Zenwa Fahira, wanita cantik bersusia 21 tahun itu mati-matian menahan air matanya saat seluruh anggota keluarganya mendesak Zenwa untuk menerima pinangan seorang pemuda yang sangat mereka hormati, di karenakan pria itu adalah putra dari Zeda Firdaus dan Gabriel Emerson, cucu dari Nyai Kulsum dan mendiang Kiai Rahman.
Sementara Arini Kamilia, kakak Zenwa yang sebenarnya juga mencintai pria itu hanya duduk mematung di samping Zenwa, Arini meremas tangannya, matanya memerah dan berkaca-kaca, dadanya terasa sesak karena pria yang sangat ia cintai justru meminang adiknya di depan matanya sendiri.
"Dia pria yang sangat baik, Zenwa. Dia juga berasal dari keluarga pilihan, latar belakang keluarganya juga sangat baik, agama, materi, mereka memilikinya, Zenwa. Wanita manapun akan sangat beruntung menjadi istri Micheal dan menantu dari keluarga Kiai Rahman," ucap ayah Zenwa yang bernama Hamka, sedang Ibunya yang bernamaa Zainab sejak tadi hanya mendengarkan namun ia tampak sangat mendukung apa yang menjadi keputusan suaminya.
"Terus bagaimana dengan Kak Arini, Bi?" tanya Zenwa dengan suaranya yang begitu lembut, selain memiliki paras yang sangat cantik, dengan kulit berwarna putih seperti susu, Zenwa juga di karunia suara yang merdu nan lembut, seperti sifatnya, Zenwa melirik kakaknya dan berkata "Bukankah semua orang mengatakan kalau Lora Micheal itu menyukai Kak Arini bahkan sejak kecil? Bukankah mereka memang sudah dekat? kalian bahkan sudah merestui mereka jika seandainya mereka akan menikah." Zenwa berkata dengan suaranya yang mulai bergetar, Zenwa masih berharap semua ini hanya kesalahpahaman atau mimpi buruk.
"Micheal tidak pernah datang untuk meminang Arini, Zenwa. Mereka hanya dekat dan kami memang mengira mereka akan membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, tapi malam ini Micheal datang ke rumah ini bersama keluarganya dan mereka meminangmu, Zenwa." tegas Abinya yang membuat bulir bening lolos begitu saja dari sudut mata Zenwa, bahkan Arini pun tak bisa membendung air matanya.
Malam ini, setelah sholat Isya tadi, mereka kedatangan tamu dari keluarga terpandang yang sangat di hormati di seluruh desa, yaitu keluarga mendiang Kiai Rahman. Nyai Kulsum, pengurus Madrasah Ar-Rahman yaitu Lora Adil serta Ning Firda berserta suaminya, juga tentu Micheal yang datang untuk meminang Zenwa, putri bungsu mereka yang baru saja menyelesaikan pendidikannya dan baru pulang dari pesantren seminggu yang lalu.
"Zenwa tidak mau, Bi," ucap Zenwa lirih, ia menunduk malu karena untuk pertama kalinya ia mengatakan 'tidak' pada orang tuanya sementara selama ini Zenwa adalah anak yang patuh dan selalu mengikuti apa yang diinginkan orang tuanya.
"Sayang..." Ummi Zainab mengusap kepala Zenwa yang terbungkus jilbab biru "Kami akan sangat senang jika kamu mau menerima Micheal, Sayang. Kami tidak melihat ada kecacatan dalam sifat Micheal." bujuknya yang membuat Zenwa semakin dilema.
Tak bisa ia pungkiri, Micheal memang pria idaman setiap wanita. Dia dewasa, tampan, kaya, agamanya bagus dan karakternya sangat baik, bahkan Zenwa sering sekali mendengar pujian tentang Micheal dari Nyai Kulsum, Ning Firda maupun dari Ning Aira yang kata Ning Aira, Micheal adalah kakak terbaik di dunia.
Tapi, Zenwa yakin Micheal mencintai Arini dan hal itulah yang membuat Zenwa berat untuk menerima pinangan Micheal.
