Lima tahun yang lalu,saat usia Sheva baru lima belas.Keluarganya mengalami krisis ekonomi dan membuat perusahaan milik keluarganya hampir bangkrut. Untung saja sahabat tuan Robert yaitu tuan William membantunya untuk bangkit sehingga mereka bisa keluar dari krisis tersebut dan berjaya kembali dalam waktu kurang lebih setahun. Mereka memiliki perjanjian jika suatu hari nanti apabila waktunya telah tiba,tuan Robert akan memberikan salah satu putrinya untuk di nikahkan oleh putra semata wayang tuan William yaitu Morgan. Mereka menyetujui hal tersebut hingga suatu hari keluarga tuan William kembali ke Amerika untuk membesarkan bisnisnya,sementara itu keluarga Robert kembali berjaya di tanah air. Tak lama setelah itu,salah satu putri tuan Robert yang bernama Geby di pinang oleh anak rekan bisnisnya. Pernikahan keduanya berlangsung meriah hingga setelah itu Geby memutuskan untuk ikut sang suami tinggal di Italia kini tinggal Sheva dan nyonya Lista yang menemaninya.
Anak bungsunya itu sekarang sudah tumbuh menjadi gadis dewasa dan merupakan seorang mahasiswi di salah satu Universitas ternama di ibu kota. Waktu berjalan begitu cepat,berita tentang kembalinya keluarga William terdengar di telinga tuan Robert,ia begitu antusias dan sangat menunggu kedatangan sahabat lamanya tersebut. Sudah hampir enam tahun keluarga William meninggalkan tanah air untuk mengepakkan sayap bisnisnya,mereka segera merencanakan pertemuan setelah sekian lama tidak saling menyapa.
Malam itu setelah mendengar kabar kembalinya keluarga William,tuan Robert segera menghubunginya. Ia mengambil ponselnya dan langsung menelfon sahabat lamanya tersebut
"Hallo William apa kabar"
"Hay Robert, i'm fine, bagaimana kabar dan keluarga?"
"I'm Fine to,oh ya ku dengar kamu baru saja tiba di Indonesia"
"Ya benar,aku baru tiba kemarin siang,apa ada rencana reuni ?"
"tentu saja ada,kapan kamu ada waktu?"
"bagaimana jika besok?"
"Baiklah kamu tentukan saja tempatnya"
"Kamu saja yang cari tempat,kau tahu kan aku baru saja kembali mana hafal tempat-tempat yang enak buat ngobrol di sini"
"Baiklah kita bertemu di watches cafe besok pukul 10.00,akan ku ajak Lista dan anakku"
"Baiklah kalau begitu,sampai bertemu besok"
Tuan Robert begitu bersemangat hingga tak sabar untuk menunggu besok,ia begitu sangat merindukan sahabat yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.
Keesokan paginya setelah Sheva pergi ke kampus,tuan Robert dan istrinya segera pergi ke watches cafe untuk menemui tuan William,sesampainya di sana ternyata tuan Robert lebih dulu. Ia memutuskan untuk memesan meja dan minuman sembari menunggu tuan William datang.
"Hallo William,kamu bingung mencari lokasinya?"
ucap tuan Robert di telefon
"Tidak Robert,sopirku tahu betul lokasi itu. Hanya saja sekarang kami sedang terjebak macet"
"Apa aku bilang,Jakarta rawan macet bahkan aku bela-belakan berangkat pagi agar tidak terkena macet"
"Baiklah Robert maafkan saya bila terlambat"
tutur tuan William
Beberapa saat kemudian keluarga William datang dan segera menghampiri tuan Robert dan istrinya di meja yang sudah di pesan,mereka saling berpelukan sapa melepaskan kerinduannya selama bertahun-tahun itu. Setelah usai dengan salam pertemuan mereka memutuskan untuk memesan menu,sambil menunggu pesanan di siapkan mereka pun mengobrol.
Tiba-tiba ponsel nyonya Lista berdering,ia mendapati putrinya yang telah menghubunginya
"Hallo sayang" jawab nyonya Lista dengan lembut
"Mami lagi pergi? kok rumah kosong?"
ucap Sheva dari jauh sana
"Iya,mami sama papi lagi di restauran bertemu dengan keluarga tuan William"
"Masih lama mi?"
