Di malam yang dingin itu, Ratna wanita muda yang berusia 22 tahun merasakan sakit di perutnya yang sudah membesar,
berusaha untuk berjalan keluar dari kamar,
Dengan langkah kaki yang sepoyongan, mencari suaminya santoso.
Jarum Jam dinding yang telah menunjuk ke nomor 01.30 membuat rumah mewah dan besar yang di tinggali nya itu menjadi sangat sepi.
"Ini sudah hampir subuh tapi mas Santoso kemana?" Ucap wanita itu yang di kenal sebagai nyonya rumah yang bernama Ratna.
Dia menuruni tangga berharap menemukan suaminya di bawah sana namun tidak menemukan siapapun di bawah sana
"Mas,, Mas Santoso,," Teriaknya memanggil-manggil nama suaminya namun tidak ada jawaban,
Ratna melangkah selangka demi selangkah berjalan menuju ruang kerja suaminya
"Mas.. Kamu di mana?" Ucapnya dengan berat
Tiba-tiba air yang sedikit berlendir dan panas dirasakannya keluar dari sisi kewanitaannya
"Aaaahk.. Perutku.."Teriak Ratna
Ketuban Ratna pecah membuatnya menjerit dan memanggil pelayan di rumah itu
"Surti,, Surti,, Aaakkh..
Ratna terduduk dilantai, Tidak bisa menahan rasa sakit yang di alaminya
Kontraksi untuk melahirkan, ratna merasakan sakit yang tak bisa di tahannya. Ratna terus berteriak dan menjerit, Dan Para pelayan yang mendengar jeritan majikannya kaget dan membuat semuanya terbangun
Seorang pelayan berlari menghampirinya
"Nyonya,, Anda kenapa?"
Pelayan wanita muda sekaligus teman karib ratna, yang bernama Surti berlari menghampiri Ratna, yang kini menjadi nyonya di rumah tempat iya bekerja.
Dia memegang lengan Ratna dan
Melihat air ketuban yang mengalir membuatnya panik.
"Nyonya,, Nyonya Anda akan segera melahirkan, mohon untuk bertahan." Ucap Surti
"Cepat panggil ambulans nyonya akan melahirkan." Teriak Surti kepada pelayan lainnya, Para pelayan di rumah itu menjadi ramai Mondar-mandir tidak karuan akibat panik
"Baik-baik" Dengan segera seorang pelayang yang bernama Dali menghubungi pihak rumah sakit dan meminta ambulans untuk menjemput majikannya itu.
"To.. tololong nyonya ka.. kami akan melahirkan, tolong bawa ambulans untuk menjemputnya" Ucap Dali dengan terbata-bata,
Dali menutup telfon dan dengan cepat kembali berjalan ke arah Surti.
"Ambulans akan segera datang" Ucapnya
"Tuan,, Cepat hubungi nomor tuan besar, katakan padanya nyonya akan segera melahirkan," Kata Surti lagi kepada Dali.
Dali pun bergegas menuju telpon rumah lagi untuk menelfon tuan rumahnya
"Aaaahk... Aku sudah tidak tahan, Ini sangat menyakitkan" Ratna memegang erat tangan surti dan menangis kesakitan
"Nyonya tahan sebentar lagi, Tuan akan segera datang" Kata Surti berusaha untuk membuat majikannya itu bertahan
***
Derrr,, derrr,, derrr..
Suara getaran ponsel santoso terdengar di atas meja, Lelaki yang berusia 25 tahun,
Yang sedang asyik bercumbu dengan wanita lain di kamar hotel, Mendengus saat mendengar getaran ponselnya, Dia melepas pelukannya dari wanita yang kini ada di bawah nya dan meraih ponselnya, dan menekan tombol jawab dengan perasaan marah.
"Ada apa?" Tanyanya dengan nada dingin.
"Tuan,, tuan.. Nyonya akan segera melahirkan, Kami sudah menelfon pihak rumah sakit bahagia dan menyuruh agar mengirim Ambulans untuk menjemputnya,
Nyonya selalu memanggil nama anda." ucap Dali dengan panik
Mendengar perkataan itu, rasa marah di hati Santoso hilang seketika.
