NovelToon NovelToon

Penguasa Benua Tengah

Chapter 1.

Dahulu kala, ketika Tuhan sejati menciptakan Makhluk hidup di dunia ini hanya ada hewan dan tumbuhan.

Hewan yang sudah hidup ratusan tahun berevolusi menjadi monster dan memiliki kekuatan yang dahsyat, sedangkan mereka yang berhasil hidup hingga ribuan bahkan jutaan tahun sanggup berevolusi menjadi makhluk lebih sempurna yang memiliki Perawakan seperti kera tapi tidak berbulu dan berbadan tegap. Memiliki Rupa yang bagus, kulit yang halus, hidung yang mancung, tangan yang sempurna, kaki yang sempurna, badan yang lebih bagus serta memiliki akal dan perasan yang sempurna.

Sedangkan tumbuhan yang bisa hidup ribuan hingga tahun hanya sanggup berevolusi menjadi Pohon Monster. Karena mereka hanya bisa menyerap energi alam tidak seperti ras hewan yang bisa menyerap energi alam, energi sesama hewan bahkan energi dari tumbuhan itu sendiri yang biasanya dikeluarkan melalui Buah dan Daun mereka yang sangat berkhasiat.

Bahkan butuh waktu sangat lama untuk ras tumbuhan untuk memiliki akal pikiran.

Hanya satu kelemahan Hewan yang bahkan sudah berevolusi ke wujud paling sempurna sekalipun, ketika mereka berkembang biak dan beranak pinak maka keturunan mereka akan lahir tetap menjadi Hewan biasa bahkan Paling Baiknya menjadi Hewan Monster. Tidak ada kasus keturunan dari Hewan Sempurna lahir dengan wujud hewan sempurna pula.

Karena Asal akan kembali ke Asal dan Awal akan kembali ke Awal.

Hingga Suatu Hari, Tuhan Sejati menciptakan Makhluk Baru yang diberi Nama Manusia.

Tercipta dengan wujud paling sempurna dengan akal dan perasaan yang sempurna pula.

Bahkan ketika mereka berkembang biak, anak mereka akan lahir dengan wujud manusia sempurna pula.

Kelebihan manusia yang seperti memangkas waktu ribuan hingga jutaan tahun yang perlu ditempuh oleh ras hewan untuk memiliki wujud sempurna, memancing kecemburuan dan kebencian dari ras hewan terhadap ras manusia.

Bahkan ras manusia ini memburu dan membunuh serta memanfaatkan ras tumbuhan dan hewan untuk meningkatkan kekuatan mereka.

Tidak cukup sampai disitu keberuntungan ras manusia, mereka juga terlahir dengan kemampuan bawaan yang unik dan lebih baik daripada ras hewan dan tumbuhan.

Hidup ribuan tahun untuk ras manusia, maka bak dewa bagi sesama manusia.

Puncaknya, ketika ras hewan sudah tidak tahan lagi dengan segala tingkah laku ras manusia, mereka melakukan serangan besar-besaran yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban jiwa dari kedua belah pihak.

Perang berjalan hingga Ratusan Tahun, banyak sekali dari ras hewan yang sudah berevolusi menjadi sempurna tewas begitu pula sebaliknya dengan ras manusia.

Jutaan nyawa harus melayang, jutaan kehidupan harus hilang, jutaan tangis menemani hidup.

Duka, kesedihan, air mata, dendam, kebencian, hanya melahirkan rasa sakit yang tak berkesudahan.

Kehidupan sudah benar-benar diambang kehancuran dan kepunahan, tanah basah oleh darah, tubuh bertumpuk membentuk gunung. Mulai dari yang lemah hingga yang terkuat dari masing-masing ras menyerahkan nyawa ditangan musuh.

Hingga akhirnya, perang tak berkesudahan ini berakhir dengan jalur damai demi keberlangsungan kehidupan kedua belah pihak.

Tapi, apakah perang ini sudah benar-benar berakhir?

Tidak...

