Siang itu panti asuhan begitu ramai, anak - anak panti asuhan berbahagia karena hari itu para donatur dan orang tua asuh mereka berkunjung, artinya hari itu mereka akan makan enak dan kenyang serta akan ada pakaian maupun mainan untuk mereka.
walaupun pakaian dan mainan yang mereka dapat sebagian besar merupakan barang bekas, tetapi tidak menghalangi senyum kebahagiaan mereka.
Panti asuhan tersebut sangat terawat, mungkin karena terletak di tengah kota sehingga panti asuhan tersebut tidak pernah luput mendapatkan bantuan dan penyaluran dana.
Sebagian kecil dari mereka merupakan anak - anak yang beruntung, karena mereka diadopsi atau pun memiliki orang tua asuh yang cukup kuat finansial nya.
Salah satu dari anak beruntung tersebut adalah Charlene, dia memiliki orang tua asuh yang berkenan membiayai dia sekolah, dan bukan hanya itu orang tua asuh Charlene yang merupakan mantan atlit panah Nasional juga memberikan Charlene kesempatan untuk berlatih dan mengikuti jejak orang tua asuh nya menjadi atlet panah.
Berbagai kejuaraan sudah sering diikuti oleh Charlene, dan banyak piala kejuaraan sudah berhasil diraihnya.
Langkah kaki Ibu Rosi, seorang pengurus panti asuhan terdengar di sepanjang lorong panti asuhan tersebut, dia mencari keberadaan Charlene.
"Charlene, disini kau rupanya. ibu sudah mencarimu kemana - mana. Ayo sekarang kamu ikut Ibu ke kantor Pak Zack mencarimu."
"Ada apa Bu? kenapa ibu tampak tergesa - gesa? Apakah ada masalah?" Charlene yang penasaran terus bertanya - tanya sambil berlari kecil mengikuti langkah Ibu Rosi.
Charlene memasuki kantor kepala panti, tampak pak Zack sudah duduk dan berbincang dengan kepala panti.
"Akhirnya datang juga, ayo masuk Charlene, dan beri salam pada pak Zack."
Charlene tersenyum dan menyalami orang tua asuhnya.
Pak Zack tampak mengeluarkan beberapa map dan kertas berkas dari dalam tas kerjanya.
"Charlene, bapak membawa kabar gembira untukmu. Karena nilai ujian SMA mu bagus dan juga berbagai prestasi yang sudah kamu raih maka kamu diterima di salah satu universitas terbaik di Inggris. Apakah kamu bersedia belajar disana?"
Mata Charlene berbinar - binar, sudah lama dia memimpikan untuk dapat sekolah ke jenjang yang lebih tinggi supaya dapat bekerja dan memiliki penghasilan.
"Mau saya pak, saya mau sekali! Tapi.. bagaimana dengan biaya nya pak?"
Kebahagiaan Charlene pun surut mengingat dia tidak memiliki uang sama sekali.
Pak Zack tersenyum tulus "Kau tenang saja, pihak universitas sudah melihat prestasi dan nilai mu. Mereka berkenan memberimu beasiswa penuh selama kau bersekolah di sana dan untuk biaya hidup bapak akan mencarikan surat rekomendasi untukmu supaya bisa bekerja part time di sana."
"Wahh Terima kasih banyak pak." Charlene merasa terharu dengan ketulusan orang tua asuhnya.
"Bersiaplah satu minggu lagi kamu akan berangkat ke Inggris, bapak sudah mengatur kan tempatmu tinggal. Terpaksa kamu akan berangkat seorang diri, tetapi bapak yakin kamu pasti bisa, karena kamu anak yang cerdas dan pemberani Charlene."
Charlene sempat ragu akan keberaniannya, tetapi jika dia menunda - nunda maka kesempatan seperti ini tidak akan bisa terjadi lagi dengan tatapan tajam dia pun menjawab secara tegas, "Baik Pak."
Pak Zack pun tersenyum, kemudian membawa berkas pengurusan passport dan visa, "Lusa kamu ke kantor imigrasi untuk foto dan tanda tangan passportmu, dan uruslah juga visa mu ini berkas - berkas nya sudah saya siapkan semua untuk memudahkanmu."