"Baik aku akan segera ke rumah sakit" Jawabnya dengan bahagia
Dia pun memutuskan panggilan itu, Dengan senyum bahagia, Santoso bergegas mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya
"Ada apa mas?" Tanya wanita yang bernama Dara tak lain adalah selingkuhan Santoso yang kini bersamanya.
Wanita yang Tampa sehelai benang di tubuhnya itu memeluk punggung Santoso dari belakang dan mengecupnya berkali-kali.
"Telfon dari rumah,, Ratna akan segera melahirkan anakku, jadi aku harus bergegas ke rumah sakit untuk melihatnya," Kata Santoso sambil melepas pelukan dara dan berbalik melihatnya.
"Untuk apa mas? Biarkan dokter yang menanganinya" Ucap Dara dan menarik tangan Santoso melingkarkan di pinggangnya.
"Tidak..
Meskipun aku tidak mencintai Ratna, Tapi anak yang akan lahir adalah darah daging ku, Walaupun itu hanya kesalahan tapi aku tetap mendambakan anak itu untuk lahir, aku tak sabar untuk menimangnya di pangkuanku." Santoso melepas tangannya dari pinggang Dara dan mencium keningnya.
"Maaf untuk malam ini, aku harus meninggalkanmu," Ucap Santoso
Dara hanya terdiam mendengar kata-kata santoso, Rasa cemburu dihatinya pada Ratna membuatnya sakit, namun tidak bisa juga untuk menghentikannya
"Aku akan ke rumah sakit dulu, Lain waktu aku akan mengunjungimu lagi."
Dengan cepat langkah Santoso sudah melewati pintu kamar hotel, Tampa menoleh ke arah Dara yang masih duduk di kasur.
Dara mengepalkan kedua jemari tangannya, hingga kuku-kuku jarinya membuat telapak tangannya terluka,
"Ratna aku tidak akan membiarkan kamu merenggut kebahagiaan ku, Kamu hanya wanita biasa yang tidak pantas untuk mas Santoso, Lihat saja aku akan membuatmu dan anakmu itu keluar dari rumah besar itu,
Mas Santoso hanya milikku, dan selamanya hanya akan menjadi milikku."
Dara dengan senyum jahatnya terlihat.
Malam gelap yang di iringi dengan hujan deras dan angin kencang, membuat Santoso merasa kesulitan untuk melajukan mobilnya dengan cepat
Harapan untuk sampai ke rumah sakit dengan cepat jadi terhalang oleh badai.
Di dalam mobil dia bersandar di kursi mobil sambil menyetir dan tersenyum sendiri, membayangkan sosok bayi kecil dan mungil yang akan lahir.
***
"Nyonya bertahan ini tinggal sedikit lagi" Terdengar kata dokter yang sedang menyemangati Ratna yang mulai kelelahan.
Pandangan matanya mulai buram, tubuhnya lemas dan tidak memiliki tenaga lagi, keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, Wajahnya memucat.
"Dokter aku tidak kuat lagi," jelas Ratna dengan meneteskan air mata
"Nyonya jangan putus asah, Ingat dengan bayi anda yang akan lahir, Anda harus kuat.
Ini tinggal sedikit lagi, dorong lebih kuat
Lebih kuat lagi nyonya" Ratna mendengarkan aba-aba dari dokter dan berusaha keras untuk melahirkan anak itu.
Dengan susah payah yang sangat lama, akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari dalam ruang bersalin. Surti tercengang mendengarnya dan menangis bahagia.
Tak lama kemudian Santoso terlihat berjalan mengarah ke arah Surti.
Surti yang melihat kedatangan majikannya itu dengan cepat berjalan dan tersenyum bahagia.
"Tuan,, Nyonya sudah melahirkan."
Dengan semangat Surti mengabarkan hal itu pada Santoso.
Klek.. Pintu dari ruang bersalin terbuka Dan para perawat mendorong ranjang pasien untuk berpindah ruangan dimana ada Ratna di atasnya yang tengah terbaring tak sadarkan diri, Dan terlihat seorang dokter wanita keluar dari ruangan sambil menggendong seorang bayi yang baru lahir.