Selama masih ada dendam, selama masih ada benci, selama masih ada ego di dalam diri, permusuhan ini Abadi hingga Nanti.

Tidak ada yang namanya hitam dan putih, tidak ada yang namanya kebenaran.

Semua merasa paling putih, merasa paling benar.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

1000 Tahun setelah perang besar dan dahsyat itu, kini hanya tersisa segelintir dari mereka yang masih bertahan hidup dan menjadi saksi nyata perang besar itu.

Para hewan sempurna kini hanya hitungan jari, begitupun para manusia yang terkuat kini hanya hitungan jari pula.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Di sebuah hutan lebat nan rimbun yang bernama Hutan Kematian, dua orang dari ras manusia sedang berjibaku bertarung dengan tiga ekor dari ras hewan yang sudah berevolusi menjadi hewan buas berwujud serigala api.

"Saudara Chen, pergilah berlari secepat mungkin tinggalkan hutan ini.." Seru salah seorang dari ras manusia kepada saudaranya.

"Tidak saudara Fei, pergi bersama maka pulang harus bersama. Hidup bersama maka matipun bersama." Sahut saudaranya yang dipanggil Chen.

Sambil terus bertarung mengeluarkan senjata mereka yang terbentuk dari tulang tubuh mereka yang bisa keluar dan di modifikasi bentuknya.

Satu tulang lancip dan tajam berbentuk gading keluar dari siku salah seorang dari mereka dan tepat menusuk leher bawah serigala api.

Crassh... Darah merembes dan tak lama setelah itu serigala api itu tumbang tewas tak bernyawa.

Namun, kondisi kedua manusia itu juga tidak dalam keadaan baik. Luka sobekan dan tusukan akibat cakar dan taring serigala api di sekujur tubuh mereka sangat banyak bahkan perlahan penglihatan mereka mulai kabur.

Dengan nafas yang bahkan sudah hampir hilang dan tetap berjibaku bertarung, salah seorang dari mereka kembali berkata "Saudara Chen, cepatlah pergi dari sini dan kembali ke Klan. Hutang nyawa ini harus kau balaskan dan buatlah pengorbananku ini tidak terbuang pecuma."

"Tapi saudara, kau..." Belum sempat dia membalas, dirinya langsung terpental cukup jauh akibat tendangan saudaranya.

Lalu saudaranya lekas menerjang serigala api itu untuk memberi celah dirinya kabur.

"Cepat Pergi atau aku akan mati sia-sia, ingatlah dendam ini dan balaskan kematianku."

Ucap saudaranya yang bernama Fei.

"Saudara...." Ucap Chen.

Walau berat langkahnya, tapi sudah tidak ada pilihan selain berlari sejauh mungkin keluar hutan atau mencari pertolongan terdekat.

Memanfaatkan keunikan Klan mereka yang bisa memanfaatkan tulang di dalam tubuh untuk keluar dan dibentuk sesuka hati, Chen mengeluarkan tulang berbentuk duri kecil dari telapak kaki guna memudahkannya berlari.

Dua batang Dupa terus berlari tak tentu arah tujuan, tapi ujung hutan masih belum jua terlihat.

Naas dia malah bertemu ujung jurang yang sepanjang mata memandang sangat terlihat suram dan gelap.

Chen mencoba melempar batu kecil ke arah jurang, tapi tidak terdengar suara apapun yang menandakan jurang itu sangat dalam.

Setengah batang Dupa kemudian, dari arah dalam hutan terdengar suara sibakan daun yang menandakan ada yang tengah berjalan ke arahnya.

Hampir Chen tidak bisa bernafas ketika melihat sosok Harimau Petir berjalan pelan ke arahnya.

Harimau itu menatap tajam ke arah Chen dengan percikan petir berderak di sekitar tubuhnya.

Chen hanya bisa tersenyum kecut sambil bergumam "Mungkin ini akhir hidupku, maaf saudara Fai mungkin aku tidak bisa membalaskan kematianmu."

Sambil menghela nafas pelan, Chen menutup mata dan siap melompat ke jurang.

