NovelToon NovelToon

Gadis Scorpio

Keluarga Baru Minerva

Byuuuurrr!!!

Mami Peny mengguyur tubuh Minerva yang masih meringkuk di dalam selimutnya. Ini adalah hari ke lima, Minerva tinggal di Rumah Pejabat Tinggi Negara yang bernama Tuan Aris Nagara.

Beberapa hari yang lalu, Papi Aris membawa Minerva dari Panti Asuhan untuk tinggal dalam keluarga kecilnya karena Papi Aris menabrak Minerva saat sedang berjualan di pinggir jalan dan Minerva mengalami cidera yang parah. Sebagai rasa tanggung jawab dan permintaan maaf pada Minerva, Papi Aris mengambil hak asuh Minerva dari panti asuhan.

Mami Peny dan Jovita, putri semata wayang Papi Aris awalnya menolak mentah-mentah saat Minerva hendak tinggal bersama mereka. Tapi demi nama baik Papi Aris di Kantor Pusat Negara, mereka akhirnya menerima Minerva untuk tinggal bersama mereka.

"Hei, gadis pembawa sial! Cepat bangun! Kau sudah sembuh bukan? Bereskan rumah ini dan memasak!" perintah Mami Peny membuat Minerva terperanjat dari tempat tidurnya.

Betapa terkejutnya Minerva mendapati Mami Peny yang terlihat kejam pagi ini. Beberapa hari yang lalu, Mami Peny selalu bertutur kata yang baik dan lembut padanya.

Minerva mengucek ngucek matanya, berharap pagi ini dia sedang bermimpi buruk.

"Hei, jangan buang-buang waktu. Segeralah berberes rumah dan siapkan sarapan untuk aku dan Jovita." pekik Mami Peny tepat di telinga Jovita dengan suara yang melengking.

Kali ini Minerva benar-benar tersadar bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. "Mami, aku tidak salah dengar kan?" tanya Minerva membuat Mami Peny melayangkan tangannya dan menampar pipi Minerva.

"Jangan panggil aku, Mami! Aku bukanlah Mamimu. Panggil aku Nyonya dan kau adalah pembantuku saat Papi Aris tidak ada di rumah." jelas Mami Peny sambil meninggalkan Minerva sendirian di kamar.

Satu bulir air mata langsung jatuh membasahi pipi Minerva. Ia benar-benar tidak menyangka, ternyata istri dari Tuan Aris sebenarnya tidak menerima dirinya. Akhirnya Minerva segera bergegas untuk menjalankan perintah Nyonya besarnya.

Minerva sudah terbiasa membersihkan rumah dan memasak saat di panti asuhan. Jadi kegiatan pagi ini tentu tidak merepotkan baginya. Selesai memasak dan menyiapkan makanan, Minerva segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

"Hei, babu. Hari ini kau mulai masuk ke sekolahku. Jangan sok dekat denganku, karena kamu tetap akan menjadi babuku selama di sekolah." ucap Jovita saat Minerva keluar dari kamar mandi.

"Hemmm." jawab Minerva singkat. Ia bersegera masuk ke dalam kamarnya, memakai seragam barunya dan menyisir rambutnya.

Minerva tidak memiliki make up seperti gadis pada umumnya, tetapi bulu matanya yang lentik, alisnya yang sedikit tebal, dan bibirnya yang sudah memerah alami membuatnya terlihat cantik natural.

Setelah menyiapkan keperluan sekolahnya, Minerva keluar dari kamarnya untuk sarapan. Sayangnya, Jovita yang sudah siap lebih awal langsung memerintahkan Minerva untuk berangkat sekolah tanpa menyantap sarapan sedikit pun.

"Lama banget sih kamu, ayo buruan keburu terlambat! Dasar lelet!" ucap Jovita saat Minerva baru saja keluar dari kamarnya.

"Tapi Jo, aku belum sarapan." keluh Minerva mengingat semalam dirinya juga makan hanya sedikit.

"Heeeeh! Kamu bantah Jovita?" gertak Mami Peny dan Minerva langsung menggelengkan kepalanya. "Buruan ikuti perintah Jovita!" pekik Mami Peny dan Minerva langsung berjalan di belakang Jovita.

