NovelToon NovelToon

The Investor

Bab 1 : Menantu yang Hebat

"Bugh bugh bugh!!"

"Bugh bugh bugh!!"

Cia Yonggan kala itu tengah berjalan sendirian. Ia mendengar suara pukulan bertubi-tubi yang bersarang di tubuh seseorang.

Awalnya dia tak begitu mempedulikan keadaan di sekitar. Toh, hampir setiap hari dia melihat kejadian serupa di basemen hotel ini, seseorang dipukuli oleh petugas keamanan hotel adalah hal yang biasa dia lihat dalam kesehariannya.

King Palace Hotel ini selain menyediakan akomodasi penginapan, juga membuka fasilitas hiburan seperti karaoke, diskotik dan arena perjudian. Yang namanya perjudian tentu ada yang menang dan ada pula yang kalah, meski bukan rahasia lagi orang-orang yang kalah lebih banyak daripada segelintir orang yang berhasil meraup cuan di meja judi. Banyak di antara para pejudi yang sedang apes, atau memang sengaja dikalahkan oleh bandar, karena modal ludes, kemudian meminjam uang kepada bandar untuk diputar kembali, berharap dapat menebus kekalahan sebelumnya, namun sayangnya uang pinjaman itu juga hilang ludes tak berbekas. Terhadap mereka ini, pihak keamanan arena judi biasanya memaksanya keluar dan dipukuli sebelum dilepas begitu para penjudi malang itu menyelesaikan perjanjian waktu pembayaran utang piutang.

Biasanya bagi para pejudi yang tak mampu melunasi hutangnya, mereka dipaksa bekerja di pabrik kayu, hingga upah yang dia hasilkan selama bekerja dapat membayar keseluruhan dari hutang-piutangnya, barulah dia dibebaskan kembali. Untungnya sebagian dari mereka yang telah dibebaskan ini telah menyadari kesalahannya dan memilih menjadi pekerja tetap pada pabrik kayu dan menerima gaji yang halal untuk mereka berikan kepada istri dan anak-anaknya.

Tapi tak jarang dari mereka malah kembali bermain judi, berharap dewa keberuntungan berpihak kepada mereka dan mendapatkan uang yang banyak, kemudian hidup berfoya-foya bergelimang harta. Namun yang terjadi malah sebaliknya, mereka kembali kalah berjudi dan dipaksa bekerja kembali ke tempat semula. Siklus seperti itu terus saja berulang bagi mereka yang tak pernah menyadari, tiada pemenang selain bandar judi itu sendiri di arena perjudian.

Sementara itu suara pukulan serupa masih terdengar nyaring di telinga Cia Yonggan. Seolah-olah bunyi pukulan itu tiada akan berhenti.

"Bangsat! Aku akan adu nyawa dengan kalian!" terdengar suara bentakan seorang pria dari sudut basemen itu.

Agaknya dialah yang menjadi sasaran pukulan-pukulan itu.

"Hehehe... Sudahlah orang tua, masa mu sudah habis. Sudah saatnya kau membubarkan Perkumpulan Hei Laohu mu. Biarkan kami orang-orang berkompeten yang memimpin Kota Nanping ini. Kelak, Nanping hanya akan dipimpin oleh satu perkumpulan saja. Bukan perkumpulan mu, bukan pula Perkumpulan Xiongmeng de Shizi, apalagi Perkumpulan Bao. Hehehehe," terdengar lagi suara berat dari arah yang sama diikuti tawa mengejek oleh empat orang pria lainnya.

"Tidak sudi!" suara pria pertama makin kalap, namun dia sudah tak lagi berdaya.

Jangankan untuk balas menyerang, bahkan untuk berdiri saja dia sudah tak memiliki tenaga lagi. Sebelah kaki dan sebelah tangannya telah dipatahkan oleh para pengeroyok ini.