"Kita tolak saja pinangan mereka, Abi. Zenwa tidak ingin menyakiti Kak Arini," ucap Zenwa yang membuat kedua orang tuanya terkejut, sementara Arini kini menunduk dalam, air mata semakin deras mengalir dipipinya, membuat Zenwa semakin yakin untuk menolak pinangan Micheal.
"Zenwa, jujur saja Abi tidak berani menolak pinangan mereka, Nak." Abi Hamka berkata dengan tegas yang langsung membuat Zenwa mendongak, ia menatap Abinya dengan nanar dan berkata.
"Jadi, Abi mau menerima pinangan mereka hanya karena Abi sungkan untuk menolaknya?"
.........
"Daddy masih tidak percaya kita meminang Zenwa, Micheal. Bukankah kamu mencintai Arini?" tanya Daddy Gabriel sembari duduk di depan Micheal.
"Hatiku yang memilihnya, Dad," jawab Micheal dengan tatapan yang dingin, membuat Daddy Gabriel dan Firda merasa bingung.
"Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan Arini, Michael? Sejak dulu kamu selalu mengatakan ingin cepat selesai mondok supaya bisa menikahi Arini, tapi setelah selesai mondok, kamu justru bekerja di perusahaan Daddy dengan alasan kamu ingin menikmati masa lajang kamu sambil bekerja. Dan setelah menikmati masa lajangmu, kamu justru meminang Zenwa padahal selama ini kalian hanya sebatas saling mengenal," ucap Mommy Firda panjang lebar, pandangan Micheal mulai berubah, ia tampak tidak fokus, ia bahkan berkedip beberapa kali, seolah ia sedang resah.
"Micheal, kami selalu mengjarimu untuk menghargai perempuan, tapi kamu memberikan harapan palsu pada Arini, tidak hanya itu, kamu juga menyakitinya dengan meminang adiknya."
"Hatiku yang memilih makmumku, Dad," jawab Micheal kemudian ia beranjak dari tempat duduknya "Selamat malam, Dad, Mom." Micheal langsung bergegas menuju kamarnya dan tiba-tiba air mata mengalir begitu saja dari sudut matanya, namun Micheal dengan cepat menghapusnya dan ia menghela nafas panjang.
Tbc...
...***Visual...
Micheal Emerson***
Zenwa Fahira
Arini Kamilia
"Aku juga berfikir dia cuma bercanda, Kak Angel. Tapi ternyata dia sangat serius, aku tidak bisa apa-apa karena ini tentang pernikahan, Micheal sendiri yang akan menjalani pernikahan itu jadi aku membiarkan dia memutuskan sendiri siapa yang akan jadi makmumnya," kata Firda yang saat ini sedang berbicara dengan Mommy Angeline di telfon.
"Aku merasa ada yang salah dengan Micheal, Fir. Sejak dulu dia sering mengatakan ingin segera menikahi Arini, apa mungkin dia hanya bercanda saat itu?" tanya Angeline yang membuat Firda langsung memijit pangkal hidungnya karena ia pun memiliki pertanyaan yang sama.
"Entahlah, Kak. Tapi tadi Arini tidak berkomentar apapun saat kami datang ke rumahnya, dia bersikap biasa saja bahkan saat Micheal mengutarakan keinginannya untuk meminang Zenwa."
"Benarkah? Jadi apa meraka memang hanya berteman? Biasanya dia mendengarkanmu, Fir. Jadi coba tanya apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak mau nanti dia salah memilih."
"Aku rasa Zenwa tidak akan menjadi pilihan yang salah, Kak Angeline. Dia wanita yang sangat baik, pendidikannya pun sangat baik dan aku dengar dia tidak pernah berkata 'tidak' pada orang tuanya."
.........
Wanita baik itu kini hanya bisa menangis di atas sejadahnya, sungguh bukan pilihan yang mudah yang di suguhkan padanya, apalagi Zenwa tidak tahu alasan Micheal meminangnya. Di tambah Arini yang tidak mengatakan apapun, bahkan saat di tanya tentang hubungannya dengan Micheal, Arini hanya menjawab mereka tidak pernah memulai sebuah hubungan asmara.