Saat Minerva hendak masuk ke dalam mobil, Jovita langsung menahannya. "Tempat kamu bukan disini. Bisa kotor mobil aku kalau kamu duduk di dalam." ucap Jovita.

Kini Minerva mulai menggigit bibir bawahnya. "Trus aku dimana?" tanya Minerva.

"Pak, tolong buka bagasi mobil. Kasih tempat buat anak pungut ini!" perintah Jovita pada supir pribadinya.

"Tapi Non ___."

"Jangan membantah atau gaji bapak saya potong!" ancam Jovita.

Supir pribadi Jovita langsung membukakan bagasi belakang dan Minerva pun langsung masuk meringkuk di bagasi mobil.

"Maafkan saya ya Non." supir pribadi Jovita meminta maaf pada Minerva karena merasa tidak enak.

"Gak usah minta maaf sama dia. Buruan!" pekik Jovita yang kesekian kalinya.

Akhirnya Pak supir menutup bagasi dan segera mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di sekolah, Jovita keluar dari mobil dan seperti biasa, ia langsung disambut oleh ganknya yang tidak lain ialah Lani, Dina, dan juga Adra.

"Hai Princess Jovita." sapa Lani, Dina, dan Adra sambil melambaikan tangan mereka ke arah Jovita seperti biasanya.

Tak lama kemudian, Minerva membuka bagasi mobil dan keluar dari sana membuat semua pandangan siswa di sekolah memandang ke arah mobil Jovita. Tepat saat Emir (Senior paling keren di sekolah) memarkirkan motornya, Minerva sudah berdiri di belakang bagasi mobil.

"Ya ampuun Princess Jovita, siapa yang kamu bawa?" tanya Adra menunjuk ke arah Minerva.

"Surpriseeee, dia adalah babu kita di sekolah. Kalian bebas ngelakuin apa aja sama dia." jawab Jovita.

Minerva memejamkan matanya dan menarik nafasnya perlahan. "It will be okey, Minerva." batin Minerva.

"Hei, buruan bawa tas kita!" perintah Jovita yang kemudian memberikan tasnya dan milik ketiga temannya pada Minerva.

Minerva menerimanya sampai terhuyung dan hampir terjatuh. Emir yang baru saja turun dari motornya langsung mendekat ke arah Minerva dan membantunya.

"Are you okey?" tanya Emir pada Minerva membuat Jovita meradang.

"Kak Emir, ngapain perhatian sama cewek babu kayak dia sih?" tanya Jovita geram.

"Jovita, emang kamu gak kasihan? Kamu gak seharusnya memperlakukan dia seperti ini." tukas Emir menunjuk ke arah Minerva.

Minerva hanya diam saja dan berlalu membawa tas Jovita dan teman-temannya.

"Tuh, Kak Emir lihat sendiri kaan. Ini memang tugas dia. Kak Emir kalo mau minta dibawain juga boleh kok." Jovita mulai mendekat ke Emir dan memegang lengannya. Sayangnya Emir langsung menepis tangan Jovita dan meninggalkannya begitu saja.

"Si*l!" umpat Jovita yang kemudian berjalan menuju kelasnya bersama dengan teman-temannya.

Semua pandangan siswa di sekolah masih ke arah Minerva, ada beberapa dari mereka yang mencibir dan mengesampingkan Minerva. Ada juga yang memandang ke arah Minerva dengan pandangan iba.

Setelah mengantarkan tas milik Jovita dan teman-temannya, kini Minerva menuju ruang kepala sekolah untuk menghadap.

"Minerva Bee. Putri angkat Tuan Aris Nagara. Pindahan dari SMA Negeri 121 ya. Benar begitu?" tanya Pak Roni, kepala sekolah di SMA Cahaya Pelangi.

"Benar Pak."

"Kelas kamu di ujung koridor ini. Tuan Aris meminta kami untuk memberikan kelas yang sama dengan Jovita agar kamu mudah untuk beradaptasi dengan yang lain."

