langit senja berganti dengan langit malam, biyasanya orang lain sudah ada di dalam rumah tapi berbeda dengan wanita berparas cantik dengan hijab hitam menutupi rambutnya terlihat anggun walaupun dengan perut yang membuncit bukan karena badan berisi melainkan ada makhluk kecil yang sedang tumbuh di dalam sana.
ceklek
zila membuka pintu apartemen nya, keadaan apartemen sudah terang itu tandanya penghuni lain sudah pulang lebih dulu
"assalamualaikum" ucap zila tapi tidak ada jawaban
zila melangkahkan kaki nya menuju dapur , zila membuka kulkas dan meraih satu botol air es di dalamnya , zila duduk di meja makan, tangan kiri nya terus mengelus perut buncitnya sedangkan tangan kanan nya memegang gelas yang berisi air didalamnya.
"Alhamdulillah" ucap zila setelah menghabiskan air didalam gelasnya.
"anak mamah di dalam sana apa kabar, mamah ga sabar mau liat kamu nak"
senyum zila terukir indah di wajah cantiknya
Khaira fazila, nama yang cantik secantik orangnya
zila nama panggilan nya, wanita cantik berumur 25 tahun yang sekarang sedang berbadan 2.
yaa wanita itu sedang mengandung dan sekarang usia kandungan nya sudah berusia 4 bulan.
zila menikah 2 tahun lalu dan baru mengandung ditahun kedua usia pernikahan nya , bukan tanpa alasan hal itu bisa terjadi
bukan karena zila dan suaminya menunda kehamilan atau memang baru di berikan amanah sekarang dari sang pencipta__ bukan, bukan sama sekali
itu karena pernikahan zila dengan sang suami hanyalah karena perjodohan semata.
orang tuanya menjodohkan nya dengan anak sahabat mereka. Zila bukan anak pembangkang, apapun kata orang tuanya asalkan itu Baik zila pasti menurut__tapi dengan urusan pernikahan__ zila awalnya menolak mentah mentah perjodohan konyol itu.
zila tidak mau menikah dengan orang yang tidak ia cintai apalagi usia nya masih sangat muda
tapi setelah tau pria yang akan di jodohkan dengan nya adalah Daffa Saputra , pria yang berhasil merebut hatinya saat duduk di bangku SMA. Zila dengan perasaan bahagia menerima perjodohan itu, tidak jauh berbeda dari zila, Daffa juga awalnya menolak menikahi zila. Daffa bahkan sudah mempunyai pujaan hati yang ingin dia lamar tapi semuanya gagal karena orangtuanya sudah menyiapkan perjodohan konyol dengan anak sahabat mereka yaitu zila. Dewi ibu Daffa jatuh sakit karena Daffa menolak Menikah dengan zila demi sang ibu akhirnya Daffa mau menikahi zila asal ibunya senang dan sembuh lagi.
"Dari mana saja" nada suaranya terdengar sangat dingin mengintimidasi
zila yang sejak tadi memandangi perut nya kini tatapan nya beralih ke sumber suara
Daffa yang berdiri tidak jauh dari nya dengan tangan terlipat di depan dada memandang zila dengan tatapan mengintimidasi
malas berdebat zila meraih kembali tas nya yang tadi ia letakkan di atas meja.
langkah zila terhenti setelah tangannya di cekal Daffa
zila membuang nafas kasar, dan berbalik menghadap Daffa
"ada apa "
"darimana jam segini baru pulang"
"kerja, emang dari mana lagi"
"kamu kerja atau apa"
"sudahlah Daffa saya lelah bisa besok saja berdebat nya saya ingin istirahat"
zila memasang wajah memelas tubuhnya sekarang benar-benar lelah dia ingin mandi dan tidur.
"pulang malam, minum air es, kamu itu sedang mengandung zila" Nada suara Daffa mulai meninggi
"Kamu mengandung anak saya, saya tidak masalah jam berapa kamu ingin pulang tidak pulang sekalian saya tidak peduli. tapi saya mohon pikirkan anak yang sedang kamu kandung saya tidak ingin anak saya kenapa-kenapa"
"dia juga anak saya , ibu mana yang ingin membahayakan nyawa anaknya, saya tau batasan saya Daffa, jadi stop mengajari apa yang harus saya lakukan"
zila dengan kasar melepas tangan nya dari genggaman Daffa dan pergi meninggalkan pria yang sudah tersulut emosi itu
Daffa Saputra atau Daffa__pria tampan yang sekarang menjadi dokter ahli bedah di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. parasnya yang menawan berhasil membuat para wanita jatuh cinta dengan nya bukan hanya paras tapi kepribadiannya yang baik, dingin, tapi pengertian, membuat para gadis di sekolah termasuk zila adik kelasnya menaruh hati padanya.
Zila kira menikah dengan Daffa adalah pilihan terbaik, apalagi sudah lama zila memendam perasaannya untuk Daffa , zila pikir Daffa mau menerima nya sebagai istri walaupun pernikahan mereka Hanya karena perjodohan semata, tapi nyatanya Daffa tidak pernah sekalipun menganggap zila ada di dalam hidupnya.
walaupun mereka tinggal satu atap zila tidak pernah dianggap istri oleh Daffa, sejak awal Daffa bahkan meminta zila untuk tidur di kamar yang berbeda dengan nya
masakan yang dibuat zila tidak pernah sekalipun di sentuh Daffa, sampai akhirnya zila lelah dan tidak pernah lagi memasak apapun untuk Daffa.
Masalah finansial ,Daffa selalu memberikan uang untuk zila setiap bulannya, tapi Zila tidak pernah menggunakan sedikit pun uang pemberian Daffa kecuali untuk membeli keperluan rumah.
zila lebih memilih tetap bekerja di salah satu kantor penerbitan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
baru satu tahun setengah zila Bekerja di sana, selama 1 tahun zila menghabiskan waktunya Hanya di rumah saja, sesekali keluar untuk jalan jalan dengan Hana Sahabat nya.
setiap hari zila berusaha menjadi istri yang baik untuk Daffa, berharap suatu hari nanti Daffa mau menerima nya sebagai seorang istri tapi sayang hingga detik ini pria itu juga enggan membuka hati untuknya
jika kalian bertanya tanya kenapa zila bisa mengandung sedangkan Daffa saja meminta nya untuk tidur di kamar yang berbeda.
simpel saja jawabannya , lagi lagi karena orang tua mereka
hampir 2 tahun usia pernikahan mereka orang tua zila maupun orang tua Daffa mendesak mereka untuk segera memberikan cucu
bagaimana ingin memberikan cucu, Daffa saja enggan untuk menyentuh zila selama 2 tahun .
