NovelToon NovelToon

Ayana

Awal

Ayana Sakhi seorang mahasiswa semester 6 yang akan menyelesaikan kuliahnya sekitar 6 bulan lagi. Memang target yang ingin dicapainya adalah 7 semester sekitar 3,5 tahun. Ayana adalah anak yang pintar dan ia juga berkuliah dengan biaya beasiswa. Ayana merupakan anak yang berasal dari desa kedua orang tuanya bekerja sebagai petani, Ayana merupakan anak satu-satunya.

Ayana berkuliah di kota besar, awalnya kedua orang tuanya takut melepaskan Ayana tetapi berkat support dari guru dan mbok yang berada disana akhirnya Ayana diberi izin.

Hardzig Sarhan seorang pemegang rumah sakit sekaligus dokter bedah yang memiliki sifat yang dingin dan tidak banyak berbicara. kedua orang tuanya merupakan orang yang cukup terkenal, pasalnya mereka memiliki beberapa perusahaan yang cukup besar dan terpengaruh.

***

Ayana duduk di samping kuburan kedua orang tuanya sambil menatap dengan mata sembab. Kedua orang tuanya sudah tiada. Tidak ada tempat ia mengadu atau tempat menyampaikan kebahagian.

"ayo Ayana kita pulang." ucap mbok Jamila.

"iya mbok."jawab Ayana langsung berdiri.

flashback on.

kedua orang tua Ayana ingin memberikan kejutan kepada Ayana dengan menghampiri anaknya ke kota. Tetapi naas bukan kejutan yang berbahagia yang di dapati Ayana melainkan kabar duka. Mobil bus yang di naikin kedua orang tua Ayana mengalami kecelakaan dan seluruh penumpang tewas. Dan kabar tersebut ia dapati dari pihak polisi yang menelfon ketika ia sedang bekerja paruh waktu. Meskipun ia mendapatkan beasiswa Ayana mencari kerjaan paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya. Ia tidak ingin menyusahkan kedua orang tua, apapun ia lakukan tetapi masih batas wajar dan halal.

flashback off.

selama 7 hari 7 malam Ayana berada di desanya, untuk urusan kuliah. Mbok Jamila juga masih menemani Ayana.

"mbok apa di rumah majikan mbok ada lowongan pekerjaan? tanya Ayana tiba-tiba sambil membereskan beberapa baju yang akan dibawa ke kota.

"kenapa gitu? bukannya kamu sudah ada pekerjaan paruh waktu, apa uangnya nggak cukup? kalau nggak cukup nantik mbok tambahkan." sebenarnya mbok Jamila tidak rela Ayana bekerja paruh waktu tapi mau bagaimana lagi Ayana harus memenuhi kebutuhannya.

"Ayana nggak mau ngerepotin mbok, Ayana sedang menyusun jadi perlu biaya dan kebutuhan Ayana. Dan Ayana sudah resign mbok soalnya Ayana sering libur jadi segan sama pemilik restoran nya." sebenarnya alasan bukan hanya itu, Ayana merasa kesepian apabila tinggal di kos dan itu akan membuatnya selalu teringat-ingat kedua orang tuanya. Biasanya ia akan saling bertukar kabar dengan menelfon kedua orang tuanya di kampung tetapi sekarang hal itu tidak akan terjadi. Dan untuk pemilik restoran sebenarnya ia tidak masalah karena kerja Ayana cukup baik dan para pengunjung juga senang dengan kinerjanya.

"apa pemilik restoran itu marah sama kamu?"

"nggak kok mbok, malah pemiliknya baik, Ayana saja di kasih gaji lebih. Mbo apa ada lowongan di tempat mbok. Jadi pembantu pun nggak papa mbok yang penting halal."

"sebenarnya mbok juga cari orang, tapi apa nggak papa kamu jadi pembantu?"

"nggak papa mbok, kalau Ayana sudah lulus nantik Ayana cari kerja yang lain." jawab ana dengan tersenyum.

selesai membereskan pakaiannya Ayana dan mbok Jamila berpamitan dengan tetangga di desa. Perjalanan ke kota cukup memakan waktu, selama perjalanan ke kota Ayana diam sambil melihat keluar.

"Nanti ke tempat kos kamu dulu atau langsung ke rumah majikan mbok?"

"apa sudah mbok bilang ke majikan mbok kalau aku mau bekerja di sana?"

"sudah, tadi mbok sudah telfon majikan mbok. Katanya kamu boleh masuk sekarang."