Kata kata Pak Roni justru membuat Minerva terus menjadi bulan bulanan Jovita menindasnya. Lagi lagi Minerva harus menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Terima kasih pak, kalau begitu saya permisi dulu."

"Selamat belajar Minerva. Enjoy your class." ucap Pak Roni dan Minerva langsung undur diri dari hadapan kepala sekolah.

Minerva langsung masuk ke kelas barunya dengan perasaan tidak karuan. Ia merasa kali ini masuk ke dalam neraka paling dalam di dunia. Benar saja dugaan Minerva, baru saja ia melangkahkan kakinya ke dalam kelas, Jovita langsung membuatnya sangat malu.

"Hai Guys. Perkenalkan itu babu aku." ucap Jovita pada teman-teman kelasnya. Semua mata memandang ke arah Minerva yang sedang menundukkan kepalanya.

"Babu kamu cantik banget, Jo." celetuk salah satu siswa laki-laki di kelas Jovita dan disusul keriuhan di dalam kelas.

"Kalian juga boleh menganggap dia babu kalian, tapi harus dikomunikasikan lebih dulu denganku." lanjut Jovita membuat seisi kelas bersorak ramai.

Tapi keriuhan itu langsung berubah saat guru kelas mereka datang. Bu Silvi langsung memperkenalkan Minerva di depan kelas. Setelah memperkenalkan diri, Minerva duduk tepat di depan Adra.

Dengan sengaja Adra menarik kursi Minerva dan membuat Minerva terjerembab hingga rok yang dipakai Minerva terbuka ke atas.Untungnya Minerva memakai short pants. Buru - buru Minerva menutup Rok bawahnya dan membenarkan seragamnya.

Seisi kelas menahan tawa melihat Minerva terjatuh. Tak ada satu pun yang berani membantu Minerva.

"Lain kali hati-hati, Minerva! Saya tidak mau pelajaran saya tertunda karena kecorobohanmu." ucap Bu Silvi.

"Maafkan saya bu." ucap Minerva dan Bu Silvi memulai pelajarannya.

Pintu Neraka Minerva

Setelah pelajaran Bu Silvi, kini kelas Minerva adalah jam pelajaran olahraga. Seluruh siswa langsung mengganti seragam mereka dengan seragam olahraga. Minerva kini harus mawas diri agar tidak kembali dikerjai oleh Jovita. Ia cepat cepat mengganti seragamnya saat Jovita dengan ganknya masih di dalam kelas.

Brukkk!!!

Karena terburu-buru, Minerva tidak sengaja menabrak seseorang. "Maaf, aku gak sengaja." Minerva menangkupkan kedua telapak tangannya dan langsung pergi tanpa menunggu balasan dari orang yang ditabraknya.

Emir yang ditabrak Minerva akhirnya menunggunya selesai mengganti baju dan bersandar di dinding luar kamar mandi. Segerombolan gank Jovita melihat Emir bersandar di dinding langsung memberi kode pada Jovita.

"Cieee, ditungguin tuh sama abang Emir." goda Dina pada Jovita sambil menunjuk ke arah Emir berdiri.

"Waaaaah, kayak nya akan ada pesta jadian nih antara Emir sama Jovita." timpal Lani menggoda ketua ganknya.

"Udah, kita jangan ganggu Princess. Mendingan kita ganti baju duluan aja yuk." ajak Adra pada kedua temannya.

Jovita langsung berjalan mendekati Emir. "Hai kak, mau main basket ya." sapa Jovita melihat Emir yang sudah mengenakan kaos basketnya.

"Iya." jawab Emir singkat.

"Pulang sekolah kita jalan yuk kak. Kemana gituh." ajak Jovita.

Bukan menjawab ajakan Jovita, Emir justru mengamit lengan Minerva yang melewatinya begitu saja. Minerva yang tidak menjaga keseimbangannya pun hampir terjatuh jika Emir tidak menahannya.

Emir memandangi Minerva secara intens membuat Minerva sedikit gugup. Melihat Emir dan Minerva berpelukan membuat Jovita makin geram dengan Minerva. "Minerva!!!" pekik Jovita membuat Minerva melepaskan tangan Emir.

