NovelToon NovelToon

Remaja Tangan Besi

Libra aeros

Bayi kecil yang malang, di besarkan oleh seorang wanita miskin yang hidup sebatang kara. dia memberikan nama libra pada bayi kecil itu sesuai dengan

nama bintang pada tanggal dan bulan kelahirannya. jamilah menyayangi bayi itu melebihi dari menyayangi dirinya sendiri.

Delapan belas tahun yang lalu dia menerima libra sebagai anaknya karena orang tuanya tidak menyukainya. dia di anggap anak yang membawa sial tak membawa keberuntungan.

Saat itu, bayi itu dalam posisi yang sungsang dalam perut ibunya, hingga ibunya susah melahirkannya dan berakhir pada oprasi sesar.

Ibunya hampir saja kehilangan nyawanya saat melahirkannya. dan oleh karena itu tiada satupun dari keluarganya yang menyayanginya.

Selain Libra aeros, dia memiliki saudara kembar ya itu abangnya yang sekarang memiliki nama leo andika pratama.

Leo andika pratama adalah anak kesayangan dari keluarga besar Arya pratama. cucu kesayangan dari Daris pratama, seorang pengusaha besar dan mafia di kota M. dia di berikan semua kebutuhan dalam hidupnya mulai dari uang mobil dan bodyguard,

dan segalanya.

Berbeda dengan libra yang sejak kecil hidup apa adanya.

Dulu tiga hari setelah dia di lahirkan. keluarganya mencari seorang yang mau menerima bayi itu sebagai anaknya. mereka ingin segera menjauhkan bayi kecil itu dari kehidupan mereka.

Di sisi lain

jamilah yang hidup sebatang kara sungguh merasa senang begitu mendengar berita itu. dia datang untuk

menerima dan menyanggupi untuk menjadi ibu dari bayi itu. dan sejak dari hari itu, jamilah telah menjadi ibu bagi bayi kecil itu.

Dua tahun kemudian libra sudah pandai berjalan, wajahnya sangat imut dan menggemaskan dia sangat manja pada jamilah ibunya.

Jamilah sangat menyayangnya hingga pada suatu saat dia menyadari sesuatu yang berbeda pada anaknya itu.

giginya putih bersih tersusun rapi, senyumnya sangat menawan hingga siapa saja yang melihat akan luluh hatinya.

Matanya yang indah memiliki

sorot yang misteri, siapa saja yang menatapnya akan simpatik padanya.

pada tubuhnya terdapat garis garis yang sangat halus berwarna biru hampir tak terlihat oleh mata.

dia memiliki aroma harum yang sangat khas dan itu akan tercium jelas saat keringat keluar dari tubuhnya.

Sejak saat itu, Jamilah menyuruhnya

untuk menghindar dari tersenyum dan menatap orang selain dirinya.

dia menyembunyikan semua kelebihan pada anaknya. dia takut orang akan mengambilnya darinya. anak yang sangat dia sayangi, belahan jiwanya walau dia tidak terlahir dari rahimnya.

Waktu itu telah lama berlalu. sekarang libra sudah berada pada masa remaja, dia sudah kelas tiga SMA, di matanya, libra seorang yang baik lembut penurut sopan dan santun. dia tidak pernah tau di belakangnya.

Sedangkan libra sendiri, dia tidak akan membiarkan ibunya tau tentang apa yang di lakukannya di luar.

dia menggancam orang orang yang akan bertindak melaporkan pada ibunya. dia tidak akan berpikir dua kali untuk menghajarnya.

# # #

Seperti biasa, jamilah akan membangunkan anaknya dari tidur molornya untuk pergi ke sekolah.

Kemudian dia pergi ke dapur untuk menghidang makanan di atas meja setelah sebelumnya ia memasak.

Setelah menyiapkan hidangan, dia akan segera memanggil libra untuk sarapan sebelum pergi sekolah.

"Makan yang banyak " celetuk jamilah sambil menuang air kedalam gelas dan

meletakkannya di depan libra.

libra hanya diam saja seraya menyelesaikan makannya.

