Rania Syahnaya adalah seorang gadis berparas cantik yang berusia 23 tahun yang baru menamatkan pendidikan S2 di negara Amerika dengan gelar MBA. Gadis bercadar ini memiliki otak yang sangat jenius. Ia bisa mengusai tujuh bahasa dari beberapa negara. Ia juga pernah menempuh S1 pendidikan sastra Arab dan Inggris di Madinah.
Rania yang merupakan seorang gadis yatim piatu. Ayahnya meninggal setelah setahun menikah dengan seorang wanita yang merupakan sekertaris ayahnya. Kedekatan ibu sambungnya Tania tidak terlalu akrab. Kini ia yang masih memiliki seorang ibu sambung bernama Citra, yang saat ini menikah lagi dengan seorang pria yang bernama Rambu.
Rania juga memiliki adik kembar dari ibu sambungnya bernama Daffa dan Daffin. Kedua adik kembarnya merupakan anak dari ayah kandungnya. Setelah dua tahun usia adik kembarnya, nyonya citra menikah lagi dengan Rambu yang merupakan asistennya.
Singkat cerita, Rania ingin kembali lagi ke negaranya karena ingin meneruskan perusahaan ayahnya yang diwariskan untuknya di Bandung.
Sebulan pertama berada di Bandung, ada gangguan kecil terhadapnya dari sang ayah tiri. Karena gelagat ayah tiri yang tidak bisa membuat Rania nyaman di rumahnya sendiri, membuat gadis ini lebih ekstra hati-hati.
Ia selalu mengunci pintu kamarnya jika tidur. Tiba suatu malam, di mana kedua orangtua sambungnya itu pamit untuk berlibur ke puncak.
Rania yang merasa sangat lega karena hidupnya lebih bebas saat ini. Namun sayang, pikirannya keliru. Rambu yang sangat penasaran dengan wajah Rania, mendatangi gadis itu ketika gadis itu sedang terlelap dari tidurnya tanpa mengunci pintu kamarnya, karena terlalu percaya diri jika dia sangat aman saat ini, tanpa ayah tirinya yang selalu menatap dirinya dengan tatapan mesum.
Rania tersentak ketika merasa ada yang membuka pintu kamarnya. Ia lantas menyalakan lampu kamarnya begitu melihat sekelebat bayangan seseorang yang memasuki kamarnya.
"Siapa?"
Tanya Tania langsung meraih hijabnya tanpa memakai cadar.
"Hallo cantik!"
Akhirnya aku bisa menatap wajahmu secara jelas dan ternyata kamu benar-benar sangat cantik." Ucap Rambu sambil tersenyum menyeringai seperti iblis.
"Keluar!" Jika tidak aku akan berteriak.
"Silahkan!"
Semua pelayan sudah aku suruh mereka berlibur hari ini." Ucap Rambu.
Rania makin panik karena apa yang dia takutkan selama satu bulan ini akhirnya terjadi juga.
Rania meraih pisau buah yang ada di nakas lalu mengarahkan ke arah ayah tirinya.
"Jangan coba-coba mendekatiku, jika tidak kamu atau aku yang mati malam ini!" Ucap Rania dengan tubuh yang sudah gemetar.
"Apa yang bisa kamu lakukan dengan pisau itu, sayang?" Bukankah kamu tidak bisa menggunakannya kecuali mengupas buah?" Rambu makin mendekati tubuh Rania hingga akhirnya ia dengan mudah merebut pisau itu dari tangan Rania.
Dalam sekejap, jilbab Rania di tarik oleh rambu dan membuangnya ke lantai. Kini rambut panjang Rania tergerai indah dengan baju tidur yang sedikit memperlihatkan tonjolan dadanya.
Rambu yang sudah dikuasai oleh syahwatnya kepada putri tirinya itu, dengan cepat mengoyak baju tidur Rania.
"Lepaskan!"
Rania berusaha melawan Rambu yang sudah menghimpit tubuhnya.
Tanpa di duga Nyonya Citra menusuk punggung suaminya dan seketika Rania mendorong tubuh Rambu dari tubuhnya.
"Mami... hiks... hiks!"
Rania memeluk ibu sambungnya tersebut. Tapi naas bagi Citra suaminya masih bisa bertahan dan bangkit kembali untuk menyerang istrinya.
"Lari Rania, bawa adik kembarmu dan tinggalkan rumah ini. Lari sayang!" Ambil tas mami yang ada di ruang keluarga!" Titah Nyonya Citra.