"Oooooh, jadi nama kamu Minerva. Nama yang cantik, secantik orangnya." ucap Emir membuat Jovita makin meradang.

Jovita ingin sekali menjambak rambut Minerva, tapi langsung dicegah oleh Emir. "Aku ada perlu sebentar dengan Minerva." ucap Emir.

"Tidak bisa!" Jovita langsung mencengkeram lengan Minerva dan menariknya menjauh dari Emir. "Dia tidak boleh berbicara dengan siapa pun tanpa izin dariku." tukas Jovita tidak suka.

"Baiklah, bagaimana jika nanti malam kita bertemu di Cafe Newbie?" Emir memberi penawaran pada Jovita.

"Okey, as your wish Kak Emir." jawab Jovita melepaskan cengkeramannya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah lengannya terbebas dari cengkeraman Jovita, Minerva langsung melangkahkan kakinya menuju ke kelas.

"Tunggu Minerva." Emir mengejar Minerva dan menghadangnya. "Kau menabrakku tadi."

"Maaf Kak." ucap Minerva tanpa memandang Emir sedikit pun.

"Minerva, aku _"

"Aku tidak ingin buat masalah dengan Jovita, permisi." Minerva langsung pergi meninggalkan Emir yang mematung di depan kamar mandi.

Tiba tiba gank Jovita keluar dari kamar mandi dan membicarakan perihal Emir yang mengajak Jovita ke Cafe Newbie.

"Congratzz yaa Princess Jovita, akhirnya nanti malam dating sama pangeran Emir." celetuk Adra membuat pipi Jovita merona.

"Waaaaah, kayaknya nanti malam seru nih." Lani menambahkan.

"Nanti malam kalian pasti aku kabarin deh perkembangannya." ucap Jovita.

"Jovita." panggil Emir membuat Jovita makin merona. "Nanti malam ternyata aku gak bisa. Maaf ya." lanjut Emir yang langsung pergi meninggalkan Jovita.

Deg. Jovita terdiam menatap punggung Emir yang meninggalkannya. Ada rasa sesak yang menyeruak di dalam dadanya. Tak terasa air mata Jovita menetes di pipinya.

Adra, Lani, dan Dina langsung mengusap bahu Jovita dan menghiburnya.

"Aku yakin, ini pasti gara-gara babu kamu, Princess Jovita." ucap Dina menghibur Jovita.

Jovita kini teringat saat meninggalkan Emir bersama Minerva sebelum mengganti seragamnya. Ia pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke lapangan dan menemui Minerva.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Minerva sampai pipinya memerah dan tertanda cap tangan Jovita.

"Apa yang kamu katakan sama Kak Emir? Kamu pasti menghasut dia kan tadi?" tanya Jovita yang kini menjambak rambut Minerva.

"Aku gak bilang apa-apa sama Kak Emir." Minerva terus berusaha melepaskan tangannya dari rambutnya.

Untungnya Pak David selaku guru olahraga datang dan langsung melerai keduanya.

Priiiiit!!!!

"Apa yang kalian berdua lakukan?" gertak Pak David. Jovita langsung melepaskan tangannya dari rambut Minerva sambil bersungut-sungut.

Melihat siswa baru dengan keadaan yang sangat berantakan membuat Pak David iba. Sayangnya ia tidak berani menghukum Jovita, karena ayahnya adalah komite tertinggi di sekolah.

"Kamu anak baru ya?" tanya Pak David dan Minerva mengangguk sambil merapikan rambutnya. "Siapa nama kamu?"

"Minerva pak."

Tanpa basa basi lagi Pak David memulai pelajaran olahraga. Pemanasan kali ini dipimpin oleh ketua kelas. Baru lima menit pemanasan, Minerva langsung jatuh pingsan membuat semuanya ramai.

Pak David segera membawa Minerva ke UKS sedangkan siswa yang lain masih melakukan pemanasan. Emir yang memperhatikan Minerva dari lapangan basket, langsung berlari ke arah UKS mengejar Pak David.