Charlene sangat berterima kasih pada pak Zack atas segala bantuannya selama ini.
Seminggu telah berlalu, Charlene sudah bersiap akan berangkat ke bandara. Tiba - tiba dia melihat pancaran cahaya putih dari dalam gudang panti asuhan. Gudang tersebut sudah lama tidak dipakai dan seingat Charlene tidak ada penerangan sama sekali dari dalam, dengan rasa penasaran Charlene masuk ke dalam gudang tersebut. Betapa terkejutnya Charlene ketika melihat sebuah kotak berisikan busur dan anak panah yang bagus sekali. bahannya ringan namun terasa kokoh dan mantap ketika dipegang, dan anak panah nya terlihat berbeda dengan miliknya. Charlene merasa familier dengan benda itu, kemudian tanpa sadar Charlene membawa kotak tersebut dan meninggalkan busur serta anak panah miliknya sendiri.
Bergegas dia segera pergi menuju bandara, karena sudah tidak ada waktu lagi.
Segala sesuatu nya berjalan lancar dan Charlene sudah duduk tenang di dalam pesawat. Pandangan mata Charlene melekat pada kotak berisi busur dan anak panah kuno itu, entah bagaimana tetapi Charlene merasa jatuh hati pada busur tersebut seakan - akan busur tersebut memang miliknya.
Ketika pesawat sedang terbang di tengah perjalanan, sebuah petir menyambar pesawat tersebut. Secara otomatis semua mesin berenergi listrik di pesawat tersebut menjadi kacau dan salah satu baling - baling pesawat pun mati. Pesawat kembali oleng dan meluncur ke arah laut secara cepat. Seluruh penumpang menjerit histeris tidak terkecuali Charlene yang memejamkan mata sembari memeluk kotak busur kuno itu. Dan ledakan pesawat pun terjadi, Sesaat sebelum ledakan Charlene melihat kotak tersebut sekali lagi menampakkan cahaya putih yang terang sekali, sebelum akhirnya kesadarannya menurun.
Beberapa jam kemudian kesadaran Charlene kembali pulih, dia mengerjapkan mata nya berkali kali, banyak pepohonan di sekitarnya. "Dimana aku sekarang?"
Ketika Charlene berusaha mengingat semua hal, kepala nya terasa sangat sakit, semua memori yang asing baginya mulai berkelebatan di benak nya. Dan Charlene kini memahami bahwa dirinya terlempar di era yang berbeda dengan zamannya. Dan kini dia harus melakoni kehidupan sebagai Puteri Charlene di zaman kuno ini.
Tanpa terasa air mata Charlene pun mengalir, betapa pilu kisah masa lalu Puteri Charlene.
Dia terlahir di keluarga kerajaan sebagai seorang Puteri, tetapi ayahnya sang Raja Iceberg memaksa nya menjalani kehidupan sebagai seorang laki - laki dan harus siap menerima takhta. Ayahanda nya sang Raja Iceberg bukan lah penguasa yang bijaksana, sang raja memiliki kelainan seksual. dia sangat suka bermain perempuan tanpa pandang bulu, dan puncaknya adalah ketika sang ibunda permaisuri mengandung dirinya, ayahanda sang raja mengalami penyakit kelamin yang mengakibatkan dirinya tidak bisa memiliki keturunan.
Awal nya dia merasa tidak masalah, karena mengetahui sang Permaisuri sedang mengandung penerusnya, tetapi dia sangat kecewa ketika mengetahui bahwa sang permaisuri melahirkan anak perempuan.
Sang Raja yang murka membantai bidan serta semua pelayan di istana permaisuri agar rahasia nya tetap aman. Selama ini yang mengurusnya hanyalah sang permaisuri, yang kerap mendapat perlakuan kekerasan dari sang raja.
Charlene kecil selalu berpenampilan selayaknya seorang pangeran dan semua pendidikan pangeran pun dipelajari nya, termasuk berkuda dan memanah.