Dokter itu tersenyum melihat Santoso dan menundukkan kepala
"Selamat tuan, Nyonya melahirkan seorang putra yang Tampan dengan selamat dan sehat." Dokter itu menyerahkan bayi kecil yang baru lahir itu kepada Santoso.
Dengan segera Santoso menimangnya dengan tetesan air mata, dia tersenyum sambil mencium wajah kecil itu.
"Bagaimana dengan Ratna dokter?"
Tanya Santoso dan melihat ke arah perawat yang tengah mendorongnya
"Nyonya baik-baik saja, sekarang dia di pindahkan di ruangan vip anda bisa menjenguknya"
Dokter itu menunjukkan dan mempersilahkan Santoso untuk masuk ke dalam ruangan.
Ratna yang terbaring lemah, tersenyum saat melihat Santoso yang berjalan masuk menghampirinya, dengan seorang bayi yang di gendongnya.
"Mas,, Ratna berusaha bangun dan duduk.
"Tidak usah,, tetaplah untuk berbaring, kamu masih lemah. Santoso menahannya agar tidak bangun
"Terimakasih telah melahirkan seorang putra untukku, Ini adalah suatu kebahagian untukku." Santoso tersenyum dan duduk di sisi tempat tidur yang di tempati oleh Ratna.
Pintu kamar terbuka dari luar dan Surti masuk dengan wajah bahagia
"Selamat tuan,, Selamat nyonya,, Atas kelahiran tuan muda." Surti menunduk dengan hormat
"Surti kedepannya kamu adalah pengasuh tuan muda, kamu akan membatu Ratna untuk menjaganya." Ucap santoso
Surti sangat senang mendengar kata-kata dari majikannya itu
"Baik tuan dengan senang hati," Surti menghapiri santoso dan mengambil bayi yang ada di dalam gendongannya.
Ratna tersenyum melihat tingkah Surti yang begitu bahagia.
"Tuan muda, Mulai sekarang aku yang akan menjagamu, jadi jangan nakal,,,
Besar nanti dengarkan apa yang dikatakan oleh tuan besar dan nyonya, Jangan membantah yang mereka katakan."
Kata-kata Surti membuat Santoso dan Ratna tersenyum dan saling menatap.
Santoso memegang tangan Ratna yang masih terbaring
"Terimakasih," Ucapnya sekali lagi
"Mas jangan mengucapkan terimakasih terus, dia juga anakku. Dia anak kita." Jelas Ratna
Santoso terdiam dan memalingkan wajahnya tak berani melihat mata Ratna.
Dia berdiri dan melangkah menghampiri bayi yang dibaringkan Surti kedalam ayunan.
"Kamu sangat tampan. Aku akan memberimu nama Raka, Raka Santoso.
Bagaimana menurutmu? Santoso bertanya pada Ratna Tampa melihatnya, dia terlihat mengelus-elus pipi kecil itu.
"Raka,, Itu nama yang bagus mas, Aku suka." Jawab ratna
Suasana Didalam ruang VIP rumah sakit, begitu sangat membahagiakan.
Kelahiran putra pertama Santoso membawakan kebahagiaan tersendiri pada dirinya, Kini putra kecilnya itu lahir membuat Santoso sedikit demi sedikit, bisa merubah sikap.
Mereka yang dulunya menikah karena di jodohkan dari orang tua masing-masing,
semasih mereka masih kecil! Persahabatan orang tua santoso dan Ratna sangat akrab, hingga menginginkan putra putri mereka bersama di kemudian hari.
Tampa rasa cinta di hati Santoso terpaksa menikahi Ratna karena harta warisan yang di janjikan oleh orang tua santoso sebelum mereka meninggal.
sejak kedua orang tua Ratna meninggal karena sebuah kecelakaan yang di alaminya, sejak itu pula mereka melangsungkan pernikahan di hadapan jasat kedua orang tua ratna.