Entah darimana semua nya berawal, malam itu Daffa masuk ke kamar zila kebetulan juga zila tidak mengunci pintu kamarnya.
di dalam pikiran Daffa hanya perlu membuat zila hamil setelah nya dia tidak akan lagi menyentuh wanita itu.
Daffa menatap lekat wajah zila yang tidur dengan pulas setelah pulang dari kantor
Daffa ikut berbaring di samping zila memeluk wanita itu dari belakang. Tangan Daffa memeluk erat tubuh kecil zila sampai akhirnya zila terjaga dari tidurnya karena merasa ada sesuatu yang terus bergerak di daerah perutnya
zila merasakan tangan Daffa yang sejak tadi mengusap usap perut nya secara abstrak, zila kaget bukan main belum sempat zila bangun Daffa lebih dulu mempererat pelukannya dan berbisik di telinga nya
"tenang lah, hanya untuk malam ini , kamu Taukan apa yang di inginkan orang tua kita, jadi aku tidak perlu menjelaskannya secara gamblang pada mu dan ikuti saja perintahku"
setelah bisikan itu zila pasrah dengan perlakuan Daffa, malam itu Daffa merebut hak yang paling berharga di hidup zila.
Zila bukan wanita bodoh dia tau maksud Daffa ,zila juga tidak bisa menolak, zila membiarkan Daffa melakukan apa yang dia mau zila juga sudah lelah jika terus mendapat desakan orangtuanya untuk segera memberikan cucu untuk mereka.
zila juga berharap jika dia benar benar hamil nantinya, Daffa mau membuka sedikit hatinya.
tapi sayang satu bulan sejak hari itu akhirnya zila mengandung tapi sikap Daffa tidak berubah sama sekali, Daffa masih dingin ,cuek , tidak pernah menganggap zila ada di dalam hidupnya
zila bahkan harus berjuang sendiri saat awal kehamilannya nya , tidak pernah sekalipun Daffa menanyakan keinginan zila , apa yang ingin di makan zila , bagaimana perasaan nya , bagaimana rasa mualnya tidak pernah sekalipun Daffa menanyakan hal itu pada zila.
yaa__ intinya zila berjuang sendiri di awal kehamilan, yang benar benar berat untuk zila.
sukurnya di usia ke 4 bulan zila tidak lagi merasakan mual atau ingin makan yang aneh aneh hanya saja tubuhnya jadi mudah lelah.
biasanya suami akan mengelus perut istrinya ketika hamil tapi tidak untuk zila sekalipun Daffa tidak pernah mengelus perutnya padahal zila sangat menginginkan sentuhan dari Daffa entah mungkin bawaan bayinya yang juga menginginkan sentuhan ayahnya.
........
Selesai mandi zila merasa lapar karena tadi belum sempat makan, zila kembali turun ke dapur berniat membuat makanan
di dapur zila bingung sendiri ingin memasak apa , sekarang zila sangat ingin makan sate ayam mas mono yang terkenal dengan rasanya yang lezat
tapi sekarang sudah pukul 8 malam zila juga takut jika harus turun membelinya sendiri, meminta tolong Daffa untuk membelikan untuknya, lupakan__mending zila tidak usah makan sekalian
karena takut anaknya ngeces zila akhirnya memberanikan diri untuk keluar membeli sate mas mono
sebelumnya zila kembali kekamar memasang cardigan juga hijab instan nya dan tidak lupa kunci motor, tidak mungkinkan zila jalan kaki
zila pergi tanpa berpamitan dengan Daffa, seperti yang kalian tau Daffa tidak peduli apapun yang dilakukan zila asalkan tidak menganggu hidupnya
dengan kecepatan sedang zila mengendarai motornya, Untung warung sate mas mono tidak jauh dari apartemen nya cukup 10 menit zila sudah sampai
zila memesan 2 porsi , zila masih memikirkan suaminya
selesai membeli sate, zila kembali kerumah antrian cukup lama karena memang warung mas mono selalu saja ramai pengunjung, zila kembali kerumah di jam 9 lewat.