"Princess, lihat tuh Kak Emir. Kayaknya dia kena guna-guna deh sama babu kamu." bisik Adra.

Jovita yang melihat Emir berlari ke UKS pun makin marah dan benci pada Minerva.

"Lihat aja ntar, aku akan bikin babu itu menyesal." gumam Jovita.

Sedangkan Pak David langsung merebahkan Minerva di ranjang UKS dan memberinya minyak aromatherapy untuk membantunya siuman.

"Biar saya saja Pak yang menjaga Minerva. Bapak bisa lanjutkan mengajar." ucap Emir dan Pak David pun menitipkan Minerva padanya.

Emir pun memesankan teh hangat dari kantin dan membantu membuat Minerva siuman.

Tak berapa lama, Minerva membuka matanya. Emir langsung membantu Minerva untuk duduk dan meminumkan teh hangat yang sudah dipesan olehnya.

"Thanks." ucap Minerva singkat.

"Kamu belum sarapan ya? Mau aku pesankan makanan dari kantin?" tanya Emir dan Minerva langsung menggelengkan kepalanya.

"Gak usah. Aku gak mau cari masalah." jawab Minerva yang terdengar sangat dingin di telinga Emir.

Kriuk kriuk! Bunyi perut Minerva membuat Emir melebarkan senyumnya dan langsung mengetik pesanan bubur ayam ke kantin.

Saat pesanan tiba, Emir langsung menyuapi Minerva. Sayangnya Minerva langsung menolaknya.

"Kamu harus makan, Minerva!"

Minerva masih saja membuang mukanya. "Buka mulutmu, sedikit saja." Emir tetap menyuapkan bubur yang ia pesan ke mulut Minerva.

"Biar aku makan sendiri." ucap Minerva yang langsung mengambil mangkok bubur ayam dari tangan Emir.

Emir terus memandangi Minerva yang menyantap bubur ayam sampai membuat Minerva kikuk.

"Terima kasih." ucap Minerva singkat.

"Aku hanya _"

"Pergilah, kehadiranmu hanya menjadi neraka untukku." tukas Minerva membuat Emir mendengus kesal.

Bukannya pergi, Emir justru memberikan ponselnya pada Minerva. "Ketikkan nomor ponselmu, maka aku akan pergi."

"Aku tidak punya. Pergilah." jawab Minerva.

"Bagaimana jika aku tidak pergi?" tanya Emir.

"Aku yang akan pergi." Minerva menurunkan kakinya dari tempat tidur.

"Oke oke. Aku akan pergi." ucap Emir yang akhirnya mengalah. "Speedy Recovery, Minerva."

Minerva hanya menjawab dengan deheman dan menghabiskan bubur ayamnya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Waktu yang sangat tidak diinginkan Minerva, yaitu kembali ke Nerakanya di dunia. Benar saja, Jovita sudah berdiri tegap di pintu UKS bersama teman-temannya.

"Dasar babu penyakitan. Cepat pulang, atau kau mau jalan kaki?" gertak Jovita dan Minerva langsung berjalan ke arahnya untuk membawakan tas milik Jovita dan teman-temannya.

Saat berjalan menuju parkiran, semua mata tertuju pada Minerva yang terlihat sangat lemas di belakang Jovita and the gank. Emir yang melihat Minerva kerepotan langsung berlari dan merebut barang bawaan Minerva.

Bintang Jatuh

"Biar aku bantu." ucap Emir membuat Minerva langsung mendapat tatapan tajam dari Jovita.

Minerva yang memang masih sangat lemas hanya diam saja saat Emir membantunya. Sampai di Mobil Jovita, Emir menyerahkan tas tas yang dibawanya pada Pemilik tas.

"Kalau Minerva masih kamu suruh masuk bagasi mobil, biar dia pulang sama aku." ucap Emir membuat Jovita makin membenci Minerva.

"Udah lah kak, gak usah ikut campur. Mending kakak pulang aja." balas Minerva yang sudah siap-siap masuk bagasi mobil Jovita.