Kesalahan yang dibuat Santoso, setelah pernikahannya menginjak dua bulan menikah, Santoso yang mabuk berat pada malam itu, melakukan hubungan suami istri bersama dengan Ratna, hingga membuatnya hamil, Meski hanya sebuah kesalahan Tampa ada rasanya cinta
Tapi Santoso sangat mengharapkan kelahiran bayi yang ada di dalam rahim istrinya itu,
Santoso adalah pria kaya raya, yang mewarisi harta kekayaan dari orang tuanya, kehidupan yang serba cukup dan kekuasaan yang di milikinya, tidak membuatnya akan puas dengan hanya satu wanita,
Selingkuhan yang bernama Dara yang selalu mempengaruhi pikirannya, tidak pernah berhenti untuk memikirkan cara agar Santoso dan ratna segera berpisah,
Namun sampai saat ini Ratna masih bisa bertahan dan melahirkan seorang putra untuknya.
***
Beberapa bulan kemudian sejak kelahiran Raka, Santoso lebih banyak berdiam di rumah, Kesenangan di luar sana tidak lagi dia pikirkan, Meski terbilang masih sangat mudah tapi rasa tanggungjawab di hatinya sangat besar, Sehabis dari kantor dia akan terus pulang. Kelahiran putranya itu membuat seluruh kasih sayangnya di curahkan hanya untuknya Dan sejak kelahiran Raka dia pun mulai peduli akan istrinya Ratna.
Sore itu Santoso yang di temani oleh asistennya veri berjalan masuk kedalam toko mainan dan membeli beberapa mainan untuk raka
"Veri bagaimana menurutmu, apa putraku Raka akan menyukai mainan yang ku belikan untuknya?" Tanya Santoso pada asistennya veri dengan tersenyum
"Benar tuan,, Tuan muda Raka pasti akan menyukainya," Jawabnya dengan begitu hormat
setelah membeli mainan untuk Raka Santoso berjalan keluar dari dalam toko, Dan disaat hendak menuju mobil, suara panggilan dari arah berlawanan terdengar,
"Mas Santoso.." terdengar Teriakan dari seorang wanita
Santoso menoleh dan melihat wanita yang tak lain adalah dara yang tengah berdiri dari seberang jalan melambaikan tangan ke arahnya,
Saat melihat Dara,, Santoso terdiam sejenak melihat dara yang terus melambaikan tangan dan tersenyum padanya, entah apa yang dipikirkannya! Santoso memalingkan wajah dan segera masuk ke dalam mobil,
Tampa peduli dengan teriakan dari Dara.
Dara yang merasa di abaikan memasang wajah cemberut, Senyum manis di bibirnya seketika menghilang dengan sangat cepat.
Dara memandangi punggung mobil Santoso yang melaju dengan cepat dan menghilang dari pandangan.
Dara mengepalkan kedua jemari tangannya, Menghentakkan tangan ke udara dengan rasa marah yang menyelimuti hatinya.
Saat tiba di rumah Santoso masuk dan langsung menghampiri Raka yang tengah di gendong oleh Ratna.
"Hei.. Jagoan.. Apa kabar hari ini?
Lihat papa membelikan mu mainan banyak hari ini." Santoso mengangkat mainan yang di tangan memperlihatkan pada putra kecilnya itu.
Ratna tersenyum manis,
"Mas anak kita masih sangat kecil, Dia belum bisa memainkan itu semua," jelas Ratna
"Dia bisa memainkannya setelah dia bisa .
Jika saat ini belum,, disimpang saja sampai dia bisa," Jelas santoso sambil mengambil putranya dari gendongan Ratna dengan Pelang.
"Sini papa gendong" Santoso menggendong putranya dengan sangat bahagia.
***
Disisi lain
Dara yang sedang gelisah terus memencet tombol panggil di ponselnya, Mencoba untuk menghubungi Santoso namun tidak ada jawaban darinya. Dengan perasaan marah mengingat akan kejadian sore tadi membuatnya dara menggertakkan giginya.
"Sial kamu mas,, Selama sepuluh bulan ini kamu tidak pernah lagi mengunjungi ku dan selalu menghindar dariku, Apa karena putramu itu? Selama ini kamu selalu datang padaku jika bosan melihat wajah istrimu itu, Tapi hanya karena melahirkan seorang putra untukmu, kamu melupakanku dengan begitu cepat, Tunggu saja aku akan merebut hatimu kembali"
Dara mengepalkan jemari tangannya dan memukul tembok dengan marah.