setelah membuka pintu apartemen, zila di kejutkan dengan Daffa yang berdiri tidak jauh dari pintu depan dengan tatapan marah
zila tidak peduli setelah menutup kembali pintu apartemennya zila lagi lagi berjalan melewati Daffa , zila di kejutkan dengan Daffa yang tiba tiba merebut piring yang di pegang zila dan melemparnya ke arah tembok hingga piring itu pecah
"Daffa"
" APA SAYA PERLU BERBUAT KASAR PADAMU AGAR KAMU MENGERTI UCAPAN SAYA, APA SAYA PERLU MELAYANGKAN TANGAN UNTUK MEMBUAT MU mengerti"
"apa yang ada di kepala mu zila keluar malam seperti ini, mengerti lah zila kamu sedang mengandung"
"STOOPPP" zila tidak kalah tinggi, zila berteriak tepat di depan Daffa tangannya menutup kedua telinganya , zila lelah dengan bentakan Daffa zila lelah mendengar ancaman Dafa
" saya lapar daf, saya hanya keluar membeli sate, saya tidak kelayapan seperti yang ada di pikiran mu daf, saya tau batasan , berapa kali lagi saya harus menjelaskan kamu tidak perlu kawatir dengan keselamatannya" ucap zila lirih dan menunjuk perut nya sendiri
" apa kamu tidak bisa meminta saya untuk membelikan nya untuk mu"
"apa saya tidak salah dengar, seorang Daffa Saputra meminta zila untuk minta tolong di belikan sate"
zila tertawa geli mendengar ucapan Daffa, Daffa hanya menatap bingung zila
tidak lagi ingin berdebat zila lebih memilih pergi, selera makannya hilang karena Daffa, zila meninggalkan sate yang ia beli tadi
"mau kemana, kenapa tidak makan"
zila tidak peduli zila sama sekali tidak menghiraukan ucapan Daffa
di dapur__Daffa menatap nanar 2 bungkus sate yang di beli zila tadi , bahkan Daffa baru sadar kalo piring yang ia pecahkan berjumlah 2 buah, yang artinya satu sate itu zila beli untuknya
Daffa membuang nafas kasar, meraih satu bungkus sate dan dia letakkan di atas piring , Daffa juga mengambil secangkir air putih dan di letakkan di atas nampan bersama sate yang di beli zila
Daffa membawa nampan itu menuju kamar zila, Daffa mengetuk kamar zila berulang kali tapi tidak ada sahutan
"zil, makan dulu jangan menyiksanya seperti ini Zil"
yang Daffa maksut anaknya yang ada di kandungan zila, jika zila tidak makan anaknya itu juga tidak makan pikir nya
"zil, buka sebelum saya buka secara paksa"
ceklek
pintu kamar terbuka
zila mengambil alih nampan yang di bawa Daffa dan berniat menutup kembali pintu kamar nya tapi daffa dengan cepat menahan dengan tangan nya
"ada apa lagi"
"saya akan memastikan kamu menghabiskan makanan mu"
ok zila tidak peduli dan berjalan lebih dulu jujur Sekarang perutnya sudah sangat lapar zila juga takut anak nya mendapatkan dampak karena ulahnya
zila duduk bersila di atas karpet berbulu di depan kasur nya.
Daffa ikut duduk di depan zila memperhatikan wanita itu makan dengan lahapnya
"kenapa ga bilang, kalo ingin makan sate saya bisa keluar membelikan nya untuk mu"
" Sejak kapan anda peduli, yang anda tau kan anak ini sehat tanpa tau apa keinginan saya"
Daffa terdiam, ucapan zila menyadarkan nya selama ini Daffa tidak peduli dengan kehamilan zila, Daffa seakan buta dan membiarkan zila berjuang sendiri.
Sedangkan dirinya terus saja menyalahkan zila menganggap zila tidak becus menjaga kandungan nya.
"mulai sekarang kalo perlu sesuatu bilang, kalo ingin makan sesuatu bilang, jangan pergi membelinya sendiri"
zila tidak merespons ataupun menatap lawan bicaranya zila hanya fokus dengan sate di hadapannya memakan sate nya dengan lahap.
Daffa memperhatikan zila yang makan begitu lahap di depannya, tangan nya terulur berniat Merapikan rambut zila, yang menutupi sebagian wajahnya tapi ia urungkan niat itu.
zila berniat membawa nampannya ke dapur tapi lagi lagi Daffa mengentikan nya
"Kamu tidur aja biar saya yang bawa"
"tidak perlu saya saja, saya yang makan saya yang akan membersihkan nya"
"saya bilang ga usah ya ga usah, apa susahnya sih nurut sama suami sendiri"
Daffa dengan kasar merebut nampan dari tangan zila dan melenggang keluar tidak lupa Daffa juga menutup pintu kamar zila dengan begitu keras bahkan zila sendiri dibuat kaget karena ulahnya.
zila hanya bisa menarik nafas panjang dan membuangnya dengan kasar, zila merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur miliknya.
"sehat sehat terus ya nak di dalam sana"
...Maaf ya, kalo feel-nya belum dapet, baru belajar dan ini tulisan pertama aku , makasih sudah mau mampir ke tulisan ku yang amatiran ini hehehe...
seperti biasa zila bangun di jam 4 pagi karena harus menyiapkan bekal untuk ke kantor, setelah bekalnya selesai __zila kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap melaksanakan sholat subuh.
Begitu juga dengan Daffa yang sudah siap ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, Daffa tidak pernah lagi menjadi imam sholat untuk zila , terkahir kali setelah akad nikah.
Zila dengan pakaian sederhana sudah cukup membuat nya terlihat cantik, Celana putih longgar , di padukan dengan kemeja oversize berwarna hijau toska dan tidak lupa hijab pasmina yang di bentuk agar tetap menutup bagian dada, sedikit pemerah bibir agar tidak terlihat pucat, selesai
jika di lihat sekilas zila tidak terlihat sedang mengandung, tubuhnya yang kecil di tambah pakaian oversize yang selalu ia gunakan menutupi perut buncitnya. zila masih seperti gadis kuliahan padahal wanita itu sedang mengandung 4 bulan.
setelah siap zila keluar dan bersamaan dengan Daffa yang juga keluar dari kamarnya , kamar mereka berhadapan, Daffa keluar dengan masih menggunakan baju Koko serta sarung yang dia kenakan saat ke masjid tadi.
zila hanya memandangi Daffa sekilas dan turun kebawah, sedangkan Daffa dari jauh memandangi punggung zila yang mulai menghilang dari pandangan nya.
Daffa menyusul zila ke dapur, zila sudah siap dengan bekal di tangan nya tapi zila merasa risih karena Daffa terus menatapnya.
"saya tidak memasak lebih, takut mubasir kalo masak banyak ga ada yang makan"
Daffa hanya diam tidak ada respon dari pria itu,
"mau makan , mau saya buatkan sandwich"
Daffa mengangguk, zila bingung sebenarnya, pertanyaan itu spontan saja keluar dari mulutnya karena melihat Daffa yang sejak tadi memandangi nya
karena belum terlalu siang zila menyempatkan untuk membuat sandwich untuk Daffa. Niatnya saat membuat bekal Zila juga ingin memasak untuk Daffa tapi zila ragu takut kalo masakan yang dia buat lagi lagi tidak di sentuh Daffa
Sandwich zila hampir selesai
"Mau di tambah mayones"
zila hanya memastikan Daffa Suka atau tidak makan mayones karena 2 tahun menikah zila tidak tau apa yang di sukai dan tidak di sukai pria itu.
