🥰🥰 Happy Reading🥰🥰
Cerita ini mengisahkan seorang anak remaja yang kurang kasih sayang, dan perhatian dari kedua orang tuanya. Remaja ini baru saja menginjak usia diangka 20 tahun.
Remaja ini adalah korban dari keegoisan kedua orang tuanya, dia mengalami Broken Home semenjak usianya 16 tahun. Masa itu dia masih duduk di bangku SMA kelas 10, masa di mana pengenalan jati diri seorang anak laki-laki yang menginjak remaja.
"Flash Back"
Masa remaja yang seharusnya bahagia bersama kedua orang tuanya, namun lain hal yang di rasakan anak remaja ini. Dia mengalami traumatik yang namanya keluarga, cinta, dan kasih sayang.
Perpisahan kedua orang tuanya, seketika merubah sifat, dan karakteristik dari remaja tersebut, hingga dia membenci yang namanya cinta dan wanita.
Semenjak Ibu remaja ini meninggalkan rumah, dan pergi dari kehidupannya, suasana di rumah seperti neraka. Ayahnya sering jarang pulang, keluar kota berhari-hari dan sibuk bekerja tanpa perduli dengan anak semata wayangnya. Hanya materi yang dia berikan untuk remaja itu, tanpa memperdulikan kasih sayang yang haus anak itu rasakan.
Remaja ini bernama Abi Maulana Dirgantara, anak semata wayang dari hasil pernikahan kedua orang tuanya yang bernama Robby Dirgantara, dengan seorang wanita cantik yang bernama Mariam.
Robby Dirgantara adalah seorang Presiden Direktur di Perusahaannya sendiri, yang bergerak di bidang percetakan, seperti Majalah, Novel. Cerpen, dan buku-buku pelajaran Sekolah. Nama Perusahaan itu adalah, Percetakan Dirgantara Group.
Mariam adalah seorang wanita muda yang hobbynya menulis, dan menjadi Ibu Rumah Tangga. Kasih sayangnya tidak pernah kurang sedikitpun untuk anak, dan suaminya. Dia selalu menjadi seorang Ibu, dan istri yang baik, dan penyayang bagi suami, dan anaknya. Hingga satu hal terjadi, membuat mereka memutuskan untuk berpisah.
Abi adalah panggilan namanya di kalangan sekolah, dan teman-temannya. Abi sudah terkenal sebagai anak yang genius, dari masa dia sekolah di TK dulu hingga sekarang. Saking geniusnya, tak jarang dia sering diminta gurunya untuk membantu teman-temannya belajar bersama. Nilai Abi selalu mendapat nilai hampir sempurna, meski dia hanya mendengar, dan membaca satu kali saja, dia langsung bisa mengingat dan menghafalnya.
Tidak banyak orang yang tahu, latar belakang Abi dan keluarganya. Hingga seketika Abi mendadak menjadi anak yang Arogant, keras kepala, egois, pemarah, sering Tawuran, dan Balapan Liar.
Abi menjadi anak yang cukup nakal, dan terkenal di lingkungan Sekolahnya sekarang. Namun pesona ketampanan, dan kegeniusan Abi tidak pernah luntur dari para kaum Hawa. Laksana Arjuna yang tampan, selalu menjadi idola para gadis-gadis cantik seantero Sekolahnya.
Abi dan teman-teman pria lainnya, sering kali mendapat hukuman dari para guru, yang sering mendapatkan laporan tentang kenakalannya. Sering jarang masuk, membolos, kabur dari kelas saat jam pelajaran berlangsung, dan juga sering Tawuran juga Balapan Liar.
Para guru sudah bosan menghukum Abi, dan teman satu kelasnya yang sering berbuat onar. Tak jarang para orang tua mereka sering di panggil ke sekolah, untuk memberi teguran kepada anak mereka yang terlibat kenakalan remaja, dan absensi kelas yang sering mereka lakukan.