Mendengar ini, Cia Yonggan menjadi tertarik. Dia tahu benar, Perkumpulan Hei Laohu adalah salah satu dari tiga kelompok penguasa bawah tanah di kota Nanping ini, mengapa masih ada orang yang ingin mencari perkara dengan mereka? Apakah pengeroyok ini merupakan anggota dari salah satu kelompok penguasa bawah tanah di kota ini? Tapi dari pembicaraan mereka, agaknya para pengeroyok ini juga ingin menargetkan Perkumpulan Xiongmeng de Shizi dan Perkumpulan Bao.

Dia mengendap-endap ke balik tiang terdekat dari sudut basement itu dan melihat seorang pria setengah baya yang sudah tak berdaya sedang dikelilingi para pengeroyoknya. Dia tak mengenali pria itu, namun dia dapat melihat nyali seekor harimau dari matanya.

Pria itu terbaring dengan mengeluarkan darah dari mulut, hidung dan kepalanya serta wajah sudah babak-belur, namun matanya tajam mengawasi gerak-gerik kelima orang yang berdiri mengelilinginya. Benar-benar pria tak takut mati.

Keadaan kelima pengeroyok itu juga tak begitu baik, satu diantaranya terlihat tak hentinya mengusap darah yang mengalir dari hidung, seorang lagi berdiri pincang, sementara seorang lainnya terlihat beberapa giginya rontok dan pria keempat terlihat menggendong sebelah tangannya karena dipatahkan lawan. Satu pria lainnya yang memiliki postur tinggi kurus masih terlihat fit tanpa mengalami cedera sama sekali.

Cia Yonggan dapat menyimpulkan bahwa pria itu adalah seorang pria tangguh dan telah terbiasa bertarung, bahkan juga mungkin merupakan sosok penting dan memiliki posisi yang kuat di Perkumpulan Hei Laohu, bukannya seorang pejudi apes seperti yang dia pikirkan sebelumnya. Namun agaknya pria tangguh itu bukanlah tandingan kelima orang itu.

Sebenarnya Cia Yonggan sudah lama muak melihat perilaku kawanan orang-orang di perkumpulan bawah tanah, mereka sangat kejam, bahkan dia dulu sering mendapat perlakuan kejam dari mereka. Tapi saat ini darah mudanya bergelora, ingin rasanya dia melenyapkan semua perilaku tak adil di depan matanya, meski dia tau pria yang menjadi korban pengeroyokan kali ini adalah seorang penting di Perkumpulan Hei Laohu.

Maka dia segera saja menggerakkan kakinya dan menekan lantai serta memutar kakinya sedemikian rupa sehingga sepatu low cut berbahan kain bercampur karet yang dia kenakan mengeluarkan bunyi yang membuat orang-orang di sudut basement itu terkejut dan menoleh ke arah sumber suara.

Pria tinggi kurus yang agaknya merupakan pimpinan dari sekelompok orang itu memberikan isyarat kepada para bawahannya untuk memeriksa. Dua dari pria itu dengan gesit langsung menghampiri dan bersiap untuk menarik orang yang bersembunyi di balik tiang itu.

Keduanya telah berdiri di depan dan belakang Cia Yonggan, tanpa mengucapkan sepatah katapun, orang di depannya langsung mengayunkan tendangan menyapu ke arah bawah, sementara orang di belakang melayangkan tinju ke arah kepala Cia Yonggan. Mereka berniat ingin melenyapkan Cia Yonggan, agar tak ada saksi mata yang mengetahui aksi yang telah mereka lakukan terhadap pria paruh baya sebelumnya. Memberantas rumput harus sampai ke akar-akarnya, begitu cara kerja mereka. Benar-benar kelompok yang sadis!

Cia Yonggan yang berada pada posisi berjongkok itu secara spontan menangkap kaki yang melayang ke arahnya dari depan, sementara kakinya menyepak ke belakang layaknya seekor kuda menyepak sasaran ke bagian belakang.

Dan...

"Hap... Bugh!! Bugh!!"

"Akhhhhh..!!"

