NovelToon NovelToon

Dira'S Spy (Mata-mata Dira)

Bab 1 DSP (Dira's Spy)

"Om serius kan om?"

"Sangat sangat serius. Bagaimana kamu mau menerima pekerjaan ini?"

...-...

...-...

Dipagi yang cerah terlihat seorang gadis berhijab berwarna biru navy senada dengan kemeja kebesaran dan celana berwarna hitam, sedang berjalan sambil tertunduk lesu di tepi jalan entah kemana arah tujuannya.Dia adalah Adira Azkadina seorang gadis berumur 16 tahun yang biasa di panggil Dira.

"Haa sekarang gue harus cari kerja di mana lagi? Bisa-bisanya gue di pecat padahal baru sehari kerja," ucapnya lirih sambil sesekali menendang batu kecil yang di laluinya.

"Padahal gue kerja bagus-bagus aja deh kemarin, gue cuma ga sengaja baku hantam dengan pelanggan doang. Itupun dia yang salah," ia mengangguk-anggukkan kepalanya yakin sambil mengingat kembali kejadian yang dialaminya kemarin.

Dimana Dira sempat adu jotos dengan seorang pelanggan laki-laki di tempat kerjanya. Bagaimana tidak lelaki itu ingin memegang pantat Dira, tentu saja ia tidak terima tapi bosnya malah lebih percaya dengan lelaki itu dibandingkan dirinya.

Dira menghela nafasnya pasrah dan mengangkat kepalanya, "Ya Allah kuatkan lah hamba dalam menghadapi ujian yang Engkau berikan, hamba tau Engkau memberikan hamba ujian ini karena hamba mampu melaluinya."

Dira menenangkan senyumnya dan kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mencari pekerjaan baru tentunya.

Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba kepalanya ditutup menggunakan kain hitam oleh seseorang dan dia dimasukkan ke dalam mobil Avanza berwarna hitam.

"WOI APA NI WOI LEPASIN GUE WOI!" teriak Dira meronta-ronta, tapi dia sudah tidak bisa kemana-mana lagi karena ia sudah terduduk didalam mobil bagian tengah dan dihimpit oleh dua orang yang memegangnya.

"DIAM!" sergah salah seorang yang memegangi Dira, tapi bukannya diam ia malah semakin meronta-ronta berusaha untuk melepaskan dirinya.

"APAAN NYURUH-NYURUH GUE DIAM. LEPASIN GAK! GUE SARAPAN PATAI TADI PAGI, NAPAS GUE BAU PETAI WOI! GUE MAU PINGSAN NYIUMNYA!" ucap Dira panjang lebar yang membuat dua orang di sampingnya saling bertatapan dengan heran.

Dira terus meronta dan berusaha melepaskan dirinya namun hal itu hanya sia-sia, pergerakannya di tahan oleh dua orang itu. Di tambah lagi pandangannya yang tertutup membuatnya sulit untuk melawan.

"YA ALLAH LEPASIN WOI!" pekik Dira mulai kelelahan.

Beberapa saat kemudian Dira sudah tidak meronta lagi, ya dia pingsan.

"Lah pingsan?" tanya orang yang duduk di sebelah kiri Dira.

"Iya pingsan dia," lanjutnya lagi setelah memastikan keadaan gadis yang telah di culik nya itu.

"Dia pingsan gara-gara nyium bau napas sendiri?" tanya orang yang duduk di sebelah kanan Dira meyakinkan.

Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan.

"Seperti nya iya," ucap mereka serempak.

...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...

Dira membuka matanya perlahan dan mengedip-ngedipkannya beberapa kali berusaha menormalkan penglihatannya. Dan yang pertama kali di lihatnya adalah seorang pria paruh baya, sedang duduk santai di sofa yang menghadap ke arahnya dengan dua orang lelaki berpakaian serba hitam berdiri di samping kiri dan kanannya.

Dan Dira sekarang juga sedang terduduk di atas sofa dengan keadaan tangan dan kakinya di ikat. Pria itu tersenyum ramah kearah Dira yang masih berusaha untuk menyadarkan diri.

"Halo nak," sapa pria itu masih dengan senyuman yang membuat dirinya terlihat sangat tampan di usia yang sudah tua.

