"Apa jadwal kita selanjutnya?"
sambil menutup berkas-berkas yang telah ditanda tanginanya Angkasa Perwira Putra sedikit melonggarkan dasinya, matanya terlihat kelelahan setelah membaca setumpuk berkas dihadapannya.
"jadwal terakhir hari ini anda harus makan malam bersama Direktur Gold Daisy pukul 19.30 Tuan"
Dion Prasetyo Asisten pribadi Angkasa yang sudah bersamanya sejak awal Angkasa diangkat menjadi seorang direktur di perusahaannya.
"Baiklah bangunkan aku pukul 18.00. Aku akan istirahat sebentar"
Angkasa memijat pangkal hidungnya sambil berdiri dari kursi kebesarannya menuju ruangan pribadi dalam kantornya itu
"Baik Tuan"
Dion kemudian keluar dari ruangan Angkasa setelah melihat sang Direktur telah memasuki kamar pribadinya.
...****************...
Diwaktu waktu yang sama disebrang jalan perusahaan megah yang menjulang tinggi ke langit seorang gadis didalam sebuah gedung minimalis sederhana sedang sibuk melayani pembeli.
"pesan apa kak?"
Nirmala Safira yang sudah kelelahan melayani pembeli sejak pagi masih berusaha memasang senyum sumringah pada pembeli didepannya ini.
"Aku pesan roti bakar 4 dan roti coklat 2"
"baik tunggi sebentar kak"
dengan gercapnya Nirmala membungkus roti-roti tersebut kemudian menyerahkannya pada pelanggan.
"40 ribu semuanya kak"
Begitulah keseharian Nirmala. Semenjak lulus di bangku SMA, Nirmala memutuskan untuk melanjutkan usaha roti milik ibunya. Sudah sekitar 2 tahun sejak dia lulus dari bangku SMA. dia berjualan roti umtuk biaya hidupnya dan adiknya serta menyekolahkan adiknya yang sekarang kelas 1 SMA. Prinsip Nirmala jika dia tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi maka adiknya harus melakukannya. Yah begitulah hidup Nirmala yang hidup mandiri sejak kedua orang tuanya meninggal karna kecelakaan.
Jadi kedua orang tua Nirmala meninggal dunia karna sebuah kecelakaan mobil yang menimpa keduanya, saat itu Nirmala duduk di bangku kelas 2 SMA dia tidak ikut orang tuanya pulang ke kampung halaman karna ada kegiatan Pramuka yang diikuti Nirmala. Hanya adiknya Dirgantara yang selamat dalam kecelakaan itu meskipun mengalami cedera serius untunglah adiknya berhasil bertahan hidup.
"Kakak aku pulang" seorang pria tampan dan tinggi membuka pintu toko roti milik Nirmala
"Dirgantara, kenapa tidak pulang kerumah saja?"
"aku ingin mampir saja untuk bertemu kakak"
"hmm kau ini, sudah pulang sana ! kau belum makan siang kan?"
"aku makan bakso di kantin dengan temanku tadi"
"hm baguslah, tapi kau harus tetap pulang ganti baju"
"aku hanya akan istirahat sebentar di kamar kakak, aku bawa baju ganti"
"aduh rajinnya adikku"
"mulai lagi"
Dirgantara memutar bola matanya jengah dan berjalan gontai menuju kamar yang biasa dipakai Nirmala beristirahat. Sementara Nirmala terkekeh melihat tingakah adiknya yang terlihat jijik setiap mendengar Nirmala mengeluarkan kata-kata manis.
Dirgantara sesekali mampir ke toko roti kakaknya untuk membantu. Sama seperti Nirmala menyayangi Dirgantara, dia juga sangan menyayangi kakaknya meskipun dia kadang bersikap dingin tapi Dirgantara selalu berusaha membantu dan menghibur kakaknya.
...****************...