Daffa hanya mengangguk
setelah membuat sandwich zila juga membuat teh hijau untuk Daffa
Setelah membuat sarapan dadakan untuk Daffa, zila bersiap untuk pergi ke kantor ,ingin pamit ke Daffa sebagai suaminya tapi zila takut mendapatkan penolakan seperti saat pertama kali bekerja, Daffa mengacuhkan uluran tangan zila.
"saya pergi dulu, Assalamualaikum"
"Kamu ga makan"
bukan menjawab salam zila. Daffa malah balik bertanya
"Engga nanti aja di kantor bareng Hana"
Daffa bertanya dengan tatapan datar bahkan matanya enggan menatap zila saat berbincang
"kalo begitu saya permisi, assalamualaikum"
"wassalamu'alaikum"
Di kantor __zila sedang sibuk dengan pekerjaannya nya, Zila bertugas memeriksa kembali Novel yang akan di terbitkan, mencari adanya tulisan yang salah dari penulis atau ada naskah yang tidak relevan dan di situlah zila bertugas membenarkan naskah itu sebelum terbit.
"Hay, bumil sibuk banget Lo"
"hemm, Novel nya harus selesai gw edit biar bisa naik cetak"
"Santai aja kali Zil, Lo hamil jangan di paksain"
"Ini sudah jadi tugas gw Han"
"Lo yaa emang ga berubah dari dulu masih aja keras kepala"
Hana sahabat zila sejak duduk di bangku SMA Sampai bekerja di tempat yang sama, Mereka selalu berbagi segalanya baik suka Maupun duka, tapi dengan urusan rumah tangganya dengan Daffa zila tidak pernah menceritakan apapun pada siapapun termasuk Hana dan orang tua nya, bagi zila cukup dirinya dan Daffa yang tau betapa peliknya kehidupan rumah tangga mereka.
mungkin sebagian orang berpikir rumah tangga mereka baik-baik saja, apalagi melihat kehamilan zila
"Lo udah makan Zil"
"udah"
"tadi pagi kan, sekarang sudah jam 3 sore Zil , Lo belum makan siang"
"entar aja Han di rumah, Nanggung banget ini"
"Zil, sekarang Lo ga sendiri, ada makhluk kecil yang juga butuh asupan dari Lo"
zila yang tadi hanya fokus dengan Layar komputer nya kini tatapan nya mengarah ke perut buncitnya, zila mengusap lembut perutnya.
"Yo kita makan" ajak zila
Hana sumringah setelah berhasil membujuk zila, Hana membantu zila berdiri meskipun kandungan zila belum terlalu besar tapi zila sudah kesusahan hanya untuk sekedar berdiri dari duduknya
"Lo mau makan apa Zil"
"emm, gw lagi kepengen makan mi ayam"
"ok,gw juga lagi pengen makan mi ayam"
"siang pak" ucap zila dan Hana bersamaan, menyapa bos mereka , direktur utama tempat mereka bekerja
"siang, mau makan siang ya"
"iyaa, pak" jawab hana
"yaudah barang saya aja sekalian mau keluar cari makan"
"ga usah pak, nanti kami ngerepotin bapak"
"ga papa Zil, kalian kan karyawan saya"
zila dan Hana bertatapan,dan akhirnya setuju untuk ikut menumpang ke mobil Raka bos mereka
.......
Sesampainya di warung mi ayam langganan mereka, zila dan Hana seperti biasa memesan 1 porsi mi ayam.
Raka ternyata juga ikut makan dengan mereka, bahkan Raka yang membayar makanan mereka.
"maaf pak, kami jadi ngerepotin"
"Santai aja kali Zil"
"suami kami dokter ya zil'
"iya, pak"
"dokter apa"
"Ahli bedah pa"
"oohh"
Raka hanya berooh ria
"ko, saya jarang liat dia ngantar kamu ke kantor"
"bukan jarang pak, tapi ga pernah" ucap Hana sembarangan, tapi itu memang kenyataan nya
"Suami saya sibuk pak, jadi ga sempet buat nganter"
"oohh" lagi lagi Raka hanya ber oohh ria
Selesai makan Raka kembali mengantar zila dan Hana kekantor
" Kenapa gw rasa sikap pak raka ke elo ga berubah ya zil'"
"maksut Lo"
"Lo kaya ga tau aja Zil, sebelum Lo nikah kan pak raka sudah nunjukin perhatian nya ke elo Zil"
"huus, jangan aneh aneh Han"
"tapi, Zil"
"udah Han jangan di bahas lagi, ga pantes rasanya ngebahas pria lain sedangkan gw udah nikah"
hana mengangguk dan kembali berjalan dengan menggandeng lengan zila
.......
Tidak seperti kemarin zila pulang seperti biasa nya, zila sebenarnya ingin lembur lagi, karena pekerjaannya menumpuk, tapi zila takut Daffa marah lagi dan menganggap nya Tidak memperhatikan kandungan nya, jadi zila memilih pulang lebih awal dan membawa pekerjaan nya kerumah kebetulan besok akhir pekan jadi zila ingin menghabiskan akhir pekannya dengan bekerja.
"Assalamualaikum"
Jelas tidak ada Jawaban, karena Daffa belum pulang dari rumah sakit di jam segini.
Zila ke kamar membersihkan dirinya, kemudian melaksanakan sholat ashar, Karena tadi sudah makan di kantor, jadi zila lebih memilih mengistirahatkan dirinya di kamar, tidak tidur juga__ hanya tiduran sambil membaca buku , karena tidak boleh tidur setelah ashar. zila juga enggan memasak untuk Daffa , yaa__ karena Daffa tidak akan mau memaknai masakannya. Walaupun tadi pagi entah apa yang membuat Daffa mau memakan sandwich buatan nya tapi zila tidak mau besar kepala takut kecewa.
Entah berapa lama zila membaca buku, Hingga terdengar decitan pintu tandanya Daffa baru saja pulang.