Daripada mati dimakan Harimau busuk itu lebih baik Ia mati dibawah jurang, begitu Fikir Chen.

Saat siap akan melompat tiba-tiba dari arah seberang jurang, Chen merasakan kedatangan seseorang.

Chen kaget tapi belum sempat dia menoleh orang itu sudah ada di sebelahnya.

Kejadian begitu singkat, sangat singkat hingga tiba-tiba jari orang itu menunjuk ke arah Harimau Petir senafas kemudian dari jari orang itu muncul sinar Merah menghantam Harimau Petir.

Boom... Boom.. Boom...

Ledakan besar terjadi, hutan sejauh lima puluh kaki habis hangus terbakar api.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

KARAKTER MC

Karakter MC di ambil dari karakter Kimimaro Kaguya, salah satu karakter istimewa yang punya kekuatan unik menurut saya. 😁

Jujur saja saya termasuk Pengagum Berat kekuatan unik Klan Kaguya. 🙏🙏

Tapi yang jelas nama Klan di Novel ini saya ibah total dan kekuatan MC disini bakal lebih Upgrade gak sebatas bisa keluarin tulang aja karena ini lebih ke cerita kultivasi tanpa batas🙏

Buat yang suka karakter klan Kaguya, berarti kita satu server. 😁🙏

Yang belum tau siapa Kimimaro dan klan Kaguya, bisa cek Gugel 🙏

Chapter 2.

Jantung Chen berdegup kencang bagai genderang perang, hatinya jerih dan wajahnya seketika memutih melihat orang yang menolongnya membunuh Monster Harimau Petir hanya dengan satu jari, apalagi efek serangan itu membias hinggal lima puluh kaki ke dalam hutan.

Chen segera menjura dan membungkukkan badan : "Terima Kasih Tuan, aku sangat berterima masih... Andai Tuan tidak datang membantu, mungkin aku sudah melompat ke dasar jurang dan menjemput Tanah Hitam."

Orang yang menolong Chen hanya mengangguk pelan tanpa menoleh, lalu berucap pelan : "Pulanglah, segera tinggalkan hutan ini."

Chen tidak banyak berbasa-basi karena takut salah bicara dan menyinggung orang tersebut, sehingga setelah memberi hormat dan berucap sepatah kata langsung melesat meninggalkan hutan kematian.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sepanjang perjalanan pulang, dalam benak Chen hanya bisa memutar memori kejadian demi kejadian yang Ia alami hari ini, mulai dari berburu dengan saudaranya lalu bertarung dengan serigala api dan naas bertemu harimau petir.

Beruntung Ia masih diberi kesempatan hidup hingga di selamatkan oleh orang tak dikenal yang memiliki kekuatan tinggi.

Sambil menghela nafas, Chen hanya bisa bergumam : "Terasa baru tadi kita berbasa-basi berbual dan tertawa, kini aku seperti bermimpi tapi aku tak bisa bangun dari mimpi itu. Maafkan aku Saudara Fai, aku pasti akan membalaskan dendam kematianmu."

Namun Chen masih bertanya, gerangan siapakah orang itu.

"Dari wajahnya terlihat masih berumur 30 tahun tapi rambutnya putih semua, namun itu tidak mengubah kesan gagahnya orang itu." Benak Chen.

Chen terus menyusuri hutan, fokus utamanya sekarang adalah segera keluar dan kembali ke Klan dan melaporkan kejadian yang menimpanya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Senja datang menyambut bulan, di balik rimbunnya dedaunan pohon yang menjulang tinggi tepat di atas sebuah ranting pohon, Chen sedang merebahkan diri sekedar meluruskan kaki dan meregangkan otot yang terasa kaku.

Walaupun matanya terpejam, tapi Chen tetap siaga. Di sekujur tubuhnya muncul seperti gading-gading tajam sepanjang lengan terbentuk dari Tulang Tubuhnya yang sengaja di keluarkan untuk melindungi dirinya jika ada Hewan Monster yang menyerang tiba-tiba.