Akan tetapi sang Ibu selalu memeluknya dan mengingatkannya bahwa dia adalah perempuan. Akan ada saatnya Charlene menikah dengan seorang laki - laki dan harus bisa terlepas dari Arcton sang ayah Raja Iceberg.
Puncak nya sekitar dua tahun yang lalu terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Duke Jason yang hendak menggulingkan kepemimpinan Raja Arcton. Saat itu istana sudah terkepung pasukan, yang tersisa hanyalah istana permaisuri.
Permaisuri yang panik segera memberikan pakaian perempuan pada pangeran Arlon (aka Charlene) dan menyuruhnya untuk kabur, sedangkan ibunya berlari ke arah istana utama tempat sang raja dieksekusi, walau bagaimana pun kelakuan sang raja, permaisuri tetap mencintainya.
Di tengah kondisi kalut Arlon berhasil melarikan diri dari istana dan memulai kehidupan sebagai Charlene, dengan terbakarnya istana Iceberg berakhir pula kehidupan pangeran Arlon sang Putera mahkota.
Kehidupan di luar istana tidak semulus kehidupan di istana, semua gambar wajah pangeran Arlon terpampang di seluruh sudut kerajaan. Duke Jason tidak mau melewatkan kesempatan sedikitpun, dia berniat menghabisi seluruh keturunan Raja Arcton.
Pangeran Arlon (Charlene) yang melarikan diri dari prajurit akhirnya hanya dapat bersembunyi di goa dalam hutan. Dengan ketrampilan memanahnya dia berhasil bertahan hidup dengan berburu dan memakan buah - buahan di hutan.
Hal terakhir yang berada di dalam ingatan pangeran Arlon hanyalah dia terjatuh ke dalam jurang ketika berburu di saat hujan lebat.
Dan pada saat itulah jiwa Charlene dari masa depan dapat masuk ke dalam raga Pangeran Arlon.
Charlene yang mendapatkan seluruh ingatan pangeran Arlon pun terharu dengan betapa keras nya kehidupan yang telah dia jalani. Charlene mulai mengeksplore tempat keberadaannya, dan menemukan busur serta anak panah milik pangeran Arlon, ternyata kotak panah yang berada di dalam gudang panti asuhan itu milik pangeran Arlon.
Charlene mulai dapat membentuk alur cerita kejadian misterius yang dia alami.
Charlene berusaha berdiri, tetapi kembali terjatuh dan menyadari bahwa kaki nya terkilir sehingga dia kesulitan untuk berjalan. Dengan menggunakan sebatang batang pohon Charlene mulai berjalan dan menemukan sungai dengan air yang jernih.
Dia pun bercermin, wajah pangeran Arlon mirip sekali dengan dirinya di zaman modern.
Tetapi wajah cantiknya tertutup baju gembel yang dia kenakan dan lumpur yang menempel muka serta badannya.
Charlene berpikir bahwa selama nya dia tidak mungkin tinggal di dalam hutan. Pemberontakan sudah berlalu lebih dari dua tahun, rambut nya pun sudah panjang, 'Kini aku adalah Charlene, pangeran Arlon sudah mati, aku harus bisa bangkit dan mencari cara untuk kembali ke zamanku.'
Terdengar suara gemerisik di rerumputan, Charlene menyiapkan anak panah dan busur nya untuk berjaga - jaga jika ada hewan buas menyerangnya.
Ketika mengamati dengan seksama, Charlene menyadari yang bersembunyi di rerumputan hanyalah anak kijang yang cantik. Ketika Charlene berusaha berdiri sebuah anak panah melesat melewatinya dan mengenai anak kijang tersebut.
Charlene sangat terkejut dan kembali terjatuh.
"Marquiss selamat, satu ekor kijang berhasil di panah." terdengar suara seseorang dari kejauhan diikuti suara derap kaki kuda.
Charlene berusaha berdiri dan melarikan apa daya kaki nya tidak mau diajak bekerja sama.
"Nona apa kau tersesat?"
suara jernih seorang pria mengejutkannya, Charlene hanya menggelengkan kepala nya.
Marquis Sebastian mengamati gadis itu 'gadis yang sangat cantik, tetapi sayang terlalu kurus dan seperti nya dia salah satu budak yang melarikan diri.'