Bukan nya mau menjadikan istri durhaka, Zila hanya lelah dengan sikap dingin Daffa yang tidak pernah peduli dengan kehadiran nya, Sebelum hamil zila masih sering menyambut kepulauan Daffa dengan senyum manis di wajah nya tapi Daffa seakan menganggap zila tidak pernah ada, sukur sukur Daffa mau menerima uluran tangan zila. tapi setelah mengandung, zila jadi berpikir untuk menyerah merebut hati Daffa bisa saja suatu hari nanti Daffa menginginkan perpisahan , jadi zila Harus bersiap akan semua hal yang akan terjadi di masa depan , zila takut jatuh terlalu dalam dengan perasaannya pada Daffa, zila takut tidak mampu berpisah dengan Daffa. jadi zila mencoba menahan diri dan menyerah untuk mengambil hati Daffa yang tidak pernah ada untuk nya.
Selesai sholat magrib zila melanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an.
Sudah menjadi rutinitas zila, sambil menunggu sholat isya zila akan mengisi waktunya dengan membaca Qur'an, Apalagi sekarang ada bayi di dalam perutnya zila ingin membiasakan anak nya mendengar lantunan ayat suci Al-Quran agar kelak anaknya mencintai Al-Qur'an.
Selesai sholat isya , zila Berniat membuat makan malam, Tapi sebelum keluar kamarnya di ketok.
Zila berjalan mendekati pintu sambil Merapikan ikatan rambutnya.
setelah membuka pintu zila melihat Daffa yang berdiri di depan pintunya.
"ada apa" tanya zila
"sudah makan"
zila menggeleng
"ayo turun makan, saya bawakan udang juga cumi goreng"
Entahlah zila juga bingung dengan sikap Daffa yang tiba tiba membelikan nya makanan, pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir. mungkin karena semalam Daffa merasa tersinggung dengan ucapan zila.
zila mengangguk dan jalan lebih dulu menuju dapur
di dapur zila melihat 2 bungkusan di atas meja , zila memindahkan masing-masing bungkusan ke piring ukuran sedang.
zila juga menyiapkan nasi dan air putih
Daffa ikut duduk di depan zila, lebih dulu zila menyajikan nasi untuk Daffa dan kemudian untuk dirinya sendiri
Zila mulai makan, tapi Daffa terus saja memperhatikan zila
"ada apa " tanya zila karena merasa di perhatikan Daffa
"kenapa hanya makan cuminya saja
ya , emang sejak tadi Daffa memperhatikan zila yang hanya Memakan cuminya
"saya alergi udang"
"kamu alergi udang?" Daffa mengulang pertanyaannya takut salah dengar
"iya"
"oh, maaf saya tidak tau"
zila tidak lagi merespon dan kembali fokus dengan makanan nya
hening di antara keduanya, Zila masih fokus dengan makanan nya entah karena dia memang suka cumi atau zila senang karena pertama kalinya dia makan satu meja dengan Daffa , di tambah Daffa sendiri yang mengajaknya makan , sedangkan Daffa entah apa yang ada di pikiran nya sesekali dia menatap zila dengan tatapan yang tidak bisa di tebak
"tidak perlu minta maaf, wajar jika anda tidak tau saya alergi udang, walaupun status kita suami istri tapi nyatanya itu hanyalah status belaka , kita tidak mengenal satu sama lain. saya pun begitu , saya tidak tau apa yang anda suka, apa yang anda tidak suka, Apa yang bisa dan apa yang tidak bisa anda makan saya pun tidak tau"
deg
ucapan zila menyadarkan Daffa betapa tingginya beton pembatas yang ia bangun dalan hubungan nya dengan zila. mereka suami istri yang tinggal di satu atap , tapi perkara makanan pun mereka tidak saling tau.
sebegitu kokohnya kah pembatas itu
"enak?, kamu suka"
"emm" jawab zila singkat sambil mengangguk, Daffa tersenyum singkat
"Istirahat aja di rumah, ga usah kerja"
zila mengerutkan kening
"Kamu hamil, lebih baik di rumah saja"
"Ga bisa, saya akan berhenti kerja setelah usia kandungan saya 8 bulan"
"kenapa keras kepala banget sih" suara Daffa mulai meninggi
Terdengar helaan nafas dari zila
"enteng banget mulut anda nyuruh saya berhenti bekerja, saya pernah berhenti bekerja berniat fokus dengan rumah tangga saya, tapi apa yang saya dapatkan , saya seperti menjalankan rumah tangga sendiri, saya seperti wanita yang tidak memiliki suami, saya bosan di rumah, saya butuh teman buat ngobrol saya butuh sesuatu yang bisa menghibur saya, selama satu tahun saya bertahan, membuat diri saya sibuk dengan status sebagai istri anda , menyiapkan sarapan , makan malam, menyiapkan segala keperluan anda , apa anda pernah menghargai sedikit usaha saya, Dan saya lebih memilih bekerja berharap ada kegiatan lain yang bisa saya kerjakan selain pekerjaan rumah yang yang sia sia saya lakukan di setiap harinya "
Tidak ada penekanan di setiap ucapan zila tapi terlihat jelas zila menahan emosi yang siap meledak kapan saja , zila meremas kuat ujung baju yang dia kenakan seakan menyalurkan semua emosi nya
zila meraih gelas yang ada di depan nya, entah kenapa selama hamil zila lebih mudah marah, mungkin bawaan hormon
"tentang kandungan saya , anda tidak perlu kawatir saya bisa menjaganya dengan baik, saya ibunya saya tau apa yang baik untuk anak saya"
"asal anda tau saja setiap Minggu saya pergi untuk mengecek keadaan nya , Hanya untuk memastikan dia baik baik saja di dalam sana"
"ahh, iyaa , anda kan tidak pernah sekalipun mengantar saya, jadi anda tidak tau, saya cuman mau bilang dia sehat" zila tersenyum , lebih Terlihat senyum yang di paksakan.
zila berdiri dari duduknya meletakkan piring juga gelas di tempat pencucian tanpa mencuci nya terlebih dahulu, melenggang pergi meninggalkan Daffa yang hanya menatapnya
Daffa mengusap wajahnya kasar di tatapnya nanar piring cumi goreng yang masih tersisa di atas.meja, yang beberapa saat lalu membuat nya tersenyum melihat zila memakan cuminya dengan lahap.