Hampir berbarengan terdengar suara mengaduh kesakitan keluar dari mulut kedua orang itu. Mereka takkan pernah menyangka langsung mendapatkan serangan balasan yang merugikan diri sendiri. Betapa tidak, penyerang dari arah depan langsung ditangkap kakinya oleh Cia Yonggan, kemudian membanting orangnya ke lantai sembari dia juga berhasil mendaratkan tendangan tepat ke ulu hati pria yang menyerang dari arah belakangnya.

Pria yang dia banting langsung pingsan tak sadarkan diri akibat benturan keras kepala belakangnya dengan permukaan lantai yang keras. Sementara pria lainnya terhuyung-huyung mundur sebelum akhirnya jatuh terjengkang.

Ketiga pengeroyok yang tersisa kaget bukan kepalang, khususnya si pria tinggi kurus. Dia tak mengetahui bagaimana tepatnya kedua orang bawahannya bisa tumbang dalam waktu bersamaan, namun sebagai seorang ahli seni bela diri, dia paham betul, seorang yang bisa menjatuhkan dua orang lawan dari dua arah sekaligus dan itu dilakukan dalam waktu bersamaan, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang telah lama berlatih ilmu seni bela diri.

Segera dia mengisyaratkan kepada kedua bawahannya yang tersisa. Kali ini mereka tak lagi berani gegabah dan secara bersamaan mereka mendatangi sosok misterius itu dari satu arah dan mendapati di situ sedang berdiri seorang pemuda berusia dua puluhan tahun tengah berdiri dengan tenang, bersandar pada tiang itu.

Melihat lagak pemuda ini yang begitu santai membuat si pemimpin menjadi geram, di matanya, lagak pemuda ini terlihat meremehkan sekali.

Sontak dia memaki. "Bocah, siapa kamu? Berani sekali berlagak di depan ku!"

"Menurut mu aku ini siapa?" dia menatap mata pria tinggi kurus itu dengan tajam. Lalu dengan sembarangan dia menimpali. "Orang yang sedang kamu keroyok itu adalah mertua ku. Harusnya aku ini disebut apa?"

Sontak ketiga orang itu kaget mendengarnya. Mereka baru mendengar bahwa pria yang mereka keroyok tersebut mempunyai seorang menantu jago bela diri. Tidak, ini pertanda tidak baik.

"Hahahaha...!! Ya, begitu!! Itu dia menantu ku yang hebat. Habisi mereka, menantu ku!!"

Saat ini terdengar gelak tawa riang pria yang telah babak belur itu sambil berusaha duduk. Dia juga penasaran, orang yang berada di balik tonggak itu yang belum dia lihat wujudnya, mengaku sebagai menantunya. Apakah putri semata wayangnya benar-benar sudah memiliki kekasih?

Bab 2 : Pertarungan yang Tertunda

"Hah? Sejak kapan Gao Li Liang punya menantu?" seru salah seorang bawahan pria tinggi kurus itu.

Sementara yang ditanya terlihat sedikit bingung. Dia berpikir seandainya juga bisa menghabisi menantu Gao Li Liang ini sekaligus, maka akan sangat menguntungkan mereka. Sekali beraksi dapat melenyapkan dua generasi dari pihak lawan sekaligus.

Tapi Gao Li Liang adalah Ketua Perkumpulan Hei Laohu, pastinya takkan mengambil sembarang pemuda sebagai menantunya. Dan peristiwa yang baru saja terpampang di hadapan matanya sedikit banyak membuat dia gentar, pemuda itu mampu menumbangkan dua bawahannya hanya dalam sekali gebrak. Meski kedua bawahannya itu mengalami cedera, tapi bukan sembarangan orang bisa menumbangkan mereka berdua sekaligus hanya dengan sekali gerakan.

Untuk itu dia ingin membuktikan sendiri kebolehan pemuda di hadapannya ini, toh apabila dia kalah, masih belum terlambat untuk mundur. Maka dia segera memberi isyarat kepada kedua bawahannya untuk mendekat dan membisikkan sesuatu yang dibalas anggukan oleh keduanya.

