NovelToon NovelToon

Pembunuh Bayaran Palsu Perenggut Keperawananku

Melarikan diri

Seorang Pria tampan dan cool tampak sedang berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan.

Kreeeek

Hap

Sebuah dompet pun telah berpindah tangan dari seorang bangsawan yang terlihat glamor. Pusat perbelanjaan yang sangat ramai saat itu membuat orang tak memperdulikan satu sama lainnya.

"Maliiiing...." Ketika suara teriakan itu memecah keramaian Mall tersebut, semua orang menoleh ke arah suara tersebut.

"Ada apa Nyonya?" Security Mall tersebut menghampiri Nyonya yang berteriak.

"Pa, Dompet saya hilang, Hp saya juga Pa!"

"Baiklah bu, kami akan melihat CCTV, mari Ibu ikut kami." Wanita itu pun mengikuti paman satpam.

"Nama Ibu siapa?" Tanya satpam.

"Aku Mega, tolong pa!" Security yang berjaga di pos kendali CCTV pun segera memutar ulang kejadian barusan.

"Itu dia, dia meninggalkan tempat kejadian menuju belakang gedung, ayo!"

Semua Security gedung pun di hubungi dan di suruh menangkap pria tersebut. karena pusat perbelanjaan yang sangat luas, maka security pun tentu sangat banyak. Tak sulit untuk mereka menemukan pria itu dengan bantuan instruksi ruang kendali CCTV.

"Itu dia. berhenti! hey, tunggu!"

Gawat

Gumam pria itu. Dia pun melompat dan berlarian di sela-sela parkiran Mobil.

"Tangkap dia, ayo!" Para security itu pun saling berteriak. Namun pria itu begitu lihai berkelit

Hap

Hap

Hap

Beberapa security pun dia lewati dengan mudah. Dia terus berlari dan berlari.

Dor

Pria itu pun tumbang ketika satu peluru bersarang di kakinya. Seorang intel Telah menembak kakinya.

"Aduuuh" Dia meringis mencoba bangun dengan tertatih-tatih dia terus berusaha untuk berjalan. Namun dengan kaki yang bercucuran darah dia kalah cepat dengan para security itu, hingga sesaat sebelum security sampai. Tepat di pinggir jalan raya di depan Mall.

Ceeeeeet

"Cepat naik!"

Pria itu pun melongo.

Hap

Seorang pria bertubuh besar menariknya untuk masuk mobil dan melarikan diri dari tempat kejadian. Dengan menahan sakit di kakinya dia berusaha tetap sadar, walau terlihat wajahnya sudah di penuhi keringat seperti biji jagung.

"Kalian siapa?"

Pria itu pun memindai isi mobil yang dia tumpangi. Ada 5 orang Pria di sana mereka semua bertubuh besar dan berotot.

("Hello Bos, kami sedang di perjalanan menuju ke sana")

("Baiklah, apa kalian mendapatkan sasaran?")

("Iya Bos, kami membawa seseorang yang mungkin bersedia bekerja sama dengan kita")

("Baiklah!")

Tut tut tut

Telepon pun terputus.

"Siapa kalian? mau di bawa kemana aku?"

"Tenang saja, kami akan menyelamatkanmu, ayo ujang ambil peluru di kakinya, yang kain pegangi!"

"Apa? kalian mau mengambil peluru itu tanpa bius? jangan!"

"Cepat, sebelum sampai di rumah Bos darah ini sudah harus berhenti."

3 Orang pun memegangi tubuh dan kaki Pria itu, dan yang di panggil ujang pun dengan sigap mengambil P3K dan mengambil penjepit di dalamnya dan juga obat dan perban.

"Jangan, tolong sakit." Pria itu terus berteriak hingga akhirnya seorang Pria seperti pimpinan disitu pun membekap mulutnya dengan kain. Dia meronta-ronta saat peluru itu di usik dari dalam dagingnya. namun 4 Pria yang menangani itu terlalu kuat, hingga akhirnya Pria,itu pun pingsan.