Di kamar__zila menatap langit langit kamar sambil tangan kanannya mengusap-usap lembut perutnya.
zila tersenyum getir, menahan lelehan air mata yang sudah di ujung mata, bukan karena bentakan Daffa , zila sudah biasa di Bentak, hanya saja zila memikirkan betapa kacaunya rumah tangga yang ia anggap akan seperti rumah tangga orang lain yang penuh dengan kebahagiaan walaupun nantinya ada sedikit masalah.
tapi itu hanya khayalan zila saja nyatanya rumah tangga nya bisa di bilang sudah ada di ujung pembatas.
entah Daffa atau zila yang akan lebih dulu mengatakan perpisahan yang pasti hari itu zila yakin akan terjadi, Hanya anak yang ada di dalam kandungan nya yang sekarang menjadi penguat zila
"astagfirullah" Zila beristighfar memohon ampun karena sikap kurang ajarnya pada Daffa.
..."Apa aku harus menunggu lebih lama lagi agar engkau mau membuka hati untuk ku, atau berhenti sampai di sini"...
Zila duduk bersila di atas kasurnya, tangannya memegang bingkai Foto pernikahan yang di ambil 2 tahu lalu. Di Poto itu keduanya sama sama tersenyum bahagia baik zila maupun Daffa, tanpa zila ketahui jika Daffa menyembunyikan segala amarah di baliknya.
Zila tersenyum getir , ibu jarinya terarah mengusap bingkai foto yang mulai berdebu itu.
Tanpa zila ijinkan satu tetes air mata nya mengalir begitu saja disaat mengingat perlakuan Daffa yang menyakiti perasaannya.
flashback on
"mas, kamar kita yang di sebelah mana"
"saya di sini dan kamu disini"
Zila mengerutkan dahinya , bingung dengan jawaban Daffa kenapa suaminya itu menunjuk 2 kamar yang berbeda
"Maksut mas"
"iyaa, kamu tidur dikamar tamu saya tidur di kamar utama"
zila tidak salah dengar kan, suaminya memintanya untuk tidur di kamar yang berbeda , ada apa sebenarnya
"loh ko pisah mas, bukannya ___"
"BISA GA SIH JANGAN BANYAK TANYA SAYA LELAH"
ucapan zila terpotong dengan bentangkan Daffa , zila Hanya mampu menggigit bibir bawahnya, tidak menyangka pria yang baru saja sah menjadi suami nya tega membentuk nya
"kamu bisa beresin barang kamu , saya masuk duluan"
Daffa masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu depan cukup keras, bahkan zila sampai tersentak mendengarnya
"Ya Allah ada apa ini" lirih zila dalam hati
zila juga masuk kedalam kamar tamu yang di tunjukkan Daffa, kamarnya tepat berhadapan dengan kamar Daffa. sebelum menutup pintu kamarnya zila memandangi kamar Daffa , berharap Daffa keluar dan mengurungkan niatnya
zila duduk di atas kasurnya, menatap kosong ke arah pintu, kejadian yang baru saja terjadi benar benar membuat nya bertanya tanya ada apa sebenarnya dengan Daffa
flashback of
ingatan tentang perubahan sikap Daffa saat pertama kali mereka pindah ke apartemen Buyar karena ketukan pintu dari luar.
zila dengan segera menghapus air matanya, zila sudah berjanji pada dirinya tidak akan pernah menangis di hadapan Daffa atau mengeluarkan air matanya di hadapan Daffa , zila tidak mau di Anggap lemah.
"Sudah sarapan". Tanya Daffa
zila hanya menggeleng sebagai jawaban,hari ini akhir pekan, jadi mereka sama sama di rumah. mungkin melihat zila yang tidak turun membuat sarapan, jadi Daffa berinisiatif membuat sesuatu untuknya
"Ayo sarapan saya sudah buatkan nasi goreng"
"Anda saja , saya makannya nanti saja"
"kenapa__kamu alergi nasi goreng" Bukan pertanyaan sebenarnya, lebih tepatnya Daffa menyindir zila yang lagi lagi menolak tawarannya, Daffa juga tau, emang ada Manusia alergi nasi, kalo ada sih mantap, kalo zila tidak mungkin alergi nasi goreng, karena biyasanya zila membuat nasi goreng untuknya walaupun tidak pernah sekalipun Daffa memakannya
"saya ga selera makan"
"Jangan egois Zil, kamu tau kan ada nyawa yang juga membutuhkan asupan makanan di dalam sini"
Daffa berucap dan menyentuh perut buncit zila, zila yang pertama kali mendapatkan tindakan seperti itu dengan cepat mundur beberapa langkah setelah sadar tangan Daffa menyentuh perut nya.
tindakan Daffa tersebut bahkan hampir membuat nya tersandung kakinya sendiri, karena berusaha menghindar dari Daffa, jelas hal itu mengejutkan baginya, pertama dan terakhir kali Daffa mau menyentuh nya saat malam di mana zila menyerahkan segalanya untuk Daffa dan setelah itu Daffa tidak pernah lagi mau menyentuh nya
"apa yang kamu lakukan" Wajah Daffa terlihat kawatir
tidak ada jawaban zila memilih bungkam
"Oky, kalo kamu tidak mau makan tapi jangan bersikap kekanak-kanakan seperti ini, kalo tadi kamu jatuh saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelahnya"
"Maaf ,saya tidak bermaksud"
dengan emosi Daffa meninggalkan zila yang masih mematung di depan pintu kamarnya
setelah kejadian itu zila lebih memilih mengurung dirinya di dalam kamar padahal perutnya sudah sangat lapar.
terpaksa zila keluar tidak tahan lagi menahan lapar.
zila keluar dan turun ke dapur , zila melihat nasi goreng serta air putih di atas nampan yang tadi pagi di buat Daffa, ada rasa bersalah di hati zila karena sudah menolak masakan yang dibuat daffa
zila duduk di meja makan dan memakan nasi goreng buatan Daffa.