Tanpa menunggu lagi Rania keluar dari kamarnya dan membawa kedua adik kembarnya. Ia mengambil tas maminya dan langsung kabur membawa mobil ibu sambungnya yang masih terparkir dengan kunci mobil yang masih tergantung dengan pintu mobil yang masih terbuka.
Mungkin nyonya Citra terburu-buru ingin menangkap basah suaminya yang sudah ia curigai ingin melakukan perbuatan yang tidak senonoh pada putri sambungnya tersebut.
Sepasang suami istri itu, sedang bergulat sambil mempertahankan nyawa mereka masing-masing.
"Bajingan kamu Rambu!"
Beruntung aku datang tepat waktu sehingga bisa menyelamatkan putriku dari iblis sepertimu." Ucap Nyonya Citra yang sudah mengunci pintu kamar Rania agar suaminya tidak berusaha mengejar Rania.
"Aku bosan padamu karena usiamu yang sudah cukup tua untuk aku gauli. Aku menginginkan Rania putri sambungmu itu yang ternyata memang sangat cantik." Ujar Rambu yang masih saja mempunyai pikiran mesum pada Rania.
"Bajingan sepertimu pantas mati Rambu!" Nyonya Citra meraih gunting yang ada di meja rias lalu menancapkan gunting itu diperut suaminya.
"Akhhh!" Teriak Rambu sambil memegang perutnya yang sudah mengeluarkan darah segar.
Setelah melihat suaminya terkapar dengan bersimbah darah, Nyonya Citra jatuh terduduk sambil menangis. Lelaki yang baru ia nikahi dua bulan ini ternyata hanya memanfaatkan dirinya karena ingin menikmati harta suaminya, ayah kandung dari Rania.
Setelah membunuh suaminya, nyonya citra menghubungi polisi dan mengakui kesalahannya.
"Selamat malam pak polisi!"
Saya telah membunuh suami saya dan beliau meninggal saat ini." Ujar Nyonya Citra.
Polisi itupun menanyakan identitas dan alamat Nyonya Citra untuk menindak lanjuti laporan dari ibu sambungnya Rania.
Tidak lama, mobil polisi sudah berada di halaman rumahnya dan menahan nyonya Citra. Tubuh Tuan Rambu dibawah ke rumah sakit polri untuk dilakukan visum.
Rania yang sangat bingung saat itu membawa kedua adiknya mendatangi sebuah hotel. Koper ibunya dan juga pakaian milik adik kembarnya masih ada di bagasi mobilnya. Dengan pakaian ibu sambungnya, Rania bisa menggantikan bajunya yang sempat terkoyak karena perlakuan ayah tirinya Rambu.
Rania menatap wajah kedua adik kembarnya. Ia tidak bisa berpikir saat ini karena masih sangat syok. Ia lalu membuka tas ibunya yang masih ada dompet dan ponsel milik nyonya Citra.
Di dalam dompet itu ada black card milik ayahnya. Rania bernapas lega karena ia tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana membesarkan adik kembarnya tersebut.
Tapi saat ini, ia tidak memiliki identitas pribadi. Ia hanya memiliki identitas milik ibu sambungnya.
"Ya Allah, bagaimana caraku untuk meneruskan hidupku, jika tidak memiliki dokumen apapun untuk bisa mencari pekerjaan.
"Apa yang harus aku lakukan?" Rania bermonolog.
Lama ia termenung memikirkan nasibnya dengan adik kembarnya.
"Apakah aku harus menggunakan identitas milik mami untuk melakukan penyamaran agar orang tidak mengenaliku?" Tanya Rania.
Rania tersenyum lalu menatap kedua wajah adik kembarnya.
"Sayang!" Doakan kakak agar bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi sebelumnya, kita perlu mencari tempat tinggal terlebih dahulu.
Dan mulai sekarang kalian adalah anak-anakku dan aku adalah ibu kandung kalian." Jangan takut, mama akan berjuang untuk membesarkan kalian tanpa bantuan siapapun." Ujar Rania di hadapan adik kembarnya yang saat ini sedang tidur satu kasur dengannya.
Rania yang masih begitu lelah setelah melewati peristiwa yang mengerihkan di kediaman orangtuanya, akhirnya ikut memejamkan matanya. Ia ingin melupakan semua yang terjadi malam ini dan menanti hari esok.
Karena tidak merasa akan tinggal di Bandung, Rania akhirnya hijrah ke Jakarta. Ia menjual mobilnya untuk menyewa apartemen di Jakarta.
Apartemen yang disewanya cukup luas untuk ditempati dirinya dan adik kembarnya. Rania mulai menata barang bawaannya pada apartemen yang sudah siap dihuni karena perabot didalamnya sudah lengkap.