Setelah itu dia memasang kuda-kuda, bersiap mengadu kebolehan Cia Yonggan. Sementara kedua bawahannya memisahkan diri menuju ke arah dua rekannya yang masih terkapar. Masing-masing dari mereka membawa rekannya menjauhi arena pertempuran dan memasukkan mereka ke dalam mobil Land Cruiser hitam.

Disaat ini, pria tinggi kurus itu langsung melayangkan sodokan keras ke wajah Cia Yonggan. Serangan itu bertubi-tubi, selalu mengarah ke satu target itu saja. Cia Yonggan menghindari pukulan itu dengan mundur ke belakang. Dia tak berani mengambil resiko memapaki pukulan lawan yang keras.

Sementara pria itu juga melakukan tendangan sapuan ke bagian bawah Cia Yonggan yang terus mundur kesana kemari.

Sembari melakukan pukulan, pria tinggi kurus itu mengejek Cia Yonggan. "Heh, cuma bisa main mundur? Dimana kehebatanmu tadi?"

Mendengar ini, Cia Yonggan langsung berputar ke arah kiri dan sekejap kemudian merangsek ke belakang pria itu sembari melayangkan tinjunya ke bagian tengkuk lawan.

Namun lawan Cia Yonggan cukup tangguh, sebelum tinju Cia Yonggan mendarat, pria itu melepaskan tendangan ke belakang sambil kaki sebelah lainnya mendorong dirinya ke depan. Alhasil, kepalan tinju Cia Yonggan luput, sementara lawannya sudah berdiri jauh di depannya sembari kembali mengambil kuda-kuda siap melakukan pertempuran selanjutnya.

Kali ini pria itu tak berani lagi menyerang secara membabi buta, dia mulai lebih berhati-hati. Dia melakukan serangan bervariasi yang menuju segala bagian tubuh Cia Yonggan. Cia Yonggan pun turut melayani permainan pria itu. Maka terjadilah pertempuran saling serang dan menghindar dari kedua pria itu. Tak terelakkan, masing-masing dari mereka sama-sama mendapatkan pukulan dari lawannya.

Meski Cia Yonggan memiliki sedikit ilmu bela diri, tapi dia kalah dalam pengalaman. Lawannya memiliki jurus yang banyak tipu daya, bahkan juga dengan liciknya mengincar area selangkangannya, mengakibatkan Cia Yonggan sibuk menghindar.

Saking sibuknya sehingga dia tak menyadari ketika salah seorang bawahan pria tinggi kurus itu datang menghampiri pria paruh baya yang telah terluka di sudut basement itu dan menghujamkan belati tepat di bagian perutnya, kemudian bergegas kembali menaiki mobil Land Cruiser hitam.

"Ugh..."

Pria paruh baya itu hanya bisa melenguh pendek kemudian pingsan.

Disaat inilah, terdengar suara bentakan dari kejauhan "Hey, kalian, berhenti! Siapa yang berani berbuat keributan di wilayah kekuasaan Perkumpulan Hei Laohu?"

Mendengar ini, sontak membuat pria tinggi kurus itu menghentikan serangannya.

Sembari menatap tajam ke arah Cia Yonggan, dia mengisyaratkan ancaman melalui jari tangannya dan berujar. "Nanti kita lanjutkan kembali!"

Dia dengan berlari-lari kecil meninggalkan Cia Yonggan menuju mobil Land Cruiser hitam yang telah menunggu pria itu. Begitu dia menaiki mobil itu, terdengar suara decit ban yang nyaring, menandakan pengemudi menggeber mobilnya pergi dengan tergesa-gesa.

Sementara dari arah suara bentakan tadi, muncul dua sosok pria mengenakan jas hitam. Mereka baru saja tiba disitu dan mendapati dua orang sedang bertarung. Mereka marah mengetahui ada orang yang telah berani berbuat onar di wilayah kekuasaan mereka. Maka mereka langsung menghampiri Cia Yonggan yang masih berdiri memandangi kepergian mobil lawan.