Setelah selesai sarapan, libra berpamitan pada ibunya untuk segera pergi ke sekolah. tapi jamilah menghentikan langkahnya begitu melihat penampilannya.

Saat menatap nya, jamilah berpikir akan merubah penampilan anaknya yang selama ini dia perintahkan.

' aku tidak perlu takut lagi orang mengambilnya dariku, lagi pula dia sangat menyayangiku, libra sudah besar, dia pandai menjaga dirinya,

aku tidak perlu lagi menutupi kelebihannya hanya untuk melindunginya, lagi pula, ini sudah waktunya untuk dia mengetahui siapa orang tua kandungnya, aku juga sepertinya tidak mampu bertahan lebih lama lagi melawan penyakitku ini '

"Kenapa bu? " tanya libra aneh

melihat ibunya, karena dia merasa, penampilannya sudah sesuai perintah ibunya.

' tapi kenapa masih saja di perhatikan dan di hentikan ' pikir hatinya.

"Mulai besok mandilah sebelum pergi sekolah, sikat gigi, berpakaian yang rapi, potong rambutmu yang gondrong itu" kata ibunya.

Libra tidak menjawab, dia hanya tersenyum menatap ibunya, lalu meraih tangan ibunya seraya meletakkan di keningnya, kemudian pergi sekolah menggunakan motornya.

Dalam perjalanan, Libra memikirkan perintah ibunya barusan, dia merasa aneh dengan sikapnya, bahkan sebelumnya, ibunya sampai memohon ke sekolah agar tidak memotong rambutnya, dengan alasan dia akan sakit karenanya. tapi sekarang

'kenapa perintahnya berubah? ' pikirnya.

Libra mulai menekan pedal gas motornya

" Reng whueengg "

Dia hanya berani menekan pedal gas motornya setelah jauh dari rumahnya

agar ibunya tidak mendengarnya.

Dan di luar itu, dia tidak peduli dengan orang lain walau mereka terganggu sekalipun dengannya.

" Ciiiiiit" suara ban motor dan mobil

bergesekan di atas jalan menghindar dari bertabrakan tepat di depan sekolah, Libra menoleh berhenti sambil menatap empat orang yang turun dari atas mobil sport kemudian menatapnya.

Sementara orang yang melihat respect

menjerit terkejut melihat kejadian.

"Hai, apa kau tidak punya mata, jalan ini bukan jalanmu" ucap seorang pengemudi mobil dengan sinis kepadanya.

Libra memarkirkan motornya lalu berdiri di sampingnya

kemudian dengan berani membalas sambil menyeringai mengejek.

" Jalan ini juga bukan jalanmu, apa urusanmu? "

Orang orang di sekitar menatap tercengang pada Libra, dia sangat berani melawan orang terkaya di kota ini.

Orang orang yang turun dari mobil menjadi kesal dan marah, kemudian seorang yang paling muda di antara mereka berkata

"apa kau tidak tau siapa aku? aku adalah Leo andika pratama, aku bisa memecatmu dari sekolah ini, berandalan sepertimu tidak cocok di sini". ejeknya

"Ha ha ha" Libra malah tertawa terbahak bahak. " pecat saja kalau kau mau, kau itu orang baru tapi sudah berani mengaturku, bodoh" balas libra

Libra hanya kalem jika di rumah atau di hadapan ibunya, tapi di luar itu, dia lebih sadis dari seekor srigala, semua orang di sekolah sudah mengenalnya.

"Nampaknya anak ini perlu di beri pelajaran" ucap geram salah satu orang dari ke empat orang itu.

Kemudian secara bersamaan tiga orang datang menghampiri Libra dengan mengepalkan tangannya.

Mereka menampar wajah Libra, tapi dengan cepat libra menghindar, dia

hanya menatap dengan wajah dingin

Kemudian seorang dari mereka menendang wajahnya, dia juga masih bisa menghindar sambil menyeringai mengejek.

"Bajingan.. pukul dia jangan kasi ampun, sepertinya anak ini bisa bela diri" teriak seorang dari tiga orang itu.