"Ini dia, selesai." Ujang pun memberi siraman air infus dan obat pada luka yang mengeluarkan darah itu, darah pun terhenti, setelah di beri perban celana Pria itu pun di ganti dengan yang baru. Setelah 1 jam mereka pun memasuki sebuah rumah elit, jalan masuk halaman di hiasi dengan bambu yang tersusun rapi, pucuk bambu saling bertaut satu sama lainnya, hingga menimbulkan kesan di bawah terowongan. Mereka pun memasuki pekarangan rumah yang luas dan berhenti di bawah atap garasi mobil yang luas.

"Selamat pagi Bi, Tuan Bos mana?"

"Beliau menunggu kalian di ruangannya."

"Ujang, ayo bangunkan pria itu! kita akan segera masuk."

Ujang pun menyuruh 3 temannya membangunkan Pria yang terluka tadi.

Buk buk buk 2 teman Ujang memukul-mukul pundak pria itu dengan sendal jepit yang ada di dalam mobil.

"Au, hentikan! sakit, dimana aku?"

"Ayo turun! Bos kami akan memberimu pekerjaan, cepat!"

"Pekerjaan? benarkah?" Pria itu pun turun dan mengikuti 5 lelaki yang berjalan di depannya.

Tap

Tap

Tap

Setelah berjalan melewati beberapa ruangan mereka pun berhenti di depan pintu megah seperti di lapisi emas.

Tok

Tok

Tok

"Masuk."

Ceklek.

"Bos, kami membawa orang ini."

Merek pun mendorong tubuh Pria itu mendekati meja Bosnya.

Mengapa dia menutupi mukanya?

Seseorang yang di panggil bos itu menggunakan separo topeng di wajahnya, jadi hanya separo wajah saja yang terlihat.

"Duduklah, Siapa namamu?"

"e-anu."

"Jawab!" Pria yang terlihat memimpin sejak tadi menyinggol pundak Pria itu kasar.

"Damon pa."

"Damon? nama yang aneh."

"Maukah kau bekerja untuk ku? namun pekerjaan ini sedikit sulit, tapi bisa menghasilkan 1 M uang hanya dalam satu kali bekerja."

"Ha? apa!? 1 M dalan sekali bekerja? pekerjaan apa itu?"

"Kau akan di bimbing selama beberapa kali pekerjaan, setelah merasa kau mampu, barulah kau bekerja sendiri."

"Pekerjaan apa itu Tuan?"

"Kau di larang bertanya, mau atau tidak, hanya itu jawaban yang kami butuhkan."

"Mengapa begitu Tuan, apakah pekerjaan ini sangat sulit?"

"Tidak! sangat mudah krek, selesai, cepatlah! aku tidak banyak waktu untuk meladeni mu Damon."

"Baiklah Tua, saya bersedia."

"Apa kau punya keluarga? karena selama kau bekerja dengan kami, kau di larang berhubungan dengan keluargamu sama sekali."

"Mengapa demikian, pekerjaan apa sebenarnya Tuan?" Damon menjadi khawatir.

"Kau jawab saja, apa kau ada keluarga?"

"Ada tuan, ibu dan seorang adik perempuan."

"Pergilah untuk yang terakhir kalinya temui mereka, katakan kau akan pindah keluar kota atau apa lah alasanmu."

"Baik Tuan."

Damon pun beranjak pergi dan pulang untuk menemui ibunya. Sepanjang perjalanan dia terus memikirkan, alasan apa yang tepat untuk ibunya, agar ibunya percaya bahwa ria mendapat pekerjaan jauh.

Apa ibunya akan percaya?

Lalu bagaimana dengan Adiknya loli

apakah akan percaya begitu saja? bukankah selama ini dia pengangguran akut, kalau ada kesempatan mencuri dia akan mencuri ibu-ibu yang terlihat kaya raya.