"Mereka baru saja sampai,kamu kemari saja mami share lokasi ke kamu"
"Oke " jawab Sheva sembari menutup telfonnya
Sheva langsung bergegas menuju ke mobilnya dan segera menuju lokasi,di jalan ia mampir ke SPBU karena bahan bakar mobilnya menipis. Saat hendak turun memberikan uang kepada petugas SPBU tiba-tiba mobil di depannya menyalakan mesin dan membuat knalpotnya berasap,Sheva yang berada tepat di belakangnya terbatuk-batuk dan mencoba menyelamatkan diri. Setelah agak hilang ia berjalan menghampiri pengemudi mobil tersebut dengan wajah marah
"Heh turun loe" teriak Sheva
Pengemudi yang berjenis kelamin laki-laki itu justru hanya menatap Sheva sambil bereaksi bingung
"Ada apa mbak?" ucap pengemudi itu
"Ada apa? kamu gak nyadar kalau asap knalpot kamu nyembur ke muka saya?"
"Wah saya nggak tahu kalau ada orang di sana"
"Turun loe,gak ada rasa bersalahnya sama sekali"
"Maaf mbak saya benar-benar tidak sengaja karena terburu-buru"
"Maaf? kamu nggak pernah di ajarin bagaimana caranya minta maaf dengan benar?"
"Saya kan sudah bilang maaf mbak"
"Setidaknya turun gob*ok" ucap Sheva kesal dan berjalan kembali menuju mobilnya
Ia tidak mungkin meneruskan perdebatan itu karena antrean mobil yang mau mengisi BBM juga banyak,dengan sigap ia langsung menyalip mobil laki-laki tadi dan mengklaksonnya dengan panjang.
Setibanya di resto Sheva menyapa kedua orang tuanya dan juga keluarga William
"Mami,papi...."
"Hay Sheva,kamu sudah datang" ucap nyonya Lista
"Sheva sudah besar sekarang" ucap nyonya William
"Halo om,tante"
"Halo sayang" jawab nyonya William lagi
"Sheva duduk sini,kamu mau pesan apa?" ucap nyonya Lista
"Apa aja deh mi"
"Gimana Will,sudah cocok kan?" ucap tuan Robert tiba-tiba
"Iya Rob,apalagi sekarang Sheva semakin cantik pasti Morgan akan sangat pangling nanti"
"Jadi bagaimana kalau kita langsung tentukan tanggalnya saja?" ucap tuan Robert lagi
"Kamu bagaimana Sheva?" tanya tuan William
"Bagaimana apanya ya om?" jawab Sheva bingung
"Jadi begini Sheva,rencananya papi akan menjodohkan kamu dengan anak semata wayang om William" tutur tuan Robert
"Apa?? di jodohkan??"
"Kok kamu shock begitu Sheva,apa kamu belum cerita ke Sheva soal Ini Rob?" ucap tuan William
"Ya aku pikir ini adalah saat yang tepat sekalian menentukan tanggalnya"
"Tunggu-tunggu,jadi diam-diam papi sama mami jodohkan aku dengan anak om William?" tanya Sheva yang terkejut
"Iya sayang,perjodohan itu sudah ada jauh sebelum kamu menginjak usia sekarang. Ya kira-kira lima tahun yang lalu" tutur tuan Robert
"Jadi bagaimana Sheva? kamu mau kan jadi menantu kami?" tanya nyonya William
"Om,tante, ini semua terlalu mendadak untuk Sheva"
"Tidak sayang,ini waktu yang tepat untuk membahas masa depan kamu" ucap nyonya Lista
"Mi,Sheva saja belum selesai kuliah. Masak iya sih mau married?"