Tapi baru tiga batang dupa Chen terpejam, tiba-tiba saja angin panas menerpa di susul goncangan hebat bak gempa bumi menggetarkan pohon raksasa yang menjadi tempatnya beristirahat.

Tanpa fikir panjang Chen segera melompat turun, senafas kemudian dari punggungnya keluar tulang-tulang yang memanjang membentuk seperti sabit panjang melengkung di sisi kanan dan kiri melindungi seluruh tubuhnya.

Dengan posisi setengah berlutut Chen berlindung di balik Tameng Tulangnya sendiri.

Sambil menggertakkan gigi dan mengepal erat tangan dia menguatkan tekat.

"Berlaripun percuma, berlindungpun seperti mencari kematian. Aku harus bertahan disini." Tekat Chen dalam hati.

Tak lama kemudian udara semakin panas, tanah bergetar hebat, daun dan ranting yang berterbangan seketika terbakar dan menjadi abu, bebatuan terbang bagaikan kertas ditiup angin.

Chen yang berada di dalam tameng tulangnya mulai merasakan dirinya seperti di tekan bumi ke bawah namun juga seperti di hempas oleh angin ke belakang.

Jangankan untuk bergerak, bernafas-pun seperti bernafas di depan kobaran api.

Perlahan tulang-tulang yang menjadi tamengnya mulai retak dimana-mana tapi Chen tetap mencoba memperbaiki keretakan sambil terus bertahan.

Dan kemudian.....

Boom... Boom.. Boom... Boom...

Dhuuuaaarrrrrrr................

Dari jauh terjadi ledakan besar yang memekak-kan telinga dan mengguncang seolah terjadi gempa dahsyat yang meluluh lantakkan apa saja yang berada di sekitarnya.

Suara-suara pekikan dari seluruh penghuni hutan kematian bagaikan Nada Kematian yang mengundang ketakutan dan kesedihan mendalam.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Mentari datang menyambut pagi, kini sebagian hutan lebat itu seolah berubah menjadi tanah gersang nan tandus bagaikan api neraka baru saja menjatuhkan dirinya disana.

Ribuan hewan yang sudah tak dikenali lagi wujudnya dan seolah tak menyisakan setetes-pun darah di dalam tubuhnya karena sudah kering oleh panasnya api neraka yang membakar dan menghanguskan mereka, berserakan seperti kerikil di yang bertabur di tanah.

Di antara tumpukan mayat itu, seorang manusia dengan pakaian yang habis tak bersisa dan nafas yang bahkan hampir tak terdengar oleh telinga tapi terlihat jika Nyawa masihlah melekat dengan badan, tergeletak tak berdaya.

Jangankan untuk menggerakkan jari, membuka matapun seolah seperti ada lem kuat melekat hingga mata tak sanggup terbuka.

Sinar matahari mulai berdiri dengan kokoh ditemani awan menghias birunya langit.

Manusia itu ternyata masih bisa bertahan, walaupun kondisinya tak ubah seperti bangkai yang memiliki nyawa.

Tak lama kemudian, dari cincin yang ada di jarinya keluar sebuah pil berwarna putih, pil itu tergeletak tepat di samping tangannya.

Perlahan keluar sebuah tulang berbentuk jarum memanjang dan menancap tepat di pil tersebut lalu tulang itu seolah bergerak meliuk menuju mulutnya.

Setelah menelan pil putih tadi manusia yang sudah jelas itu adalah Chen, perlahan mulai bisa membuka matanya dan menggerakkan jarinya.

Enam batang dupa kemudian, dengan perlahan Chen mulai bisa sekedar duduk bersila sambil mengatur kembali energi yang kacau di dalam tubuhnya.

Kembali Dia mengeluarkan sebutir pil berwarna merah dari cincin di jarinya, lalu segera menelan pil tersebut.

Waktu berlalu cepat, bulan bersinar terang di temani tabur bintang seolah ingin berkata : "tenanglah, di gelapnya malam sekalipun kami selalu ada untuk menerangi kalian."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Ke esokan paginya, Chen yang sudah mulai sembuh dari lukanya dan sudah kembali mengenakan pakaian yang disimpan di cincin di jarinya secara perlahan menelusuri hutan kematian yang kini sebagian bagaikan tanah tandus tak berpenghuni.