"Siapa anda? Kenapa saya di ikat seperti ini?" tanya Dira setelah kesadarannya sudah kembali normal sambil berusaha untuk melepaskan ikatan di tangan dan kakinya.

"Hei tenang-tenang!" ucap pria itu berusaha menenangkan Dira yang sudah teriak-teriak minta tolong.

"APAAN TENANG-TENANG. LEPASIN WOI!" pekik Dira meronta-ronta. Jika dia terus-terusan berteriak seperti itu, sebentar lagi tenggorokannya pasti akan sakit.

"Kami tidak bermaksud jahat," jelas pria itu.

"Tidak bermaksud jahat gimana, saya diculik begini," ucap Dira tidak terima.

"Makanya kamu tenang dulu dan dengarkan penjelasan saya," ucap pria itu dan untungnya Dira mulai tenang.

Pria itu mengubah posisi duduknya berniat untuk melanjutkan perkataannya, "Ekhem jadi gini," ia menjeda ucapannya beberapa saat, "saya membutuhkan kamu untuk melakukan satu pekerjaan penting."

Mendengar penjelasan orang di depannya Dira mengernyitkan dahinya bingung. Melihat gadis di depannya kebingungan pria itu melanjutkan penjelasannya.

"Gini gini, siapa namamu?" tanya pria itu.

Tidak langsung menjawab Dira terdiam beberapa saat dia masih bingung dengan situasi yang dialaminya. Kenapa ia bisa di culik seperti ini. Ya Allah tolong Dira Ya Allah.

"Saya tidak akan apa-apakan kamu, nama kamu siapa?" ucap pria itu meyakinkan.

"Adira Azkadina, panggil aja Dira," jawab Dira setelah diam beberapa saat.

"Perkenalkan nama saya Arzan Arbecio," ucap pria itu yang membuat Dira membatin karena menurutnya dia sama sekali tidak menanyakan hal itu.

"Baik Dira umur mu berapa belas? sekolah di SMA mana?" tanya Arzan lagi.

"Kek mau ngelamar kerjaan aja gue di tanya-tanya begini," batin Dira.

"Umur saya 16 tahun om dan saya tidak sekolah," jawab Dira.

Arzan mengernyit, "Kenapa kamu tidak sekolah?"

"No money om, makanya om lepasin saya sekarang! Saya mau cari kerja dan ngumpulin uang biar bisa lanjut sekolah," ujar Dira panjang lebar.

Mendengar penjelasan Dira seketika Arzan langsung tersenyum lebar yang membuat Dira bergidik ngeri.

"Kamu sedang mencari pekerjaan? Kebetulan sekali saya ingin memberikan kamu pekerjaan," ucap Arzan yang membuat Dira mengkerutkan keningnya.

"Kerjaan apaan? Halal gak? Kalau gak halal saya gak mau om," tanya Dira beruntun, takutnya ini pekerjaan gelap yang terlarang kan. Tentu saja Dira tidak mau.

"Ini sangat-sangat halal sudah terjamin kehalalan nya," balas Arzan sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.

"Ada cap halal nya om? Cap kaki tiga atau badak om? Mama tau sendiri gak om?" tanya Dira lagi yang membuat senyuman di wajah Arzan seketika hilang, ternyata gadis di depannya ini cukup aneh dan menyebalkan.

"Intinya kerjaan ini halal untuk kamu kerjakan, kamu hanya perlu bersekolah di SMA yang sama dengan putri saya," jelas Arzan yang membuat Dira terkejut.

"Hah? Saya sekolah om?"tanya Dira memastikan.

"Iya dan semua biayanya akan saya tanggung," untuk kesekian kalinya Dira kembali terkejut.

"Om serius kan om? Saya bisa sekolah lagi?" tanya Dira berbinar-binar jika hal ini benar dia akan sangat senang bisa melanjutkan sekolahnya.

"Sangat sangat serius. Bagaimana kamu mau menerima pekerjaan ini?" tanya Arzan.

Bab 2 DSP

"Sangat sangat serius. Bagaimana kamu mau menerima pekerjaan ini?" Tanya Arzan lagi.

Dira tampak berfikir beberapa saat, apakah ia harus menerima pekerjaan ini.