Permasalahannya saat ini adalah dia harus mencari seorang asisten rumah tangga yang bisa membantunya untuk menjaga adik kembarnya.
Setelah mendapatkan asisten rumah tangga di salah satu agen penyalur ART, Rania akhirnya bisa memikirkan langkah selanjutnya.
Walaupun ia memiliki black card milik mendiang ayahnya, itu tidak membuat dirinya terlihat manja dan berleha-leha di apartemen miliknya.
Kesulitan yang dihadapinya saat ini adalah ia memiliki skill namun tidak bisa melamar pekerjaan di manapun karena ia tidak membawa ijasahnya.
Rasa bingung itu membuatnya merasa sangat lapar. Rania mampir di sebuah restoran mewah. Ia pun mencari tempat duduk yang sedikit menjauh dari keramaian pengunjung restoran lainnya.
Seorang nyonya yang sangat cantik duduk diseberang mejanya. Nyonya itu kelihatan sedang menggerutu dengan seseorang di dalam telepon.
"Apa?" Bagaimana mungkin aku harus menerima tamu yang dari Rusia tanpa di dampingi seorang penerjemah?" Tanya Nyonya itu pada seseorang yang ada di seberang telepon.
"Jika penerjemah itu tidak datang, maka pertemuan untuk kerjasama dengan perusahaan kita akan dibatalkan oleh mereka dan itu sangat merugikan perusahaanku." Ucap Nyonya itu sambil mendengus kesal.
Nyonya itu akhirnya mengakhiri teleponnya sambil berpikir keras untuk mencari solusi.
"Maaf Nyonya Malika!" Tamu yang anda tunggu sudah datang." Ucap salah satu staffnya.
Mendengar perkataan Nyonya Malika yang saat ini sedang panik mencari seorang penerjemah, Rania, akhirnya memberanikan diri untuk menggantikan posisi penerjemah yang tidak bisa datang karena sakit.
"Permisi Nyonya!" Sapa Rania santun.
"Iya, ada apa mbak?" Tanya Nyonya Malika dengan wajah yang kurang bersahabat.
"Sayang tadi tidak sengaja mendengar pembicaraan anda yang saat ini sedang membutuhkan seorang penerjemah." Ujar Rania.
"Lantas apa yang inginkan?" Tanya Nyonya Malika yang bingung dengan ucapan gadis bercadar yang ada dihadapannya saat ini.
"Saya mengusai tujuh bahasa dan salah satunya adalah bahasa Rusia." Ucap Rania.
Seketika, Nyonya Malika menyunggingkan senyumnya menatap wajah Rania, lalu ia langsung menggenggam tangan Rania dengan erat.
"Alhamdulillah, terimakasih sayang!" Tolong bantu aku!" Ucap Nyonya Malika dengan sedikit merendahkan dirinya agar Rania mau membantunya.
"Siapa namamu nak?" Tanya Nyonya Malika.
Karena saat ini, Rania sedang menyamar sebagai nyonya Citra ia pun mengaku bahwa dirinya bernama Citra.
"Citra nyonya." Jawab Rania berbohong.
"Baiklah Citra, tolong bantu aku menjadi penerjemah!" Pinta Nyonya Malika.
Tidak lama kemudian, Rania dan Nyonya Malika menyambut tamu penting yang dari Rusia itu.
Setiap ucapan nyonya malika pada tamunya di terjemahkan oleh Rania.
Tanpa rasa canggung ataupun malu, Rania yang sangat fasih berbahasa Rusia itu membuat nyonya Malika sangat takjub, bahkan gadis ini mendapatkan pujian dari tamunya nyonya Malika yang merasa Malika adalah orang Rusia. Usai membicarakan urusan bisnis mereka, Tuan Dimitri menanyakan perihal kehidupan Rania kepada Nyonya Malika.
"Maaf Nyonya Malika!" Apakah nona Citra sudah lama bekerja dengan anda?" Tanya Tuan Dimitri.
Mendengar pertanyaan tuan Dimitri, Rania menjadi sulit menjawabnya. Melihat Rania hanya diam akhirnya nyonya Malika menanyakan pertanyaan apa dari tuan Dimitri yang disampaikan kepadanya
"Nona Citra, apa yang Tuan Dimitri tanyakan?" Tanya Nyonya Malika.
Rania mengulangi lagi pertanyaan Tuan Dimitri yang ditujukan kepadanya. Nyonya Malika seakan berpikir sesuatu atas pertanyaan itu.