Libra hanya menyeringai mendengarnya

Mulai mengepalkan tangannya

Tatapan matanya yang tajam terlihat sangat menggerunkan siapa saja yang melihatnya, bola matanya bagai gumpalan awan mendung yang penuh misteri.

Ketiga orang itu terkesiap melihat tatapan itu, mereka seperti pernah melihatnya, tanpa bisa menghindar.

Libra memukul mereka tanpa ampun

tanpa belas kasihan tangan dan kaki mereka di patahkan, mereka hanya tergeletak kesakitan, dan Libra hanya berjongkok tepat di hadapan mereka.

"Bukankah kalian ingin memukulku?

tapi kenapa kalian hanya tidur di atas

jalan? tanya Libra mengejek tiga orang di depannya. seraya menatap seperti iblis.

ketiga orang itu hanya meringis menahan sakit, hatinya sangat ketakutan melihat tatapan itu, tatapan yang di miliki seseorang selain orang yang ada di hadapannya.

" Siapakah kau? " tanya seseorang dari tiga orang itu.

"Aku.. aku hanya orang biasa yang memang seperti ini sejak di lahirkan

kenapa? " tanya Libra dingin dan menantang.

Orang itu hanya meringis sambil menggelengkan kepalanya.

' kalau tidak salah dia pasti turunan dari tuan Danis pratama

aku sangat yakin dari tatapan mata dan

wajahnya ' batin orang itu

Sementara di sisi lain, leo merasa terhina di hadapan Libra, dia sangat geram dan marah, baru sekali ini ada orang yang berani mengejek dan mempermalukannya.

Dengan berbekal ilmu beladiri yang di pelajari dari setiap guru dan kakeknya,

dia berlari menerjang Libra yang masih berjongkok, tapi sayangnya dengan cepat Libra menghindar dan berbalik menyerang leo.

Terjadi perkelahian yang agak sengit,

tapi dapat terlihat, Libra jauh lebih unggul berbanding leo.

Libra selalu dapat menghindari serangan leo, sementara leo tidak bisa menghindari serangan Libra, dia terdesak dan terpukul mundur, Libra tidak menyia nyiakan kesempatan itu,

dia meninju telak ke wajah leo hingga jatuh tersungkur ke tanah.

Seringai puas di wajah Libra

Dia berjalan seperti iblis mendekati dan duduk di atas tubuh leo yang jatuh telungkup di atas tanah, lalu memegang kepalanya dengan kedua tangannya, berniat untuk memutar mematahkan lehernya.

"Tunggu" kata seorang dari tiga orang yang lebih dulu terkapar di tanah.

dia menatap Libra dengan panik

"Jangan lakukan itu" katanya lagi

Libra menoleh pada orang itu dengan tatapan mengerikan, tubuhnya di penuhi garis garis biru yang terlihat terang.

Itu menandakan kalau dia sudah melewati batas kemarahannya, maka dia terlihat seperti iblis di banding manusia, hanya ibunya, orang yang bisa menenangkannya.

Sayangnya ibunya ada di rumah saat ini, Libra tidak peduli dengan kata orang itu, dia mulai mengumpulkan kekuatannya untuk memutar leher leo hingga patah

"Tunggu.. mungkin dia saudaramu, tanyalah dengan ayah atau ibumu" kata orang itu lagi.

Libra terkesiap mendengar kata ibu

lalu dia menoleh dan berkata

"Aku tidak punya saudara" balasnya

"Tolonglah.. tanya ayah atau ibu yang membesarkanmu".

Entah apa yang di pikirkannya, berangsur warna biru di tubuhnya mulai menghilang, tapi dia sangat penasaran dengan kata orang itu.

Perlahan dia berdiri meninggalkan tubuh leo yang terkulai lemas, lalu pergi dengan terburu buru mengemudi motornya.

Tujuannya adalah rumah, menemui ibunya dan ingin bertanya.

Setelah mulai mendekati rumahnya,

dari jauh dia melihat ibunya sedang menjahit di teras samping rumahnya.