"Emang tugas saya apa om?" tanya Dira penasaran.

"Tugas kamu mudah, kamu hanya perlu menjadi teman putri saya dan melaporkan kepada saya apa saja hal yang dia alami selama di sekolah," jelas Arzan.

Dira mengernyitkan dahinya bingung, "Bukannya om bisa langsung tanya ke putri om ya? Dan juga om bisa memerintahkan anak buah om untuk mengawasinya?" tanya Dira lagi yang membuat Arzan hampir kesal karena gadis di depannya ini terlalu banyak bertanya.

"Itu permasalahannya, saya dan putri saya seperti orang asing di rumah. Kami hanya berbicara seperlunya saja, semenjak ibunya meninggal saya tidak pernah ada waktu untuk putri saya dan hanya sibuk bekerja. Dan sekarang dia seperti memberi tembok pembatas antara saya dan dia jadi sulit untuk saya mengetahui apa yang terjadi dengannya," Dira masih diam mendengarkan penjelasan orang asing dihadapannya itu untuk menunggu kelanjutan penjelasannya.

"Dan akhir-akhir ini dia terlihat sedikit aneh. Dia lebih sering mengurung dirinya dikamar bahkan makan pun dia dikamar, dan saat saya menanyakan apa yang terjadi dia malah marah kepada saya. Saya juga sempat menyuruh seorang bodyguard untuk menjaganya di sekolah dan dia marah lagi kepada saya," jelas Arzan panjang lebar, terlihat sekali bahwa ia sangat frustasi sekarang.

Dira mengangguk-anggukkan kepalanya, "Hhm. Jadi?"

"Jadi saya membutuhkan kamu untuk mengawasi putri saya," balas Arzan.

"Kenapa harus saya om?"

Arzan berfikir sejenak, memikirkan apa alasannya memilih Dira, "Saya tidak tahu. Kemarin saat saya tidak sengaja melihat kamu bertengkar dengan seorang pelanggan, tiba-tiba saya tertarik untuk bekerja sama dengan kamu."

Dira terbelalak mendengar penjelasan Arzan, ternyata pria ini menyaksikan pertengkarannya kemarin.

"Hah? Jadi kemarin om ada ngelihat saya baku hantam dengan pelanggan om?"tanya Dira tidak percaya.

"Iya, makanya setelah itu saya menyuruh anak buah saya mengikuti kamu dan membawa kamu kesini," jawab Arzan santai, ia menyesap kopi yang sudah di siapkan anak buahnya.

"Tapi ga harus di culik juga kali om," cibir Dira kesal.

"Haha itu agar ceritanya sedikit seru dan menegangkan," ucap Arzan tertawa melihat ekspresi Dira.

Dira memutar bola matanya malas, "Suka-suka om lah."

Baru kali ini Dira bertemu orang aneh seperti Arzan. Bisa-bisanya mengajak orang bekerja sama tapi harus di culik dulu. Aneh bukan?

Arzan menghentikan tawanya dan kembali serius, "Jadi bagaimana? Kamu mau menerima pekerjaan yang saya tawarkan?"

Dira terdiam untuk beberapa saat dan kemudian tersenyum, "Saya tanya ibu saya dulu boleh om?"

"Ya baiklah."

...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...

Seminggu kemudian

Akhirnya Dira mau menerima tawaran yang diberikan oleh Arzan dan ibu Dira juga setuju sekaligus senang karena putrinya bisa melanjutkan sekolah lagi.

Semua data-data dan perlengkapan Dira untuk sekolah juga sudah selesai diurus oleh Arzan tidak perlu waktu lama untuk nya mengurus hal itu. Dan sekarang Dira sedang menyiapkan perlengkapan sekolahnya untuk besok, ia sudah tidak sabar menanti hari esok.

"Hhm ada yang kurang gak ya?" Monolog Dira sudah berulang kali ia memastikan barang-barang yang disiapkan nya.

"Oke sudah," ucap Dira senang. Tak lama netra nya menatap satu foto di atas meja. Kemarin Arzan memberikannya kepada Dira, itu adalah foto putrinya.

Dira mengambil foto itu dan menatapnya lekat, "Hmm Sheila Tanisha, MashaAllah cantik hehe."