"Kak Emir denger sendiri kaan? Dia itu memang gadis aneh dan udik. Babu kayak dia gak pantes dapat perhatian Kak Emir." celoteh Jovita yang diacuhkan oleh Emir.

Melihat Emir meninggalkannya begitu saja membuat Jovita berteriak mengancam Emir. "Kalau Kak Emir terus mengacuhkan aku, aku pastikan Minerva akan makin menderita." pekik Jovita dan Emir menghentikan langkahnya.

Jovita mengira Emir akan kembali dan memohon padanya. Tapi ternyata ia salah. Emir kembali melangkahkan kakinya meninggalkan parkiran mobil.

"****." gerutu Jovita sambil membanting pintu mobil. Amarah Jovita kini makin meledak ledak dan pak supir pun terkena batunya. Sesampainya di Rumah, Jovita kembali membanting pintu mobil dan berteriak memanggil maminya.

"Mamiiiiiiii." teriak Jovita dari luar rumah membuat maminya yang sedang memainkan ponselnya terkejut.

Mami Peny segera menemui putrinya yang tampak tidak baik-baik saja kali ini. "What's wrong with you, Princess?" tanya Mami Peny.

Jovita langsung mengadukan Minerva kepada maminya. "Babu itu menggoda dan mencari perhatian pacar Jovita, Mamiiiii."

"Tidak hanya itu, dia bahkan menuduh Jovita yang tidak-tidak sampai Emir marah dan mengacuhkan Jovita." adu Jovita pada maminya sambil terisak-isak.

Mendengar pengaduan putrinya, membuat Mami Peny naik pitam. Minerva yang baru saja keluar dari bagasi mobil langsung dihampiri Mami Peny dan ditarik menuju kolam ikan yang ada di dekat teras rumah.

"Apa yang kamu lakukan pada putriku, haaaah? Berani-beraninya kamu menyakiti putriku!" amuk Mami Peny sambil memegang kerah seragam Minerva dan menceburkan kepala Minerva ke kolam ikan.

"Aku bisa jelaskan semuanya, Nyonya. Itu semua tidak seperti yang diadukan Jovita." ucap Minerva membela dirinya.

Minerva terus menggeliat dan bergerak sekuat tenaganya saat kepalanya berkali-kali diceburkan ke kolam ikan bahkan sampai air dalam kolam masuk ke dalam mulutnya dan membuatnya tersedak.

"Ampun Nyonyaaa." teriak Minerva di dalam kolam dan hampir tidak terdengar. Karena Minerva terus saja menggeliat, akhirnya Mami Peny kewalahan menyiksa Minerva. Tenaganya terkuras habis hanya karena Minerva terus bergerak mencoba menyelamatkan dirinya.

"Kamu memang benar-benar anak sial yang tidak tahu diuntung." kini Mami Peny melepaskan Minerva yang sudah mulai melemas dan bersandar di dinding kolam ikan. Bukan berarti siksaan Mami Fera berhenti sampai disitu, Mami Fera justru mengambil sapu dan memukul tubuh Minerva berkali-kali.

"Itu hukuman pertama kamu yang tidak tahu berterima kasih dan menyakiti putriku." gertak Mami Peny sambil melemparkan sapu ke arah Minerva.

Mami Peny meninggalkan Minerva yang terkulai lemas dan basah kuyup di teras luar. Minerva hanya bisa menangis meratapi dirinya kali ini. Supir dan satpam yang bekerja di rumah Mami Peny hanya bisa melihat Minerva dengan tatapan iba dan tak berani membantu apa-apa.

Dengan tertatih tatih, Minerva masuk ke dalam rumah melewati pintu belakang menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Baru selesai Minerva mengganti pakaiannya, Jovita masuk ke kamarnya dan memberikan perintah.

"Buatkan aku spaghetti sebagai permintaan maafmu." ucap Jovita sinis dan Minerva hanya mengangguk. Ia langsung pergi ke dapur untuk membuat Spaghetti untuk Jovita dan maminya.

Minerva membuat Spaghetti dalam pengawasan maminya yang berdiri tiga langkah darinya.