"Aku bagai manusia yang di berkati surga hingga tiga kali sanggup lepas dari jalan Tanah Hitam, lihatlah Saudara Fai bahkan kematianmu dibalaskan tuntas oleh Tuhan Sejati." Ucap Chen dalam hati.

Sepanjang jalan Chen hanya melihat unggukan mayat hewan hingga hewan monster berserakan dimana-mana, hingga akhirnya dia berhenti di sebuah Kawah Besar dengan lebar 500 kaki dan kedalaman mencapai 300 kaki.

Chen hanya bisa menghela nafas sambil bergumam; "Andai malam itu posisiku disini, mungkin abu-pun sudah tak tersisa dari diriku ini."

Chen yang tidak memiliki banyak waktu lagi, ingin segera kembali ke Klan dan menyembuhkan total lukanya mulai berbalik arah, namun sebelum dia membalikkan badan matanya menyipit seolah melihat sesuatu tepat di tengah kawah bekas ledakan itu.

Tanpa di aba-aba dia segera turun ke bawah untuk melihat siapa yang tergelatak di bawah kawah tersebut.

Kaget, jelas itu yang di rasakan oleh Chen.

Ternyata yang tergeletak di kawah adalah Dewa Penolongnya tempo hari, namun yang membuatnya sempat mematung adalah orang itu tidak sendirian di seberangnya juga tergeletak orang lain.

Chen segera memeriksa kondisi kedua orang itu dan ternyata mereka masih hidup.

Setelah memberikan pil yang sama yang Ia gunakan, perlahan kedua orang itu mulai bisa membuka mata dan duduk walaupun dalam kondisi lemah.

Chen segera menjura : "Maafkan aku Tuan sekalian, aku tidak memiliki pil bagus, hanya ini yang bisa ku lakukan untuk menyelamatkan nyawa kalian."

Orang yang tempo hari menyelamatkan Chen segera menjawab : "Manusia harusnya kau bunuh aku, karena aku bukanlah golongan kalian. Aku adalah ras hewan yang sudah berevolusi ke wujud sempurna, sedangkan dia di depanmu adalah manusia sama sepertimu. Jangan buang waktu, bunuh aku sekarang."

Lalu manusia yang menjadi lawan hewan sempurna juga berucap : "Kau, ayo cepat bunuh dia. Dia adalah penguasa hutan kematian ini, dengan membunuhnya maka kita ras manusia akan menguasai hutan ini dan sekaligus mengurangi jumlah hewan dengan wujud sempurna seperti dia. Dia adalah sosok berbahaya jika dibiarkan tetap hidup."

Chen terdiam dan bingung, apa yang harus Ia lakukan.

Membunuh penolongnya?

Bukankah itu sangat kejam?

Atau membiarkan penolongnya hidup dan kelak menjadi musuh besar ras manusia?

**NOTE :

Dalam cerita ini tidak ada JAM dan JARAK METER/KILOMETER/MIL jadi untuk pengganti waktu saya menggunakan perbandingan DUPA dan Jarak menggunakan KAKI.

1 DUPA \= 20 MENIT VERSI SAYA.

1 KAKI \= 1 METER VERSI SAYA.

🙏🙏🙏**

Chapter 3.

Chen hanya bisa menghela nafas pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Maaf Tuan-tuan sekalian, bukannya aku tidak mau tapi aku tidak bisa asal membunuh apalagi posisiku disini tidak tau duduk perkaranya." Jawab Chen.

"Kalau aku boleh tau, siapa nama Tuan berdua agar aku bisa lebih mudah memanggil nama Tuan." Lanjut Chen lagi.

Kedua orang itu sempat terdiam, lalu salah satu dari mereka menjawab; "Panggil aku Limba saja anak muda." dan setelahnya salah seorang lagi menjawab : "Panggil aku Yanzhu".

