirimu berguna dengan menemani Tuan Morgan dari Grup XTC."Silvia menarik lengan Xia, dan berjalan entah kemana.

Morgan dari Grup XTC? Apa wanita tua ini sedang melemparkan ku pada pria tua mesum penggila wanita itu? Apa dia sudah tidak waras? pikir Xia tertatih.

"kau layani saja sendiri."

Entah mengapa tubuhnya tiba-tiba tak bisa diajak kompromi. Xia sempoyongan, dan kepalanya terasa pusing, melihat itu Silvia menyeringai.

Wanita tua ini? Apakah dia menaruh sesuatu dalam minumanku? Kenapa tubuhku terasa panas. Batin Xia, mencoba meloloskan diri.

Aku harus kabur, sebelum semuanya menjadi buruk untukku. pikir Xia lagi.

Xia mendorong ibu tirinya kuat-kuat hingga cengkeramannya terlepas. Wanita paruh baya itu tersungkur dilantai.

Waktunya kabur!! batin Xia berlari sekuat yang dia mampu keluar dari ballroom tempat resepsi adiknya.

Silvia menatap Xia yang berlari itu dengan mata merah dan gigi yang mengeretak.

"Jangan kabur kau! Anak haram sialan!"pekik Silvia geram.

Xia tak perduli dengan ucapan ibunya. Xia harus melepaskan diri dari lokasi itu. Tempat pernikahan Xenia dan Darren berada di ballroom hotel ternama. Xia melarikan diri sebelum efek obat yang dia minum bereaksi pada tubuhnya.

"Obat apa yang sebenarnya dia berikan padaku? Kenapa rasanya panas?" Xia yang berlari sempoyongan itu celingukan di lorong hotel.

"Tidak ada tempat bersembunyi. Aku sudah tak kuat lagi untuk berlari." rintih Xia ngos ngosan.

Xia mencoba membuka setiap pintu yang terlihat, namun semua terkunci, hingga dia menemukan satu yang rupanya sedikit ber celah, namun tak terlihat.

Xia memicingkan matanya, Di sisi lain dia mendengar suara ibunya yang menyusul.

"Sial tak ada jalan lain." Xia bergegas berlari memasuki pintu kamar yang sedikit terbuka itu. Lalu menutupnya dan memastikannya terkunci.

Xia yang kelelahan menyenderkan punggungnya pada pintu dan mengambil nafas. Tubuhnya terasa lemas, merosot hingga kelantai.

Sial! kenapa panas sekali? tidak mungkin ruangan ini tak ber AC. Pikir Xia.

Xia berjalan memasuki kamar itu lebih dalam.

Seorang pria berdiri di samping ranjang kamar itu, dengan berbalut handuk di pinggangnya menatap dingin menusuk pada Xia.

"Siapa kau?"

Xia menatap pria itu. Tubuh Xia semakin panas, Entah mengapa Xia sangat ingin menubruk pria itu. Tubuh pria itu begitu menggiurkannya proporsional dan sixpack hingga air liurnya menetes.

"Sial! Kenapa denganku!"gumam Xia terhuyung, dan malah jatuh tepat didepan pria itu. Tangan Xia sempat meraih pegangan, sialnya pegangan itu justru handuk yang melilit di pinggang pria itu hingga ikut terlepas bersamaan dengan Xia yang terjatuh.

"Kaaauuuu!!!" Geram pria itu yang sudah polos saja.

Xia yang terjerembab mendongakkan kepalanya. Matanya melebar sempurna melihat bagian tubuh pria itu, yang wajahnya sudah memerah.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud..."Xia melemparkan handuk ditangannya pada pria itu.

"Ma-maaf!" Xia berusaha berdiri.

Kenapa tubuhku panas sekali, aku semakin gila setelah melihat pria ini. Apa yang sebenarnya ibu masukkan dalam minumanku. pikir Xia akhirnya bisa berdiri walau masih sempoyongan dengan mata berkabut.

Tepat didepan pria itu. "Ma-af, Aku akan pergi."ucap Xia,

Pria itu menahan tangan Xia, menyentuh dagunya dengan jarinya.

Tanpa basa basi pria itu mencium bibir Xia, mengulum bibir ranum yang menggoda itu, menikmati manisnya rasa lidah Xia yang memabukkannya. Pria itu melepas tautan bibirnya, menatap wajah cantik Xia. Lalu menggiring dan mendorong Xia hingga terjatuh di ranjang berukuran king size di kamar itu.