Abi membawa pengaruh buruk dengan teman-teman yang lainnya, hingga teman satu kelasnya banyak yang mengikuti jejaknya. Abi sering menyewa orang tua bayaran, untuk menemui guru BP di sekolahnya, jika dia kedapatan tertangkap basah membolos, dan kabur saat jam pelajaran berlangsung.
Orang tua sewaannya biasanya Pak Wahyu Security dirumahnya, atau Mbo Tami ART istri dari Pak Wahyu. Kedua orang itu sering sekalih diminta oleh Abi, untuk berpura-pura menjadi Orang Tua Abi di Sekolahnya jika di perlukan.
Seperti saat ini, Abi mendapatkan surat teguran dari guru BP sekaligus Wali Kelasnya. Guru BP Abi bernama Ibu Tita Pratiwi, dan Wali kelasnya bernama Ibu Ningrum Cantika Maharani.
"Abi Maulana Dirgantara...." Panggil Ibu Ningrum, dengan suara melengkingnya.
Sedang Abi hanya tersenyum, dan menjawab santai. "Hadir Bu..."
"Kedepan kamu.." Titah Bu Ningrum dengan nada kesal.
Namun wajah Abi tidak menunjukkan rasa takutnya sama sekali, padahal sudah jelas-jelas wajah Wali Kelasnya itu terlihat garang saat ini. Abi hanya menjawab "Baik Bu.." Lalu dia berjalan ke depan, berdiri di samping Bu Ningrum.
"Kamu tahu tidak, kenapa kamu Ibu panggil kedepan kelas?" Tanya Bu Ningrum dengan nada kesal, dan marah seraya menunjuk-nunjuk Abi dengan jari telunjuknya.
"Engga tahulah Bu, Ibu 'kan belum kasih tahu saya." Jawaban Abi cukup logis, dan masuk akal.
Sontak, semua teman sekelasnya menjadi riuh lalu menyumbangkan suaranya. "Iiyuuu... good Abi..."
"Terima kasih.. terima kasih.." Sahut Abi dengan santainya, seraya melambaikan tangannya di udara yang ditujukan kepada teman sekelasnya.
"Diaaaaam..." Teriak Ibu Ningrum, seketika kelas menjadi hening.
"Kalian masih anak sekolah, sudah remaja pula, dimana etika kalian? Apa kalian semua, mau saya panggil juga seperti Abi?" Tanya Ibu Ningrum kesal, kepada semua anak muridnya.
Hening tidak ada yang menjawab satupun, semua tertunduk takut.
"Jawaaaaab.." Teriak Ibu Ningrum kembali, dengan suara melengkingnya, seraya berdiri dari kursi duduknya.
"T.. tidak Bu..." Jawab mereka gugup.
"Kalau tidak mau, maka jangan ada suara seperti tadi lagi, kalian PAHAM?" Ancam Bu Ningrum, dengan nada ketusnya.
"PAHAM bu..." Jawab semua Siswa, dan Siswi kompak.
"Bagus.. bagus.. ! Ibu sudah tidak permasalahkan kalian." Ucap Bu Ningrum sedikit lembut, seraya duduk kembali di kursinya dan menatap Abi kembali.
"Sekarang, kamu masih belum mengerti Ibu panggil ke depan kelas, untuk kesekian kalinya dengan kasus yang sama hah...?" Tanya Ibu Ningrum kembali kepada Abi, dengan nada sedikit lebih lembut di banding tadi.
"Sudah Bu.. saya sudah mengerti Bu." Sahut Abi masih dengan santai, dan senyuman mautnya. Sontak saja para gadis di kelasnya riuh, dan terpesona dengan senyuman Abi yang jarang di tunjukkan itu dengan berucap.
"Uuuhhh.. manis banget senyumnya."
"Uuuuhh.. meleleh akunya."
"Uuuuuh... pangeranku, senyumanmu membunuhku."
"Uuuuh... senyumanmu menyejukkan hatiku."
"Diaaam... apa kalian tuli semua?" Teriak Ibu Ningrum lagi, dengan nada lebih kesal dari sebelumnya.