"kalau begitu kita ke tempat kos aku aja dulu mbok mau ambil barang-barang sekalian pamit sama pemilik kos."

"oke kalau gitu."

perjalan yang cukup memakan waktu membuat badan kedua perempuan tersebut pegal-pegal. Tetapi Ayana harus menyelesaikan semuanya hari ini juga agar cepat selesai. Setelah membawa buku-buku dan pakaian dari kos Ayana dan mbok langsung menuju rumah majikan mbok. Bawaan Ayana memang tidak banyak ia hanya membawa pakaian buku dan laptop, karena peralatan, tempat tidur, lemari dan sebagainya sudah tersedia di tempat kos sebelumnya.

"assalamualaikum pak."ucap mbok dan Ayana bareng.

"wa'alaikumussalam mbok, nak Ayana. Saya turut berduka cita nak Ayana." kata pak satpam Dodi yang umurnya hampir sama dengan mbok. Ayana memang sudah beberapa kali ke rumah ini, makanya pekerja di sini sudah kenal dengan Ayana.

"ya pak."

"ibu ada di dalam pak?"kata mbok.

"ibu lagi keluar sama non Wulan mbok."

"kalau gitu saya sama Ayana ke dalam ya pak."

"ya mbok."

"mari pak, assalamualaikum."ucap Ayana. Ayana selain pintar ia juga taat beribadah ia selalu menutupi kepalanya dengan hijab.

***

"kamu istirahat aja dulu."

"apa boleh mbok? nantik kurang sopan." ucap Ayana tak enak.

"ya nggak papa, kamu kerjanya mulai besok aja. kamu kuliah dari jam berapa?"

"sebenarnya kalau untuk ke kampus, Ayana sesekali mbok cuma mau revisi aja. Jadi nggak seperti sebelumnya. Doakan ya mbok semoga tahun ini Ayana wisuda."

"aamiin, mbok selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."

karena Ayana tidak ingin istirahat, ia pun menolong mbok dan pekerja lainnya untuk memasak untuk makan malam. Hari sudah sore dan pemilik rumah datang sambil membawa beberapa kantong belanjaan.

"selesai ini kamu ikut mbok ya, kita ke tempat ibuk."

"ya mbok."

"masak apa mbok?" ucap pemilik rumah Ibuk Desi.

"eh Ibuk kami sedang masak untuk makan malam, ada perlu apa buk?"ucap mbok, memang Bu Desi meskipun ia nyonya di rumah tetapi tak jarang beliau langsung terjun ke dapur untuk membantu ataupun memasak kesukaan suaminya.

"nggak ada mbok, ini keponakan mbok yang mau kerja di sini?"

"iya buk."ucap Ayana menghampiri ibu Desi lalu menyalami nya, Bu Desi langsung menerima salaman Ayana dengan senyuman.

"namanya siapa?"

"Ayana buk."

"namanya bagus kayak orangnya, saya turut berduka cita ya Ayana."

"ya buk."

"mbok sama Ayana kapan tibanya?"

"siang tadi buk."ucap mbok

"kenapa langsung kerja istirahat aja dulu."

"Ayana diajak istirahat malah nggak mau, katanya dia segan sama ibu."

"nggak papa Ayana, di sini pekerja sudah saya anggap seperti saudara jadi jangan sungkan-sungkan."

"ya buk, terimakasih buk."

"mama."teriak Wulan

"mama di dapur."mendengar jawaban tersebut Wulan langsung bergegas ke dapur, ia melihat seseorang yang tidak asing baginya. Ia mengetahui orang tersebut karena Ayana pernah beberapa kali ke rumahnya dan ia juga sering bertemu dengannya di kampus. Tetapi sudah sebulan yang lalu ia jarang bertemu dengan Ayana karena ia mendengar bahwa Ayana sudah mulai menyusun sedangkan ia masih harus menuntaskan mata kuliah yang belum tuntas.

"kamu ngapa teriak-teriak?"

"mama tau nggak tadi kak Hardzig nelfon aku, katanya dia mau pulang. Tadi kakak bilang juga kenapa mama nggak angkat telfon ya."

"hp mama lagi di charger."

"mbok tolong buatkan masakan kesukaan Hardzig ya mbok."

"siap buk."

"kalau gitu saya ke kamar dulu." buk Desi langsung pergi tetapi Wulan masih berdiri di sana.

"ya buk."ucap Ayana dan mbok barengan, Ayana melanjutkan pekerjaannya.