"A-pa yang akan kau lakukan?"tanya Xia dengan mata melebar dan wajah terkejut.

"Karena kau sudah masuk, selesaikan peranmu." ucap Pria itu datar.

Pria itu mencium lagi bibir Xia, menikmati lagi rasa bibirnya yang manis, mengulum lembut lidah Xia. Pria asing itu berpindah menghirup ceruk leher Xia. Aroma yang sama memabukkannya hingga membuat pria asing itu semakin gencar dengan aksinya. Menarik paksa Gaun yang Xia pakai.

"Tunggu! Apa yang ingin kau lakukan?"ucap Xia.

"Aaakkkkggg......"

###

"Hentikan!"rintih Xia dengan tubuh polosnya dibawa tindihan tubuh pria itu. Setelah melewati satu kali pertarungan panjang.

"Jangan lagi! hentikan."ucap Xia dengan mata yang masih berkabut.

"Hmmmppp..... Aku belum puas!"kekeh pria itu, "Kau yang datang sendiri ke kamarku, Kau tak akan ku lepaskan sebelum aku puas."

Sial! Aku malah terperangkap dengan maniak lain. pikir Xia lemas. sudahlah puaskan dia dulu. lalu pikirkan cara untuk kabur.

pria itu menciumnya lagi dan menautkan bibirnya. Bergulum lembut dan kembali beraksi diatas ranjang, hingga keduanya tepar.

Uuuugggghhh...

Xia melenguh, mengerjap dan menggosok matanya. Xia duduk terbangun di atas ranjang. Menatap pria yang kini tertidur disampingnya.

Akhirnya keperawanan ku terenggut juga. Haaaaahh... setidaknya bukan dengan Morgan si maniak sek tua itu. pikir Xia sedikit lega.

Aku akan kehabisan waktu, aku harus segera pergi dari sini. Ini bukan waktunya berkeluh kesah. batin Xia lagi.

Xia menuruni ranjang dan memungut pakaiannya. Xia melirik pria yang masih lelap di ranjang itu. Dengan cepat dia memakai bajunya. Lalu berlari keluar.

Persetan dengan maniak itu. Semoga kelak aku tak bertemu lagi dengannya. batin Xia cepat-cepat meninggalkan kamar itu.

Beberapa saat kemudian pria asing itu terbangun. Dia meraba sisi ranjang yang kosong. Pria itu tersenyum tipis. Dia lalu bangun terduduk. Dan mengambil hpnya menghubungi seseorang.

"Zene! Dalam waktu 10 menit, berikan informasi tentang wanita yang keluar masuk dalam kamarku."titahnya.

"Baik Tuan Zander."jawab suara diseberang sana.

____€€€____

Reader kuuh , kasih semangat dong, biar aku up terus setiap hari.

like dan komen ya

Terima kasih.

Salam___

😊

●●●

chap 2

Zander mengusap wajahnya, Dia duduk termenung di atas ranjang kamarnya. Zander menutup sebagian wajahnya yang memerah dengan telapak tangannya.

"Akhirnya aku justru melakukannya dengan wanita asing yang tak kukenal."gumam Zander heran sendiri.

"Siapa dia?" kenapa dia begitu menggangguku?"

"Aku yang tak suka dengan hal merepotkan seperti wanita, bisa terjebak begitu saja pada wanita asing." Gumam Zander lagi.

"Tadi itu rasanya....." Zander membekap mulutnya sendiri. Wajahnya merona mengingat hal besar yang baru saja terjadi.

Hening sesaat..

"Aku.... ingin mencobanya lagi..."

Sepuluh menit berlalu. Hp Zander berdering. Telpon dari asistennya, Zene.

Zander menempelkan benda pipih itu ke telinganya tanpa mengatakan apapun.

"Nama gadis itu Luxia Luna. 22 tahun. baru saja lulus dari univ X. dan dua bulan bekerja di perusahaan Xander sebagai engenering product di wilayah X. Anak tertua di keluarga Tan." ucap Zene diseberang sana, "Perlukah saya menyampaikan lebih detail?"

"Datang kekamarku sekarang." kata Zander datar menutup sambungan telponnya.

Tak lama Zene masuk saat Zander selesai membersihkan diri dikamar mandi. Wajah pria itu terlihat sangat segar dan cerah.

"Mulai."

Zene memulai laporannya dengan mendetail.

"Karena saya sudah menyampaikan garis besarnya maka yang itu saya lewati ya tuan Zander."