"Kalau sampai Ibu mendengar kalian mengeluarkan suara, Ibu tidak segan-segan untuk menskor kalian semua." Ancam Ibu Ningrum, lebih kejam dari sebelumnya.
"Ibu guru itu engga adil dong, kami para Pria hanya diam tidak ikut-ikutan bersorak seperti anak perempuan." Ucap salah satu siswa yang bernama Firman, untuk membela diri.
"Iya.. Bu.. ! Benar kata Firman." Sahut para Siswa yang lainnya.
"Diam kalian para Siswa, bukan hanya Abi yang Ibu panggil, tapi masih ada 5 Siswa lagi yang akan maju kedepan setelah Abi. Kalian bersiap-siap saja." Ujar Ibu Ningrum memberi ultimatum kepada para Siswa yang lainnya.
"Haaa..?" Sontak para Siswa itu langsung diam, tanpa ada suara lagi.
Ibu Ningrum tersenyum menyeringai kepada anak-anak muridnya yang nakal, dan tidak tahu aturan sebagai murid yang baik.
--BERSAMBUNG--
...Kasih Like dan Vote juga Komentarnya yah! Terima Kasih........
🥰🥰Happy Reading🥰🥰
"Abi.. ini surat panggilan dari guru BP untuk orang tua kamu." Ujar Ibu Ningrum, seraya memberikan selembar kertas itu ketangan Abi.
"Iya.. Bu guru, terima kasih." Ucap Abi sopan, seraya mengambil selembar kertas itu dari tangan Ibu Ningrum.
"Abi.." Panggil Ibu Ningrum kembali.
"Iya.. Bu guru." Sahut Abi sopan.
"Sebenarnya selama ini, kamu itu anak yang sangat pintar Abi, bahkan bisa di katakan genius. Tapi, kenapa beberapa bulan terakhir ini, Ibu guru perhatikan kamu sedikit berbeda. Kamu sering membolos, sering kabur pada jam sekolah, sering mendapat surat teguran dari guru BP, karena kamu ikut aksi tawuran remaja. Kenapa kamu menjadi seperti ini Abi?"
"Eemm.. engga Bu guru, saya engga kenapa-napa. Itu hanya perasaan Ibu guru saja sepertinya."
"Tapi Absen kamu setiap minggu pasti selalu ada minimal satu hari, kadang kamu kabur pada saat pelajaran masih ada. Banyak laporan para guru lain yang menyampaikan masalah ini kepada Ibu, bahkan ini adalah surat teguran untuk kamu yang ke sekian kali. Tapi, kamu tidak pernah berusaha untuk memperbaikinya. Kalau begini terus, kamu bisa di keluarkan dari sekolah Abi." Ujar Ibu Ningrum panjang lebar.
"Maaf Buguru." Sesal Abi dengan wajah masam.
"Ya sudah, kamu kembali duduk. Tapi, Ibu tidak ingin mendengar kamu melakukan hal-hal yang melanggar peraturan sekolah lagi. Ingat itu Abi!"
"Baik, Bu guru." Sahut Abi singkat.
Abipun kembali ke tempat duduknya dengan wajah coolnya, tanpa rasa penyesalan yang berarti. Dia memasukkan lembaran surat itu kedalam tasnya, dilipat menjadi ukuran kecil seperti layaknya bungkus permen.
"Abi.. jangan lupa surat itu diberikan kepada Ibu dan Ayahmu, Ibu guru tidak ingin mendengar alasan yang lain lagi. kamu mengerti 'kan Abi?" Panggil Ibu Ningrum, untuk mengingatkan muridnya kembali.
"Iya Bu." Jawab Abi singkat.
Kemudian Ibu guru Ningrum memanggil anak muridnya satu-persatu kembali ke depan kelas, dengan cara yang sama yang di lakukan kepada Abi. Semua anak muridnya yang nakal, suka membolos, dan sering kabur saat pelajaran sekolah, kena omelan dan makian Ibu guru Ningrum.