"Hey, siapa kamu? Berani-beraninya membuat keributan disini. Sudah bosan hidup ya?" hardik seorang dari pria tersebut.

Pria ini memiliki perawakan tambun dan kepala botak licin, tak berambut sehelai pun.

Cia Yonggan yang ditanyai seperti itu tak tahu harus menjawab apa.

"Aku... Aku tidak... Mereka..." kata Cia Yonggan sambil menunjuk ke arah mobil yang kini sudah terlihat jauh.

"Apa-apaan. Bicara yang jelas!" dia membentak lagi.

"Sudahlah Ou Julong. Untuk apa kau urusi sampah tak ada gunanya itu. Ada urusan yang lebih penting untuk kita selesaikan. Cepat, kita harus temukan dimana ketua," kata pria satu lagi.

Pria ini terlihat tenang, namun sorot matanya menyiratkan ancaman sekaligus meremehkan Cia Yonggan. Dia bernama Wei Chung. Dia beserta Ou Julong ini adalah dua dari empat orang kepercayaan ketua perkumpulan Hei Laohu, Gao Li Liang.

"Awas kalau kamu masih berani membuat keributan disini," Ou Julong memberikan ancaman kepada Cia Yonggan sambil melayangkan pandangannya ke sekeliling basement.

Ketika itu dia melihat ke arah sudut, dari kejauhan dia melihat ada sesosok tubuh tergolek. Dia mulai merasa ada sesuatu yang tak beres telah disini.

"Kakak Wei, cepat kita periksa ke arah sana," kata Ou Julong sambil memburu ke arah pojok bangunan ini diikuti oleh Wei Chung.

Sementara Cia Yonggan juga berlalu dengan cuek menuju ke tempat parkir mobil Corona tua miliknya. Dia awalnya ingin memberitahukan kepada mereka peristiwa yang dia lihat barusan, namun melihat keangkuhan kedua orang ini yang begitu meremehkan dia, maka dia lebih memilih untuk menutup mata seolah-olah tak terjadi apapun sebelumnya.

Cia Yonggan sudah sangat sering mendapati perlakuan semena-mena dari orang-orang. Dia yang baru saja menamatkan kuliah di tahun ini tidak seberuntung teman-teman kuliahnya. Teman-teman seangkatan dia banyak yang telah mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan terkemuka di kota Nanping ini, bahkan ada juga yang telah diterima di instansi pemerintahan. Bukan dia yang tak cakap, namun teman-temannya itu dapat diterima bekerja di perusahaan dan instansi pemerintah karena keluarga mereka yang memiliki koneksi di sana-sini.

Sementara Cia Yonggan hanya merupakan seorang pemuda perantau dan yatim piatu yang berasal dari Kabupaten Qianshan, terletak di bagian barat laut dari Kota Nanping ini, yaitu sebuah daerah pelosok di lereng Gunung Mangdang.

Kedua orang tuanya meninggal karena peristiwa kebakaran ketika dia berusia 18 tahun. Saat itu dia masih berkuliah di semester pertama dan tengah berada di Kota Nanping, sehingga dia tak berada di sisi kedua orang tuanya saat peristiwa itu terjadi. Dia mendapat kabar dari orang di kampungnya melalui telepon setelah peristiwa naas itu terjadi. Jasad kedua orang tuanya ditemukan hangus terpanggang api di antara puing-puing rumah yang telah hancur. Tak seorang pun tau apa yang memicu kebakaran hebat di rumah itu, namun ada desas-desus asal api datang dari arah langit yang dimuntahkan oleh seekor naga. Namun Cia Yonggan menolak percaya di zaman modern saat ini masih ada naga berkeliaran dan membakar rumah dan isinya beserta lahan perkebunan penduduk.