Sedari tadi Dira selalu memuji putri Arzan, ya gadis itu memang sangat cantik di foto yang Dira lihat dan Dira yakin jika dilihat langsung pasti akan lebih cantik.

"Tunggu gue ya calon teman!" Dira meletakkan foto itu di dalam tasnya dan memilih tidur karena hari sudah larut malam dan dia tidak ingin terlambat dihari pertama sekolahnya.

...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...

Dira sekarang sudah berdiri didepan sekolah barunya yaitu SMA Cahaya, dengan tatapan takjub dia memperhatikan sekolah yang sedari dulu sangat diimpikannya. Dira tidak menyangka akhirnya dia bisa masuk ke sekolah favoritnya, sekolah yang mustahil untuk dimasuki oleh anak miskin seperti dirinya.

"Wahhh MashaAllah, sekolahnya bagus dan besar banget," seru Dira takjub sambil melangkah memasuki sma Cahaya.

Sekarang tujuannya adalah pergi ke ruang guru sebelum itu dia harus bertanya terlebih dahulu karena sekolah ini cukup besar Dira pasti bisa tersesat.

Dan sekarang disinilah Dira berjalan di koridor mengikuti seorang guru wanita yang bernama Peron, menuju ke kelas barunya dan Dira sudah pasti tahu bahwa dia akan satu kelas dengan Sheila. Yaitu kelas X Ipa 2.

Saat sudah didepan kelas, dengan ragu Dira melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas, dia merasa sangat gugup sekarang ditambah suasana kelas yang tadinya ramai sekarang menjadi sunyi karena kehadirannya. Sekarang semua mata tertuju kearah Dira, hal ini membuatnya semakin gugup.

"Baiklah anak-anak hari ini kita kedatangan teman baru," ucap bu Peron membuka suara yang membuat murid-murid dikelas berbisik-bisik entah apalah yang mereka bisikan.

"Silahkan kamu perkenalkan nama kamu!" lanjut Bu Peron.

Dira mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Berusaha memberanikan diri untuk menatap murid-murid yang akan menjadi temannya kelak.

"Perkenalkan nama saya Adira Azkadina kalian bisa panggil saya Dira," ucap Dira sambil tersenyum, tiba-tiba matanya tertuju kepada gadis yang duduk di bagian depan paling kanan, menatap Dira tanpa ekspresi dia adalah Sheila.

"Ohhh," balas mereka serempak dan kembali ke aktifitas mereka masing-masing, ya mereka tidak terlalu perduli dengan kehadiran murid baru.

"Baiklah Dira kamu boleh duduk di bangku kosong di sebelah sana," suruh Bu Peron menunjuk meja kosong paling belakang sebelah kanan, hanya meja itu yang tidak ada pemiliknya. Ya Dira tidak mempermasalahkan hal itu mau didepan, tengah ataupun belakang yang penting ada tempat duduk.

"Iya. Baik Bu," Dira berjalan melewati Sheila, Dira menatap Sheila dan melemparkan senyum ke gadis itu, tapi berbeda dengan Sheila dia malah membuang muka.

"Kalian jangan ribut, tunggu gurunya datang!" titah Bu Peron dan berlalu pergi meninggalkan kelas.

"Iyaaa buuu!" seru mereka serempak.

Dira sudah mendudukkan dirinya di kursi, sebelum seorang siswi berambut pendek yang duduk tepat didepan meja Dira, membalikkan tubuhnya sambil menatap Dira dengan senyuman di wajahnya.

"Hai Dira," sapanya ramah.

Dira tersenyum ramah, "Hai."

"Perkenalkan nama gue Fiola."

Dira mengangguk-anggukkan kepalanya masih dengan senyuman di wajahnya, "Oh, salam kenal ya."

"Iya, kalau ada yang mau lo tanyain bilang aja ke gue oke!" ucap Fiola sambil mengacungkan jempolnya.

"Oke," Dira juga membalas mengacungkan jempolnya seraya tersenyum senang.

Setelah berapa lama berbincang akhirnya guru masuk ke dalam kelas dan Dira memulai pelajaran barunya.

Bab 3 DSP

...-DSP-...

Sekarang sudah jam istirahat, Dira masih berada dikelas. Fiola sempat mengajaknya untuk pergi kekantin bersama-sama tapi Dira menolaknya karena dia membawa bekal dari rumah.