Setelah dekat, kemudian ibunya menolehnya, keningnya berkerut penuh dengan tanda tanya, ia meletakkan kain yang di jahitnya, lalu bertanya setelah Libra mematikan dan memarkirkan motornya.

"Kenapa kau cepat pulang nak? "

Libra tidak langsung menjawab, dia mengucapkan salam lalu meraih tangan ibunya meletakkan di keningnya, kemudian duduk di samping ibunya sambil menyusun kata kata untuk bertanya.

Ibunya terus memperhatikan keheranan lalu bertanya

"Katakan saja, apa yang ingin engkau tanyakan? "

Libra kaget, lalu berkata dengan senyumnya yang menawan.

"Bagaimana ibu tau aku ingin

bertanya? "

Ibunya tersenyum seraya menyentuh kepalanya lalu mendekatkan wajahnya.

"Aku adalah orang yang membesarkanmu, bagai mana bisa aku tidak mengenalmu? " kata ibunya

Libra menatap wajah ibunya penuh haru, lalu meletakkan kepalanya di pelukan ibunya.

"Aku hanya ingin bertanya bu, apakah aku memiliki saudara? "

Mulanya ibunya agak kaget, tapi sesaat setelah itu ia tersenyum dan berkata.

"Apakah kau ingin mendengarnya? "

Perlahan libra melepaskan pelukan ibunya, lalu menganggukkan kepalanya sambil berkata.

"Ia bu"

Kemudian ibunya diam berapa saat,

memikirkan kata kata yang tepat agar kelak libra tidak membenci keluarganya.

Bersambung

Dendam berkarat

"Ibu akan cerita semua padamu, tapi bisakah kau berjanji satu hal

pada ibu? "

Libra menatap ibunya lama, lalu dia mengangguk.

"Baiklah bu aku harus berjanji apa? "

"Berjanjilah pada ibu kau tidak akan menaruh dendam pada keluargamu nantinya, maukah kau melakukanya? " Kata jamilah lalu ia melanjutkan.

"Ingatlah seandainya kejadian pada masa itu tidak pernah terjadi, maka aku tidak akan pernah menjadi ibumu, apakah kau menyayangiku? " Tanya jamilah.

Kemudian libra menatap ibunya dengan haru yang juga sedang menatapnya dengan tajam.

"Tentu bu, aku sangat menyayangimu kenapa Ibu bertanya seperti itu? "

Tanya libra. Sedangkan jamilah hanya menatap senyum padanya.

"Baiklah sekarang dengar baik baik"

Kata jamilah. Kemudian dia menceritakan semuanya dengan se upaya mungkin agar libra tidak menaruh dendam pada keluarganya.

# # #

Di tempat lain.

Daris pratama, kakek dari leo andika begitu terkejut begitu anak buahnya menceritakan seorang anak yang wajah dan tatapannya sangat mirip dengannya.

'apakah anak itu cucu yang sudah di buang dari keluarga ini dulu? mungkinkah dia tumbuh besar menjadi seorang yang tangguh dan kuat? seandainya benar, maka aku sangat menyesal '

gumamnya dalam hati.

Kemudian Daris pratama menoleh pada anaknya Arya pratama yang ada di sebelahnya lalu mengatakan; " Apa kau masih ingat pada siapa kalian memberikan bayimu dulu? Coba selidiki anak ini dan cari tau di mana dia berada" Kata daris.

"Aku masih ingat, tapi lebih mudah mencarinya melalui sekolah itu, kita bisa mendapatkan identitas dan informasi di mana dia tinggal" Balas arya.

"Bagus, cepat kerjakan" perintah Daris lagi.

# # #

Di tempat lain. Libra mengepalkan jarinya di bawah meja, ia menahan perasaan bergejolak tak menentu di dalam hatinya, ada sedikit perasaan dendam berkarat yang tersemat di dalam sana. Tapi dengan sedaya upaya dia menyembunyikan perasaannya dari tatapan mata ibunya.

' Jadi kalian membuang ku ya?

baiklah, akan ku tunjukkan, kalau aku

bisa hidup tanpa kalian, ku harap

kalian tidak datang mencariku '

Gumam libra dalam hatinya.