Sejak itu seluruh dunianya menjadi terbalik. Dia mulai hidup terlunta-lunta di kota ini. Tak ada harta benda yang sempat diwariskan oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya hanya memiliki beberapa lahan pertanian di kampung halamannya. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, dia terpaksa menjadi juru parkir yang kebanyakan hasilnya dirampas oleh anggota perkumpulan penguasa bawah tanah di kota Nanping ini.

Meski begitu dia tak pernah menyerah, dia tetap berusaha melanjutkan pendidikannya, namun pada akhirnya menyerah karena tidak sanggup membiayai uang kuliahnya. Hampir satu tahun dia meninggalkan universitas dan menjalani keseharian menjadi juru parkir.

Perlu diketahui, Kota Nanping ini dipisahkan oleh dua sungai yaitu Sungai Minjiang dan Sungai Jianxi yang membuat kota ini terbelah menjadi tiga bagian. Masing-masingnya dikuasai oleh perkumpulan penguasa bawah tanah, yaitu Perkumpulan Hei Laohu di bagian barat, Perkumpulan Xiongmeng de Shizi di bagian timur, sementara di bagian selatan kota ini dikuasai oleh Perkumpulan Bao. Perkumpulan-perkumpulan ini menguasai berbagai jenis kegiatan ilegal di kawasannya masing-masing, mulai dari penguasaan terhadap lahan parkir, menguasai bidang keamanan gedung-gedung di kota, membuka arena perjudian yang biasanya mereka lakukan dengan trik kotor untuk menipu, hingga mengoperasikan bisnis minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Bab 3 : Jia Xiu, Sang Asisten Keluarga Shu

Hidup tak tentu arah hampir selama setahun, dia telah menjelajahi ketiga bagian Kota Nanping ini, dia menawarkan diri kepada orang-orang yang berwenang di area parkir untuk bekerja. Upah yang dia dapat hanyalah cukup memenuhi kebutuhan makannya. Dia seharusnya mendapatkan lebih banyak daripada itu, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Pernah dia protes dengan upah yang dia dapat, akibatnya dia malah dikeroyok beramai-ramai. Kekuatan dua tangan takkan mampu menandingi belasan tangan orang.

Perlakuan tidak adil sudah sering dia dapati, diperlakukan secara semena-mena oleh orang-orang yang merasa dirinya berkuasa sudah terlalu sering dia alami. Ketidakadilan merupakan hal yang tak asing lagi bagi dia. Dia sudah sangat hapal bagaimana perilaku orang-orang yang merasa paling berkuasa terhadap orang lain.

Sampai pada suatu hari, dia yang kala itu tengah bertugas menjadi juru parkir di salah satu pusat perbelanjaan didatangi oleh seorang pria berusia lima puluh tahunan. Pria itu dengan sopan meminta dia untuk ikut ke mobilnya. Dia sendiri tak mampu menolak undangan itu, seolah terhipnotis mengikuti pria itu di bawah tatapan heran para anggota perkumpulan penguasa bawah tanah setempat.

Sesampainya di dalam mobil mewah itu, pria tersebut memberikan isyarat kepada sopirnya yang berada di belakang kemudi untuk menjalankan mobil.

Setelah itu dia langsung membuka percakapan. "Anak muda, saya lihat kamu masih terlalu muda untuk bergelut di dunia bawah tanah ini. Kamu jangan menyia-nyiakan masa mudamu berkumpul dengan orang-orang ini."

Cia Yonggan tak tau harus menjawab apa. Dia sendiri melakukan pekerjaan ini demi menyambung hidup, apabila dia tak bekerja, maka dapat dipastikan dia akan mati di kota ini.

"Siapa nama mu?" tanya pria itu.

"Nama ku Cia Yonggan, Paman," jawab Cia Yonggan gugup.

Dia tak pernah berani bermimpi untuk bisa naik ke sebuah mobil mewah sebelumnya.

Pria itu kemudian melanjutkan. "Masa depanmu masih panjang. Mengapa kamu tidak bersekolah di usia muda begini?"

