Happy reading 😘😘😘
Chayra nampak anggun dan memesona dengan balutan kebaya yang membungkus tubuh rampingnya. Penampilannya hari ini bagaikan magnet yang mampu menarik perhatian seisi ruang. Tak terkecuali Alif, pria berparas tampan yang sudah sejak lama menyimpan perasaan cinta di dalam hati untuknya. Untuk Ayunda Chayra Putri 'seorang'.
Demi memenuhi undangan Chayra, Alif terbang dari Kairo dan rela menahan segala rasa yang menyiksa. Ia ikhlas melepas Chayra demi kebahagiaan wanita yang dicintainya itu. Mimpi Alif di masa lalu untuk mempersunting Chayra telah pupus. Sebentar lagi Chayra akan menikah dengan pria lain, sedangkan keadaannya saat ini telah berbeda. Dia bukan Alif yang dulu, meski hatinya tetap sama. Hati yang senantiasa tulus mencintai Chayra.
Raina menuntun putri sulungnya untuk duduk di samping calon mempelai pria. Dia ... Damar Setiaji. Seorang Adam yang dipilih oleh Chayra untuk menjadi imamnya. Damar merupakan cinta pertama bagi Chayra. Keduanya sudah saling mencinta sejak duduk di bangku SMA.
Damar tersenyum menyambut calon istrinya yang teramat cantik. Ia sungguh sudah tidak sabar untuk mengucapkan ikrar suci agar gadis cantik yang duduk di sampingnya itu ... halal disentuh dan disesap madunya.
Dengan penuh keyakinan, Damar melisankan kalimat kabul. Lisannya teramat fasih seolah tiada beban.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ayunda Chayra Putri binti Keanu Putra Abimanyu dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 200 juta rupiah dibayar tun—“
"Tunggu." Kalimat kabul yang dilisankan oleh Damar terpangkas. Semua orang yang berada di ruangan itu seketika menoleh ke arah asal suara, tak terkecuali Chayra dan Damar.
Chayra mengerutkan kening, ia heran dengan kedatangan Sinta yang teramat tiba-tiba. Bukankah ia tidak mengundang Sinta untuk menyaksikan pernikahannya? Namun mengapa wanita itu datang. Apa mungkin, Damar yang mengundangnya? Atau jangan-jangan, kedatangan wanita itu hanya bertujuan untuk menggagalkan pernikahannya dengan Damar. Chayra terlalu sibuk bermonolog di dalam hati hingga ia tidak menyadari perubahan raut wajah calon imamnya yang kini terlihat sangat pias. Hei, ada apa denganmu Damar?
"Untuk apa kamu datang, Sin? Bukankah kami tidak mengundangmu?" Damar melontarkan tanya dengan meninggikan intonasi suara untuk menyembunyikan rasa takut yang mendominasi. Damar sungguh takut jika pernikahannya dengan Chayra akan gagal. Bukan hanya itu saja. Namun ia juga teramat takut jika Sinta mengungkap suatu rahasia besar yang selama ini tertutup rapat.
Sinta tersenyum miring kemudian kembali bersuara. "Damar, Damar, kau lupa atau pura-pura lupa? Saat ini, statusmu masih suamiku. Ya, meski kita hanya menikah siri, tapi tetap saja 'kan hubungan kita sah secara agama? Ingat Damar, di dalam rahimku ini ada darah dagingmu."
Chayra yang terlanjur meyakini bahwa Damar seorang pria yang setia tak lantas percaya dengan ucapan Sinta. Ia pun meminta Sinta untuk membuktikan ucapannya itu.
Sinta tertawa dan mengambil benda pipih dari dalam tas selempangnya. Kemudian ia memperlihatkan rekaman vidio yang diambil ketika Damar mengucapkan kalimah kabul dengan fasih.
Chayra masih enggan percaya. Ia teramat hafal sifat Sinta yang sangat licik. Bisa saja 'kan vidio itu hanya akal-akalan Sinta? Sebab bukan hanya sekali atau dua kali Sinta berusaha untuk memisahkannya dengan Damar.