Sedangkan ibunya terus menatap wajahnya seakan mencari sesuatu dari matanya. Tapi libra sangat lihai menyembunyikan perasaan dalam hatinya, dia tidak mau membuat ibunya merasa khawatir karena memikirkannya.

Satu bulan kemudian

bertepatan dengan hari ibu. Dalam sekolah libra mengadakan pertunjukan bagaimana cara seorang anak bisa mengenali tangan ibunya dengan mata yang tertutup, acara itu di ikuti oleh semua siswa. Leo juga ada di sana mengikuti pertunjukan itu, setelah dia di terima di sekolah itu satu bulan yang lalu. Dan dia sudah tidak berani lagi mencari gara gara dengan libra.

Libra tidak peduli dengan itu, dia jenis orang yang tidak pernah peduli pada orang lain selain ibunya. Setiap murid di tutup matanya begitu juga dengan ibu mereka, mereka harus memilih dan mencari tangan ibu mereka yang sedang berbaris berdiri sambil mengulurkan tangannya tanpa boleh bersuara.

Penyelenggara memberikan jangka waktu akhir, dan menentukan siapa yang pemenangnya. Dan di saat akhir dari sekian banyak tangan yang terulur untuk di kenali oleh anaknya, hanya libra yang mampu menemukan tangan ibunya.

Alangkah bahagia seorang ibu yang dapat di kenali seorang anak walau

dia tidak melihatnya. Semua ibu menatap kagum pada libra hingga seorang penyelenggara memberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Bagai mana caramu bisa mengenali tangan ibumu? "

Libra diam sesaat, lalu tersenyum dan berkata ; " Tangan itu yang selalu menjaga dan membelaiku sejak aku masih kecil. Tangan itu juga yang selalu menyuapkan makanan ke mulutku, dan tangan itu jugalah yang memberikan kasih sayang padaku. Bagai mana bisa aku melupakan tangan itu? "

Tepuk tangan bergemuruh menggema

seisi sekolah mendengar jawaban libra.

Mereka merasa salut dan kagum pada nalurinya. Sedangkan jamilah, dia begitu terharu begitu mendengar jawabannya.

"Aku sangat menyayangimu nak"

Tak terasa air matanya mengalir bersama isak tangis yang keluar dari rongga mulutnya, seraya memeluk anak yang dari kecil sudah di besarkannya. Anak yang dulunya tak di inginkan oleh keluarganya tak di sangka telah jadi anugrah bagi dirinya.

Di sudut lain. Seorang wanita yang cantik sedang menatap sayu, ia begitu iri pada wanita yang mampu di kenali oleh seorang anak yang dulu telah

terlahir dari rahimnya. Setitik air mata mengalir dari sudut matanya melintasi pipi dan berakhir jatuh di lantai. Sejuta penyesalan tercermin di wajah cantiknya, andai saja waktu itu dapat kembali mungkin dia tidak akan lagi melakukan kesalahan yang dulu pernah terjadi.

Tapi itu sudah terlambat, delapan belas tahun telah cepat berlalu. Anak yang dulu ia lahirkan telah tumbuh besar menjadi menjadi seorang anak yang sangat berbakti. Dia sangat menyayangi orang yang telah membesarkannya. Hanya duka dan air mata yang kini ia rasakan sebagai wanita yang telah mengandung dan melahirkannya.

' Maafkan ibu nak ' dia bergumam dalam hatinya.

Dia adalah Naira, ibu kandung dari libra. Berapa minggu yang lalu pihak keluarga suaminya telah mencari dan menemukannya, itu atas perintah dari

ayah suaminya, Daris pratama. Dialah wanita yang telah mengandung anak itu, tapi kini dia hanya bisa terpaku menatap anak yang dulu pernah di buang oleh keluarganya. Sebenarnya itu bukan kemauannya, hanya saja dia mengalah oleh keluarga dan dorongan suaminya.

"Bu.. kenapa ibu menangis? "

Tanya seorang gadis kecil yang telah memegang tangannya. Dia hanya diam membisu sambil menatap gadis kecil itu tanpa mampu mengatakan apapun.