Diperjalanan pulang kerumahnya setelah seharian bergelut dengan berkas-berkas Angkasa memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa pening dan matanya terasa perih.
"apa tuan baik-baik saja?" sang sekertaris yang memperhatikan dari kaca mobil sedikit khawatir melihat tuannya
"hanya butuh sedikit istitahat" Angkasa kemudian menyandarkan punggungnya di sofa mobil dan memejamkan matanya
"bangunkan aku kalau sudah sampai" perintah Angkasa kemudian
"baik tuan"
...****************...
Nirmala merangku lengan Dirgantara diperjalanan pulang sambil menikmati suara kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya mereka terus berjalan menuju rumah mereka.
"bagaimana sekolah hari ini? apa menyenangkan?"
pertanyaan Nirmala memecahkan keheningan mereka berdua
"hm biasa saja" jawab Dirgantara singkat
"kakak pasti kelelahan hari ini, ingin ku pijat?" Dirgantara melepas rangkulan tangan kakaknya dan mulai memegang bahu Nirmala
"aw aku geli tidak usah memijatku" Nirmala memberontak
"eih apa maksud kakak akukan ingin mengurangi rasa lelah kakak" Dirgantara kembali memegang bahu kakaknya dan mulai memijit
"hahaha aku bilang tidak usah" Nirmala berbalik dan memukul lengan Dirgantara
"ei tidak kenaa" Dirgantara menghindar dan berlari-lari mundur sambil menjulurkan lidahnya pada Nirmala.
"tidak kena, tidak kena" masih meledek kakaknya
"awas kau yaa"
Merekapun pulang ke rumah dengan terus bercanda sepanjang jalan.
meski masa lalu begitu menyakiti kita sampai hari ini, aku akan tetap berterima kasih pada Tuhan setiap kali melihat senyum dan tawamu. Sampai-sampai aku berdoa pada Tuhan bahwa aku tak butuh apapun lagi selain Dirgantara dan tawanya - Nirmala
"Aku ingin kopi dan cemilan, ah rasanya aku benar-benar muak dengan semua kertas-kertas itu hari ini" Angkasa memijat cerucuk lehernya kemudian berjalan keluar ruangannya
"baik akan segera diantarkan keruangan anda tuan"
Jawab Dion sambil menyusul langkah Angkasa keluar ruangan.
"minta mereka mengantarkannya keatap"
"baik tuan"
beberapa menit kemudian...
"dari kantin perusahaan?"
"iya tuan"
"ah aku juga muak dengan ini. tolong ganti" perintah Angkasa lagi yang kini duduk di bangku taman atap perusahaannya.
"baik tuan" Dion kembali memerintahkan bawahannya agar segera mencari cemilan untuk direktur
"sepertinya aku butuh liburan, aku benar-benar sedang jenuh dengan perusahaan sekarang"
Angkasa menerawang ke langit berusaha menenangkan fikirannya kemudian menghela nafas kasar.
"saya akan mengosongkan jadwal tuan untuk tiga hari kedepan jika tuan menginginkannya"
Dito cukup peka dengan maksud tuannya.
"hm ide bagus, tapi apa tiga hari tidak terlalu lama"
Angkasa berbalik menatap Dion yang berdiri tak jauh di belakangnya
"saya akan menghendle pekerjaan yang bisa diwakili tuan"
"hm baiklah terimakasih Dion, ngomong-ngomong duduklah kenapa kau berdiri disana"
Dion segera duduk di kursi depan Angkasa seperti yang diperintahkan
"sudah hampir lima tahun lebih kau bekerja denganku...kenapa masih kaku juga ck"
Angkasa menggeleng-gelengkan kepala sambil menatap Dion yang duduk didepannya
"permisi pesanan anda sudah datang"
salah seorang pegawai datang dan mengantarkan cemilan lalu menyimpannya di meja dimana sang Direktur duduk disana.