"Bagaimana, Ra? Rekaman vidio ini cukup untuk membuktikan bahwa aku dan Damar sudah menikah 'kan?"
Chayra menggeleng dan berucap dengan tegas. "Sayang sekali, rekaman vidio yang kamu tunjukkan itu tidak bisa membuatku percaya begitu saja. Aku sudah hafal sifatmu yang teramat licik. Dari SMA hingga kini, kamu nggak berubah sama sekali. Seharusnya kamu bisa mengikhlaskan Damar, Sin. Cinta nggak bisa dipaksakan. Kamu harus sadar itu!"
Sinta kembali tertawa. Ia melipat kedua tangan di depan dada dan menyorot Chayra dengan tatapan tajam. "Apa katamu? Mengikhlaskan Damar? Seharusnya yang mengikhlaskan Damar itu bukan aku, tapi kamu. Di antara kami ada ikatan kuat yang tak mudah terlepas. Ikrar suci dan buah cinta kami yang bersemayam di dalam rahimku. Baiklah jika kamu masih nggak percaya, lihatlah rekaman vidio ini!"
Sinta memutar rekaman vidio yang memperlihatkan betapa perhatiannya Damar kepadanya ketika mereka berkonsultasi dengan seorang dokter obgyn. Sesekali Damar terlihat mengusap dan mencium perut Sinta yang sudah terlihat sedikit buncit.
Netra Chayra memanas. Segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya bagai dihujam ribuan anak panah yang tak kasat mata hingga terasa sangat sakit. Rasa sakit yang ia rasakan tak mampu terlukiskan oleh rangkaian kata-kata. Chayra sungguh tidak menyangka, Damar tega mengkhianati kepercayaan dan cintanya.
Damar meluruhkan tubuh lalu bersimpuh di hadapan Chayra. Dengan penuh penyesalan, ia meminta pengampunan dari wanita yang sangat diinginkannya itu.
"Ra, aku mohon—maafkan aku! Aku sungguh tidak ingin kehilanganmu. Aku khilaf, Ra. Sungguh, aku tidak bermaksud mengkhianati cinta kita. Apapun hukuman yang akan kamu berikan, aku ikhlas menerima. Asalkan kita tetap menikah. Aku janji Ra, aku akan menjadi suami yang adil kepada kalian. Kamu dan Sinta." Mudah sekali Damar mengucap kata-kata itu tanpa memikirkan bagaimana perasaan Chayra. Berlaku adil? Omong kosong!!
Chayra membuang nafas kasar, ia berusaha terlihat tegar meski hatinya remuk redam.
"Damar, aku bukanlah wanita yang bisa berbagi cinta apalagi berbagi suami. Mulai detik ini, aku akan mengakhiri kisah tentang kita. Aku akan menghapus namamu yang terlanjur tertoreh di dalam kalbu. Aku tidak akan lagi menyebut namamu di setiap untaian doaku --."
"Aku mohon Ra, beri aku kesempatan. Jika kamu tidak ingin berbagi cinta dan berbagi suami, aku akan menalak Sinta," pintanya masih dengan posisi yang sama.
Sinta murka. Ia merasa tidak terima dengan ucapan Damar yang terkesan egois.
"Jika kamu benar-benar menalak-ku, maka aku akan membunuhmu, setelah itu--aku akan bunuh diri. Ingat Damar, hanya aku yang mencintaimu dengan tulus. Hanya aku yang bersedia menyerahkan kesucian demi memiliki hati dan ragamu. Kamu pernah berjanji, akan meninggalkan Chayra setelah anak kita lahir –“
Tangan Chayra mengepal. Api amarah di dalam dadanya semakin berkobar. Ia marah bukan hanya kepada Sinta dan Damar. Tetapi ia juga marah terhadap dirinya sendiri yang terlalu percaya pada biawak berwujud manusia, Damar Setiaji.
Chayra meminta maaf kepada kedua orang tua Damar sebab tidak bisa melanjutkan pernikahannya dengan putra mereka.
Ayah dan ibunda Damar merasa sangat malu. Lisan keduanya terasa kelu untuk berucap. Mereka meminta maaf kepada Chayra dan keluarga sebelum berlalu pergi dengan membawa perasaan yang hancur.