Total yang dipanggil semuanya ada 15 orang, dari murid kelasnya yang berjumlah 35 orang. 6 orang mendapatkan surat teguran dari Guru BP, sedangkan 9 orang mendapatkan teguran dari Buguru Ningrum saja. Bagaimana tidak pusing dan stresnya Ibu Ningrum, menghadapi anak-anak yang super-super nakal, namun dia harus tetap menjaga mereka sebagai Wali kelasnya.
Dengan amat sangat terpaksa Ibu guru Ningrum memberikan Ultimatum kembali, kepada anak muridnya yang berani melakukan pelanggaran.
"Mohon perhatiannya anak-anak Ibu, Kalian ini adalah anak didik Ibu yang sangat Ibu sayangi. Ibu mohon kepada kalian semua, tolong jaga absensi kalian, dan jangan melakukan hal-hal yang bisa merugikan kalian." Pesan Ibu guru Ningrum dengan tegas.
"Baik Bu guru..." Sahut semua siswa-siswi.
Ibu guru Ningrum kemudian membuka mata pelajarannya, dia adalah guru pengajar pelajaran matematika. Sebenarnya Ibu Ningrum adalah Guru yang sangat baik, dan sayang kepada semua muridnya tanpa membeda-bedakan. Namun sering kali dia mendapatkan laporan-laporan yang jelek, dari para guru lainnya mengenai absen mereka, dan kelakuan mereka di saat jam pelajaran para guru tersebut.
"Sekarang, kalian buka buku paket Pelajaran Bab 10, mengenai pembahasan Sin, Cos dan Tan." Perintah Ibu Ningrum.
Semua Siswa-Siswi terlihat membuka bukunya masing-masing, dengan cepat mereka mencari Bab 10, yang di minta oleh Ibu Guru Ningrum. Terkecuali hanya Abi yang terdiam, dan tidak membuka halaman bukunya itu. Pemandangan itu, sontak saja membuat Ibu Guru Ningrum geram dengan anak yang satu ini.
"Abi.. !" Panggil Ibu Ningrum seraya menghampiri Abi di mejanya.
"Iya, Buguru." Jawab Abi santai.
"Kenapa kamu tidak membuka mata pelajaran Ibu? Ibu sudah katakan untuk membuka Bab 10, apa kamu tidak mendengar?" Tanya Ibu Ningrum heran.
"Maaf Buguru, semalam saya sudah membacanya dan mengingatnya semua isi Bab 10 itu Bu." Jawab Abi jujur, memang ada beberapa pelajaran yang di sukai Abi, dan yang di benci Abi. Matematika adalah pelajaran yang paling di sukai Abi, tetapi Sejarah dan Bahasa Inggris adalah pelajaran yang di benci Abi, maka tak jarang dia sering kabur saat mata pelajaran itu berlangsung.
"Ooh.. baiklah, coba kamu jelaskan di depan kelas kepada teman-temanmu yang lain, isi dari Bab 10 tersebut." Perintah Ibu Ningrum, dengan senyum mengembangnya. Ibu Ningrum senang jika melakukan hal demikian, karena bukan sekali ini saja dia meminta Abi untuk melakukan hal tersebut.
"Iya, Bu." Sahut Abi, seraya berjalan kedepan kelas dan berdiri didepan teman-temannya.
"Sekarang, kamu boleh mulai presentasikan Bab 10 itu, Abi." Perintah Ibu Ningrum dengan tegas.
"Eeemmm." Gumam Abi seraya mengangguk kecil.
"Untuk anak-anak yang lain, baca apa yang di sampaikan Abi. Jangan sampai ada yang berbeda, kalian harus teliti. Mengerti?" Ibu Ningrum memberi Intruksi, kepada murid yang lainnya.
"Baik, Bu guru..." Sahut semua Siswa-Siswi.
Abi memulai presentasi yang di perintahkan oleh Ibu Ningrum, dia berbicara layaknya seorang guru muda yang sedang menerangkan isi dari Bab 10 itu secara rinci.