"Baiklah Tuan Limba dan Tuan Yanzhu, sebenarnya apa penyebab Tuan berdua bertarung?" Tanya Chen sopan.

Yanzhu menatap tajam ke arah Chen sambil berucap : "Anak muda, jangan terlalu banyak peradatan kalau kau tidak segera membunuhnya maka setelah pulih nanti aku yang akan membunuhmu karena berkhianat terhadap ras manusia."

"Tapi Tuan, aku tidak ada hubungan dengan pertarungan kalian dan aku sudah di selamatkan oleh Tuan Limba saat kemarin hampir mati di tangan Hewan Monster Harimau Petir." Jawab Chen.

Yanzhu terdiam sejenak, lalu berbicara pelan : "Baiklah, kita keluar saja dari hutan ini."

Kemudian Yanzhu memandang Chen dengan tatapan sayu dan berkata lagi : "kemarilah, tolong papah aku setidaknya bantu aku keluar dari hutan ini."

Chen tanpa perlu aba-aba langsung menghampiri Yanzhu dan berniat membantunya berdiri.

Tapi terkejutnya Chen ketika tangannya hendak memegang lengan Yanzhu, dengan cepat Yanzhu menyambut kepala Chen lalu energi dari dalam tubuhnya seolah ditarik paksa keluar.

Dalam keadaan panik Chen meronta dan berteriak hendak melepaskan diri dari Yanzhu, tapi seolah ditarik Magnet Kuat sekeras apapun usaha yang di kerahkan oleh Chen semuanya seolah percuma.

Perlahan Tubuh Chen melemah karena energi di dalam tubuhnya tersedot kuat ke arah Yanzhu bahkan Esensi Jiwanya ikut terserap.

Sambil tersenyum puas Yanzhu berkata : "Anak bodoh, kusuruh Bunuh hewan kepar*t itu tapi lebih memilih mengindahkan ucapanku. Ketika aku selesai menyerap energimu yang kecil ini, baru ku selesaikan urusanku dengan hewan kepar*t itu."

Limba yang energinya sudah habis hanya bisa terdiam tidak membalas ucapan Yanzhu atau melakukan pergerakan apapun.

"Semoga kau selamat anak muda." Ucap Limba pelan. Saat ini Ia benar-benar sudah tidak dapat melakukan apapun lagi, berpasrah pada nasib.

Di saat genting itulah, tiba-tiba saja Chen mencoba melawan. Muncul Tulang Tajam yang menjulur kencang dari siku kanannya mengarah dada kiri Yanzhu dan tepat menusuk Jantungnya hingga tembus ke punggung.

Uhukk... Yanzhu muntah darah. Ia tidak menyangka bahkan makhluk lemah ini masih bisa melakukan perlawanan dan melukainya dengan parah.

Tidak sampai disitu, Chen dengan sisa tenaganya mengarahkan telunjuk tangan kirinya lalu tulang yang runcing seukuran jarum keluar dan memanjang tepat menembus kerongkongan Yanzhu.

"Aaarrrgggg...." Hanya itu yang keluar dari mulut Yanzhu sebelum dirinya tumbang dan kaku tak bernyawa dengan mata melolot lebar seolah tidak menyangka kalau Ia mati di tangan manusia yang hanya seumuran jagung di matanya.

Setelah terbebas dari cengkraman tangan Yanzhu, Chen langsung terbaring lemas di tanah, kali ini Ia merasa sudah benar-benar hampir habis nyawanya.

Perlahan setelah mulai bisa mengatur nafas dan mengontrol energi di dalam tubuhnya, Chen segera mengeluarkan 1 butir pil berwarna merah dari cicin di jarinya, lalu melempar pil itu tepat di depan Limba.

Chen berucap pelan : "Tuan, aku hanya memiliki 1 butir pil merah itu. Telanlah, jika nanti Tuan sudah pulih tolong kembalikan Jasadku ke klan Nan. Nama lengkapku Nan Chen, aku sudah tidak akan tertolong dengan sebutir pil merah itu, lebih baik di gunakan untuk yang lebih membutuhkannya."