"Siapa namamu nona?" Charlene terdiam ketika Sebastian menanyakan identitasnya.
Pengawal marquess menjadi geram karena gadis itu tetap bungkam dan tidak menghargai tuannya.
"Seperti nya dia seorang budak yang melarikan diri, sir" Marques Sebastian mengamati gadis itu dan tidak menghiraukan pengawalnya.
"Bawa pulang rusa dan gadis ini." Suara perintah Sebastian membuat Charlene terdiam, Charlene memang menunggu kesempatan untuk keluar dari hutan ini. Dengan sikap tenang Charlene berdiri dan mengikuti pengawal keluarga marques, mata marques melihat busur yang dipegang gadis itu
"serahkan kepadaku busur itu."
pengawal marquess segera memberikan busur yang dibawa Charlene.
Setelah melihat seksama Marques melihat wajah gadis itu dan melihat pakaian perempuan yang dikenakannya 'tidak mungkin dia pangeran Arlon, sudah jelas dia seorang wanita. Tetapi kenapa dia memiliki busur pangeran Arlon?'
tanpa mengatakan apa pun marques mengembalikan busur itu dan lekas pergi diikuti anak buah nya.
Charlene yang berada di atas salah satu kuda marquess terus menggerutu, 'cowo sialan, ganteng si tapi masa iya tanganku perlu diikat. Emang nya aku kambing kurban?'
Charlene pun tiba di kediaman Sebastian, mulutnya melongo takjub dengan kemegahan rumah sang marquess, Sebastian meliriknya dan mempelajari ekspresi wajah wanita itu 'Sudah jelas dia bukanlah seorang bangsawan, jika dia seorang bangsawan tidak mungkin menampakan ekspresi kampungan seperti itu.'
"Bawa wanita itu ke ruangan pelayan dan beri baju serta makanan yang layak, kemudian antar dia ke ruang kerjaku bersama dengan busur serta anak panah yang dibawanya."
Dengan sigap sang pelayan segera melaksanakan perintah tuannya.
Charlene memasuki ruangan yang disebut ruangan pelayan, dia masih terkagum kagum 'bahkan kamar seorang pelayan di sini sedikit lebih bagus daripada kamarku di panti asuhan.'
Setelah membersihkan diri, Charlene menyantap dengan lahap makanan serta susu yang dihidangkan, entah kapan terakhir kali dia menyantap makanan selezat ini.
Asisten Marques Sebastian pun datang untuk mengantar Charlene menemui Marques, sejenak asisten itu takjub dengan kecantikan Charlene, kemudian dia tersadar untuk tidak membuang waktu karena Marques sudah menunggu mereka.
Suara ketukan pintu membuat Sebastian berhenti membaca berkas - berkas pekerjaannya, tamu yang dinanti sudah datang.
Asisten Sebastian masuk keruangan dengan seorang wanita. Sebastian menatap wajah wanita itu, sangat cantik sekali dengan rambut panjang terurai serta mata nya yang bulat dan jernih.
"Masuk dan duduklah" Charlene mengangguk dan duduk.
"Nona apakah kau bisu?"
Charlene bimbang, apakah lebih baik dia mengaku bisu?
"Nona, yang kau harus tahu adalah aku benci seorang penipu, jadi sebaiknya berkata jujur dan tidak mencari masalah denganku."
Charlene menelan ludah dan akhirnya membuka suaranya, "Nama saya Charlene."
Sebastian tersenyum mendengar suara nya yang merdu
"Darimana kau mendapatkan busur dan anak panah itu Charlene? Apakah itu milikmu?"
Charlene menggelengkan kepalanya, "Saya menemukannya di hutan tuan."
"Apakah kau melihat pemi-"
perkataan Sebastian terpotong dengan masuknya seorang wanita cantik.
Charlene menatap wanita itu 'Dia cantik sekali, gaunnya pun sangat indah.'
Sebastian menampilkan ekspresi tak senang "Seperti nya kau harus mengulang kembali pelajaran etikamu Matilda."