...Jangan lupa vote, like dan share ☺️☺️...

Tatapan Dingin

"nak Wulan ada yang dicari?" ucap mbok.

"nggak mbok, itu keponakan mbok ya?"

"ya nak Wulan, kenapa? oh ya Ayana mulai sekarang bekerja di sini."

"oh nggak papa mbok,bukannya dia kuliah ya mbok. Tapi sudah sebulan Wulan nggak pernah lihat dia di kampus."

"oh katanya di ke kampus sesekali mau revisi aja. bentar nak Wulan mbok panggil dulu Ayana. Ayana.. sini."

"iya mbok?"menghampiri mbok dan Wulan.

"kenalin ini nak Wulan anak buk Desi yang bungsu."

"oh ya salam kenal non Wulan." menyalami Wulan. Ayana sebenarnya tahu bahwa Wulan seangkatan dia tetapi hanya kenalan begitu saya. Karena Ayana pernah beberapa kali melihatnya di fakultas, berbeda dengan Wulan ia mengenal Ayana karena Ayana terbilang mahasiswa yang pintar dan cerdas, selain itu ia juga sopan kepada semua orang.

"Wulan aja, nggak usah pakai non."menyambut salam Ayana dengan senyuman.

"kalau gitu Ayana lanjut masak non... eh Wulan"

"iya Ayana."

selesai memasak hari sudah menjelang Maghrib. Biasanya Ayana pergi ke mushalla atau masjid yang untuk menunaikan shalat karen itu kebiasaannya dari kecil. Tetapi karena badannya lelah ia shalat bersama mbok di kamar.

"kamu sudah siap Ayana?"kata mbok melipat mukena.

"udah mbok."berdiri lalu melipat mukena juga.

"mbok mau nyiapin makan malam."

"oke mbok."

***

"mbak Jihan."sapa Ayana melihat Jihan salah satu art sedang menyiapkan makanan.mbak Jihan masih terbilang masih muda umurnya sekitar 36 dan sudah mempunyai suami dan 2 anak.

"iya Ayana, kamu bisa antar kan ini ke meja makan?"

"iya mbak."mengambil piring berisi lauk pauk tersebut lalu menatanya di meja makan. memang seperti biasa setiap malam keluarga ini makan malam bersama.

makanan, dan minuman sudah tertata rapi di meja makan, satu persatu pemilik rumah sudah duduk di meja makan.

***

"kamu nggak makan?"kata mbok yang berada di dapur, memang art makannya di meja makan dapur.

"ya mbok bentar lagi."

"jangan segan Ayana, nantik kamu malah sakit akibat nggak makan."kata mbak Jihan.

"ya mbak Jihan." kata Ayana mengambil makanannya.

mereka bertiga begitu menikmati makan malam tersebut dengan bercanda gurau.

sedangkan di meja makan satu lagi, mereka menunggu seseorang yang akan datang.

"kamu yakin kakak kamu pulang?"kata Bu Desi kepada Wulan.

"sabar aja ma, pasti datang kok tadi kata kakak Hardzig udah di jalan."

"ya mama cuma pastikan, nantik kalau nggak pulang sia-sia kita tunggu."

"sabar aja ma."kata pak Khairul.

"ya pa, mama sabar nunggu anak bujang papa."

"kan anak mama juga."

^^^"mulai."batin Wulan.^^^

suara pintu terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki dengan pakaian santainya sambil membawa tas ransel di punggungnya.

"kamu kalau masuk baca salam dulu."kata mama Desi mencerahkan anaknya.

"udah tadi di depan." langsung menyalami kedua orang tuanya.

"di depan beda, di sini beda, harusnya kamu baca salam juga biar jin yang ikut kamu tinggal di luar bukannya masuk ke dalam rumah."

"ma udah ini apa lagi jin jin jin, bukannya suruh anak duduk malah di ceramahkan."

"papa juga sama kadang kalau masuk ke dalam nggak baca salam juga."

"Wulan kamu harus ingat kalau masuk ke dalam harus baca salam biar jin nya tinggal di luar."

"perasaan tadi aku diam aja kenapa bisa kenak pula."batin Wulan.

"kamu dengar mama kan?"

"iya ma."

"duduk zig, makan dulu."ucap pak khairul

"aku ke kamar dulu pa, mau bersih-bersih sebentar." Hardzig langsung menuju kamarnya di lantai 2.

"kamu anak baru datang langsung di ceramahin."