"Paman, aku akan mengumpulkan uang dan melanjutkan kembali pendidikan ku. Paman tenang saja," jawabnya.

Saat ini kembali pria itu bertanya seperti memancing. "Dimana orang tua mu? Apakah mereka mengetahui akan hal ini?"

Cia Yonggan menatap pria di sampingnya, lalu menunduk. "Paman, aku berasal dari Qianshan di lereng Gunung Mangdang. Kedua orang tua ku sudah meninggal tahun lalu, sekarang aku tinggal sendirian di kota ini. Kalau aku tak bekerja begini, bagaimana aku bisa menyambung hidup?"

Pria itu manggut-manggut mendengar penjelasan Cia Yonggan, pandangannya menembus jauh keluar jendela kaca mobil itu, seperti sedang berpikir. Sementara mobil masih tetap melaju pelan membelah jalanan kota itu.

Di dalam hati Cia Yonggan bertanya-tanya entah ada maksud apa pria ini terhadapnya, untuk menanyakannya langsung dia juga tak berani, maka dia hanya menunggu pria itu kembali berbicara.

Saat ini pria itu merogoh kantong jas mewahnya, mengeluarkan sebuah kartu nama kemudian menyodorkan kepada Cia Yonggan sambil berkata. "Cia Yonggan, ini kartu nama ku. Setelah ini kamu temui seseorang bernama Hao Zhao di King Palace Hotel, katakan padanya aku yang mengutus mu. Mintalah sebuah pekerjaan kepadanya. Setelah itu kamu kembalilah ke universitas, lanjutkan kembali pendidikan mu. Bekerja sambil kuliah seharusnya takkan begitu sulit. Apakah kamu paham?"

Cia Yonggan menerima kartu nama itu sambil menjawab. "Baik Paman, aku paham."

Dia membaca kartu nama itu, dari situ dia ketahui pria itu bernama Jia Xiu, merupakan asisten keluarga Shu. Dia mana mengetahui bahwa keluarga Shu merupakan jajaran orang terkaya di Tiongkok daratan, karena dia bukan generasi kedua keluarga kaya, jadi dia tak terkejut begitu membaca nama di kartu nama itu. Sebuah sikap wajar yang dirindukan oleh Jia Xiu.

Selama ini, kemana pun Jia Xiu pergi, setiap orang yang mengetahui latar belakangnya sebagai asisten keluarga Shu, akan bersikap seperti anjing penjilat di hadapannya, berusaha menyanjung dengan kata-kata setinggi langit kepadanya. Dia sendiri sudah bosan dengan sikap para penjilat itu. Apabila dia bukan orang kepercayaan tuan besar Shu, apakah mereka akan bertingkah seperti itu? Dan sikap wajar yang diperlihatkan oleh Cia Yonggan ini adalah sikap yang dia rindukan sejak beberapa tahun ini.

Tak lama, mobil mewah itu sudah sampai di depan King Palace Hotel. Supir turun dan membukakan pintu untuk Cia Yonggan, mempersilahkan dia turun.

Sebelum turun, Cia Yonggan mengucapkan terima kasih kepada Jia Xiu. "Paman, terima kasih atas budi baikmu hari ini. Kelak, aku akan berupaya menjadi orang yang lebih baik lagi."

"Tak perlu sungkan, Cia Yonggan. Cukup buktikan diri mu bisa menjadi lebih baik dan tidak menyia-nyiakan masa muda mu begitu saja," balas Jia Xiu. Kemudian dia menimpali. "Oh ya, lima tahun mendatang aku akan kembali mencari mu. Saat itu aku tak ingin melihat kamu masih bergaul dengan orang-orang semacam itu. Sampai jumpa, Cia Yonggan."

Cia Yonggan keluar dari mobil itu, berdiri mematung menatap kepergian mobil itu. Setelah mobil itu menghilang dari pandangannya, dia berjalan memasuki lobi King Palace Hotel.