"Bab 10 ini berisi tentang penjelasan antara Sin, Cos dan Tan. Sin atau Sinus adalah perbandingan panjang dalam segitiga antara sisi depan sudut, dengan sisi miring Y/Z. Cos atau Cosinus adalah perbandingan panjang sebuah sebuah segitiga antara sisi samping sudut dengan sisi miringnya X/Z. Tan atau Tangen adalah perbandingan sisi segitiga yang ada di depan sudut, dengan sisi segitiga yang terletak disudut."
Kemudian setelah Abi menjelaskan pengertian Sin, Cos, dan Tan, Abipun menggambar rumus di papan tulis dan deskripsinya.
Setelah Abi menggambar rumus tersebut, kemudian Abipun menjelaskan semua yang sudah tertulis, di dalam buku cetak tersebut dengan rinci dan jelas. Kata-kata dan penjelasan Abi hampir sama persis dengan apa yang ada di Bab 10 tersebut. Ibu Ningrum, dan Semua teman-temannya bertepuk tangan untuk Abi. Terlebih lagi para Siswi, sangat antusias dan bersemangat memberi dukungan untuk Abi.
"Prok.. prok.. prok.."
"Terima kasih." Ucap Abi singkat, lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.
"Terima kasih Abi." Ucap Ibu Ningrum kagum, seraya tersenyum menatap Abi. Lalu Ibu Ningrum kembali ke depan kelas, dan memberikan tugas soal dadakan.
"Sekarang, kumpulkan buku paket kalian kedepan. Lalu keluarkan kertas selembar, ada 10 Soal yang harus kalian jawab." Perintah Ibu Ningrum tegas, sontak saja para Siswa-Siswi shok dengan soal dadakan yang di berikan oleh Ibu Ningrum. Terkecuali Abi, dia tetap terlihat santai menaruh buku paketnya itu di meja Ibu Ningrum.
"Mana lagi buku paketnya, ini masih kurang banyak. Baru setengahnya yang mengumpulkan." Tagih Ibu Ningrum dengan nada kesal, anak muridnya tidak mendengarkan perintahnya.
"Iya Bu guru." Sahut anak-anak yang belum mengumpulkan buku paketnya.
"Ibu tidak ingin mendengar belum belajar, belum mengerti, dan belum hapal dari alasan kalian yah. Kalian bisa contoh Abi, belajar dan membaca lalu menghapalnya, sebelum jam mata pelajaran Ibu di mulai." Ujar Ibu Ningrum dengan jelas.
"Baik, Bu guru..." Sahut Siswa-Siswi tersebut dengan nada tidak bersemangat.
"Bisa-bisa nilai jelek ini sih."
"Waah.. hancur ini sih nilaiku kalau begini."
"Gimana dengan nasib nilaiku kalau dadakan begini."
Semua gumaman para Siswa-Siswi yang kesal dengan ulangan dadakan tersebut.
--BERSAMBUNG--
...Kasih Like dan Vote juga Komentarnya yah! Terima Kasih........
🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Hampir semua murid Siswa-Siswi langsung beringsutan kebingungan, karena ulangan dadakan tersebut. Hanya beberapa orang saja yang sempat membaca sebelumnya, dan sedikit yang mengerti pembahasan materi.
"Perhatian.. untuk anak-anak jangan ada yang mencontek, dan berdiskusi. Jika sampai Ibu menemukan kalian ada yang seperti itu, maka kalian langsung diskualifikasi, dan mendapat nilai 0 besar. Kalian mengerti?"
"Mengerti Bu Guru..." Sahut semua murid.
"Baiklah, soal yang pertama kalian dengarkan baik-baik, tidak ada kata pengulangan, maka jangan ada yang berisik. Apa yang di maksud dengan Sin, dan tuliskan rumusnya?... Lalu yang ke2 sampai seterusnya hingga pertanyaan yang ke10..." Ujar Ibu Ningrum dengan jelas, dan tegas soal yang sudah dibacakan oleh Ibu Ningrum.