"Pergilah, Dam! Aku sungguh tidak ingin melihat wajahmu lagi!" titah Chayra tanpa menatap wajah pria yang meremukkan hatinya.
"Tapi Ra --"
"Pergi sekarang atau aku akan menyuruh Om Jo untuk menyeretmu!"
Damar menghela nafas berat dan berucap lirih. "Baiklah jika itu maumu. Asal kamu tau, aku masih mencintaimu. Aku masih menginginkanmu. Aku sungguh tidak sengaja menanam benih di rahim Sinta."
Damar beranjak dari posisinya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu utama dan meninggalkan tempat itu. Tempat yang seharusnya menjadi saksi ikrar suci yang akan dilisankannya untuk mengikat Chayra.
🌹🌹🌹
Bersambung ....
Happy reading 😘😘😘
Damar beranjak dari posisinya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu utama dan meninggalkan tempat itu. Tempat yang seharusnya menjadi saksi ikrar suci yang akan dilisankannya untuk mengikat Chayra.
Hening, tatapan iba tertuju pada Chayra. Ingin rasanya Alif merengkuh tubuh Chayra dan membawanya ke dalam dekapan. Namun ia sungguh tak kuasa karena Chayra bukan mahramnya.
Suara deheman bapak penghulu memecah keheningan yang sempat tercipta. "Maaf, karena akad nikahnya tidak jadi, saya mohon diri. Masih ada dua pasangan calon pengantin lagi yang akan saya nikahkan pada hari ini," tutur bapak penghulu yang langsung mendapat sahutan dari Kirana, oma yang sangat menyayangi Chayra sekaligus ibu angkat Alif.
"Saya minta, jangan pergi dulu Ustadz Husein! Akad nikahnya tetap akan dilaksanakan --"
Ucapan Kirana mengalihkan atensi seisi ruang.
"Apa, maksud anda Bunda Kiran? Bukankah calon mempelai pria sudah pergi karena calon mempelai wanita membatalkan pernikahan mereka?" Husein melontarkan tanya diikuti tautan kedua pangkal alis.
Kirana menanggapi pertanyaan Husein dengan seutas senyum. Lalu ia gulirkan pandangan netranya ke arah Alif dan Chayra secara bergantian.
"Calon mempelai prianya masih ada di sini, Ustadz. Dia ... Muhammad Alif Firdaus. Putra angkat saya." Ucapan Kirana sukses membuat semua orang terkesiap terutama Alif dan Chayra.
"Alif, Bunda mohon nikahilah Chayra. Bunda yakin, kamu adalah sosok imam terbaik yang dikirim Illahi untuk Chayra, cucu bunda."
Alif bergeming. Ia dilema. Seharusnya ia merasa teramat bersyukur dan sangat bahagia sebab impiannya untuk mempersunting gadis pujaan hatinya akan tercapai. Namun apa yang terjadi padanya? Mengapa Alif terlihat begitu resah dan gelisah? Apa mungkin, ada sesuatu yang ia rahasiakan?
Muhammad Alif Firdaus, sebenarnya ada apa denganmu?
"Alif." Suara Kirana memecah kaca lamun.
Alif menghela nafas berat lantas membuka suara. "Bunda, dengan mengucap 'Bismillah' saya bersedia menikahi Dek Chayra," ucapnya sedikit ragu.
"Alhamdulillah." Kirana tersenyum lega. Ia sangat yakin bahwa Alif adalah imam pengganti yang tepat untuk cucunya, Ayunda Chayra Putri.
"Chayra sayang, kamu bersedia 'kan menikah dengan Mas Alif? Oma yakin, Mas Alif ... seorang calon imam yang lebih baik bila dibandingkan dengan Damar."