Wanita itu meringis dan kemudian merajuk seperti anak kecil "Maafkan aku kak, ada hal penting yang harus kukatakan padamu. Dan kau harus meno-"
Pandangan Matilda jatuh pada Charlene, gadis dengan pakaian pelayan yang menurut Matilda penampilannya lumayan pantas untuk dibawa ke istana.
"Siapa dia kak?"
Sebastian hanya mengangkat kedua bahu nya, "Entahlah aku juga baru menemukannya saat sedang berburu."
Matilda duduk di seberang Charlene, "Apakah kau seorang budak Iceberg yang kabur?"
Charlene bingung harus berkata apa seperti nya skenario seorang Budak tidaklah buruk.
"Benar nona, saya seorang budak yang kabur. Tolong bantulah saya."
Mata Matilda berbinar - binar saat menatap Sebastian.
"Tolong berikan dia padaku, aku membutuhkan beberapa pelayan untuk aku bawa ke istana. Kau tahu kan jika aku akan tinggal di istana setelah pertunanganku dengan Jason dilangsungkan. Aku berniat mencari pelayan yang penampilannya tidak memalukan."
Sebastian menatap tajam adiknya itu "Matilda, jangan kurang ajar menyebut nama baginda Raja dengan tidak sopan."
Matilda pun hanya menunduk "Maafkan aku"
Charlene mulai mencerna semua nya, tangannya mulai berkeringat karena gelisah, 'Jika sampai Duke Jason mengenaliku sebagai pangeran Arlon habislah sudah nyawaku. Tapi bagaimana caraku menolak perintah bangsawan yang hendak membawaku ke istana. Tidak Tidak aku tidak bole panik, bagaimana pun kandang musuh akan menjadi tempat paling aman bagi seorang buronan.'
Lamunan Charlene terpecah, "Charlene apakah kamu mendengarnya? Ini adalah Puteri Matilda adik sepupuku dan mulai sekarang dia adalah majikanmu. Ikutlah ke istana dan jangan berbuat onar, jika sampai kau berbuat onar makan jangan salahkan aku menjual mu kepada bangsa Viking."
Charlene menelan ludahnya, "Baik Tuan"
Charlene menatap gerbang istana yang sangat megah, entah kenapa jauh di lubuk hatinya terasa sakit, berbagai memory milik pangeran Arlon pun berkelebat di kepala nya.
Dan bagaikan sihir, Charlene sudah hapal seluruh seluk beluk istana ini.
"Heh apakah kau mendengarku? Daritadi aku bertanya tapi kau tidak menjawab sama sekali." Omongan Matilda sangatlah pedas, wataknya tidak secantik parasnya.
"Maafkan aku Puteri, aku hanya takjub dengan kemegahan istana ini."
Matilda memaklumi, orang yang berasal dari desa pasti akan takjub dengan kemegahan istana Iceberg
"Setelah aku resmi menjadi permaisuri maka kau bisa ikut denganku tinggal di istana ini."
Charlene hanya tersenyum kecut, dia memandang sekeliling semua prajurit maupun pelayan di istana tidak ada yang dia kenali, itu artinya Duke Jason sudah mengganti semua pekerja di istana nya, 'baguslah tidak ada yang mengenaliku.'
Matilda membawa semua pelayannya menuju istana utama tempat Duke Jason berada.
Asisten pribadi Raja Jason pun menyambut mereka dan mengantar mereka langsung menuju ruang kerja Raja Jason.
"Salam Raja Jason sang cahaya Iceberg"
Matilda memberi salam, kemudian Jason pun berhenti bekerja.
"Selamat datang Matilda, apakah kau sudah membawa orang mu sendiri untuk mengatur keperluan ballrom?"
"Sudah baginda Raja, hamba membawa empat orang pelayan."
Jason melihat sekilas empat pelayan yang dibawanya, tiba - tiba dia menunjuk ke arah Charlene.
"Kau yang disana kemarilah."
Charlene menelan ludah, 'Apakah riwayatnya akan berakhir disini?' Charlene berusaha tetap tenang, dan berkali - kali mengusap telapak tangannya yang berkeringat dingin.