Bermacam pikiran pun timbuk di otaknya, pertanyaan pekerjaan yang akan dia lakukan pun belum tau. Tak terasa dia pun sampai ke tempat tujuan.

"Ibu." Damon pun mencium tangan ibunya.

"Kau dari mana saja? itu kakimu kenapa?"

"Tidak apa-apa Bu, cuma jatuh pas ngelamar pekerjaan di proyek bangunan, ayo Bu kita masuk, aku ingin bicara sesuatu.

" Bicara apa itu Mon."

BERSAMBUNG....

Terkejut

Ibu dan anak itu pun masuk. Damon hanya seorang pria lulusan SMA, Sekarang usianya baru berinjak 25 tahun. Dia memiliki adik yang masih kelas 3 SMA seorang wanita cantik langsing dan berlesung pipit.

"Apa yang ingin kau katakan Nak?"

"Aku akan bekerja di luar kota bu, aku mungkin tidak bisa pulang untuk beberapa bulan ke depan, namun nanti aku akan mengirimkan uang untuk Ibu."

"Syukurlah kalau kau sudah punya pekerjaan, Ibu akan merestui setiap langkahmu Nak."

"Ibu sudah makan? ini aku ada bawa sedikit makanan untuk kita makan, tadi ada teman sedang selamatan, dan memberikan sisa makanan yang masih banyak Bu!"

"Ayam opor! waaah ini pasti enak sekali."

Damon pun menatap Ibunya, tak sengaja dia meneteskan air mata di sudut matanya. Mereka hanya orang susah, makan ayam ketika di beri tetangga, atau ada yang selamatan saja, apa lagi ayam sekarang mahal, minyak goreng mahal, mereka hanya makan ikan sungai bakaran, atau hanya di kukus.

"Iya bu, Ibu makan yang banyak, aku sudah makan kok."

#

Damon pun mengingat kejadian tadi.

Tadi sebelum Damon di izinkan pulang. Di Mansion Pak Manae.

"Kau dan keluargamu pasti dalam kesulitan keuangan."

"Iya, Pak!"

"Borak, tolong bungkus lauk pauk dan berikan pada pemuda ini untuk di bawa pulang."

"Baik Tuan."

#

"Nak, ayo makan lagi, ini banyak sekali Nak, adikmu belum pulang, nanti di sisain."

Panggilan Ibu membuyarkan lamunan Damon tentang kejadian tadi.

"Iya Bu," Ujar Damon, dan dia pun mengambil piring dan ikut makan dengan lahapnya. Ibunya pun tersenyum.

Sudah makan, tapi kok makannya kaya yang belum makan berhari-hari

Gumam ibunya dalam hati.

Setelah makan bersama, tepat azan Dzuhur mereka selesai makan. Ibu pun membersihkan piring kotor, sementara Damon terlihat menuju kamarnya dan memasukkan bajunya ke dalam tas.

"Damon!" Panggil ibu dsri balik pintu kamarnya.

"Iya Bu," Jawab Damon.

"Emangnya kerjaan mu sangat jauh ya? sehingga kau harus membawa semua bajumu?" Tanya Ibu lagi.

"Iya bu, mungkin sehari semalam baru sampai, karena masuk ke hutan pedalaman." Jawabnya lagi.

"Kamu harus bisa bawa diri ya, jangan sampai kamu salah langkah kalau berada di kampung orang." Ibunya pun menasehatinya.

"Baik Bu, aku akan menunggu Loli dulu baru berangkat, mungkin bakal lama tidak bertemu." Ucapnya lagi.

Ibu pun keluar.

Brak

Krincing Krincing

"Ibu! ada apa?" Damon lun berlari ke luar.

"Ini ibu punya tabungan mungkin bisa untuk kamu pakai sebelum gajihan." Ibu pun mulai menghitung uang tabungan ibu, dari harga 500- sampai seribuan juga sepuluh ribuan. Ternyata suara gemercik tadi dari tabungan ibu yang di hentakkan dengan sengaja.