"kamu suka sayang, ini yang masak papah kamu loh"
"papah sama Mamah ga sabar ketemu kamu sayang"
"kalo kamu cewe pasti cantik kaya mamah"
"kalo kamu cowok pasti tampan kaya papah"
zila berbicara dengan calon bayinya, zila melahap habis nasi goreng buatan Daffa.
tanpa zila sadari sejak tadi Daffa memperhatikan nya dari kejauhan. Ada rasa bahagia di hati daffa mendengar apa yang zila katakan pada anaknya.
"Emang jenis kelaminnya apa ,cewe atau cowok"
zila langsung membalik badannya, zila kaget dan membulatkan matanya, Zila salah tingkah sendiri berharap Daffa tidak mendengar apa yang dia ucapkan tadi,
iya hanya harapan karena Daffa mendengar semua yang zila katakan
"emm, saya juga belum tau, waktu USG saya menolak untuk melihat hasilnya biar jadi kejutan"
dengan gugup zila menjelaskan pada Daffa
Daffa ikut duduk di samping zila, mendengar penjelasan zila.
"kapan jadwal periksa lagi"
"Hari Rabu"
"biar saya antar, saya juga pengen tau bagaimana perkembangannya"
zila mengangguk
"anda dari tadi ya di belakang"
"iya, emang kenapa"
"emm, gapapa"
tolong selamatkan zila sekarang, kenapa suasana yang biyasanya dingin , canggung, malah jadi momen
menggelikan untuk zila, zila malu setengah mati pasti Daffa mendengar semua ucapan nya
Daffa hanya tersenyum melihat tingkah zila, zila yang semakin salah tingkah lebih memilih berdiri untuk mencuci piring kotornya
.....
selesai makan zila keruang tamu untuk menonton drama Korea terbaru yang tayang hari ini
Tidak lupa zila membawa satu toples penuh berisi cemilan untuk menemani acara nonton nya.
Tidak lama Daffa ikut bergabung duduk di atas sofa di sebelah zila, Daffa juga membawakan susu hamil zila
"anda tidak perlu repot-repot saya bisa membuatnya nya sendiri"
zila merasa tidak enak dengan Daffa , ada rasa aneh juga karena Daffa tidak pernah mau peduli dengan nya dan sekarang justru malah Daffa membuat nya merasa tidak nyaman karena sikapnya, zila bukannya tidak suka hanya saja zila takut dengan sikap Daffa zila bisa besar kepala dan menginginkan hal lebih dari Daffa secara__ zila tau semua perhatian Daffa pasti karena adanya anak di dalam kandungan zila . dan setelah zila melahirkan anaknya pasti Daffa tidak akan bersikap seperti ini lagi.
Daffa tidak menjawab ,dan memilih menyibukkan dirinya dengan tab ditangannya
zila menatap Daffa dari samping, zila benar benar terpukau dengan wajah tampan Daffa dari samping hidung Daffa terlihat seperti perosotan di Taman kanak-kanak, di tambah kaca mata baca yang bertengkar di hidung nya, rambut panjang melewati daun telinga , sedikit bergelombang benar benar pas untuk Daffa
Daffa yang merasa zila menatap nya sejak tadi beralih menatap zila , dan membuat zila menelan salivanya kasar. zila beralih menatap tv yang sejak tadi di abaikan zila karena fokus mengagumi ciptaan tuhan disampingnya .
"Ada apa, mau sesuatu" tanya Daffa
zila menggeleng
"Kalo pengen makan sesuatu bilang jangan sungkan, biar saya belikan"
"mau makan Martabak manis?" tanya Daffa lagi
zila menganguk, tiba-tiba zila pengen makan Martabak manis setelah Daffa menyebut nya
"Tunggu lah disini biar saya belikan"
"Daffa"
Daffa yang sudah siap keluar , terhenti mendengar panggilan zila.
zila menggigit bibir bawahnya, tangan nya saling meremas,
"ada apa, ada yang lain"
"tidak"
"terus"
"emm, saya boleh ikut ngga"
Ada apa dengan zila, apa karena hormon hamil nya dengan beraninya zila meminta Daffa untuk mengajak nya pergi, padahal sejak tadi zila sudah menahan nya mati Matian.
dengan cepat Zila berucap lagi
"ehh, maaf saya tidak bermaksud"
"kenapa harus meminta maaf , ayo pakailah kerudung saya tunggu diluar"
zila mengangkat kepalanya , apa zila tidak salah dengar Daffa mau mengajaknya
"apa tidak papa"
"iyaa,ayoo"
.....
Di sepanjang jalan zila menatap kearah jendela. Tangan kirinya sebagai tumpuan kepala.
Tidak ada obrolan yang terjadi di antara suami istri itu, Daffa fokus dengan jalan di depan nya zila fokus dengan jalan di samping nya.
Butuh waktu 10 menit dan akhirnya mereka sampai.
keduanya turun dari mobil untuk memesan martabak .
"Mau rasa apa" Tanya Daffa
"emm , Coklat kacang di campur"
"coklat kacang di campur mas, sama keju" Daffa memberitahu Pedagang nya
Daffa menarik satu kursi yang tersisa kebelakang zila
"duduk dulu, pasti lama nunggunya"
Zila menurut dan duduk ke kursi yang diberikan Daffa sedangkan Daffa berdiri di samping nya dengan tangan terlipat di depan dada.
selesai membeli martabak mereka kembali ke mobil ,Daffa berjalan lebih dulu zila di belakang dengan tangan yang penuh plastik martabak.
"zila"
"ehh, pak raka"
sebelum Sampai ke mobil zila berpapasan dengan raka bosnya , sedangkan Daffa sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil
"Dari beli martabak ya"
"iya pak" Jawab zila singkat dan ramah
"sendiri?, naik apa? , biar saya antar pulang"
zila jadi salah tingkah di berondong pertanyaan dari bosnya.
"zila sama saya"
Suara Daffa membuat perhatian kedua orang itu teralihkan padanya, iya sejak tadi Daffa memang memperhatikan mereka dari dalam mobil.