"ya biar nggak keterusan pa, masak mama harus buat palang besar-besar supaya dia masuk baca salam."

"ya udah papa mau makan dulu."

"papa mau apa biar mama ambilkan." ibu Desi sibuk melayani suaminya dan Wulan juga menikmati makanannya dan sesekali matanya melirik ruangan dapur.

Hardzig sudah rapi dan ikut makan bersama keluarganya.

"oh tadi mbok Jamila buat makanan kesukaan kamu. Mau mama ambilkan?" Hardzig begitu makan dendeng basah.

"boleh ma." dendeng tersebut belum ada yang mencicipinya, karena pak Khairul, Wulan dan mama Desi memakan ayam sauce.

"dendengnya kok beda ma? ini mama beli?"

"emangnya rasanya gimana?"

"enak dari sebelumnya."

"nggak kok tadi mbok yang buat." Bu Desi mencicipi dendeng tersebut, memang rasanya tidak seperti yang biasa mbok buat, tapi seperti masakan rumah makan Padang.

bentar mama panggil dulu mbok Jamila." mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan dendengnya berbeda, Wulan langsung mencicipi dendeng tersebut.

"wih enaknya, kayak dendeng rumah makan Padang."batin Wulan.

"dendengnya enak kok kak." ucap Wulan hanya mendapat jawaban deheman dari kakaknya.

"mbok...mbok..."

"ya buk?"

"mbok yang buat dendeng nya?"

"kalau dendeng iya buk, kalau cabe gorengnya yang buat si Ayana buk."

"mana Ayana mbok."

"bentar buk, biar mbok panggilin." mbok langsung mengajak Ayana ke hadapan keluarga pak Khairul.

"ya buk?" ucapan Ayana langsung di tatap oleh kedua laki-laki tersebut. Pak Khairul merasa ia tidak pernah melihat Ayana tersebut begitu juga dengan Hardzig. Hardzig menatap Ayana dengan tatapan dingin.

"kamu yang buat cabe dendeng nya Ayana?

"ya buk, apa ada yang kurang buk?"

"nggak, rasanya beda tapi saya suka, azig juga suka kan?"menyenggol anaknya.

"cabe nya enak Ayana dendengnya juga enak mbok." ucap Wulan dengan senyuman. Ayana dan mbok tersenyum mendengar ucapan Wulan.

"papa juga pengen coba."pak Khairul langsung mencicipi dendeng tersebut, ia begitu terkejut karena apa yang dikatakan oleh istri dan anaknya memang benar.

"iya dendeng nya enak."

"Alhamdulillah, terimakasih pak, buk."

"nantik ajarin Ibuk buat dendengnya ya supaya anak Ibuk ini betah di rumah." Bu Desi menyinggung Hardzig yang asyik melanjutkan makannya tanpa mempedulikan pembicaraan mereka.

"kalau gitu mbok dan Ayana izin kebelakang ya pak,buk."

"ya mbok."

***

"yang tadi itu siapa mbok?"

"yang mana?laki-laki yang kursi ujung itu pak Khairul suaminya buk Desi, kalau yang di samping Bu Desi namanya den Hardzig ganteng kan."

"iya mbok ganteng."dengan menyingir.

"kamu yang bening aja langsung matanya lebar."

"ganteng sih ganteng mbok tapi bentuknya nggak banyak ngomong."

"iya bawaannya begitu, kalau orang bilang Cool."

"dingin dong mbok?"

"bisa di bilang seperti itu."

"siapa yang dingin mbok?"ucap Jihan.

"den Hardzig."

"udah tiba mbok?"

"udah, udah makan pula den Hardzig."

"menurut kamu den Hardzig gimana?"ucap Jihan ke Ayana.

"nggak gimana-gimana mbak."

"aduh Ayana den Hardzig itu ganteng, pintar dokter pula, kamu bilang nggak gimana-mana?"

"dia dokter mbak?"

"iya kalau nggak salah dokter bedah trus dia juga punya rumah sakit di beberapa kota."

"mantap-mantap."

"mantap doang, kamu nggak naksir gitu?"

"nggak mbak, Ayana tau diri." membersihkan piring bekas makannya.

"tapi kalau jodoh gimana? kita kan nggak tau jodoh."

"ya kalau jodoh Alhamdulillah kalau nggak Alhamdulillah juga." ucap Ayana yang membuat mbak Jihan geleng-geleng kepala dan mbok Jamila tersenyum mendengar nya.

"mbak berdoa supaya kamu dapat jodoh seperti den Hardzig."