"Tapi kan tinggal beberapa bulan lagi kamu akan wisuda sayang,jadi menurut mami sama papi kita bisa mulai membahas itu sekarang"
Sheva terdiam sesaat,semua orang menunggu jawabannya. Matanya menatap kedua wajah orang tuanya yang begitu berharap jika ia akan menyetujui hal ini. Sheva kemudian berdiri sambil menghela nafas panjang
"Om,tante permisi Sheva mau ke toilet sebentar"
"Iya Sheva" jawab nyonya William
Sheva bergegas pergi dari meja mereka dan pergi ke toilet,sesampainya di sana ia menatap cermin dan melihat bayangan dirinya yang begitu menyedihkan.
"Apakah ini tujuannya hidup? apakah aku tidak berhak menentukan jalan hidupku sendiri?"
gumam Sheva dalam hati
......AURELIA SHEVA GINANDRA......
Sementara itu anak keluarga William baru saja sampai di restoran,ia langsung menyapa kedua orang tuanya dan duduk di antara mereka.
"Morgan,kamu masih ingat kan dengan om dan tante Robert?" tanya nyonya William
"Tentu masih ma"
"Sekarang kamu sudah sangat dewasa Morgan,lebih tampan tentunya" ucap nyonya Lista
"Terima kasih tante"
"Oh ya Morgan,papa minta kamu kemari untuk membahas tentang perjodohan kamu dengan putri bungsu tuan Robert. Seperti yang sering papa bilang" ucap tuan William
"Jadi bagaimana kalau dalam waktu dekat ini kita sahkan saja perjodohan itu Morgan?" tanya tuan Robert
"Om,pa Morgan sendiri akan senang bisa menuruti permintaan papa dan mama. Tetapi apakah putri om juga setuju untuk di jodohkan dengan saya?"
"Kamu tenang saja,Sheva pasti akan setuju. Terlebih lagi kamu dan Sheva dulu sudah begitu akrab" jawab tuan Robert
"Nah,jadi bagaimana Morgan?"
"Morgan ikut papa saja,apa yang menurut papa dan mama baik maka itulah yang terbaik untuk Morgan juga"
"Baiklah kalau begitu,kita tinggal cari tanggal saja yang cocok untuk mereka" ucap tuan Robert
Sheva yang masih kesal baru saja kembali dari toilet dan menghampiri orang tuanya lagi,ia masih sibuk merapikan kemejanya yang sedikit basah. Saat selesai ia menatap laki-laki yang tadi membuatnya kesal saat mengisi bahan bakar,dengan wajah marah ia langsung berteriak pada laki-laki yang ternyata adalah Morgan.
"Ngapain kamu ngikutin aku kemari? Mau ganti rugi kamu?" ucap Sheva yang membuat orang tua dan keluarga William bingung
"Sheva,kamu ini kenapa sih?" tanya nyonya Lista
"Laki-laki itu kenapa ada disini mi?"
"Itu Morgan,anak tuan William"
"Haaa??? jadi dia laki-laki yang mau di jodohkan sama Sheva?"
"Iya sayang,sekarang kamu duduk dulu dan ceritakan apa maksud ucapan kamu tadi" tutur tuan Robert
Sheva duduk dengan kesal dan masih menatap tajam ke arah Morgan,dengan rasa bersalah Morgan membuka pembicaraan dan menjelaskan semuanya. Namun semua yang ada di sana setuju dan merasa cukup dengan permintaan maaf darinya,kecuali Sheva. Ia masih merasa tidak terima jika keluarganya justru membela Morgan dari pada dirinya sendiri.
"Kok papi sama mami malah belain dia sih?"
"Sayang,Morgan melakukan itu juga nggak sengaja. Dia juga sudah minta maaf sama kamu" ucap nyonya Lista
"Pokoknya Sheva nggak mau menikah dengan dia"
"Sheva,hanya karena kesalahan sepele kamu mau membuat perjodohan yang sudah papi dan tuan William buat selama ini jadi percuma?"