"Ibu tidak usah repor-repor karena Damon akan dapat makan dan tempat tjnggal di sana."

Ucapnya lagi.

"Mungkin kau mau beli cemilanatau apa saja Nak."

Ibunya pun menyodorkan uang sebanyak Rp.80.000 ke tangan Damon.Setelah menyerahkan uang, ibu pun kembali ke dapur. tak berapa lama terdengar suara gadis berteriak manja.

"Hello, Loli pulaang."

"Dek, ke marilah!"

Loli pun masuk ke kamar Kakaknya.

"Ada apa Kak?"

"Tolong rapikan baju Kakak semua, Kakak akan bekerja di luar kota, kemungkinan Kakak tidak akan pulang untuk beberapa bulan atau mungkin tahun."

"Emang Kakak kerja di mana?"

"Jauh Dek, ke pedalaman, ayo cepat! Kakak mau mandi trus berangkat," Ucap Damon lagi.

Loli pun segera memasukkan baju celana dan semua barang yang masih di pakai Kakaknya.

"Loli! kamu sudah pulang? ayo makan dulu, ada ayam opor lho!" Ibunya datang dan mengambil pekerjaan Loli.

"Ayam? siapa yang beli Bu?"

"Teman Kakakmu tadi selamatan, jadi di bungkus buat di bawa pulang." Loli pun terlihat senang dan berlari sedikit berjingkrak menuju dapur. Tak berapa lama Damon pun keluar dari kamar mandi belakang, saat melewati dapur, melihat adiknya makan dengan lahap, bahkan dia memasukkan Nasi sepiring penuh hampir runtuh ke meja makan. ?.

("Dek, aku berjanji akan mengirimi mu uang yang banyak, agar kau bisa makan ayam tiap hari.")

Gumam Damon dalam hati.

"Kakak, kenapa memandangiku seperti itu? apa Kakak sudah makan?"

"Sudah Dek, oh ya kaka ke kamar dulu, cepat habiskan makan mu, agar kau bisa antar Kakak ke depan." Pintanya.

"Iya Kak!" Loli pun makan penuh nafsu, seakan nasi itu tanpa di kunyah langsung masuk ke perutnya. Selesai makan, Loli pun mencuci piring lalu setelahnya menemui Kakaknya, terlihat Ibu juga sudah ada di ruang tamu duduk di kursi kayu butut peninggalan Kakeknya.

"Ayo!" Damon pun mengangkat Kopernya menuju ke luar, Ibu dan Loli pun mengikuti. Tak berapa lama Abang Gojek pun datang, karena sudah di pesan Damon.

"Loli, simpan no Kakak tadi ya! nanti Kakak akan menghubungimu, pokoknya Kamu jangan nelpon Kakak, karena Kakak berada di hutan yang nggak ada sinyal nya, pokoknya tiap bulan Kakak akan mengirim uang di rekening kamu, jadi cek aja tiap bulan ya!"

"Baik Kak."

"Ibu, tolong Do'akan Damon ya!" Damon pun memeluk Ibu dan juga adiknya.

"Tentu saja Nak."

Damon pun naik motor, dia pun melambai, Ibu dan adiknya memandangi punggung Damon sampai hilang di tikungan jalan. Ibu dan Loli oun masuk ke rumah.

Sepanjang perjalanan, Damon tak karuan, pertanyaan seperti apa pekerjaan yang akan dia kerjakan.

"Stop di sana Mas." Damon lun sampai di simpang jalan, karena dia di larang datang sampai halaman, maka dia pun berhenti di jalan jauh dari Mantion Pak Manae. Setelah membayar ongkos, Damon pun berjalan hingga 50 meter. Setelah memperlihatkan kartu identitas berupa kartu kayak ATM gitu kepada pak Satpam penjaga pagar, dia pun di izin kan masuk.

"Selamat datang Mas Damon, ayo! Bapak sudah menunggu mu dari tadi." Borak pun menyambut Damon hangat.