Di kelas hanya ada beberapa murid yang tersisa dan salah satunya adalah Sheila, gadis itu sedari tadi hanya diam duduk di bangkunya dengan earphone tertempel di telinganya sambil sesekali menatap langit dari balik jendela.

Sedangkan Dira tentu saja menikmati nasi kuning buatan ibunya sambil sesekali menatap punggung Sheila heran.

"Tuh anak dari tadi diem-diem aja, makan ga, jajan kekantin ga, belajar juga ga,"lirih Dira heran.

Setelah menghabiskan bekalnya Dira memilih menghampiri Sheila, kan ini tugas utamanya Dira. Dia kan mata-mata ihiw.

Baru saja Dira ingin berdiri, tapi terhenti saat dia melihat dua orang siswi menghampiri Sheila dan tiba-tiba mengebrak meja Sheila sambil berteriak. Yang membuat Dira hampir jantungan, tapi yang di teriaki malah santai saja.

Salah satu siswi berambut panjang kecoklatan berkulit putih dengan nama Bellen Davira yang tertulis di nametag yang tertempel di seragamnya, tersenyum manis kearah Sheila sambil melepaskan earphone yang di pakai Sheila dan mendekatkan bibirnya ke telinga Sheila, "Kenapa ga ke atas?"

Satu bisikan yang membuat tubuh Sheila langsung bergetar, "G..gue lu..lupa Bel."

Bellen menjauhkan tubuhnya dari Sheila dan senyum manis diwajahnya menjadi sebuah senyuman yang sangat menakutkan bagi Sheila.

"Dia bilang apa Bel?"tanya teman Bellen yang bernama Kirana.

Bellen memiringkan senyumnya, "Lupa."

"Oh lupa,"

Kirana mendekatkan bibirnya ke telinga Sheila, "Pulang sekolah jangan lupa ya!" lanjutnya yang hanya dibalas anggukan kecil dari Sheila.

Dira yang memperhatikan mereka sedari tadi, menatap lekat kearah Bellen dia seperti kenal dengan gadis itu.

"Kek kenal gue dengan tu orang, siapa ya," ucap Dira mengingat-ingat.

"Oh iya kak Bellen, kakak kelas gue waktu SMP,"lanjutnya.

Dira menatap kedua gadis yang berlalu pergi sepertinya urusannya dengan Sheila sudah selesai, akhirnya Dira melanjutkan niatnya yang sempat tertunda yaitu berkenalan dengan Sheila.

Namun baru saja dia akan berdiri bel sekolah sudah berbunyi dan para murid yang diluar bergegas masuk ke kelas.

"Ya udahlah nanti aja."

...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...

Bel pulang sekolah berbunyi semua murid SMA Cahaya telah berhamburan keluar kelas untuk menuju rumah masing-masing. Termasuk juga Dira, sekarang ia sedang memasukkan barang-barangnya kedalam tas dengan terburu-buru karena setelah itu dia berniat untuk berbicara dengan Sheila.

Tapi sayang saat ia hendak menghampiri Sheila, Bellen dan Kirana sudah lebih dulu merangkul gadis itu dan membawanya pergi sepertinya mereka sudah menunggu Sheila sedari tadi di luar kelas.

"Yaelah baru juga gue mau nyamperin, gagal lagi kan," sungut Dira, karena rencananya gagal dia memilih pergi keruang guru karena dia akan di berikan tugas tambahan untuk mengejar ketertinggalannya saat belum masuk sekolah. Ya Dira mendaftar sekolah disaat semester satu sebentar lagi akan berakhir.

"Akrab juga dia ya," pikir Dira sambil berjalan menuju ruang guru.

Setelah urusannya telah selesai Dira memutuskan untuk berkeliling sebentar, dia ingin melihat-lihat sekolah barunya ini. Untung saja keadaan sekolah sudah lumayan sepi hanya anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler saja yang tersisa jadi Dira lebih leluasa berkeliling.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, Dira melihat Sheila sedang menuruni tangga dengan keadaan basah kuyup, tidak perlu ditanya dia pasti dari lantai atas.