"Pi,Sheva berhak menentukan jalan hidup sendiri. Sekarang sudah bukan jamannya perjodohan-perjodohan konyol seperti ini,apalagi dengan laki-laki minus sopan santun seperti dia"
ucap Sheva sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu
"Sheva,papi belum selesai bicara...." teriak tuan Robert yang tidak mendapatkan jawaban
"Sudah Robert biarkan saja,mungkin Sheva butuh waktu" ucap tuan William
"Aku jadi nggak enak sama keluarga kamu Will,kami terlalu memanjakan Sheva hingga membuatnya seperti ini"
"namanya anak muda memang seperti itu,sudah jangan kau pikirkan. Lebih baik kita nikmati pertemuan ini" tutur tuan William
Sementara itu Sheva melajukan mobilnya ke rumah salah satu sahabatnya yang bernama Rania dengan kecepatan tinggi,ia bahkan tiba di rumah Rania hanya dalam waktu sepuluh menit. Sesampainya di sana Sheva langsung masuk ke dalam rumah sahabatnya itu,Rania keluar dan menyambut kedatangan Sheva dengan bingung. Pasalnya sahabatnya itu terlihat sangat marah dan tidak terkendali.
"Va,kamu sendirian saja?" tanya Rania
"Menurut loe? emang ada yang berdiri di sebelah gua?"
"Ada tuh bayangan kamu"
"Dih garing,udahlah aku mau masuk"
Sheva masuk ke dalam kamar Rania dan melemparkan tasnya begitu saja
"Kamu nggak ngajak Hana?"
"Enggak,kamu telfon gih suruh kesini"
"Ya sudah,kamu mau minum apa?"
"Orange jus aja"
"Oke,aku ke dapur dulu ya"
Sheva merebahkan tubuhnya di atas ranjang Rania,ia menatap langit-langit dan tak terasa setitik bening jatuh dari pelupuk matanya. Tak berselang lama Hana tiba di rumah Rania,kebetulan jarak rumah mereka berdua tidak begitu jauh.
"Sheva mana?" tanya Hana
"Ada tuh di kamar"
"Kenapa sih dia?"
"Gak tahu,tiba-tiba aja datang kaya marah-marah gitu"
"PMS kali?"
"My bee"
Hana dan Rania kembali ke dalam kamar sembari membawa orange jus dan beberapa camilan
"Lama bener" ucap Sheva kesal
"Maaf tuan putri" jawab Rania
"Loe kenapa sih Va? siang-siang begini marah-marah" tukas Hana
"Kalian tahu gak sih,aku baru saja di jodohin"
"What? di jodohin?" teriak Rania
"Sama siapa? Ganteng gak?" jawab Hana
"Mau ganteng atau engga,yang namanya di jodohkan itu enggak banget Han" jawab Rania
"Iya sih,apalagi sekarang jamannya sudah modern"
"Aku harus gimana dong gaes?" Sheva panik
"Memangnya sebelumnya ortu kamu gak ada bahas hal ini gitu?" tanya Rania
"Sama sekali gak ada,dan parahnya lagi itu laki-laki ngeselin tahu"
"Ngeselin gimana?" tanya Hana
"Dia tuh sumpah kayak punya dua sifat berbeda"
"Hahh???" Rania loading
"Jadi di depan ortu dia dan ortu gua, dia itu kayak sopan,ramah,good attitude gitu lah. Tapi kalau di belakang mereka sifatnya tuh gak banget"
"Emang sebelumnya kalian udah saling pernah ketemu?" tanya Rania bingung
"udah sejam yang lalu sebelum gue tahu kalau dia anak teman ortu"
"Dimana?" Hana antusias
"di SPBU"
"Gimana ceritanya?"
Sheva menceritakan sedetail-detailnya kejadian waktu di SPBU,ia merasa masih sangat marah terhadap Morgan karena dia yang tidak mau meminta maaf secara langsung waktu itu.