Dea siska pratama namanya, gadis kecil itu adalah anak kandungnya, dia adalah adik dari leo dan libra. Tanpa dia sadari, tangan yang kekar tapi penuh kasih sayang telah menyentuh bahu dari belakang tubuhnya. Dia adalah Arya pratama, suami yang sangat mencintainya. Dan karena cinta yang sangat dalam itulah, dia rela memberikan anaknya pada wanita yang lain. Dia lebih rela kehilangan anaknya dari pada kehilangan istrinya.

"Apa kau ingin menemuinya? " tanya arya padanya, seakan dia mengerti apa yang ada di dalam benak istrinya.

Naira menoleh, lalu dia mengangguk,

kemudian dia mengatakan.

"Apa kita tidak malu untuk menemuinya? "

"Tidak" balas Arya, seraya menggelengkan kepalanya.

" Tidak ada batas untuk kita menemuinya, walau belum tentu dia

menerima kita tapi darah yang mengalir padanya adalah milik kita "

sambung arya.

Kemudian arya menuntun naira mendekati libra dan ibunya di ikuti oleh dea di belakang mereka. Sedangkan leo, dia hanya menatap kesal dari kejauhan, walaupun dia sekarang tau kalau libra adalah adik kembarannya. Tapi hatinya belum bisa untuk menerimanya.

Sebelum arya dan naira menyapa libra

dan ibunya, jamilah lebih dulu melihat mereka dan langsung menyapanya.

"Tuan.. nyonya" sapan jamilah sambil tersenyum.

"Jangan panggil saya nyonya, panggil saja nama saya" balas naira tersenyum.

Dia tidak mau menimbulkan jarak di

antara mereka yang bisa menjadikan kesan buruk di hati libra. Dia ingin

mendekati libra selayaknya seorang ibu

seutuhnya pada anaknya.

Sedangkan libra hanya diam menatap naira, sebagai manusia. Ada ikatan perasaan batin yang takkan pernah lepas antara seorang ibu dan anaknya.

Dia tak mampu berbuat apa apa selain

menatap tajam kearah wanita cantik yang ada di hadapannya. Mereka belum mengatakan apapun padanya.

Tapi hati dan nalurinya telah mengatakan, kalau wanita itu adalah ibunya.

Bersambung

bertemu orang tua kandung

* ibu kandungku terlihat seperti wanita yang baik, tapi kenapa dia tidak menginginkan ku? mungkinkah ada hal yang membuat dia melakukannya atau terpaksa, kalau memang benar. Siapa orang yang membuatku terbuang dari keluarga itu, seandainya saja aku tau, aku akan membuatnya menyesal

seumur hidupnya *

Kemudian libra beralih menatap seorang pria yang sedang berdiri di sebelah wanita yang telah dia yakini sebagai ibu kandungnya.

* Orang ini mungkin ayah kandungku aku merasa ada sedikit kemiripan wajahku dengannya, tapi anak laki yang hampir saja ku bunuh waktu itu jauh lebih mirip dengannya. Mungkin benar kata orang itu, pemuda itu adalah saudaraku. Tapi selama dia tetap memandang rendah padaku, aku juga tidak akan pernah menganggap dia sebagai saudaraku. Bukankah dulu mereka telah membuang ku?, Aku sudah terbiasa hidup sendiri bersama ibuku. Mereka itu tidak begitu berarti sama sekali dalam hidupku *

Libra terus bergumam di dalam hatinya, sampai pada saat ibunya menyentuh bahu hingga mengejutkannya. Dia lalu menoleh ibunya yang sedang tersenyum sambil memegang bahunya kemudian ia mengatakan ;

" Kau harus tau siapa orang tua kandungmu nak, orang yang sedang berdiri di hadapanmu inilah, ayah dan ibu kandungmu". Kata jamilah

Libra tidak tau harus berkata apa, dia

merasa canggung. Karena memang baru sekali ini dia bertemu dengan kedua orang tua kandungnya.