"Heeemmm..." dehem Zander ringan.

"Nona Luxia Luna biasa dipanggil dengan sebutan Xia, hari ini adalah hari pernikahan adik dengan mantan kekasihnya. Acara diselenggarakan di balroom hotel ini, Nona Xia melarikan diri ditengah acara..."

"Tunggu! Lewati saja yang itu tidak penting."

"Baiklah tuan."

"Nona Xia tinggal dikawasan xx dengan seorang ayah dan ibu tiri.."Zene melanjutkan lagi laporannya

"Nona Xia tinggi 165cm berat badan 55kg, berwajah cantik diatas standar, bentuk badan yang....."

"Pas! aku sudah melihatnya."

"Baik tuan."ucap Zene patuh. Ahaa.. rupanya anda sudah melihatnya tuan. sungguh diluar dugaan untuk orang jenis anda. Zene meledek di dalam hati.

"ukuran dalaman L dengan pakaian dalam ukuran B. memiliki hobi tak jelas, suka makanan pedas dan asam. Terutama makanan korea. ukuran sepatu 38. warna favorit.....bla bla bla"

Zene memberi raporan sedetailnya bahkan sampai ukuran pakaian dalamnya juga.

Zander menyesap gelas anggurnya.

"Kita ke rumahnya malam ini." ucap Zander mengenakan kemejanya.

"Baik tuan." Jawab Zene tersenyum senang. Sebegitu tak sabarnya ingin bertemu dengan Nona Xia sampai tak bisa menunggu sampai besok pagi. batin Zene kembali meledek didalam hati.

Anda pasti sangat merinduinya tuan. Zene kembali membatin dengan senyum yang masih mengembang.

Disisi lain,

Silvia memijit pelipisnya, duduk dikursi balroom dimana acara pernikahan Xenia berlangsung.

"Mama? Kamu nggak papa?"

"Anak sialan itu kabur!"

"Apa?"Xenia tersentak kaget, "Mama gimana sih? Kalau kaka mengacaukan pernikahanku gimana?" rengek Xenia kesal.

"Diamlah mama juga kesal tau, gimana mama akan menjelaskan pada direktur Morgan nanti." ucap Silvia lemas masih memijit pelipisnya.

"Bocah tidak tau terima kasih itu."geram Silvia makin kesal,"Awas saja nanti dirumah. Akan ku lempar dia ke kandang babi."

"mama, apakah mama sudah memberikan dia obatnya?"

"Tentu saja!"sentak Silvia makin kesal anaknya justru sibuk mengintrogasinya. "Karena itu jaga suamimu jangan sampai lepas. Bisa-bisa wanita jalllaaang itu mendatangi Darren."

"Dimana Darren?"

"Darren sedang bersama mama mertua, Ma."

"Pergi sana. Pepet dia terus jangan sampai memberi Xia celah."perintah Silvia tegas.

"Iya ma. Xenia pergi. Xenia serahkan urusan Xia pada mama." Ucap Xenia sambil berlari.

"Huuufftt... Dasar!"

"Nyonya Tan.." panggil seseorang dari belakang Silvia, membuat Silvia begidig dan menoleh.

Dilihatnya pria separuh baya bertubuh tambun dengan segelas coktail ditangannya. Wajahnya sudah memerah karena mabuk.

"Bagaimana dengan pelayanan khusus yang anda tawarkan?" tanyanya dengan seringai mesum.

"Sialan kenapa situa Morgan harus datang disaat seperti ini?" gumam Silvia pelan.

"Direktur Morgan!"sapa Silvia dengan senyum dipaksakan dan dibuat riang.

Aku harus mencari alasan. Dari pada dia nanti membatalkan janjinya untuk kesepakatan bisnia dengan perusahaan keluarga Tan. pikir Silvia dengan keringat dingin.

___€€€___

Reader kuuh , kasih semangat donk, biar aku up terus setiap hari.

like dan komen ya

Terima kasih.

Salam___

😊

●●●

chap 3

Xia memutuskan kembali kerumahnya. Di kamar, Xia merendam tubuhnya dalam bathtub. Xia meratapi hidupnya. Malam ini keluarganya menginap di hotel tempat pernikahan Xenia dan Darren dilaksanakan. Dan beberapa hari didepan,mereka ikut berpiknik, sebagai runtutan acara pernikahan Darren dan Xenia.

Keluarga Darren adalah keluarga terpandang, memiliki beberapa perusahaan grup yang cukup besar. Tak ayal pernikahan mereka dilaksanakan dengan meriah dan megah.