"Ieuh gak banget" teriak Hana dengan gaya khasnya
"Terus kamu terima perjodohan ini?" tanya Rania
"Nah itu masalahnya,papi sama mami aku itu kekeh buat rencana ini"
"Kalau menurut aku sih ya,selama dia ganteng dan tajir sih ya gas saja" ucap Hana dengan senyum bahagianya
"Hannn,please deh. Mau sesempurna apapun yang namanya perjodohan itu gak banget" jawab Rania
"Aku bingung apakah jalan hidupku nanti harus seperti kak Geby" ucap Sheva dengan nada pasrah
"Kita semua tahu kakak kamu nikah juga karena perjodohan,masak ortu kamu gak mau ngasih kesempatan buat putrinya? apalagi kan kamu ini anak terakhir" ucap Rania yang ikut kesal
"Bagi orang kaya itu,pernikahan,jalan hidup,bahkan status sosial anak-anak mereka itu urusan orang tuanya. Secara mereka pasti ingin kalau masa depan anaknya terjamin,dan kehidupannya juga bagus." tutur Hana panjang lebar
"Tapi enggak di masa yang serba modern begini Han,Sheva juga punya hak dong buat menentukan pilihannya" ucap Rania
"Gaes,bunuh gua aja kalian" ucap Sheva putus asa
"Heh Va, kamu apaan sih" teriak Rania
"gue bingung harus bagaimana lagi,gue gak siap kalau harus nikah di umur segini" lirih Sheva
"Mendingan kamu bujuk tuh cowok buat mempengaruhi ortunya supaya merubah keputusan ini" sahut Hana
"Nah bener,pasti dia juga gak setuju kan kalau harus nikah muda"
"Masalahnya gue tuh gak punya kontak dia,atau apapun tentang dia" jawab Sheva
"Kenapa gak coba buat minta ke ortu kamu?" sahut Hana
"Ide bagus,pasti mereka punya secara calon mantu" ucap Rania dengan nada menggoda
"Iya juga sih,ya sudah kalau gitu gue balik dulu. Byee thank you " ucap Sheva yang kegirangan
"Dasar yah tu anak" maki Hana
...MORGAN ANTONIO WILLIAM...
Di perjalanan pulang,pikiran Sheva benar-benar bingung. Ia tidak menyangka harus di hadapkan oleh pilihan yang tidak masuk akal ini,apalagi usianya yang baru dua puluh satu tahun ini. Ia merasa dirinya sangat kacau dan melajukan mobilnya hingga sepuluh menit saja sudah membuatnya tiba di rumah.
"Kamu dari mana saja Va?" tanya nyonya Lista yang melihat Sheva baru pulang
"Emb dari rumah Rania mi,ada tugas yang harus segera di selesaikan" jawab Sheva
"Oh ya sudah kalau begitu,kamu sudah makan?"
"Sudah kok mi,oh ya mi papi dimana?"
"Ada di ruangan kerjanya"
"Kalau begitu Sheva kesana dulu mi"
"Iya"
Sheva berjalan ke ruangan papinya yang berada di dekat tangga,ia mengetuk pintu dan terdengar suara papinya yang mempersilahkan masuk
"Pi...."
"Iya Va ada apa?"
"Sheva boleh masuk?"
"Masuk saja sayang"
"Emb Pi..."
"Kenapa Va?"
"Emb,papi punya kontak Morgan?"
"Ada,kenapa?"
"Sheva boleh minta?"
"Boleh,papi kirim ke kamu ya"
"Makasih pi"
"Oh iya Va,kamu ajak tuh Morgan keluar jalan gitu. Dia kan baru saja pulang kemari pasti dia juga belum hafal betul jalanan ibu kota"
"Emb iya pi,nanti ya"
"Oh ya sayang satu lagi,besok Sabtu keluarga om William akan dinner bareng kita di rumah"
"Dalam rangka apa pi?"
"Mengesahkan perjodohan kalian"
"Haaa???"
"Kamu jangan lupa kalau perjodohan ini sudah di putuskan jauh enam tahun yang lalu"
"Kalau begitu Sheva ke kamar dulu Pi"
"Iya sudah,kamu jangan lupa hari Sabtu"
"Iya Pi"
Sheva keluar dari ruangan kerja papinya dan segera naik ke lantai dua menuju kamarnya,ia segera membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Morgan.
"Hay" ketik Sheva
tak butuh waktu lama Morgan segera menjawabnya
"Siapa?"
"Ini aku Sheva"
"Oh,ada apa?"
"Bisa kita ketemu?"
"Buat apa?"
"Ngomongin masalah perjodohan"
"Oh,mau dimana?"
"Getrich cafe ya"
"Oke,jam brp?"