"Roti?" Angkasa mengerutkan keningnya
"ini roti depan kantor tuan aku dengar roti ini populer akhir-akhir ini" pegawai itu menjelaskan dengan sopan kepada Angkasa
"baiklah terima kasih kau sudah bekerja keras"
Angkasa kemudian memakan roti yang diantarkan.
"hmm ini enak, aku biasanya tidak terlalu suka roti tapi ini terasa beda" Angkasa mengecapi rasa roti dengan perlahan dan menganggukkan kepalanya terlihat sangat menikmati roti itu.
...****************...
"aku pulang" Nirmala melepas sepatunya kemudian berjalan gontai menuju sofa ruang tamu dan langsung merebahkan dirinya.
"sudah jam sepuluh, kenapa kakak baru pulang?"
Rupanya Dirgantara sudah memakai jaketnya hendak keluar menjemput kakaknya karna sudah jam sepuluh dia belum pulang
"terlalu banyak pelanggan" Nirmala menatap Dirgantara dari ujung kaki hingga rambut dengan sedikit tersenyum
"kenapa senyum ck" Dirgantara memasang wajah kesal melihat kakaknya kemudian ikut duduk disamping kakaknya
"ulu-ulu khawatir nih yee" Nirmala semakin mengusili adiknya
"sudah bilang kakak harus sampai rumah jam sembilan kalau tidak sama Dirga" Dirgantara berteriak kesal menghadapi tingkah kakaknya
"Yaampun Dirga umur aku 20 tahun loh sekarang dan ini baru jam sepuluh malam "
"siapa peduli ini jam berapa" Dirgantara berdiri dan kembali ke kamarnya
"ck anak itu" Nirmala tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya merasa bahagia dan sedih melihat adiknya menghawatirkannya
Nirmala mengerti kenapa Dirgantara sangat khawatir itulah mengapa terasa ada yang perih melihat adiknya begitu menghawatirkannya setiap dia pulang terlambat. Benar, mereka berdua bersikap lebih dewasa dari umur mereka sendiri. Keadaan memaksa mereka tumbuh dewasa lebih cepat dari orang-orang.
...****************...
"aku ingin sarapan roti coklat yang kemarin" diperjalanan menuju kantor Angkasa memeriksa pekerjaannya lewat i pad dan skali-skali menatap keluar jendela mobilnya.
"baik aku akan meminta sekertaris Luna segera menyiapkannya" jawab Dion cepat setelah mendengar perintah sang Direktur
"kita sarapan di tokonya saja. kau bilang itu didepan gedung perusahaan kan" Angkasa menatap pada kaca dalam mobil menunggu jawaban sekertarisnya yang sedang fokus menyetir.
"baik tuan" Dion menganggukan kepalanya melihat Angkasa yang duduk dibelakangnya menatapnya dari melalui kaca mobil.
...****************...
"Selamat datang" lonceng pintu toko berbunyi membuat Nirmala yang sibuk bersih-bersih otomatis mendongkak menyambut pelanggannya.
"roti bakar dua porsi, roti coklat satu porsi dan capuchino 2" Dion langsung memesan sesuai instruksi sang Direktur sementara sang Direktur sendiri langsung duduk di bangku yang terletak di sudut ruangan itu.
"baik tuan" kemudian Dion menyusul sang direktur dan duduk di bangku tepat didepan sang Direktur.
"cukup nyaman disini dan sepi" Angkasa berkomentar sambil memperhatikan sekeliling toko roti tersebut
"anda benar tuan dan memang sepi jika masih pagi, toko ini baru buka beberapa menit yang lalu" Nirmala menanggapi komentar Angkasa mengenai tokonya sambil menyajikan pesanan
"aku memberikan bonus menu spesial karna anda pelanggan pertama hari ini" Nirmala tersenyum pada Angkasa yang menatapnya setelah Nirmala menyajikan pesanannya.