Berbanding terbalik dengan Xia, yang hanya seorang anak haram dari hubungan mantan istri ayahnya yang kini menikah dengan Silvia Tan.

Mama Xia meninggal saat dia masih berusia enam tahun. Dan terpaksa Ayah Xia, Alan Tan membawa dan merawat Xia.

Namun, malam ini Xia justru akan digadaikan oleh ibu tirinya sebagai penyambung bisnis keluarga. Memasukkan obat perangsang dan hendak mengirimnya ke direktur Morgan. Pria tua beristri yang gemar memainkan wanita.

Xia menangisi nasibnya. Mencoba membersihkan dirinya. Setelah dia melakukan hubungan terlarang dengan seorang pria asing yang tidak dia kenal.

"Sial! Bekas ****** maniak itu tak juga hilang."gerutu Xia menggosok leher dan bagian dada atas nya.

"Benar-benar maniak. tak ada satupun dari bagian tubuhku yang lepas dari cupangannya. Menjijikkan."Isak nya masih menggosok tubuhnya.

"Brengsekk..." Xia menangisi nasibnya lagi. "Orang tua macam apa yang tega melemparkan anaknya pada predator sek itu."

Xia kembali terisak.

"Tapi Aku hanya anak haram..."rintih nya lagi.

"Tega sekali mereka padaku. Akulah kekasih Darren, akulah yang seharusnya menikah dengannya. Bagaimana bisa mereka mengganti aku dengan Xenia?"

Xia menangis lagi. "Darren, beraninya kau menghianatiku! Aku sudah sangat setia kepadamu! Kenapa kau hianati aku?" teriak Xia meluapkan semua kekesalannya.

"Aku memang anak haram! Lantas apa? Kalian berhak memperlakukan seperti ini? Biadab kalian semua!"

Xia meluapkan semua kekesalannya dengan berteriak dikamar mandi. Setelah puas memaki Xia keluar dari kamar mandi. Mencari makanan untuk mengganjal perutnya.

Tubuh Xia terasa panas dan kepalanya serasa mau meledak. Xia mengambil hpnya, menghubungi sahabat karibnya.

"Halo?" suara seorang wanita diseberang sana.

"Susie , apakah kamu bebas malam ini?"tanya Xia memegangi kepalanya.

"Ya, ada apa?"sambut Suzie dibalik speaker ponsel Xia.

"Aku sakit, bisakah kamu antar aku ke rumah sakit malam ini? tak ada orang di rumah." pinta Xia bersandar pada tembok disampingnya

"Tentu saja. Tunggulah, aku akan sampai lebih cepat dari kelinci yang berlari di atas aspal yang panas."sambut Susie cepat.

"Terima kasih teman." Xia menutup sambungan telponnya.

Xia kembali melangkahkan kakinya, meraba pada tembok rumahnya.

"Pusing! aku harus makan! Aku tak boleh lemah dan kekurangan tenaga." gumam Xia lemas.

Ting tung.

Suara pintu kediamannya berbunyi.

"Siapa yang bertamu malam-malam begini? Keterlaluan."gumam Xia kesal, "tak mungkin itu Susie kan?"

Xia mencoba mengabaikan."Kemana orang-orang disini?" gumam Xia kesal karena suara bel pintu rumah tak kunjung berhenti membuat kepalanya semakin pusing.

"Sial! Aku lupa! Mereka masih melakukan rangkaian acara resepsi pernikahan Xenia." gumam Xia mengumpat-mengumpat.

Xia bersungut mendekati pintu. Membuka pintu depan dan, tiba-tiba semua menjadi terang, sangat terang hingga membutakan matanya. Dan hilanglah seluruh kesadarannya.

Tangan Zander sudah menangkap tubuh Xia sebelum menyentuh lantai.

"Wanita? Kau kenapa?" Zander menepuk-nepuk pipinya.

Panas!? Zander tersentak, wajahnya berubah panik dan khawatir. Apa dia sedang sakit? batinnya.

"Tuan Zander, sepertinya nona Xia sedang sakit. Wajahnya sangat pucat. Bagaimana jika kita bawa ke rumah sakit dulu?"saran Zene Asistennya.

"Kau benar." Zander mengangkat tubuh Xia, dan berbalik.

"Kalian siapa?"pekik seorang wanita dari balik orang-orang pengikut Zander yang ada belasan itu.

Susie sahabat Xia menerobos dan melihat Xia dalam gendongan Zander.