"aamiin kan aja dulu mbak."dengan di iringi tawa.

jangan lupa vote, like dan share ☺️

ke kampus

Mereka membersihkan meja makan dan peralatan dapur lainnya, karena waktu yang menunjukkan pukul 9 malam, dan waktunya untuk beristirahat di kamar.

"mbok besok Ayana ke kampus soalnya ada Ayana ada bimbingan dosen."

"ya kamu besok izin ke Ibuk Desi aja."

"oke mbok."

"tamat kuliah ini Yana langsung cari kerja supaya mbok nggak kerja lagi." mbok yang mendengar hanya tersenyum sambil mengelus kepala Ayana.

"mbok senang bekerja seperti ini, tapi mbok berharap semoga kamu sukses dan mendapatkan jodoh yang baik, Sholeh dan bertanggung jawab."

"nantik aja jodohnya mbok, Yana pengen kerja dulu kumpulin duit supaya bisa buka usaha baju Yana, tapi doa mbok tadi Yana aamiin kan." ucap Yana dengan tersenyum.

"aamiin, yang mana terbaik untuk kamu aja. Mbok selalu mendukung kamu."

"kalau gitu, kita tidur aja mbok soalnya Yana pengen istirahat badan Yana rasanya pengen berbaring di ranjang."ucap Yana dramatis.

"kamu aja dulu, mbok mau ambil air ke dapur."

mulai dari bersih-bersih hingga sarapan sudah Yana dan art lainnya selesai mengerjakan nya. Dan keluarga pak Khairul sedang menikmati sarapan bersama begitu juga dengan Hardzig. Selesai sarapan mereka semua melanjutkan aktivitas masing-masing pak Khairul akan berangkat kerja, begitu juga dengan Hardzig, Wulan ingin ke kampus dan ibu Desi di rumah.

"Buk, Yana mau minta izin keluar."

"mau kemana?" Bu Desi di ruang tengah.

"Yana mau ke kampus soalnya ada jadwal bimbingan sekarang buk, jadi kemungkinan Yana sering izin soalnya lagi proses nyusun buk."

"kamu kuliah di mana?" Bu Desi mulai kepo.

"kuliah di gxxxxxxxx Bu."

"kalau gitu samaan dong sama Wulan, jurusan apa kamu ambil?"

"iya buk, jurusan manajemen bisnis."

"Wulan juga jurusan itu, berarti kamu sama Wulan saling kenal."

"kenal wajah aja buk, soalnya kami beda kelas."

"berarti baru semester 7 dong kalau beda kelas."

"iya buk, Yana baru semester 6."

"pintar kamu ya, udah bimbingan semester 6."

"Alhamdulillah buk, insyaallah semester 7 target Yana wisuda." Yana tersenyum.

"ma Wulan berangkat dulu."tiba-tiba Wulan dan Hardzig muncul dengan pakaian ala anak kuliah beserta tas ranselnya sedangkan Hardzig dengan kemeja dan tas jinjingnya.

"kamu mau kuliah kan? sekalian aja sama Yana."

"ya bareng aja Ayana." ucap wulan

"nggak usah buk, Yana bareng teman Yana aja soalnya tadi udah di WA." tak enak.

"kamu mau pergi juga zig?"

"iya ma, aku baru ingat ada pasien operasi pagi ini."

"ya kamu itu pentingkan pasien ketimbang mama, jarang di rumah, cuma pasien-pasien aja pikirannya."

"ma jangan mulai, pasien itu tanggung jawab azig, kan azig udah mengucap sumpah ma."

"kalau gitu Wulan pergi ma, assalamualaikum."menyalami ibu Desi.

"Yana juga buk, assalamualaikum." salam dengan Bu Desi. kepergian Yana membuat Hardzig memandangnya.

"ngapain kamu lihat Yana gitu kali, pas orangnya pergi baru di lihat tadi kemana aja?" Hardzig hanya diam dan mengalihkan pandangannya.

"kamu suka ya?"

"aku pergi ma, assalamualaikum." menyalami mamanya.

"ya hati-hati."

***

Yana melihat temannya sudah di depan rumah dengan motor matic nya. Fitri teman sekelas Ayana dia termasuk dalam keluarga yang berkecukupan, kedua orang tuanya merupakan anggota dewan. Rumahnya juga tidak jauh dari perumahan keluarga pak Khairul. Walaupun nggak sebesar rumah keluarga pak Khairul.

"wih besar juga rumah nya Ayana."