"selamat menikmati" kemudian Nirmala berlalu dan kembali melanjutkan aksi bersih-bersihnya.
...****************...
"apa jadwalku setelah ini" Angkasa bertanya setelah menyelesaikan makan siangnya
"anda hanya harus kembali kekantor dan menandatangani beberapa berkas tuan" jawab Dion yang juga telah menyelesaikan makan siangnya.
"hm baiklah. kau bawa saja berkas-berkas itu ke apartemenku aku ingin ke suatu tempat hari ini"
"baik tuan"
...****************...
Angkasa mengemudikan mobilnya selama hampir satu jam hingga sampailah ia di sebuah taman. Angakasa kemudian berjalan-jalan di taman itu lalu menaiki anak tangga yang cukup banyak. Angkasa kemudian duduk dibawah sebuah pohon rindang sambil menikmati udara sejuk dan pemandangan kota dari atas.
"halo... kakak sedang berjalan-jalan di taman. iya...iya iya aku mengerti"
suara seorang perempuan yang sepertinya sedang berbicara lewat telfon membuyarkan lamunan Angkasa. diapun menoleh ke sumber suara itu
"Toko roti?" Angkasa memastikan kemampuannya mengenali orang.
Nirmala mendongkak mendengar seseorang menyebutkan toko roti. dia kemudian mengerutkan keningnya berusaha mengingat seseorang yang ada didepannya.
"wah ini terasa aneh karna kau tidak mengenaliku" Angkasa tertawa getir melihat tingkah perempuan didepannya
"ah maaf tuan anda pasti pelanggan di toko kami"
Nirmala menundukkan kepalanya sopan mengutuk dirinya karna tidak mengenali pelanggannya sendiri.
"ck bagaimana mungkin seseorang melupakan wajahku ini"
"ck bagaimana mungkin seseorang melupakan wajahku ini" Angkasa sedikit kesal karna wanita didepannya melupakan wajahnya. Angkasa yang selama ini selalu dikejar-kejar wanita karna ketampanannya sedikit kesal karna rupanya ketampanannya tidak berfungsi kali ini, seseorang melupakan wajahnya. terlebih lagi belum satu hari setelah pertemuan mereka.
"saya minta maaf karna tidak mengingat anda, saya memang selalu kesulitan dalam mengingat wajah orang" Nirmala berusaha memperbaiki suasana melihat wajah kesal pria yang ada didepannya
"baiklah tidak apa-apa" Angkasa hanya menarik nafas kasar kemudian sedikit tertawa menertawai dirinya dendiri.
"jadi apa yang kau lakukan disini" pertanyaan Angkasa memecahkan suasana kikuk tersebut
"hanya berjalan-jalan, kebetulan toko cepat tutup hari ini jadi saya punya kesempatan berjalan-jalan" kali ini Nirmala sudah bisa tersenyum kearah Angkasa yang sepertinya sudah tidak kesal lagi.
"benar, bukankah bekerja itu melelahkan"
"sepertinya anda juga kesini karna lelah menghadapi pekerjaan anda"
"benar, aku hanya ingin merasakan udara nyaman ini setidaknya beberapa jam" Angkasa tersenyum penuh arti menatap wanita didepannya kemudian kembali menatap pemandangan kota.
"boleh saya bertanya maksud dari senyuman anda?" Nirmala yang memperhatikan tingkah Angkasa sedikit terusik
"rupanya kau memperhatikan, tidak ada artinya hanya saja aku jadi merasa nyaman bercerita denganmu karna tidak mengenaliku" Angkasa kembali menatap Nirmala setelah itu.
"kadang kita memang merasa lebih nyaman bercerita karna orang yang mendengarkan itu sama sekali tidak mengenal kita"
ditdutt ditduttt ditduttt...