Mereka berjalan menuju Ruangan lak Manae.

Ceklek.

Pintu di buka, tampaklah seorang lelaki bertubuh tegap yang mengenakan separo topeng. masih terlihat tampan dan berwibawa. Beliau berdiri di membelakangi jendela ruangan.

"Malam ini kita akan beraksi."

"Baik Tuan."

"Damon, kau akan ikut! ini adalah tugas pertamamu, kau tidak perlu melakukan apa pun, cukup perhatikan pekerjaan Borak DKK."

"Baik Tuan," Setelah menyusun strategi Borak DKK pun terlihat mengerti.

"Pekerjaan ini akan sedikit sulit, karena dia adalah pimpinan perusahaan yang sangat kuat, tapi kalau berhasil, mereka akan membayar kita 2M untuk satu nyawa."

Deg.

Damon sangat kaget mendengar 1 nyawa, apakah mereka pembunuh? Damon tak berani bertanya, dia hanya jadi pendengar yang baik, saat orang-orang itu rapat dadakan. Setelah selesai rapat, mereka pun keluar ruangan.

"Kita istirahat sebentar, mari ku antar ke kamar mu."

Ujang pun menunjukkan kamar Damon di belakang rumah terpisah dari rumah besar itu, di belakang ada beberapa rumah seperti bedakan, mungkin tempat karyawan dan Lain-lain.

Dia pun di antar sampai pintu kamarnya. Setelah Ujang pergi, dia pun merapikan bajunya ke dalam lemari yang sudah di sediakan. setelah 30 menit berlalu.

Tok

Tok

Tok

"Tuan, ayo makan!" Bibi tukang masak pun memanggil Damon.

"Baik Bi!" Dia menyudahi aktivitas merapikan lemarinya yang belum selesai. Ruangan segi 4 kira-kira 4x4 dan terdapat kamar mandi di dalamnya.

saat dia keluar dari kamarnya, tak sengaja matanya tertuju ke balkon rumah.

("Siapa wanita itu? sepertinya dia hamil, tapi mengapa dia memakai lingeri? dan juga mengapa dia menari-nari?"

"Tuan ayo cepat!" Damon pun terkejut mendengar suara Bibi.

"Baik Bi!" sesaat dia memandang Bibi, dan kembali menatap balkon, namun wanita itu sudah tidak ada lagi. Hanya kegelapan yang terlihat, sepertinya wanita,tadi sidah masuk ke dalam.

"Bi! maaf, siapa yang tinggal di atas sana?"

"Ssstt, jangan mengurusi yang bukan urusan Tuan, nanti bisa celaka Tuan."

BERSAMBUNG....

Syok

Damon pun diam, dan terus mengikuti Bibi menuju dapur. Hatinya masih bertanya-tanya siapa wanita hamil itu, mengapa dia menari-nari dengan berpakaian seksi, apakah dia wanita Tuan Manae?

Ceklek

Pintu dapur pun di buka, karena akses kamar Damon menuju ruang makan hanya lewat dapur.

"Ayo makan!" Terlihat Ujang, Baron DKK sudah duduk di sana, sedang Tuan Manae tidak terlihat, mungkin dia sudah makan duluan, dia kan Bos. Pikir Damon.

"Ayo makan!" Baron mengajak Damon makan.

"Baik Tuan." Damon pun ikut makan malam, hening, tak ada yang berani bicara, wajah mereka terlihat sangar dan menyeramkan, bahkan di antara mereka ada yang mempunyai bekas luka begitu mengerikan. Selesai makan mereka pun berkumpul di ruangan khusus.

"Sebenarnya malam ini kita mau kemana?" Damon bertanya pada Ujang, karena dia merasa,paling kenal,dengan Ujang.

"Kita di larang bertanya, apa pun yang terjadi, cukup lihat dan dengarkan," ujar lelaki itu tegas.