"rumah kamu juga besar."

"ya tapi nggak sebesar ini. Eh bukannya itu wulan nya?"

"oh iya itu Wulan.

"jadi ini rumah keluarga pak Khairul?"

"iya kamu tau?"

"Taulah siapa yang nggak tau keluarga nya."

"ya udah ayok, nantik terlambat." menaiki motor tersebut tapi tiba-tiba saja mata Hardzig dan Ayana bertemu.

"itu siapa Ayana? ganteng kali." ucap Fitri sedikit berbisik.

"kakaknya Wulan, ingat pacar kamu fit ayok fit." Fitri langsung melajukan motornya.

"oke kalau Reza mah beda pula Ayana, kamu ini lagi enak-enak lihat yang bening-bening malah di halangi. Besok aku jemput kamu lagi ya Ayana."

"kamu ada maunya."

"kakaknya kerja apa Ayana?"

"katanya kamu kenal keluarganya masak kamu nggak tau."

"aku dengarnya punya rumah sakit gitu. Benar nggak? bukannya lebih bagus lanjutkan usaha orang tuanya."

"aku dengar juga gitu, tapi kata mbak Jihan den Hardzig juga dokter bedah."

"namanya Hardzig? cocok sama orang nya ganteng."

***

"Alhamdulillah operasi nya berjalan lancar." kata dokter satria teman dari dokter Hardzig.

"saya keluar sebentar."

"mau kemana? saya ikut juga." mereka melangkah keluar dari rumah sakit, sebenarnya operasi hari ini hanya satu.

tibalah mereka di sebuah cafe arlando yaitu tempat tongkrongan anak muda yang menyajikan beberapa minuman hits dan makanan dessert.

"tumben ke sini."

"nggak ada, cuma pengen." keduanya terdiam, operasi tadi menguras tenaga mereka, mulai operasi jam 8 dan baru selesai sekitar jam 1, memang ini bukan operasi yang lama. Bahkan satria dan Hardzig pernah operasi pasien selama 10 jam lamanya.

***

"eh kamu udah siap bimbingannya Ayana?"

"udah ini mau pulang."

"bareng aku aja, aku juga udah siap."

"nggak papa ni aku nebeng?"

"ya nggak papa lah, oh ya nantik temenin aku sebentar beli minuman di cafe arlando. Nantik aku traktir deh."

"kalau gitu gas..."

***

"jadi ceritanya diam Bae aja bro?"

"mau ngapain lagi, ngerumpi?"

"boleh juga tu bro." jawab satria dengan tertawa.

Fitri dan Ayana masuk ke cafe arlando, pandangan Fitri langsung menuju ke arah laki-laki yang duduk di ujung dekat jendela.

"bukannya itu Abang satria."gumam Fitri yang masih terdengar oleh Ayana.

"siapa fit?"

"bentuknya itu Abang sepupu aku Ayana, bentar Kita ke sana dulu, soalnya aku kepo dia sama siapa. Dari belakang sih ganteng ntah dari depan." mengajak Ayana ke sana, Hardzig memang duduk membelakangi pintu masuk.

"bang sat?"

"eh kamu kok di sini?"

"kan benar, Fitri nggak salah rupanya bang sat di sini."

"kamu bisa nggak nama Abang di buat komplit biar dengarnya enak. Nama Abang itu Satria."

"iya-iya bang satria, sama siapa?"

"sama teman kerja, kenalin ini dokter Hardzig."

ucapan satria membuat Ayana melotot tanpa melihat wajah laki-laki yang berada di samping mereka. Fitri langsung melihat laki-laki tersebut dengan wajah kagum.

"ini adik sepupu aku zig, namanya Fitri." Fitri tersenyum kepada Hardzig.

"Fitri." mengulurkan tangannya.

"Hardzig."menyambut nya.

"kamu bawa teman dek? nggak di kenalin ke Abang?" kata satria ketika melihat Ayana.

"namanya Ayana bang."

"satria."mengulurkan tangannya.

"Ayana bang."mengatup kedua tangannya, satria yang melihat itu merasa malu dan tersenyum. Hardzig yang mendengar menoleh sedikit tanpa ekspresi.

"cantik, Sholeha pula lagi calon bini nih." batin satria.

"kalau gitu aku pesan minum dulu ya bang, sekalian langsung pulang bye..."

"pulang dulu bang assalamualaikum."

"wa'alaikumussalam dek Ayana."

***

jangan lupa vote, like dan share ☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!