"Xia?" pekiknya panik."Apa yang terjadi?"

"Maaf! Anda siapa nona?" tanya Asisten Zene menghalangi.

"Aku Susie! sahabat Xia. siapa kalian? Dan mau apa?"seru Susie berani.

"Berisik sekali. Xia sakit, aku akan membawanya ke rumah sakit." ucap Zander datar dan dingin. Berjalan melewati Susie.

"Kau boleh ikut."lanjutnya.

Zander membaringkan Xia di jog belakang, dengan Susie memangku kepala Xia. Zander mengambil duduk di belakang kemudi.

"Tuan, biar saya saja yang..."

"Duduk! pasang sabuk pengamanmu!"potong Zander.

Zander mengemudikan mobilnya dengan kecepatan maximal.

Tuhan... apa ini? cepat sekali? bagaimana jika kami mati? Apa tak ada polisi di jalanan?? batin Susie ketakutan.

Tuan, tidak biasanya. Membawa mobil secepat ini. Apakah gadis itu sangat berarti baginya? Ohoo... sepertinya akan ada kejutan yang menarik. batin Asisten Zene dengan senyum kegembiraan.

Sementara itu, di rumah sakit yang dituju.

"Apaa??" pekik ketua yayasan rumah sakit. "Tuan Zander sedang dalam perjalanan kemari?"

"Kenapa beliau mau kemari? Sakit apa?" ucapnya gusar.

"Kami juga tidak tau, tadi hanya telpon tuan Zander akan kemari."

"Haduuuhh.. bagaimana ini jika tuan Zander tidak senang dengan pelayanan kita bisa-bisa rumah sakit ini besok gulung tikar."gumam Ketua yayasan rumah sakit itu makin gusar dan gelisah

"Cepat siapkan dokter dan perawat terbaik dalam waktu 10 menit!"perintah ketua yayasan.

"Apa? sepuluh menit? mana cukup pak ketua?"protes bawahannya.

"Lalu maksudmu tuan Zander harus menunggu begitu? kau mau jadi gelandangan haahh?" sentak ketua yayasan sangat tidak sabar mencengkram kerah bawahannya itu.

"Baik pak ketua. Akan segera kami siapkan."

"Bagus!"

Beberapa menit kemudian.

Mobil Zander sampai didepan rumah sakit, dengan cepat pria itu turun dari mobilnya dan menggotong Xia masuk gedung rumah sakit. Zander disambut oleh belasan dokter dan perawat. Juga ketua yayasan ikut menyambut.

"Selamat datang tuan Zander Zoe."berucap serentak.

Semua orang di sana membungkuk menyambut Zander. Asisten Zene berjalan dibelakangnya, diikuti oleh Susie. Gadis itu merasa aneh dan heran dengan sambutan berlebihan dari para dokter dan perawat itu.

Bahkan ketua rumah sakit pun ikut turun menyambutnya. Siapa sebenarnya pria ini? Bagaimana Xia bisa mengenalnya? batin Susie

"Tangani dia."ucap Zander dingin dan datar, namun beraura tajam membunuh. Membuat bergidik orang orang di sana.

Xia mendapat perawatan khusus. Setelah melakukan beberapa pengecekan, dokter yang bertugas berbalik dan berkata.

"Tu-tuan Zander,"

Dokter itu semakin gugup mendapati Zander menatapnya tajam dengan aura yang mengerikan. Dokter itu menelan ludahnya dengan keras.

"No-nona Xia hanya demam biasa. Setelah mendapat obat, akan segera membaik."ujar Dokter itu makin gugup.

Zander tak mengatakan apapun. Hanya menatap dengan aura mengerikan.

"Sa-saya akan memberinya cairan infus." ucap Dokter itu makin gugup dan gusar.

Setelah memberikan suntikan dan memasang infus, dokter itu pamit undur diri dengan perasaan lega, karena terbebas dari beban tatapan tajam Zander.

Xia ditempatkan diruang VVIP. Susie menatap pria misterius yang sepertinya memiliki pengaruh besar itu.

Zander berdiri di samping brankar rumah sakit, dimana Xia terbaring dengan lelap. Netra nya lekat menatap Xia.

Malam pertama yang merubah segalanya. Jangan menyebutku Zander Zoe jika tidak bisa mendapatkanmu.

___€€€___

Reader kuuh , kasih semangat donk, biar aku up terus setiap hari.

like dan komen ya

Terima kasih.

Salam___

😊

●●●

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!