Dengan langkah pelan Charlene maju perlahan.
"Apakah kau seekor kura-kura? CEPAT!!"
Seluruh orang di ruangan terkejut, Jason selama ini selalu bersikap tenang dan pandai menjaga emosi nya. Baru kali ini dia membentak - bentak pelayan tanpa sebab.
Charlene begidik ngeri dia segera menggerakan kaki nya yang berat untuk berjalan lebih cepat ke arah Jason.
Jason melihat dengan seksama, "Angkatlah kepalamu dan tatap aku."
Charlene tetap diam dan tidak berani menatap Jason.
"Apakah kau tuli? Atau kau bisu? TATAP AKU!!"
Air mata Charlene sudah merebak di pelupuk mata nya, dan dia mengangkat wajahnya menatap Jason untuk pertama kali.
Charlene terpesona dengan ketampanan Jason, Jason memiliki ketampanan maskulin yang tegas rambut nya yang berwarna keperakan sangat sesuai dengan wajahnya, tetapi sayang wataknya sangat buruk.
Jason terkejut dengan kecantikan Charlene dan dia merasa familiar dengan wajah Charlene karena mengingatkan nya pada pangeran Arlon, dia tidak lupa bahwa Pangeran Arlon juga memiliki paras yang cantik sejak kecil, sayangnya dia seorang laki-laki. Jason mengamati Charlene dengan seksama dari kepala sampai ujung kaki, kemudian dia menatap Matilda
"Bukankah aku sudah berkata padamu untuk tidak membawa orang berambut hitam? Bukankah kau tahu rambut hitam merupakan simbolis keturunan raja Arcton terdahulu? APA KAU SEBODOH ITU MATILDA?"
Matilda sangat terkejut, baru kali ini dia melihat Jason semarah ini, air mata mengalir di pipinya "Maafkan aku"
Charlene terkejut, dia baru tahu jika warna rambutnya akan menjadi masalah. 'Apakah itu sebab nya Sebastian menangkapku? dan untung saja mereka tidak tahu kalau Arlon itu sebenarnya seorang wanita bernama Charlene. Tidak aku tidak boleh ketakutan, semakin aku takut maka semakin besar rasa curiga nya kepadaku.'
"Yang mulia Jason sang cahaya Iceberg, hamba tahu hamba hanyalah seorang budak yang melarikan diri. Tetapi hamba juga seorang manusia dan seorang anak yang menghormati kedua orang tua hamba yang sudah meninggal saat perang. Tolong hormatilah orang tua hamba dengan tidak menuduh hamba sebagai anak atau pun keturunan orang lain. Terlebih lagi keturunan seorang Raja Arcton yang telah menghancurkan desa hamba."
Raja Arcton memang seorang raja yang dzalim, dia selalu meminta pajak yang tinggi pada rakyatnya, jika rakyatnya tidak menyanggupi maka tak segan Raja Arcton akan membakar desa atau pun menangkap anak gadis di desa itu untuk menjadi koleksi mainannya, kemudian mengembalikan mayatnya setelah lepas bermain.
Jika melihat kondisi Iceberg sekarang sangatlah berbeda dengan kondisi Iceberg era dulu. Kini Iceberg menjadi kerajaan yang damai dan makmur.
Jason tampak terganggu dengan ucapan Charlene
"Lancang!! Apakah aku sudah memberimu kesempatan untuk berbicara? Terlebih kau hanyalah seorang pelayan yang ternyata mantan seorang budak. Kau harus tahu dimana posisimu."
Charlene tersinggung dengan perkataan Jason. Terlepas dari permasalahan Arlon, Charlene yang berasal dari zaman modern merasa manusia itu sama, tidak ada yang nama nya perbedaan kasta sosial.
Dengan berani Charlene mengangkat wajahnya, kini matanya berapi - api penuh dengan amarah. "Raja Jason yang terhormat, hamba memang lah seorang budak. Tetapi antara hamba dan anda tidak ada perbedaan, kita sama - sama manusia. Jadi setidaknya tolong hargai hamba sebagai seorang manusia juga."