Sementara yang tak diketahuinya, Jia Xiu di atas mobil yang baru saja berjalan itu langsung menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya. "Direktur Hao, seorang pemuda bernama Cia Yonggan akan datang menemui mu. Berikan dia pekerjaan yang wajar untuknya, lalu sediakan tempat tinggal baginya. Ingat, berlakulah sewajarnya, jangan menunjukkan sikap yang terlalu mencolok padanya. Kamu mengerti?"

"Baik, aku mengerti, Asisten Jia," jawab orang di seberang telepon.

***

Sejak itulah Cia Yonggan bisa kembali melanjutkan pendidikannya. Oleh Hao Zhao yang merupakan direktur di King Palace Hotel, dia diberikan pekerjaan sebagai room service yang bertugas membersihkan kamar hotel dan mengganti sprei tempat tidur serta mengantarkan hidangan para tamu ke kamarnya. Dia sudah bisa menghasilkan uang dari hasil kerja kerasnya sembari kuliah, bahkan dia bisa menyisihkan gajinya setiap bulan untuk menabung karena dia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa tempat tinggal, Hao Zhao sudah menyediakan baginya sebuah rumah sederhana untuk ia tinggali. Tak hanya itu, setiap bulan dia selalu menyempatkan diri pulang ke kampung halamannya untuk berziarah ke makam kedua orang tuanya serta sedikit demi sedikit membangun kembali reruntuhan rumah orang tuanya akibat peristiwa kebakaran setahun yang lalu.

Hingga kini, setelah hampir setengah tahun dia menyelesaikan pendidikannya, dia masih belum bisa menemukan pekerjaan lain. Dirinya masih menjadi room service di King Palace Hotel ini, tak ada satu pun perusahaan di kota setingkat prefektur ini yang menerima dia bekerja. Sementara untuk menghadap Hao Zhao untuk membantunya mencarikan kenalan dan memberikan sebuah pekerjaan yang layak, dia merasa tak enak hati. Dia menekankan dalam hatinya, tak seharusnya dia mengambil keuntungan terlalu banyak karena sedikit kenal dengan seseorang yang bernama Jia Xiu yang kebetulan dia kenal empat tahun lalu.

Pernah terpikir juga untuk kembali ke kampung halamannya dan menghidupkan kembali lahan pertanian yang hanya menjadi lahan tidur semenjak kematian orang tuanya. Sememangnya dulu sejak kecil dia bersama ayah dan ibunya selalu menggarap lahan pertanian milik mereka dan Cia Yonggan mencintai bekerja di dan berkeringat bawah terik matahari yang panas.

Baginya menanam tanaman, merawat sampai kemudian berhasil panen, merupakan kepuasan tersendiri. Bumi ini begitu menakjubkan, dari tanah tumbuh tanaman, kalau tak ada tanaman, apakah manusia masih bisa hidup? Sungguh sebuah nikmat dari sang pencipta yang layak untuk disyukuri. Itulah sebabnya dia memilih berkuliah untuk memperdalam ilmu pertanian yang sangat didukung oleh kedua orang tuanya.

Namun demi mengingat kembali kalimat terakhir orang tua itu sebelum mereka berpisah, kala Jia Xiu mengatakan akan kembali menjumpai dia tepat lima tahun setelah perpisahan mereka, membuat Cia Yonggan mengurungkan niatnya untuk menetap kembali ke kampung halamannya. Jia Xiao kala itu mensyaratkan dua hal kepadanya, pertama menjadi orang yang lebih baik dan kedua menjauhi pergaulan dengan orang-orang perkumpulan dunia bawah tanah itu.

Dia telah berhasil menjauhi kelompok-kelompok sadis itu, namun untuk menjadi orang yang lebih baik, dia masih buntu. Dia hanya bisa menghibur hatinya sendiri, bahwa belum tiba saatnya bagi dia untuk mendapatkan kesempatan itu. Kelak, pasti terbuka sebuah peluang baginya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!