"Sore ini gimana?"
"Oke"
"Oke,sampai ketemu nanti"
Sheva mengakhiri chat nya dan segera bersiap,dua jam lagi ia akan berangkat menemui Morgan untuk bernegosiasi soal perjodohan ini.
Akhirnya tepat pukul 16.00 Sheva pergi menuju tempat yang sudah di sepakati,sesampainya di sana ia belum melihat batang hidung Morgan. Sheva memutuskan untuk memesan minuman terlebih dulu sambil menunggunya,tiga puluh menit pun berlalu. Sheva hampir hilang kesabaran,tiba-tiba Morgan muncul di hadapannya
"Sorry,nunggu lama ya?" tanya Morgan
"Oh enggak baru setengah jam kok" jawab Sheva kesal
"Jadi gimana?"
"Apanya?" jawaB Sheva yang mencoba menstabilkan moodnya
"Katanya ada yang mau di bicarakan?"
"Oh iya,emb kamu keberatan nggak kalau aku nyuruh kamu buat gak setuju sama perjodohan ini?" ucap Sheva
"Memangnya kenapa? kamu gak mau jadi istri aku?"
"Bukan karena itu"
"Terus?"
"aku gak mau aja nikah di usia yang masih di bilang muda banget,aku masih ingin kuliah setinggi mungkin"
"Kalaupun kamu jadi istri aku,kamu masih tetap bisa kuliah setinggi apapun"
"Tapi beda aja rasanya"
"Beda gimana?"
"Ahh kamu gak bakal paham"
"Jadi???"
"Please aku mohon sama kamu jangan mau dengan perjodohan ini"
"sorry aku nggak bisa"
"Kamu seriusan mau nikah sama cewek kayak aku?"
"Menurut kamu?"
"Kalau aku jadi kamu sih pastinya aku nyari yang lebih"
"Itupun kalau orang tua aku setuju,lagi pula kamu bukan tipe aku"
"Bagus dong,jadi kenapa gak cari saja yang lain?"
"Kalau tidak ada yang mau kita omongin lagi,aku mau cabut"
"Ehhh tunggu, aku belum selesai ngomong. Jadi kamu beneran gak mau batalin perjodohan ini?"
Morgan hanya menatap Sheva dan tersenyum sinis,ia kemudian berdiri dan pergi meninggalkannya.
"Sial,kenapa sih dia kekeh banget sama perjodohan konyol ini?"
ucap Sheva kesal
Karena usahanya tidak membuahkan hasil akhirnya Sheva pulang dengan perasaan kesal,ia tidak tahu harus bagaimana sedangkan papinya sudah memberitahukan bahwa dua hari lagi keputusan itu akan di sahkan.
Tuan Robert menghampiri istrinya yang berada di meja makan menyiapkan makan malam
"Sheva mana Mi? tumben dia gak turun?"
"Lah,bukannya dia keluar?"
"Keluar?"
"Iya,dia bilang mau ketemu sama Morgan"
"Oh,pantesan tadi siang dia minta kontak Morgan ke papi,mungkin dia mau ngajak Morgan jalan"
"Tuh kan pi,apa mami bilang. Sheva pasti bisa kembali beradaptasi dengan Morgan,meski keduanya sempat lama tidak bertemu"
"Iya Mi,semoga saja besok jawaban mereka sepakat untuk menikah"
Tiba-tiba Sheva masuk dengan raut wajah kesal,melihat hal itu nyonya Lista menanyakan apa yang terjadi kepada putrinya itu.
"Kok udah pulang Va?"
"Iya mi"
"Gimana jalan-jalan sama Morgan? pasti seru kan?"
"Sheva ke kamar dulu ya mi,pi"
"Shevaa..." panggil maminya
"Udah-udah mi,mungkin dia capek"
Sheva merebahkan diri di atas tempat tidur sambil menatap foto di atas meja samping tempat tidurnya. Foto masa kecilnya bersama sang kakak yang sekarang tinggal jauh dari dirinya.
"Andai saja ada kak Geby disini" gumam Sheva sambil menghela nafas panjang.
...ROBERT GINANDRA...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!