"halo..." Angkasa berbicara dengan seseorang disebrang telfon
"ada berkas yang harus anda tandatangani di kantor sekarang tuan"
"baiklah aku akan berada disana dalam waktu 30 menit" Angkasa kemudian menutup ponselnya dan berdiri dari duduknya
"sepertinya aku harus pergi sekarang" Angkasa berpamitan pada Nirmala
"sepertinya anda benar-benar orang yang sangat sibuk tapi bukankah kita harus berkenalan terlebih dahulu?" Nirmala memandang Angkasa yang berdiri menjulang didepannya
"tidak, aku masih ingin tetap merasa nyaman ketika kebetulan bertemu denganmu lagi"
Nirmala tersenyum mendengar perkataan Angkasa.
"jika kita tidak pernah bertemu secara kebetulan lagi, kuharap anda bisa mampir ke toko roti kami"
Angkasa balas tertawa mendengar perkataan Nirmala kemudian berjalan mundur dan mengayunkan tangannya memberi tanda dia segera pergi yang dibalas anggukan oleh Nirmala kemudian Angkasa berbalik berlari menuruni tangga. sementara Nirmala terus memandang kepergian Angkasa.
"Akhh tapi siapa dia itu kenapa aku tak ingat sama sekali" Nirmala bicara pada dirinya sendiri.
...****************...
"jadwal anda kosong sore ini tuan, tapi ada undangan makan malam dengan Presdir Alaska Group"
Angkasa yang sedang asik melamun menghadap dinding kaca ruangannya terhenyak dari lamunan.
"Presdir Alaska group?" Angkasa mengernyitkan dahinya mulai berfikir
ditdutt ditduttt ditduttt...
ponsel Angkasa berbunyi dan tertera disana tulisan "Ibu"
"halo ibu..."
"datanglah kerumah untuk makan malam"
"ibu aku sibuk"
"ibu tidak menerima penolakan"
tuuutttt....ttuttttt
Ibu Angakasa langsung memutuskan panggilan setelah itu sementara Angkasa hanya menghela nafas kasar.
"gantikan aku makan malam dengan Presdir Alaska Group" Perintah Angkasa kemudian
"baik tuan"
...****************...
Sampailah Angkasa di rumahnya yang begitu megah. Angkasa sudah tidak tinggal disini sejak 4 tahun yang lalu dan karna terlalu sibuk Angkasa sangat jarang pulang ke rumah bahkan hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Terlepas dari itu sebenarnya Angkasa memang sedikit malas untuk pulang karna sering berbeda pendapat dengan Ayahnya.
"apa kabar perusahaan?" ayah Angkasa memulai pembicaraan saat makan malam yang begitu hening.
Makan malam keluarga ini hanya diadakan oleh Nenek, Ibu dan Ayah serta Angakasa Sendiri.
"Perusahaan berjalan normal dan mengalami peningkatan penghasilan yang cukup pesat" jawab Angkasa tegas pada ayahnya.
"baguslah" Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban anaknya.
"Ibu rasa ini sudah saatnya kau menemukan pendamping" Ibu Angkasa menimpali
Angkasa terhenyak mendengarnya kemudian melepaskan pisau dan garpu yang ada ditangannya lalu menatap ibu dan ayahnya.
Sementara nenek terus fokus pada makanannya seolah tidak menghiraukan percakapan mereka.
"ibu dan ayah tidak bisa menunggu lebih lama lagi" lanjut ibunya mengetahui Angkasa ingin membantah.
"apa kalian harus mengatur ini juga?" Angkasa masih berusaha menanggapi dengan santai dengan kembali memakan makan malamnya.
"kau sudah berumur 28 tahun dan tidak ada alasan untuk menunda lagi" kali ini ayah berbicara
Angkasa terus memakan makan malamnya dengan lahap sampai habis dan meminum air putih satu kali teguk
"aku akan memikirkannya dan aku harap tidak ada yang mengatur apapun diluar pengetahuanku" Angkasa kemudian menunduk sopan dan pergi dari acara makan malam itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!