"Aku akan mengawasimu memasak untuk putriku karena aku curiga kau akan meracuni putriku." tukas Mami Peny.

Kata-kata Mami Peny benar-benar menusuk dalam relung hatinya hingga membuat Minerva kembali meneteskan air matanya. Apesnya, air mata Minerva justru jatuh menetes ke dalam air rebusan dan terlihat oleh Mami Peny.

"Hei, babu! Hapus air matamu! Dan jangan sampai terkena masakanmu." gertak Mami Peny mengambil air rebusan tersebut dan membuangnya, tetapi ia sengaja membuang air panas itu sampai mengenai tangan kiri Minerva.

"Aaawwwhhh." pekik Minerva kesakitan.

"Makanya kalau masak itu yang becus, jangan pakai nangis! Ulangi lagi!" perintah Mami Peny.

Minerva kali ini mulai berani melawan Mami Peny. Ia melepar balik apa yang ia pegang ke arah Mami Peny sambil menahan rasa sakitnya.

"Lebih baik aku kembali ke panti dari pada harus hidup seperti ini." teriak Minerva tanpa mengulang kembali membuat Spaghetti.

Mendengar Minerva berani berteriak di depan mami Peny dan mengancam akan kembali ke panti membuat Mami Peny berfikir dua kali untuk menghardik Minerva. Sebab, ia akan berurusan dengan suaminya nanti.

Ia pun membuatkan spaghetti untuk Jovita sedangkan Minerva naik ke atap rumah untuk menenangkan dirinya.

Hingga malam tiba, Minerva masih berada di roof top. Terdiam sambil memandang ke arah langit dengan perasaan yang sangat sedih. Karena teramat lelah, Minerva merebahkan tubuhnya menghadap ke langit dengan air mata yang terus menetes dari bola matanya.

Malam ini bintang terlihat sangat gemerlap di langit membuat Minerva sedikit terhibur atas penderitaannya hari ini. Ada beberapa kumpulan rasi bintang yang ia lihat, tapi pandangannya tertuju pada satu rasi bintang yang sangat ia kenal.

"Rasi bintang scorpio." gumam Minerva sambil memejamkan matanya.

"Andai aku boleh meminta, ada beberapa permintaan yang sangat aku inginkan kali ini. Aku sangat menginginkan hidupku berubah menjadi lebih baik. Aku ingin menjadi wanita yang kuat bukan lemah seperti saat ini, dan aku sangat ingin hidup bahagia tanpa ada seorang pun yang bisa menyakitiku." pinta Minerva sambil memejamkan matanya.

Setelah ia merasa lebih tenang, Minerva kembali membuka matanya dan ia melihat bintang jatuh dari langit dan cahayanya sangat menyilaukan mata Minerva hingga Minerva kembali menutup matanya karena silau.

Cahaya bintang tersebut terjatuh tepat di hadapan Minerva dan setelah beberapa waktu, cahaya itu menghilang.

Minerva kembali membuka matanya dan ia mulai terkejut saat ia melihat benda yang berkedip kedip tidak jauh dari tempatnya duduk. Ia pun memberanikan dirinya untuk mendekati benda itu.

Benda itu terlihat seperti Kalajengking yang memiliki lampu pijar di salah satu tubuhnya yang menyimpan racun. Minerva jongkok di dekat benda itu dan membuat benda itu terus berputar seperti gasing. Karena sedikit takut, Minerva kemudian meninggalkan benda yang mirip dengan Kalajengking itu dan bergegaa kembali ke kamarnya karena hari sudah larut malam.

Sayangnya benda tersebut terus berputar mengikuti langkah Minerva. Akhirnya Minerva mengambil benda tersebut perlahan-lahan dan menyimpannya di dalam sakunya.

Minerva langsung kembali ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat.

Minerva kini mengamati benda yang baru ditemukannya di roof top. Benda itu terus berputar pelan di atas meja belajar.

"Hemmm, sebenarnya ini benda apa sih." gumam Minerva sambil melihat dari setiap sisinya. Karena sudah mengantuk akhirnya ia menyimpan kembali benda itu di sakunya dan pergi tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!