Chayra yang sedari tadi menunduk, menyembunyikan manik mata yang terbingkai embun ... perlahan menengadahkan wajah. Dengan sisa-sisa ketegaran, ia mengacuhkan ucapan omanya. "Iya Oma, Chayra bersedia menikah dengan Mas Alif,'' ucapnya dengan nada suara yang terdengar bergetar. Ia menyetujui keinginan sang oma untuk menyelamatkan nama baik keluarga besarnya. Opa dan omanya sudah terlanjur mempersiapkan acara resepsi yang sangat mewah dan mengundang para pejabat serta para pengusaha yang menjadi rekan bisnis mereka. Bukan hanya resepsi mewah, opa dan oma Chayra juga sudah menyewa kamar hotel dengan nuansa yang sangat romantis untuk berbulan madu.
Di dalam benak, Chayra melangitkan pinta, semoga Alif benar-benar merupakan calon imam yang terbaik. Ia berusaha ikhlas menerima takdir cinta yang telah digoreskan Illahi. Apapun yang menjadi kehendak-Nya adalah yang terbaik.
Alif menghela nafas panjang lalu mengucap kalimah kabul. "Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."
Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah.
Alhamdulillah SAH.
Lolos sudah titik-titik air yang sedari tadi menganak di kelopak mata. Chayra menangis tanpa suara ketika para saksi mengucap kata ‘SAH’. Segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya berdenyut nyeri.
Alif mengusap wajah Chayra yang telah basah dengan jemari tangan. Ia sangat memahami perasaan wanita yang baru saja dihalalkannya. Sama seperti Chayra, segumpal daging yang bersemayam di dalam dadanya pun berdenyut nyeri. Ia tau, bahkan sangat tau--dari dahulu cinta Chayra bukan untuk dirinya melainkan untuk Damar Setiaji.
Alif merasa semakin tidak pantas menjadi imam untuk Chayra, sebab keadaannya saat ini. Dia bukan Alif yang dulu, meski cintanya masih tetap utuh untuk Ayunda Chayra Putri. Namun demi janji yang telah terikrar, Alif akan berusaha memantaskan diri dan memperjuangkan Chayra meski kelak badai ujian menghampiri.
Alif menerbitkan senyum untuk menutupi rasa yang berkecamuk di dalam dada. “Ra, mas Alif mohon, jangan menangis lagi! Nanti jiblabmu bisa basah,” candanya dengan menirukan ucapan Chayra yang selalu salah mengucap kata ‘jilbab’. Bukan ‘jilbab’ tetapi ‘jiblab’.
Candaan Alif sukses menarik kedua sudut bibir Chayra, hingga terbitlah seutas senyum mengganti rupa yang terbingkai sendu.
“Nah, kalau tersenyum seperti ini ‘kan cantik –“ ujarnya menggoda.
Dengan tangan gemetar, Alif memegang pucuk kepala Chayra dan melantunkan doa, "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih.”
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Usai melantunkan doa, Alif melabuhkan kecupan di kening Chayra untuk pertama kalinya. Bunga-bunga cinta yang tumbuh di taman hati kini bermekaran, meski bayangan seseorang sempat melintas di pelupuk mata, seolah mencegahnya untuk menyentuh Chayra.
Kecupan pertama yang dilabuhkan oleh Alif, menciptakan sensasi rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuh. Chayra sekejap memejamkan netra, menyelami rasa yang entah. Ia sungguh tidak pernah mengira, lelaki yang dari dahulu dianggapnya sebagai seorang sahabat sekaligus abang, kini telah sah menjadi imamnya.
Chayra mencium punggung tangan Alif sebelum keduanya menyematkan cincin pernikahan ke jari manis.
Raina menyeka sudut netranya yang basah. Raut wajah yang semula sendu, kini terbingkai binar bahagia. Ia teramat bersyukur memiliki seorang ibu mertua yang teramat bijak. Disaat putrinya harus menelan kenyataan pahit karena gagal menikah dengan Damar, sang ibu mertua ternyata telah mempersiapkan seorang imam pengganti untuk Chayra. Dia ... Muhammad Alif Firdaus, pemuda berparas rupawan lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo.
Dengan takzim, Chayra mencium punggung tangan kedua orang tuanya seraya memohon doa restu. Mereka berpeluk diiringi isak tangis.