Selesai makan, mereka pun mempersiapkan diri, setelah selesai berkemas, mereka pun berangkat menggunakan mobil box.

Apa ini? senjata tajam? pistol, belati, obat bius.

Damon pun mulai mengerti, pekerjaan macam apa yang telah mengikatnya. Dalam hatinya, dia mulai was-was akan nyawanya sendiri. Dia hanya seorang pencuri kelas Teri, bagaimana mungkin bisa menjadi pembunuh? sia berpikir begitu keras ketika mobil itu berhenti di sebuah hotel. Mereka semua pun berpencar, sementara Damon di suruh mengikuti Ujang sebagai pelaku utama dalam misi ini.

"Kau harus diam tanpa berkata apa pun."

Mereka pun masuk ke dalam gedung hotel tersebut, dengan membawa berkas palsu.

"Maaf, saya harus menyerahkan berkas ini kepada tuan Yura," Ujang berbicara dengan resepsionis Hotel.

"Silahkan Bapak ke ruangan rapat lantai 4, kamar 27Z." Ujar Resepsionis itu.

"Terimakasih." Ujang dan Damon pun segera ke lantai tersebut tanpa ragu, sementara 5 teman lainnya sudah lebih dulu naik.

Ceklek

Suara pintu di buka.

"Ssst, berani berteriak, kalian semua mati." Baron memimpin dan masuk lebih dulu, wajah di ruangan itu sangat tegang.

"Ampun Tuan, ambil saja harta kami, tolong kasihanilah kami!" Salah seorang Bos berlutut di lantai dan memohon ampunan. Baron pun mendekat dan mengambil gambar di sakunya. Dia pun memindai wajah mereka satu-persatu.

"Dia! bawa dia." Laki-laki yang di tunjuk pun menghela nafas dalam dan memejamkan mata sebentar, dia terlihat tenang dan berwibawa. Ujang dan teman-temannya pun membawa Pria tersebut keluar ruangan, namun sebelumnya membekap semua tamu dengan obat bius. Dan sebelumnya mereka juga sudah mempermainkan CCTV, sehingga tidak ada yang berfungsi dengan benar.ada yang di tempel permen karet, ada yang di setel ulang, mereka semua punya keahlian di bidang masing-masing. Mereka pun membawa pria itu ke kamar mandi yang tentu saja CCTV nya juga sudah rusak.

"Tuan Yura, sebutkan satu permintaan terakhirmu?" Baron memberi satu permintaan terakhir.

"Pantang bagiku memohon pada orang seperti kalian, lebih baik mati cuih!" Yura meludah ke wajah Baron, Baron pun sangat geram.

"Ada permintaan atau tidak! kau tetap akan mati! ayo laksanakan!" Ujang pun mendekat, . Dia memasang peredam suara di ujung pistolnya.

Dor

Laki-laki itu terhuyung dan jatuh, kepalanya mengeluarkan darah segar.

"oooh!!!" Damon memekik dan menutup mulutnya dengan ke dua tangannya.

"Ayo kita pergi." Ujar Baron, Damon masih bengong dan menatap mayat di depannya. Hingga akhirnya Ujang pun menarik tangan Damon dengan paksa dan menyeretnya keluar dari gedung itu.

Mereka berpencar untuk menghilangkan jejak. Sesampainya di mobil.

"Apa kalian seorang pembunuh bayaran?" Damon akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Apa maksudmu, bukankah kau juga?"

"Tidak! aku tidak mau, aku tidak bisa! aku mau kembali."

"Kau sudah bergabung, kau tidak boleh mundur, mundur berarti Mati!" Ucap Baron sangar,

"Kau akan terbiasa nanti," Ucap Ujang lagi. Damon menangis, dia sangat Syok dengan kenyataan ini. Mobil pun melaju menuju luar kota, seperti biasa, mereka akan keluar kota untuk sementara waktu. Sepanjang perjalanan, Damon terus mengutuk nasib takdirnya. Hingga akhirnya dia tertidur.