"Ya Rabb, hamba-Mu yang lemah ini bingung, harus mengambil keputusan seperti apa, bagaimana." air mata Zenwa jatuh membasahi telapak tangannya yang terangkat ke langit, ia mengadu pada sang pemilik hati tentang hatinya yang gundah dan bimbang.
"Aku melihat, Micheal adalah pria yang baik, tapi itu hanya dari pandangan manusia biasa ini. Ya Rabb, aku sangat yakin Kak Arini mencintai pria itu, bahkan pria itu pun mencintai Kakakku, tapi kenapa? Kenapa dia meminangku?" lirih Zenwa.
Sementara di sisi lain, Arini pun tak bisa menghentikan airmata yang senantiasa mengalir bebas di pipinya, tak perduli berapa kali Arini menghapus air mata itu, namun itu akan percuma saja. Ia hanya bisa meringkuk di tengah ranjang, sambil memeluk boneka besar yang pernah Micheal berikan untuknya, bahkan Micheal dengan sengaja menyemprotkan parfumnya ke boneka itu dengan alasan supaya Arini selalu teringat padanya.
"Biar kamu bisa peluk, kalau kamu kangen sama aku. Karena kita masih belum jadi mahram, jadi kamu peluk boneka dulu, aromanya sama seperti aromaku."
Air mata Arini semakin deras saat mengingat apa yang pernah di katakan oleh Micheal, apalagi saat ia mengingat ekspresi wajah Micheal saat itu. Arini semakin mengeratkan pelukannya pada boneka itu dan ia menghirup dalam-dalam aroma Micheal yang begitu melekat di indera penciumannya, isak tangisnya pun tak bisa ia hentikan.
"Aku merindukanmu," gumam Arini dengan suara tercekat.
Sementara pria yang di rindukan itu dalam keadaan yang sama, hatinya sakit namun tak lagi bimbang. Hatinya yakin dengan keputusan yang ia ambil, meskipun harus menorehkan luka yang dalam.
Micheal membuka jendela kamarnya lebar lebar, ia pun duduk di jendela itu, membiarkan angin malam membelai tubuhnya yang hanya memakai boxer dan kaos polos. Pandangan Micheal menatap langit yang gelap, segelap hati Micheal saat ia tahu Arini takkan bisa menjadi miliknya.
"Tak bisa ku salahkan takdir atas semua ini, karena ini pilihanku."
Tbc...
"Kak Arin..." Zenwa memanggil nama kakaknya itu dengan begitu lembut, ia mengetuk pintu kamar sang kakak namun tak ada jawaban dari dalam yang membuat Zenwa merasa cemas.
"Kak Arin, sudah bangun? Kak Arin tidak sarapan?" tanya Zenwa dengan begitu cemas akan keadaan sang kakak, tak lama kemudian pintu terbuka yang membuat Zenwa langsung bernapas lega.
"Ada apa, Dek?" tanya Arini sambil tersenyum, namun Zenwa bisa melihat senyum itu tak sampai ke matanya.
"Kak Arin, ada yang mau Zenwa tanyakan," kata Zenwa kemudian.
"Soal Micheal lagi?" tanya Arini kemudian ia berjalan mendekati ranjangnya yang masih berantakan, Zenwa pun mengekorinya dari belakang dan Arini kini mulai membersihkan ranjangnya.
"Iya, sebenarnya ada apa sih, Kak? Kenapa kalian putus?" tanya Zenwa yang membuat Arini langsung menghentikan aktifitasnya, raut wajahnya pun berubah namun itu hanya sepersekian detik, di detik selanjutnya Arini justru terkekeh dan melanjutkan aktifitasnya.
"Putus bagaimana? Kita bahkan belum pacaran, Dek. Kamu ini, ada-ada saja," ucap Arini namun Zenwa tak bodoh, ia menarik tangan kakaknya yang kini menarik ujung seprei.
"Tatap mata Zenwa, Kak Arin!" tegas Zenwa dan Arini pun menatap mata Zenwa "Dan bilang sama Zenwa, apa Kak Arin tidak mencintai Lora Micheal?" tanya Zenwa yang membuat pandangan Arini seperti tak fokus namun Arini segera menyembunyikan hal itu, Arini memaksakan bibirnya tersenyum dan berkata.