Alif tak mampu menahan bendungan air mata yang kini tertumpah ketika mencium punggung tangan kedua orang tua angkatnya, Abimana dan Kirana. Ia merasa teramat bersalah karena telah menyembunyikan suatu rahasia besar yang kelak 'mungkin' akan menjadi bom waktu dan mengguncang rumah tangganya. Alif berharap, jika kelak tabir telah terbuka, Chayra akan tetap menerimanya sebagai imam. Berjuang bersama menghadapi ujian cinta.
Kirana mengusap rikma Alif dengan penuh kasih sayang. Meski Alif hanyalah seorang anak angkat, Kirana dan Abimana teramat menyayanginya. Bahkan keduanya sudah menganggap Alif sebagai putra kandung mereka sendiri.
"Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoirin. Semoga Allah memberkahimu dalam segala hal yang baik dan mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan," doa tulus Abimana yang terlisan untuk kedua mempelai, Ayunda Chayra Putri dan Muhammad Alif Firdaus.
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Mohon maaf jika bertebaran typo 😊🙏
Happy reading 😘😘😘
Lima tahun yang silam. Tepatnya, sebelum Alif berangkat ke Kairo untuk melanjutkan study.
Suara deburan ombak berpadu dengan hembusan sang bayu mengiringi langkah sepasang anak muda yang tengah menjejakkan kaki di atas hamparan pasir pantai. Mereka Alif dan Chayra. Keduanya menikmati kebersamaan sebelum esok pagi berpisah.
Karena kecerdasannya, Alif berhasil mendapat beasiswa--kuliah di Kairo, tepatnya di Universitas Al-Azhar. Oleh karena itu, esok pagi ia akan terbang ke Mesir. Negara yang terkenal dengan bangunan Piramida-nya.
Meski serasa berat berpisah dengan Chayra, Alif harus menguatkan hati. Sebab hanya dengan cara inilah, ia yakin ... impian untuk menjadi seorang pria yang sukses, mapan, dan pantas bersanding dengan Chayra akan terwujud.
Di dalam benak, Alif melangitkan pinta ... semoga ia dan Chayra kelak berjodoh, meski Alif sangat tau bahwa gadis yang dicintainya itu telah jatuh hati pada pemuda lain.
Bukankah sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan untuk menikung? Ya, Alif ingin menikung dengan cara merayu pada Sang Maha Cinta.
Sungguh, Alif tidak rela jika kelak Chayra dipersunting oleh pria lain. Namun jika goresan takdir cinta memang tidak berpihak padanya, suka tidak suka, ikhlas tidak ikhlas, ia harus bersiap merelakan gadis pujaan hatinya itu berbahagia dengan jodoh yang terbaik pilihan Illahi.
"Bang, jika Abang sudah berada di Kairo ... sering-seringlah berkirim kabar! Jaga kesehatan Abang. Jangan telat makan, karena di sana nggak ada dokter spesialis yang bisa menyembuhkan penyakit asam lambung Abang!" ujar Chayra tanpa menatap lawan bicara. Ia gulirkan pandangannya ke laut lepas sebab tidak ingin ... Alif melihat titik-titik embun yang sudah bergelayut manja di kelopak matanya. Jika boleh jujur, Chayra pun sama dengan Alif. Ia merasa berat melepas kepergian Alif ke Kairo. Ia terbiasa menjalani hari-hari bersama Alif, seorang pemuda berparas tampan dan berakhlak mulia yang sudah dianggapnya sebagai sahabat sekaligus abang.
Alif menghentikan langkah dan menggamit lengan Chayra. Seketika, Chayra pun turut menghentikan langkah. Ia menundukkan wajah saat alif menatap manik matanya dengan intens.
"Ra, abang janji akan sering berkirim kabar. Abang juga berjanji akan menjaga kesehatan dan berusaha untuk tidak telat makan karena dokter yang selalu menyembuhkan penyakit asam lambung abang ... tidak ikut serta ke Kairo. Dan ... dokter itu, kamu Ra."