"Lah tu anak kenapa basah kuyup begitu? Perasaan ga hujan dah," Dira memperhatikan langit dan Sheila bergantian.

Sheila terus berjalan dengan wajah yang tertunduk tanpa menyadari ada Dira yang berdiri di depannya. Karena malas untuk menerka-nerka Dira langsung menghadang Sheila dan berniat untuk menanyakan apa yang terjadi kepada gadis tersebut.

"Assalamualaikum Sheila," sapa Dira ramah.

Seketika Sheila menghentikan langkahnya, " Wa waalaikumsalam," dia gugup karena bertemu Dira dengan keadaan yang sangat memalukan.

"Ingat gue kan? murid baru di kelas Lo?" Tanya Dira memastikan takut saja Sheila lupa.

"Ingat, em gue pulang dulu ya!" tanpa menunggu jawaban dari Dira, Sheila langsung berlari pergi meninggalkan Dira yang terpaku di tempatnya.

Dira menatap Sheila yang berlari menuju mobil yang menjemputnya, "Astagfirullah belum juga gue ngomong udah pergi aja tu anak," Dira diam sebentar, "kenapa ya dia kayak ketakutan gitu?"

"Ya udahlah pulang dulu keburu sore, mata-mata Dira akan melanjutkan misi besok hahahaha," Dira terus berjalan sambil tertawa tanpa ia sadari ada dua orang siswa laki-laki sedang berdiri di lapangan basket memperhatikannya dengan tatapan aneh.

"Itu cewek gak gila kan?"ucap mereka serempak.

Sedangkan Dira masih tertawa sambil berjalan menuju halte di seberang sekolah, karena Dira berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum sebenarnya dia memiliki sepeda hanya saja sepedanya masih rusak.

...🧕🏻🧕🏻🧕🏻...

Pukul 20:05 WIB

"Iya om cuma itu informasi yang saya dapatkan hari ini om,"

"Iya, om tenang aja saya akan berusaha membantu dan menjaga Sheila jika dia dalam kesulitan semampu saya om,"

"Iya om, assalamualaikum."

Dira mematikan sambungan teleponnya, dia tadi menelpon Arzan untuk melaporkan apa yang terjadi dengan Sheila di sekolah tadi. Sekarang Dira merasa benar-benar seperti agen rahasia.

Dira duduk didepan meja belajarnya, ia menatap takjub tumpukan buku yang ada dihadapannya. Itu adalah tumpukan tugas-tugas tambahan yang harus diselesaikan Dira secepatnya karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan kegiatan UAS.

"Wah ini tugas apa tugas banyak bener," celetuk Dira mulai memilah-milah tugas mana yang lebih dahulu dikerjakannya.

"Baru juga gue masuk udah mau UAS aja, baiklah tangan dimohon kerjasamanya ya."

Dira mengambil buku kimia yang bisa dibilang cukup tebal dan membolak-balikkannya, "Ini pakai nimpuk maling bisa ni."

Suara pintu terbuka, Dira langsung menoleh kearah pintu yang menampilkan ibunya yang sedang berdiri sambil tersenyum manis kearah Dira.

Diana Azkadina itulah nama perempuan paruh baya yang tampak anggun dengan hijab yang menutupi rambutnya itu.

Diana mendekati Dira masih dengan senyum terpatri di wajahnya, "Kamu masih belajar nak?" Tanyanya lembut sambil mengusap lembut kepala putri kesayangannya itu.

Dira tersenyum menunjukkan deretan giginya, "Iya bu, banyak banget tugasnya."

"Ibu sangat bersyukur kamu bisa sekolah lagi, maafin ibu tidak bisa biayain sekolah kamu dengan uang ibu sendiri,"

Dira melingkarkan tangannya di pinggang Diana, "Ibu jangan bilang begitu, ibu sudah rawat Dira dari dalam perut sampai sekarang. Dira sangat bersyukur lahir sebagai anak ibu, terimakasih ibu,"

"Ibu bangga punya anak seperti kamu," Diana membalas pelukan Dira, " Ingat kita harus selalu bersyukur Allah menolong kita melalui perantara orang baik seperti pak Arzan sehingga kamu bisa bersekolah sekarang,"

"Iya bu Alhamdulillah."

...-DSP-...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!