Matilda ketakutan, ternyata budak yang dibawa olehnya merupakan pembangkang. Pantas saja dia bisa kabur, tapi jika masalah ini menjadi besar pasti dirinya akan ikut terseret dan Jason akan ikut membencinya. 'Tidak aku tidak mau pertunganku dengan Jason gagal.'
Matilda pun berjalan ke arah Charlene dan menampar nya, "Dasar budak tak tahu diri. kau harus tahu dimana posisimu. Seorang anak yatim piatu yang tidak jelas asal usul nya seperti dirimu seharusnya berterima kasih kepadaku karena menjadikanmu pelayan ku, tanpa aku dan kak Sebastian kamu sekarang hanyalah seorang budak yang menunggu pembeli untuk membelimu dan menjadikanmu seorang pelacur."
Charlene sangat marah mendengar itu, dia mengangkat wajahnya dan menatap tajam pada Matilda, tatapan mata nya membuat Jason terpesona, 'Dia wanita yang cukup menarik, jelas sekali dia bukanlah Arlon. Disamping dia seorang wanita, pangeran Arlon si pengecut itu juga tidak bakal berani menatap mata lawan bicara nya. Karena itu lah dia disebut putera mahkota yang tidak berguna.'
Charlene dengan menahan amarahnya mulai berjalan ke arah Matilda, "Dengarlah Tuan Puteri, kau seharusnya berterima kasih karena orang tuamu dari keluarga terpandang dan dapat memberimu gelar. Tetapi ingatlah siapa pun di dunia ini tidak dapat mengatur dari keluarga mana dia akan dilahirkan. Jadi tolonglah hargai orang lain dan jangan mempermalukan dirimu sendiri. Dengan anda bersikap memalukan seperti ini, maka tidak ada bedanya anda dengan para penjahat diluar sana."
Jason tertawa geli, dirinya dan Matilda tumbuh bersama sejak kecil, baru kali ini dia melihat Matilda terpojok dan tidak dapat berkata apa-apa. Matilda yang dikenalnya adalah sosok yang manja dan seenaknya sendiri.
"Sudahlah, aku anggap masalah ini sudah selesai, yang aku cari adalah pangeran Arlon. Sudah jelas dia seorang wanita maka tidak perlu diperpanjang. Cukup sampai disini saja, Dheen tolong antar Puteri Matilda ke ruangannya, dia pasti sudah terlalu lelah sekarang. Dan untuk permintaan maafku pada nona berambut hitam, dia diterima sebagai tamu ku bukan pelayan Puteri Matilda, jadi berilah dia kamar tamu untuk beristirahat dan tidak perlu melayani nona Matilda."
Tampak Matilda ingin protes, tapi tidak berani. Dia paham betul bagaimana watak Jason, jika aku melawannya sama saja aku mencari masalah yang lebih besar.
Asisten nya pun hanya mengangguk "Baik yang mulia."
Halo pembaca ☺🙏
Mohon dilirik juga, karya author yang lain ya. semoga berkenan
**RED SUNSET
R +18 terdapat adegan kekerasan verbal
Bijaklah dalam membaca.
Berawal dari kematian saudara kandung nya, perceraian kedua orang tua nya hingga membuat ibu nya gila sampai tewas bunuh diri, membuat Ardian Wicaksono membulatkan tekad untuk membalas dendam pada Gunadi Prakoso. Orang yang sudah memporak porandakan kehidupan keluarga Ardian yang sebelumnya sangat harmonis.
Target utama Ardian adalah Dheandra Prakoso, Puteri semata wayang bapak Gunadi. Dia akan membuat kehidupan Dhea dan keluarga nya menjadi hancur seperti keluarga nya.
Tetapi satu hal yang luput dari rencana Ardian, bahwa Dhea wanita dengan masa lalu yang kelam sekaligus cantik rupawan dan mampu membolak balikan hati Ardian.
Ketika akhirnya Ardian berhasil membalas dendam, tapi mengapa justru timbul masalah yang lebih rumit dan berkaitan dengan hati nya.
Mampukah Ardian berdamai dengan masa lalu nya, dan memulai lembaran baru bersama Dheandra**.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!