"Kakak tidak pernah merasa jatuh cinta sama Micheal, Dek." Arini langsung berbalik badan untuk menyembunyikan luka yang tersirat di matanya, bibirnya dengan lancar berbohong, namun tidak dengan matanya, dan sayangnya, Zenwa tetap tak mempercayai apa yang keluar dari mulut sang kakak.
"Oh ya, bagaimana? Apa kamu sudah memutuskan untuk menerima pinangan Micheal?" tany Arini kemudian dan hatinya teriris saat pertanyaan itu terlontar dari bibirnya.
"Zenwa tidak mungkin menerima laki-laki yang Kak Arin cintai!" tegas Zenwa yang membuat Arini tersenyum masam.
"Kata siapa Kakak mencintai Micheal, Dek? Kami hanya teman," elak Arini meskipun ia tahu kebohongan itu sangat sulit untuk di percaya.
"Teman? Oh ya?" pekik Zenwa kemudian ia menarik boneka Arini dari ranjang "Terus ini apa?" tanya Zenwa namun Arini justru kembali terkekeh.
"Boneka," jawab Arini sambil tertawa kecil membuat Zenwa menggeram tertahan.
"Zenwa tahu ini boneka," ujar Zenwa "Tapi boneka ini dari Lora Micheal 'kan?" tanya Zenwa menatap mata Arini, Arini mencoba mengalihkan tatapannya dari tatapan Zenwa yang seolah ingin mengintrogasinya.
"Iya, katanya waktu itu lagi diskon," jawab Arini kemudian "Karena dia tidak punya teman wanita selain Kakak, ya dia kasih itu buat kakak." lanjutnya yang membuat Zenwa tertawa sinis.
"Alasan yang garing, Kak." tegas Zenwa kemudian ia melempar boneka itu ke lantai membuat Arini terkejut.
"Zenwa, apa yang kamu lakukan?" pekik Arini dan dengan cepat ia ia memungut bonekanya, hal itu kembali membuat Zenwa tersenyum sinis.
"sesayang itu Kak Arin sama boneka ini?" tanya Zenwa kemudian yang membuat Arini langsung mengalihkan tatapannya dari Zenwa karena ia tak mampu menjawab pertanyaan sang adik.
"Zenwa tidak mau menikah sama Lora Micheal, Kak Arin!" tegas Zenwa kemudian.
"Tapi aku sangat ingin menikahimu, Zenwa!" Zenwa dan Arini tersentak kaget saat mendengar suara berat dari pria yang sejak tadi menjadi topik pembicaraan mereka.
Micheal berdiri di ambang dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.
"Maaf Aku lancang," kata Micheal kemudian ia berbalik badan karena Zenwa hanya memakai piayam dan jilbab kecil sementara Arini memakai dress kebesaran namun tak memakai jilbab.
"Bagaiamana bisa kamu masuk ke rumah ini? Ada dua gadis di rumah ini, Lora Micheal!" seru Zenwa kesal. Sementara Arini langsung menarik pashmina yang ia gantung di belakang pintu dan segera memasangnya.
"Maaf, aku datang kesini untuk mengajakmu berbicara, Zenwa!" jawab Micheal.
"Apa kau tidak bisa menunggu di luar? Kamu memasuki kamar seorang gadis, dimana etikamu?" seru Zenwa lagi.
"Aku tadi ingin buang hajat, kata Om Hamka, toiletnya lurus kemudian belok kanan," jawab Micheal yang masih memunggungi kedua gadis itu.
"Belok kiri!" seru Zenwa lagi kesal.
"Maaf, kalau begitu aku permisi," kata Micheal, ia pun melangkah menjauh namun kemudian Micheal menghentikan langkahnya "Aku menunggumu di luar, Zenwa. Ada yang aku ingin bicarakan," ucapnya kemudian Micheal bergegas pergi dari depan kamar Arini.
"Kak Arin, aku..."
"Kembali ke kamarmu, Dek. Temui Micheal," ucap Arini bahkan ia mendorong Zenwa supaya keluar dari kamarnya dan Arini langsung menutup pintu kamarnya bahkan menguncinya, membuat Zenwa hanya bisa tercengang.
Tbc...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!