***
Dara yang berusia 23 tahun sudah berhubungan dengan Santoso sejak 1 bulan menginjak pernikahan Santoso dan Ratna! Mereka bertemu di sebuah bar ternama di kota itu, Dara yang hanya bekerja sebagai pelayan bar mampu memikat hati Santoso. Hingga Santoso berselingkuh di belakang Ratna, Selama itu kehidupan Dara di jamin oleh Santoso,
Hidup dengan foya-foya, dan serba cukup siapa yang akan menolak. Dengan bermodalkan tubuh yang seksi dan wajah yang cantik Dara bisa berkelimpahan harta.
Dia tidak bekerja lagi sebagai pelayan bar,
cukup untuk memuaskan Santoso dia akan di manjakan seumur hidupnya.
***
Handphone Dara yang di tangan berbunyi dia segera melihat nama yang sedang menghubunginya. Dara mengerutkan kening dan menyipitkan kedua matanya
"Untuk apa lagi dia menghubungiku?"
Kata Dara sambil menekan tombol jawab
"Ada apa?" Tanya dara dengan sinis
"Sayangku,, Lama tidak mendengar suaramu, membuatku sangat merindukanmu" ucap seorang lelaki di balik telfon
"Ingat kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, jadi jangan mengganggu hidupku lagi"
"Kenapa? Apa kamu sudah menemukan Mangsa di sana? Hingga melupakan kami disini?" Perkataan dari lelaki itu membuat dara terdiam sejenak.
"Dara,,, Dara,,, Jangan lupa setahun yang lalu kamu sudah melahirkan seorang putri,
apa segitu cepatnya melupakan darah dagingmu sendiri?" Ucap lelaki itu lagi
"Apa yang kau inginkan? Dan jangan coba-coba untuk mengancam ku menggunakan anak itu, Bagiku Dia hanya sebuah kesalahan di masa lalu, Saat ini hidupku sudah jauh lebih baik daripada bersamamu dulu, jadi jangan menggangguku lagi" Jelas dara lagi
"Baik,,, baik,,, Aku tidak akan mengganggumu asal kamu mengirim uang tiap bulan untuk kebutuhan kami sehari-hari, Putrimu itu butuh makan
meskipun kamu tidak menginginkannya tapi dia tetap darah dagingmu. Ingat jangan sampai melupakan itu, Aku akan mendatangi lelaki bodoh yang kini bersedia menjamin mu jika kamu terlambat mentransfer uang untuk kami."
Lelaki itu memutuskan panggilannya saat selesai mengatakan semuanya pada Dara.
Dara yang begitu marah melempar handphonenya kelantai hingga hancur.
"Dasar lelaki tak tahu diri,, umpatan dari mulut dara terdengar dan berteriak dengan histeris untuk mencoba meredahkan amarah di hatinya.
***
Malam yang menjelang pagi Santoso membuka mata dan melihat dirinya sudah tidur sendiri di ranjang. Santoso melihat jam dan bangun menuju kamar mandi.
Setelah selesai berpakaian dia berjalan menuju kamar putranya dan mendapati Ratna telah berada di dalam kamar tertidur sambil memeluk putra kecilnya itu. Santoso berjalan Pelan mendekati istri dan anaknya yang masih terlelap, Dia tersenyum melihat keduanya
Santoso mencium pipi kecil putranya, yang ada dalam pelukan Ratna dengan sangat hati-hati, agar tidak membangunkan keduanya.
Dengan hembusan nafas Santoso,
yang mengenai wajah Ratna karena terlalu dekat dengan kepala putranya membuatnya membuka mata,
Dia melihat wajah lelaki yang sangat tampan sangat dekat dengannya
"Mas Santoso,," Ratna menyebut namanya membuat Santoso kaget dan menatapnya,
Mereka saling bertatapan sampai akhirnya tersadar saat putranya terbangun dan mengangkat tangan ke wajah santoso.
Santoso tersentak kaget
"Hey,, Jagoan,, Kamu sudah bangun?" Santoso membiarkan telunjuk tangannya di genggaman oleh tangan kecil putranya itu, dan mulai bermain dengannya.
Ratna tersenyum bahagia melihat putra kecilnya itu dan suaminya begitu senang.
Hidupnya terasa sempurna melihat keduanya.