Perlahan pandangan Chen mulai kabur, tubuhnya terasa berat bahkan Chen merasa tengah berada di ruangan kecil, gelap, dan pengap hingga bernafas-pun terasa sulit.

Dengan mata terpejam, Chen hanya berucap dalam hati : "Yang ke-4 kali ini aku benar-benar sudah tak terselamatkan, akhirnya aku akan segera menempuh Jalan Tanah Hitam."

Sunyi.... Tak ada suara apapun sekarang, hanya desiran angin berhembus..... Menyapu dunia....

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sementara itu di Klan Nan....

Patriark Klan Nan, Nan Bao tengah berada di aula rapat Klan Nan bersama para Tetua Klan Nan yang lainnya.

"Apa belum ada kabar dari regu pencari tentang keberadaan Chen dan Fai yang belum pulang juga ke klan?" Tanya Patriark Nan Bao.

"Belum ada Patriark, terakhir kali aku menghubungi tim regu pencari lewat batu komunikasi jarak jauh tapi mereka belum menemukan keberadaan Tuan Muda Chen dan Tuan Muda Fai." Jawab Tetua Pertama yang bernama Nan Feng.

Patriark Nan Bao hanya menghela nafas pelan, matanya terpejam dan fikirannya benar-benar kacau tak menentu.

Ternyata Nan Fai adalah anaknya dan Nan Chen adalah anak dari Adiknya yang telah meninggal lima tahun lalu akibat luka dalam yang tak kunjung sembuh, sedangkan Ibu Nan Chen meninggal ketika melahirkan Chen.

Sejak saat itu, Nan Chen berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Nan Bao.

Apalagi Nan Bao sangat menyayangi Nan Chen dan menganggap Nan Chen sudah seperti Anak Kandung sendiri.

Akhirnya Patriark Nan Bao berucap : "Jika hingga 7 hari kedepan mereka belum ditemukan atau tidak ada kabar keberadaan mereka, Tetua kedua tolong pergi ke Klan Xing dan minta kepada Patriark Klan Xing memantau jejak kehidupan mereka."

"Baik Patriark, aku mengerti." Jawab Tetua Kedua.

"Semoga mereka baik-baik saja." Gumam Patriark Nan Bao.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Empat hari kemudian.

Di sebuah gua yang luas, duduk sosok makhluk berwujud mirip manusia tapi memiliki sisik berwarna merah menyala di tubuhnya dan memiliki Tanduk di kedua kepalanya, di sebelahnya terbaring manusia yang wajahnya terlihat sedikit pucat.

Mereka itu tak lain adalah Limba dan Chen.

"Aku bahkan sudah memberikan seperempat total energi dan esensi jiwaku padanya hingga aku harus merelakan wujud sempurnaku cacat, tapi belum ada tanda Ia akan siuman walaupun kondisinya sudah sangat stabil sekarang ini. Semoga kau bisa segera siuman anak muda." Ucap Limba sambil menghela nafas.

Tapi tak lama Limba bergumam, terdengar suara erangan kecil di sebelahnya.

"Uhh, kepalaku sakit sekali." Gumam kecilnya.

Limba kaget dan langsung menoleh kesamping, senyum langsung mengembang dari sudut bibirnya.

"Kau sudah sadar anak muda, aku sempat berfikir kau akan mati di sini." Ucap Limba.

Chen menoleh ke asal suara yang menegurnya, sontak Ia langsung kaget karena tidak mengenal siapa makhluk yang berbicara kepadanya.

"Maaf Tuan, anda siapa dan aku berada dimana?" Tanya Chen sopan dan berhati-hati.

Limba menghela nafas, wajar fikirnya anak ini tak mengenalnya.

Lalu Ia menjawab : "Aku Limba, sebelumnya terima kasih karena kau sudah membantuku tempo hari, sekarang istirahatlah dulu nanti aku akan menemuimu lagi."

Lalu Limba beranjak dan berjalan menuju arah pintu keluar gua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!