" Bawalah dia datang ke rumah kak" sambil tersenyum naira berkata pada jamilah.

"Ya.. nanti aku akan membawanya kesana" balas jamilah tersenyum ramah kearah naira.

Satu minggu sudah berlalu. Sekarang jamilah sedang membawa libra pergi menemui kedua orang tua kandungnya.

Sebenarnya libra sangat malas untuk pergi, tapi jamilah terus saja memaksa dirinya untuk pergi bersamanya.

Untuk menjaga perasaan ibunya, libra terpaksa mengalah dan dia tidak berani menolak kemauan hati ibunya.

Setibanya sampai di depan pintu gerbang rumah orang tua kandungnya. Libra merasa terkesima dengan rumah yang begitu luas dan besar, yang ada tepat di hadapannya.

Rumah itu sangat besar megah dan mewah.

Dari dalam pos penjaga pintu gerbang

yang ada di dalam. Terlihat enam orang bertubuh kekar menatap sinis dan bertanya seakan mengintimidasi .

Libra juga menatap tajam kepada enam orang itu. Setelah jamilah menjelaskan maksud kedatangan mereka, seorang penjaga telah

membukakan sedikit pintu gerbang itu

padanya.

Kemudian dia masuk terlebih dulu. Dan

dari luar libra menyempatkan untuk mengintip ke dalam, terlihat ada banyak mobil mewah yang berjejer di sana.

' Nampaknya sedang banyak tamu

di rumah ini ' pikir hatinya.

Lalu dia menghidupkan motornya untuk di bawa masuk , tapi seorang penjaga mencegah dan melarang Libra untuk membawa motornya masuk kedalam.

Dia mulai kesal dan marah pada keenam orang penjaga itu.

* Kalau saja aku tidak datang bersama dengan ibuku aku pasti akan menghajar kalian karena dua

kesalahan.

Pertama ; kalian berani menatap rendah padaku.

Kedua; kata kata kalian membuat ibuku takut.

Dengan semua kesalahan itu aku bisa mencongkel mata dan menghancurkan kaki kalian hingga remuk. Hari ini kalian bernasib baik tapi tidak untuk lain kali *

Libra menggerutu dalam hatinya dengan tangan gemetar, lalu dia mencoba untuk meredam kemarahannya untuk kali ini.

Kemudian dia menghidupkan motor lalu membawanya masuk melewati ibunya yang sedang berjalan. Tanpa mempedulikan enam penjaga yang sedang mencegahnya, keenam penjaga itu terlihat marah. Tapi terhenti ketika mendapat tatapan yang tajam dari matanya.

Keenam penjaga itu begitu terkejut mengingat sebuah tatapan yang begitu mematikan dari seseorang. Dan tatapan itu sekarang ada pada seorang pemuda yang ada di hadapan mereka.

Setelah di dalam, libra memarkirkan motornya di samping mobil mobil mewah yang telah terparkir rapi, dia tidak merasa malu sama sekali memarkirkan motornya di samping

mobil mobil mewah itu.

Tak lama setelah itu pintu gerbang kembali terbuka lebar, lalu masuklah

sebuah mobil mewah yang kemudian

berhenti tepat di samping motor libra.

Seorang gadis yang cantik turun begitu sombong dari mobil itu sambil menatap sinis kearahnya.

* Siapa pemuda gondrong ini, berani

sekali dia meletakkan motor busuknya

di deretan mobil kami* gumamnya.

"Hei.. siapa kau, beraninya kau memarkirkan motormu di sini, cepat singkirkan motormu itu dari tempatku" hardiknya.

Libra tetap berdiri tanpa bergerak dari tempatnya, dia merasa sedikit marah

dan tak peduli oleh ocehan gadis itu.

Hatinya sedikit bergetar menahan marah, dan wajahnya berubah sagat dingin, matanya menatap sangat tajam kearah gadis itu.

' ingin sekali aku mencekik tenggorokannya hingga pecah '

batinnya.

Gadis itu drastis terdiam, nyalinya menjadi ciut melihat tatapan pemuda yang ada di hadapannya.