Mungkin di masa lalu hubungan mereka tidak begitu akrab namun setelah kelahiran Raka, selama sepuluh bulan ini Santoso terlihat sedikit memberinya perhatian.
Di dalam benak Ratna dia memiliki cinta untuk suaminya itu, Namun dia tidak dapat mengatakannya karena Santoso tidak terlihat memiliki perasaan yang sama dengannya.
Tapi Ratna percaya akan bergulirnya waktu, dia akan membuat Santoso untuk mencintainya.
Dan satu satunya harapan Ratna saat ini membuat suaminya itu tetap pada sikap dan sifatnya saat ini, di mana selama sepuluh bulan ini dia merasakan sosok suami yang memberinya sedikit perhatian padanya.
"Mas matahari sudah tinggi apa mas tidak ingin ke kantor?" Tanya Ratna yang terus menatap suaminya itu dengan tatapan bahagia
"Ingin,, Tapi tunggu setelah aku puas bermain dengan jagoan kecilku ini," Ucap Santoso sambil terus meladeni putra kecilnya itu untuk bermain.
satu jam kemudian Santoso bersiap untuk berangkat kekantor.
Dia sarapan bersama dengan Ratna, sedangkan Raka di jaga oleh Surti.
Setelah sarapan Santoso bergegas untuk kekantor, dan tidak lupa untuk mencium kening putranya sebelum berangkat.
"Papa akan ke kantor dulu, Tunggu papa sampai kembali dan kita akan bermain bersama lagi." Ucap Santoso pada putranya
Ratna yang mengantar Santoso sampai pintu menyalami tangan suaminya dan mencium tangan suaminya itu.
"Hati-hati mas" Ucap ratna yang masih berdiri di ambang pintu rumahnya.
Santoso mengangguk, dan berjalan menuju arah mobil yang sudah menunggunya, Veri sang asisten berdiri, dengan tegak menundukkan kepala dengan hormat, saat melihat Santoso, berjalan ke arahnya.
Dengan cepat Veri membuka pintu mobil .
"Silahkan tuan" Ucapnya mempersilahkan Santoso.
Setelah Santoso sudah berada dalam mobil, Veri pun dengan segera masuk dalam mobil dan duduk di kursi pengemudi.
Veri menghidupkan mesin dan seperti biasa melajukan mobil dengan pelan.
"Tuan.. Dara terus menghubungiku, meminta untuk mengaturkan waktu untuk anda agar bisa bertemu dengannya,
Nona Dara ingin menemui anda,
Katanya ada hal yang penting untuk di katakan" Jelas Veri dan melihat Santoso yang tengah duduk santai di kursi belakang lewat cermin.
Santoso menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya saat mendengar perkataan dari Veri asistennya.
"Apakah menurutmu aku sudah bersalah, karena telah memiliki hubungan dengan Dara?" Tanya Santoso pada Veri, hingga membuat Veri tidak dapat menjawab pertanyaannya itu.
Cukup lama Veri terdiam, dia melihat atasannya mengangkat kening dan menatapnya melalui cermin.
"Tuan itu di luar perivasi ku, aku tidak berhak untuk menilai, Aku sama sekali tidak berhak untuk mencampuri urusan pribadi anda. Tugasku hanya untuk menjalankan semua pekerjaan yang anda berikan, Bukan untuk memberi anda pendapat." Ucapnya dengan penuh hormat
"Veri sebagai asisten ku, aku memberi mu ijin untuk itu, Karena bagaimana pun juga kamu sudah tahu segalanya." Ucap Raka
"Tuan, jika anda ingin bertanya tentang pendapat ku, Jangan menyalahkan ku jika aku mengatakan bahwa Yonya,, sangat baik pada anda dan bagaimana pun juga dia ibu dari tuan muda raka" Jelas veri dengan nada yang sedikit takut.
"Heeemm.. Kamu benar,
Ratna sangat baik, Tapi Dara.." Santoso pun menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar.
"Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana.
Untuk sementara ini, jangan membiarkan Dara untuk menemui ku. Beri alasan seperti biasanya, untuk menghindarinya."