"Silahkan kalian isi soal tersebut dengan jawaban yang benar, dan tepat jangan sampai ada yang mencontek. Ibu lebih menghargai kalian nilai jelek tapi hasil usaha sendiri, ketimbang nilai bagus hasil mencontek." Ujar Ibu Ningrum, mengingatkan.
"Baik, Bu Guru..." Sahut semua murid.
"Kalian Ibu beri waktu satu jam dari sekarang, jika ada yang mengumpulkan sebelum waktu habis, dan menjawab dengan benar, Ibu akan cabut surat panggilan dari Guru BP untuk hari ini." Janji Ibu Ningrum.
"Benar begitu, Bu Guru?" Tanya salah satu murid laki-laki.
"Iya benar, nanti Ibu yang akan menghadap Guru BP, Ibu Tita Pratiwi." Sahut Ibu Ningrum yakin.
"Okey.. Bu Guru." Sahut semua siswa-siswi.
"Sekarang waktunya sudah dimulai yah, satu jam kedepan berarti pukul 08.30 Pagi. Ingat pesan Ibu baik2, jangan ada yang mencontek." Pesan Ibu Ningrum.
"Baik.. Bu Guru."
Hampir semua murid mengerjakan soal-soal dengan serius, meski ada soal yang banyak mereka tidak bisa jawab.
Lain hal dengan Abi, dia mengisi soal tersebut dengan sangat mudah. Hanya dengan waktu 30 menit, dia mampu mengerjakan soal-soal tersebut.
Tetapi dia tidak langsung mengumpulkan tugasnya kedepan meja Buguru, melainkan menunggu salah satu teman yang lain dulu maju, baru dirinya.
Ibu Ningrum melirik ke arah meja bangku tempat Abi berada, dia berjalan menghampirinya, dan mengambil kertas jawabannya.
"Kenapa tidak langsung dikumpulkan, kalau jawabannya sudah selesai?" Tanya Ibu Ningrum serius, seraya membolak-balik kertas jawaban Abi.
"Eeeemmm.. itu Bu Guru, baru saya mau kumpulkan kedepan, tapi keburu Ibu Guru ambil kertasnya." Dusta Abi mencari alasan.
"Ooohh.." Ucap Ibu Ningrum tersenyum mengembang, seraya manggut-manggut, lalu dibawanya kertas jawaban Abi kedepan.
Abi tetap bersikap santai, meski banyak Siswa dan Siswi menatap kearahnya.
"Tinggal 10 menit lagi, selesai tidak selesai kalian harus kumpulkan." Perintah Ibu Ningrum tegas.
"Baik.. Bu Guru." Sahut para murid.
Akhirnya waktu hampir habis, mau tidak mau semua murid mengumpulkan kertas jawaban mereka kedepan meja Buguru.
Ibu Ningrum tidak menyentuh sama sekali kertas jawaban murid yang lain. Dia sudah mendapatkan jawaban yang hampir sempurna di tangannya.
"Abi.. jawaban kamu hampir sempurna, nilai kamu 9,9. Sekarang kamu maju kedepan, lalu kamu periksa kertas jawaban teman-temanmu." Panggil Ibu Ningrum, seraya menunjuk lembar kertas jawaban di mejanya.
"Baik Bu Guru." Sahut Abi sopan, lalu berjalan kedepan kelas, dan mengambil kertas jawaban tersebut.
"Abi.. sebagai gantinya, kamu tidak usah meminta orang tuamu untuk kesini lagi." Ujar Ibu Ningrum ramah.
"I.. iya Bu Guru, terima kasih." Sahut Abi canggung, merasa tidak enak dengan teman-temannya.
"Ibu sudah janji pada kalian semua, namun karena hanya Abi yang memenuhi syarat itu, maka yang lain tetap membawa orang tuanya masing-masing." Jelasnya panjang lebar.
"Iya.. Bu Guru." Sahut para Siswa-Siswi.