' Bola mata itu.. aku seperti merasa tidak asing dengan tatapan bola

mata itu '

Gumamnya di hati sambil sedikit bergidik.

Sedangkan libra, dia dengan cepat menyembunyikan kemarahan di hatinya, dia kembali berwajah kalem saat menyadari ibunya telah berada di sebelahnya.

"Maaf nona, kami datang atas undangan tuan rumah ini" Jamilah tersenyum ramah dan merendah di hadapan gadis itu.

Sementara Libra mengeraskan rahang dan giginya karena marah, ia tidak suka melihat ibunya merendahkan diri di depan orang lain.

"Sudahlah bu, ayo kita pulang saja" kata libra kesal.

Jamilah tersenyum sambil memegang

kepalanya.

"Tidak boleh begitu nak, kita sudah sampai di sini" kata ibunya, dan dengan berat hati Libra terpaksa mengikuti kemauan ibunya.

"Siapa kalian kenapa ibuku mengundangmu ? " tanya gadis itu.

"Nama saya jamilah nona, dan dia

Libra anak saya, seminggu yang lalu

ibumu mengundang kami untuk datang

kemari" Balas jamilah.

Gadis itu mengeryitkan dahinya lalu

berkata.

"Hari ini ada pertemuan para tetua,

tapi karena kalian di undang oleh ibuku,

mari silakan ikut aku masuk"

Gadis itu mempersilahkan Libra dan

ibunya masuk, kemudian mereka bersama berjalan masuk kedalam rumah. Sambil berjalan gadis itu telah mengatakan kalau hari ini adalah hari pertemuan tahunan para tetua.

Setiap tahunnya, mereka akan mengadakan sebuah pertandingan bertarung antar generasi. Wajah Libra

jadi sumringah begitu mendengarnya, dia sangat suka tentang perkelahian.

Sepanjang berjalan, dia terus memerhati setiap jengkal rumah itu.

' Mereka ini benar benar keluarga yang

sangat kaya ' batinnya.

Setelah berapa lama mengikuti gadis itu yang berjalan di depan mereka.

Akhirnya mereka sampai pada lokasi yang agak lumayan lebar di belakang rumah itu.

Saat itu, ada dua kelompok orang

yang mencakup pria dan wanita sedang duduk di kursi saling berhadapan di setiap sisi lapangan.

Dan di tengahnya, terdapat dua orang pemuda yang sedang bertarung untuk saling mengalahkan.

Mereka itu adalah dua kelompok yang berbeda, masing masing adalah generasi penerus dari dua tetua yang bekerja sebagai mafia.

Dari jauh Libra mengenali seorang pria yang dia tau adalah ayahnya, dia juga melihat ibu kandungnya duduk di sebelahnya.

Libra dan ibunya duduk di teras belakang rumah itu sambil menyaksikan kegiatan tahunan yang

berada tidak jauh di hadapan mereka.

Sedangkan gadis itu terus berjalan mendekati naira, lalu entah membicarakan apa kemudian mereka

menoleh ke arah Libra dan jamilah.

Naira tersenyum cerah menatap ke arah libra. Kemudian dia berdiri dan berjalan menghampiri libra dan jamilah.

"Hai kak.. maaf aku tidak melihatmu dan libra duduk di sini" katanya ramah sambil tersenyum bahagia.

"Oh tidak apa naira, kami juga baru

sampai dan duduk di sini" balasnya.

"Gadis cantik itu yang membawa kami masuk kesini, tadi kami bertemu dengannya saat di depan"

Lanjut jamilah sambil menatap gadis yang tadi telah membawa mereka.

Naira menoleh kearah orang yang di maksud jamilah, kemudian ia tertawa kekeh sambil mengatakan ;

"Dia itu Arumi anak sulung ku kak"

"Wah.. pantesan cantik seperti ibunya"

kata jamilah sambil tersenyum memuji.

"Sudah kak, ayo kita duduk di sana"

Sambil tetap terkekeh, naira membawa libra dan ibunya untuk duduk bersama

dalam kelompok mereka.

bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!