"Bangun! Damon! Ayo turun!" Ujang membangunkan Damon, karena sudah sampai di gubuk kecil di pinggir sungai.

"Kita di mana?"

"Ayo turun! dan itu, bawa sembako kita untuk keperluan selama disini!" Ujang menunjuk sekarung beras dan telor. Damon pun turun dan membawa barang yang di tunjuk tadi. Sampai di dalam, Damon pun bersandar duduk di dinding kayu rumah, dia meremas rambutnya berulang-ulang.

"Apa Pria tadi mati?" Pertanyaan konyol Damon kepada Ujang yang berbaring di tengah ruangan.

"Menurutmu bagaimana? apakah dia bisa selamat?"

"Tidak."

"Nah, berarti kau sudah tau jawabannya."

"Mengapa kalian melakukan ini?"

"Kami di bayar untuk ini, sudahlah, kalau kau melihat hasil kau akan lupa masalah ini." Ujang pun terlihat memejamkan mata dan mulai mendengkur. Sementara Baron dan yang lainnya sedang mandi di sungai dekat pondokan, karena di gubuk itu tidak ada kamar mandi.

Pagi yang cerah, Ujang Damon dan 3 teman lainnya tampak masih tidur.

Duk

Duk

Duk

"Hey, bangun-bangun, ayo mandi! kita harus mencari makan, ini sudah jam 10 pagi, aku lapar, tidak mungkin kita memasak, kelamaan." Baron yang sudah mandi terlihat segar dan seakan-akan tidak ada beban. Mereka pun bangun satu persatu dan membersihkan diri.

"Damon, ayo kita ke warung mencari Nasi bungkus!" Damon pun walau sudah mandi dia tetap terlihat loyo, wajahnya kusut, matanya kosong. Namun dia mengikuti Ujang, dan naik di bonceng Ujang. Sampai di warung.

"Eeeh Nak Nicol? baru datang? apa kalian baru datang, sepertinya sudah 3 bulan ini tidak pernah berkunjung kesini lagi." Ucap ibu penjaga warung.

ternyata Ujang menyamar sebagai Nicol.

"Iya Bu, kami baru mau mengerjakan proyek di sekitar kota kecil ini." Ucapnya

"Mas ini masih muda, orang baru ya?" Ibu itu pun menunjuk ke arah Damon.

"Iya Bu, dia teman baru kami."

"Ngelamun ya Dek?" Goda ibu-ibu yang juga sedang antri nasi bungkus. Namun Damon tetap diam, otaknya seakan berhenti berfungsi sejak kejadian tadi malam.

"Ini uangnya Bu....ayo Jo!"

Damon pun mengikuti walau di panggil Jo. Mereka memang memalsukan namanya kalau lagi di luar.

"Kita mau ke mana lagi?"

Merasa Ujang tidak membawanya kembali ke markas, Damon lun bertanya.

"Membuang mu? dasar tidak berguna." Ucap Ujang.

"Apa? hey, berhenti!" Namun Ujang terus menjalankan motor bututnya menuju Kota kecil. sampai di depan Bank, barulah dia berhenti.

"..." Damon pun diam saat melihat Bank di depannya. Mereka masuk ke ATM.

Tut

Tut

Tut

Rp. 2.000.000.000(2 Milyar)

Enakkan hidup di dunia Halu, tinggal pencet nominal dan banyakin nol😃.

Ujang pun tersenyum senang, Damon malah bengong.

"Berapa no rekening mu?"

"Aku?"

"Ya kau?"

"Baik, sebentar."

Bla...bla...bla

Damon pun menyerahkan No rekening yang di miliki Adiknya.

tut tut tut

Ujang memencet nominal.

"200.000.000." Gumam Ujang sambil memencet Transferan tersebut.

Damon pun terbelalak saat mendengar Ujang mentransfer uang ke no rekening tersebut.

BERSAMBUNG....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!