"Sambil menunggu hasil nilai kalian, ambil buku paket kalian masing-masing. Kalian buka kembali Bab 10, setelah selesai membaca dan mengerti, kalian akan Ibu beri soal Her untuk perbaikan nilai kalian. Kalian paham?" Jelas Ibu Ningrum. memberi kesempatan kepada anak muridnya untuk belajar.
"Paham Bu Guru." Sahut semua murid.
Seketika suasana menjadi hening, semua Siswa-Siswi fokus membaca, dan menghafal soal latihan Bab 10. Mereka berusaha sebaik mungkin agar jawaban mereka bisa lebih baik dari yang pertama.
Abi memeriksa semua lembar kertas jawaban teman-temannya, lalu dia menyilang jawaban yang salah, dan mecheklis jawaban yang benar. Abi memilah nilai yang di atas angka 5, dan nilai yang di bawah angka 5. Hanya dengan waktu hampir 30 menit, dia sudah menyelesaikan tugas dari Buguru.
"Sudah selesai Bu Guru." Ucap Abi seraya menyerahkan kertas jawaban tersebut.
"Cepat sekali Abi, kamu memang anak murid Ibu yang Genius, terima kasih Abi." Ucap Ibu Ningrum kagum, seraya tersenyum mengembang.
"I.. iya Ibu Guru, e.. engga begitu Bu Guru, Ibu Guru terlalu berlebihan." Ucap Abi gugup dan sungkan.
"Ha.. ha.. ha.. kenapa kamu Abi? Sejak kapan kamu jadi gugup bicara sama Ibu?" Tanya Ibu guru heran.
"Eeehh.. itu Bu Guru engga, saya biasa-biasa saja.. engga gugup." Sahut Abi mencoba santai.
"Silahkan kamu kembali ke tempatmu Abi." Perintah Ibu Ningrum ramah.
"Baik Bu Guru, terima kasih." Ucap Abi seraya berjalan kearah tempat duduknya.
Ibu Ningrum tersenyum dengan cara kerja Abi, semua jawaban anak muridnya hampir mendapat nilai angka di bawah 5. Hanya 3 orang saja yang mendapat angka diatas 5, itupun hanya dapat nilai 6 dan 6.5.
Ibu Ningrum memutuskan semua murid untuk mengerjakan soal Her lagi, memperbaiki nilai mereka, karena semua nilai dibawah angka 7.
Hanya Abi yang tidak mengulang soal lagi, jadi dia di izinkan beristirahat terlebih dahulu.
"Sekarang ambil kertas kalian masing-masing, lalu salin di lembar kertas yang baru, soal dan jawaban yang benar saja, lalu jika jawaban kalian salah, ganti dengan jawaban yang benar, yang sudah kalian pelajari. Sampai disini ada yang masih belum mengerti?" Ujarnya seraya menanyakan muridnya tentang soal yang diberikannya.
"Sudah mengerti Bu Guru." Sahut para Siswa.
"Baiklah, Ibu hanya memberi waktu 30 menit, karena ini hanya tugas perbaikkan. Silahkan dimulai dari sekarang." Ujar Ibu Ningrum tegas, tanpa ada bantahan.
Semua murid langsung menyalin soal, dan jawaban yang benar sesuai perintah Ibu Ningrum. Karena waktu yang terbatas, mereka menulis dengan sangat cepat. Mereka tidak ingin nilai mereka masih dibawah angka 5.
Abi meninggalkan kelas menuju kantin Sekolah, dia hampir setiap hari sarapan di kantin Sekolah. Padahal Ibu Tami selalu menyiapkan sarapan, dan bekal untuk Abi, namun dia tidak pernah memakannya.
Abi tidak berselera sarapan sendiri di rumah, dia lebih memilih sarapan di kantin Sekolah, karena banyak teman-temannya yang ikut bergabung makan dengannya.
Di saat Abi sedang makan di kantin, tidak sengaja, netranya menatap bayangan guru Matematikanya.
"Ibu Guru Ningrum! Bukannya dia masih di kelas?" Tanya Abi dalam hatinya.
--BERSAMBUNG--
...Kasih Like dan Vote juga Komentarnya yah! Terima Kasih........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!