"ah, maaf bapak Daffa ya"
Daffa hanya mengangguk menunjukkan wajah datar nya
"maaf sebelumnya pak, saya kira zila nya sendiri, soalnya bawa kresek martabak nya sendiri. Raka berkata jujur memang dia merasa iba melihat zila yang agak kesusahan dengan kresek bawaannya.
"saya duluan pal"
zila pamit pada Raka Setelah melihat Daffa Melenggang lebih dulu sebelum merebut kresek martabak dari tangannya
Raka hanya mengangguk dan memperhatikan dari jauh pasangan itu.
.....
Di rumah__ Daffa masuk kedalam kamarnya tanpa mengatakan apapun, sedangkan zila meletakkan martabak yang mereka beli di atas piring.
zila ingin membawakan martabak Daffa ke kamarnya tapi takut, takut jika dia mendapatkan bentakan lagi dari Daffa apalagi sepulang dari pasar zila bisa merasakan perubahan mood pria itu. Akhirnya zila lebih memilih meletakkan martabak nya ke dalam lemari pendingin sedangkan martabak miliknya dia bawa keruang tamu
"Dia bos kamu" Suara Daffa dari Belakang berhasil mengagetkan zila
"iya"
"Dia emang suka nawarin buat nganter kamu kaya tadi"
Daffa kembali duduk di samping zila, Daffa juga membawa martabak yang tadi di simpan zila di dalam lemari es.
"Engga juga"
jawab zila, tapi matanya masih fokus ke layar tv didepan.
"engga juga?, berarti dia pernah ngajak kamu"
"iya, sesekali kalo kebetulan papasan di jalan"
"maksutnya"
lama lama zila jengah juga mendengar pertanyaan Daffa mengenai bosnya itu.
"Pernah waktu saya mau nyari makan bareng Hana, ternyata beliau juga mau keluar , beliau orang baik dan nawarin kami tumpangan"
Daffa hanya berooh ria
Daffa berdiri dari duduknya sebelum pergi, tanpa menatap zila daffa berucap
"Lain kali kalo di ajak satu mobil bareng jangan langsung mau, Ingat__situ perempuan sudah bersuami"
zila mengerutkan keningnya, ucapan Daffa seakan menunjukkan kalo dirinya wanita gampangan
"Maksut anda apa, secara langsung anda menyebut saya wanita murahan"
zila tidak terima dengan ucapan Daffa zila mencekal tangan Daffa tapi di tepis dengan kasar oleh Daffa
Daffa menatap zila dengan tatapan dingin begitu pula dengan zila yang menatap Daffa dengan tatapan marah
"anda tidak berhak ya menilai saya seperti itu, saya tidak terima dengan apa yang ada ucapkan"
"emang ada ya saya bilang kalo kamu wanita murahan"
Daffa menekan kata murahan
"Tapi apa yang anda ucapkan tadi secara tidak langsung menyebut saya wanita murahan"
"Berarti kamu sadar dong, dengan apa yang kamu lakukan"
"Saya sudah bilang saya pergi bersama Hana apa anda tuli , atau apa, saya tidak pergi berduaan dengan pak raka"
"Sudahlah saya malas berdebat"
"anda yang memulai perdebatan ini, bahkan Anda memulai nya sejak kita pertama kali menginjakkan kaki di sini"
"jika memang anda tidak mau menikah dengan saya kenapa anda mau menerima perjodohan kulot ini"
zila mulai emosi, setiap kalimat yang keluar penuh penekanan , zila berdiri sambil satu tangannya memegang perut buncitnya.
" ITU SEMUA KARENA PAKSAAN ORANG TUA SAYA, JIKA IBU SAYA TIDAK SAKIT HARI ITU SAYA TIDAK AKAN Sudi MEMILIKI ISTRI MURAHAN , YANG DENGAN GAMPANGNYA MENERIMA TAWARAN PRIA LAIN"
"STOOP"
"kenapa saya salah"
" Anda Hanya bisa menyakiti perasaan saya, ucapan yang keluar dari mulut anda selalu melukai hati saya, setiap hari anda menoreh luka di hati saya, kata murahan , gampangan benar benar menyakiti perasaan saya"
satu tetes air mata mulai menetes dari pelupuk mata indah Milik zila. Jangan salah kan emosi zila yang sulit di kontrol selama hamil
"jika memang anda tidak mau menikah, kenapa anda tidak membicarakan nya sejak awal , saya bisa membujuk orang tua saya untuk membatalkan perjodohan ini, kenapa"
"kenapa pernikahan ini harus terjadi, setiap hari saya harus menahan rasa sesak di hati mendapatkan perlakuan kasar dari anda, dan hari ini saya baru tau sisi anda yang lain, saya selama ini salah menilai anda saya kira anda pria baik, Soleh, pintar , anda sama saja dengan pria lain di luar sana, yang hanya bisa menyakiti perasaan wanita. saya tidak percaya kalimat itu bisa keluar dari mulut yang sering berzikir padanya. ternyata saya benar benar salah menilai anda.
zila menarik nafas , sesak di hatinya begitu terasa menyakitkan, zila menatap langit langit ruang tamu , berusaha agar air matanya tidak jatuh lebih banyak.
sedangkan Daffa hanya mendengarkan, semua emosi yang zila ucapan kan, tanpa ada niat meminta maaf atau sekedar menenangkan Wanita di hadapannya itu.
"saya bisa terima bentakan yang anda berikan setiap hari untuk saya, saya bisa terima tatapan dingin , tatapan mengintimidasi yang anda perlihatkan untuk saya, saya bisa terima anda menganggap saya tidak ada di hidup anda , tapi apa yang barusan anda ucapkan meragukan didikan yang diberikan orang tua saya selama ini, Bukan cuma saya yang akan merasa sakit tapi orang tua saja juga" lirih zila di setiap kalimat nya
"saya rasa cukup sampai disini"
Daffa menatap lekat wajah zila yang sudah tidak karuan , menunggu kalimat yang akan di ucapkan zila"
"mari akhiri hubungan palsu ini"
"Mungkin berpisah adalah pilihan terbaik untuk kita"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!