Alif menghela nafas panjang dan mengusap jilbab Chayra dengan sayang. Lantas ia kembali melanjutkan ucapannya yang sejenak terjeda. "Ra, jaga diri baik-baik ya Dek! Jika kamu kuliah di UGM, jangan satu fakultas dengan Sinta! Abang tidak ingin, ia kembali membuat ulah hanya karena cintanya ditolak oleh Damar. Sinta beranggapan, Damar menolaknya karena kamu –“
Chayra menerbitkan seutas senyum. Ia beranikan diri untuk menatap wajah Alif meski titik-titik embun masih setia bergelayut manja di kelopak mata.
Membicarakan tentang Damar, degup jantung Chayra berdenyut merdu. Ia tidak memungkiri, bahwa pesona seorang Damar mampu membuatnya jatuh hati. Lantas bagaimana dengan Damar? Sudah sejak lama pemuda itu mendekati Chayra dan mengungkapkan perasaan cintanya. Damar berjanji, setelah lulus kuliah ... ia akan segera mengkhitbah Chayra dan menjadikannya sebagai calon istri. Sinta murka saat mengetahui bahwa Damar dan Chayra saling mencintai. Sejak saat itulah, Sinta selalu berulah. Ia ingin mendapatkan hati Damar dengan berbagai macam cara, termasuk mengancam Chayra agar menjauh dari pemuda berparas rupawan itu.
"Chayra nggak akan satu fakultas dengan Sinta, Bang. Lagi pula, Damar menolak Sinta bukan karena Chayra. Tapi karena Damar ingin melanjutkan study hingga meraih gelar sarjana sebelum dia benar-benar serius menjalin hubungan dengan seorang gadis." Chayra berkilah agar Alif tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Syukurlah jika benar demikian, abang bisa pergi dengan perasaan lega, Dek."
Hening ....
Pandangan netra keduanya tertuju pada langit yang terlukis warna jingga. Nampak maha karya Sang Pencipta yang teramat indah. Lembayung Senja.
"Ra, abang mempunyai satu permintaan," ucap Alif seraya memecah keheningan.
"Memangnya, apa permintaan Abang?" Chayra merotasikan kepala dan memindahi pandangannya.
"Mulai detik ini, panggil bang Alif .... 'Mas'!" Bibir Alif melengkung. Ia membawa tubuhnya untuk berhadapan dengan Chayra.
Alih-alih meng-iyakan permintaan Alif, Chayra malah tergelak. Baginya, panggilan 'Mas' untuk Alif terdengar sangat aneh dan menggelikan. Tapi it's okay. Chayra akan mencobanya, memanggil Alif dengan sebutan 'Mas'.
"Mas –“ ucap Chayra ragu.
"Lagi, Ra!" pinta Alif. Netranya berbinar dan degup jantungnya terdengar bertalu-talu kala Chayra bersedia memanggilnya 'Mas'.
"Mas Alif. Mas Alif jelek. Wekkkk!" Chayra menjulurkan lidahnya lalu ia hujani tubuh Alif dengan pasir pantai.
Chayra berlari kencang sebelum Alif mengejar dan membalas kejahilannya.
"Ra, tunggu!" Alif berteriak dan berlari mengejar Chayra.
Sepasang anak Adam itu saling berkejaran di atas hamparan pasir pantai dan tertawa lepas, merangkai kenangan terindah sebelum terpisahkan oleh jarak dan waktu ....
🌹🌹🌹🌹
Bersambung ....
Alhamdulillah, sesuai yang telah author janjikan, author merilis kisah Chayra dan Alif di awal bulan Ramadhan. Mohon maaf jika di lapak Khanza, author mengumumkan kisah mereka akan rilis pada tanggal 11 April 2022 karena author tengah mengikuti event menulis.
Atas masukan dari suami, akhirnya author memutuskan untuk merilis kisah Chayra dan Alif di awal bulan Ramadhan sekaligus tetap mengikuti event menulis (semampunya).
Mohon doanya ya kakak-kakak ter love, semoga author diberi kesehatan dan kesempatan serta kemudahan untuk tetap berkarya.
Dukung dan semangati author dengan selalu meninggalkan jejak like 👍
Beri komentar
Tabok ❤ untuk favoritkan karya
Tabok juga ⭐⭐⭐⭐⭐
Beri gift atau vote seikhlasnya
Trimakasih dan banyak cinta 💞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!