Ucap Santoso dengan tegas
"Tapi tuan ini sudah sepuluh bulan,
Jika anda ingin mendengar saran dariku bagaimana jika anda memutuskannya saja." Ucap Veri
"Tidak semudah itu! Bagaimana pun juga, aku pernah bersama dengannya.
Dan lagi pula di antara aku dan Ratna masih belum memiliki ikatan rasa cinta di antara kami."
"Apa itu berarti tuan bisa saja meninggalkannya nyonya suatu hari nanti?"
Tanya Veri
Santoso terlihat menaikkan tangan dan terlihat memijit keningnya, dia tidak merespon ucapan veri yang barusan
"Tuan maaf jika aku lancang, Nyonya akan merasa di hiyanati jika tahu tentang ini.
Sifat nona Dara sangat keras, Bagaimana jika dia...
"Itu tidak akan terjadi,"
Dengan cepat Santoso memotong ucapan Veri dan menggelengkan kepalanya.
"Ratna tidak akan mengetahuinya, dan Dara aku percaya padanya. Kecuali kamu yang akan membocorkan semuanya. Ucap Santoso sambil melihat kearah Veri
"Aku tidak akan berani tuan" Ucapnya dengan cepat
"Bagus.. Itu yang terbaik"
Setelah mendengarkan perkataan dari atasannya itu, Veri jadi terdiam, begitupun dengan Santoso.
Sesekali Veri menatap Santoso dari cermin. Melihat atasannya yang kini duduk bersandar dan memikirkan sesuatu,
Dia tidak berani untuk mengatakan apapun lagi.
Setelah beberapa menit menyetir Veri pun memarkirkan mobil saat telah sampai di kantor PT santoso jaya abadi.
Veri bergegas keluar dari mobil dan dengan cepat membuka pintu untuk atasannya itu.
"Tuan silahkan" Ucapnya.
Santoso keluar dari dalam mobil, dia merapikan jas dan berjalan masuk.
"Pagi tuan" Sapa para karyawan yang melihatnya
Santoso hanya membalas sapaan dari mereka dengan anggukan. Santoso terus berjalan memasuki lift di ikuti oleh Veri.
Saat telah sampai di lantai yang mereka tekan, Santoso dan Veri berjalan keluar.
Pagi tuan direktur" Sapa sekertaris Santoso yang bernama Lela.
Santoso berhenti dan melihat Lela yang sedang menundukkan kepalanya
"Laporan yang aku minta apa sudah selesai" Tanya Santoso pada sekertarisnya Lela
"Sudah tuan," Jawab Lela dengan cepat
"Antar keruangan ku"
"Baik tuan" Jawabnya lagi
Santoso melanjutkan langkahnya berjalan menuju ruangan kantornya. Saat melihat Santoso masuk dalam ruangannya, Lela bergegas mencari berkas yang di minta oleh atasannya itu.
***
Disisi lain, Dara yang sudah tidak bisa diam dan menunggu lagi, dia yang merasa Santoso sudah melupakannya, Membuatnya memiliki niat untuk menemui Santoso di kantornya.
Dara berdiri dan memesan taksi, Meski Tampa janji, Dara nekat untuk ke kantor menemui Santoso, yang selama sepuluh bulan ini selalu menghindarinya.
"Mas kamu benar-benar sudah membuatku marah, Kamu tega, Selama ini aku sudah memberi segalanya padamu, tapi apa balasan mu?. Hanya karena istrimu itu melahirkan seorang putra untukmu kamu dengan begitu cepat untuk melupakanku."
Ucap Dara dalam hatinya
"Aku tidak akan membiarkan mu untuk meninggalkanku, hanya karena dia!
kamu adalah milikku," Ucap Dara lagi dalam hatinya.
Dara berjalan menuju mobil taksi yang di pesannya kini sudah Tibah. Dara duduk di kursi penumpang, dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya.
"Pak bisa lebih cepat?" Ucap Dara pada pak sopir
Sopir itu mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya.
"Mas aku harap kamu ada di kantor hari ini, " Ucap Dara lagi dalam hatinya.
Saat sampai di kantor Dara berjalan masuk,
Dara menghampiri petugas keamanan yang sedang berdiri, Dara terlihat sedang menanyakan sesuatu dan melanjutkan langkahnya saat petugas keamanan itu memberinya petunjuk.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!