"Katakan kepadanya, bahwa kamu adalah asisten pribadiku," ucap Nyonya Malika membuat gadis ini tercengang mendengarnya.
"Maaf Nyonya, apakah aku harus membohonginya dengan perkataan anda barusan?" Tanya Rania untuk memastikan pernyataan Nyonya Malika.
"Itu bukan kebohongan Rania, mulai saat ini aku akan mengangkatmu menjadi asisten pribadiku." Ujar Nyonya Malika secara tegas.
Usai membahas banyak hal dengan nyonya Malika dan Rania, Tuan Dimitri akhirnya menandatangani perjanjian kontrak kerja sama, ia pun pamit dan segera kembali ke negaranya dengan menggunakan pesawat jet milik pribadi.
"Nyonya Malika, saya sangat menikmati makan siang di sini. Dan berkat nona Citra, saya bisa mengerti proposal yang anda sampaikan kepada saya, semoga ke depannya, kerja sama kita membuat kedua perusahaan kita dapat menembus pasar modal dunia." Ucap Tuan Dimitri pada nyonya Malika.
"Terimakasih Tuan Dimitri, semoga anda selamat sampai tujuan." Ucap Nyonya Malika seraya berjabatan tangan dengan Tuan Dimitri.
"Saya tunggu kedatangan kalian berdua ke negara saya." Ucap Tuan Dimitri yang langsung di terjemahkan oleh Rania.
Nyonya Malika mengantarkan tamunya sampai ke mobil perusahaan miliknya yang dikendarai oleh sopir pribadinya yang sempat menjemput Tuan Dimitri ke bandara.
"Nona Citra, apakah saat ini anda membawa mobil sendiri?" Tanya Nyonya Malika yang melihat penampilan Rania yang sangat elegan dengan tas branded yang dipakai gadis ini.
"Maaf Nyonya saya sudah menjual kendaraan saya." Ucap Rania.
"Baiklah aku ingin besok kamu temui aku ke perusahaan milikku dan mulai besok kamu bekerja denganku." Ucap Nyonya Malika lalu memberikan kartu namanya pada Rania.
"Tapi, nyonya saya tidak memegang ijasah saya sudah iki karena saya kabur dari rumah bersama anak kembar saya." Ujar Rania.
"Apakah kamu sudah menikah Rania?" Tanya Nyonya Malika.
"Saya sudah bercerai dan saya tidak ingin tinggal di rumah suami saya," Ucap Rania berbohong.
"Berarti kamu orang baru di sini?" Tanya Nyonya Malika.
"Saya baru menyewa apartemen dengan menjual mobil saya nyonya dan saat ini saya butuh pekerjaan tapi bingung mencari pekerjaan tanpa Ijasah." Ujar Rania jujur pada nyonya Malika.
"Saya tidak butuh ijasahmu. Saya sudah melihat kemmpuanmu tadi ketika menjadi penerjemah. Itu saja modalmu yang sudah membuat saya sangat beruntung bertemu denganmu hari ini. Jika kamu tidak ada maka keuntungan bisnis saya dengan tuan Dimitri akan hangus begitu saja." Ucap Nyonya Malika lalu pamit dari hadapan Rania.
Pekerjaan yang datang padanya secara tak terduga, membuat Rania seakan mendapatkan kembali semangatnya yang sempat membuat dirinya putus asa karena ketiadaan ijasah.
Gadis inipun memesan taksi untuk kembali lagi ke apartemen miliknya menemui adik kembarnya.
Setibanya di apartemen miliknya, Rania langsung menggendong Daffa dan Daffin secara bersamaan.
"Apakah kalian tahu, hari ini mama sudah mendapatkan pekerjaan. Kita akan melanjutkan hidup kita di kota besar ini tanpa takut melarat." Ucap Rania lalu mengecup pipi kedua adiknya.
"Permisi nona, apakah anda ingin makan siang sekarang?" Tanya bibi Lia.
"Tidak usah bibi karena aku sudah makan. Bibi Lia makam saja sendiri." Ucap Rania lalu membawa kedua adik kembarnya ke dalam kamarnya.
Iapun menghubungi nyonya Malika karena belum sempat memberikan nomor ponselnya karena nyonya Malika pergi terburu-buru darinya Tadi.
Rupanya kartu nama yang diberikan oleh Nyonya Malika bukan milik Nyonya Malika tapi milik putranya nyonya Malika yang saat ini sedang berbulan madu ke luar negeri.
"Hallo, assalamualaikum nyonya Malika!" Sapa Rania.
"Ini siapa?" Sapa seorang pria dari seberang telepon.
"Maaf ini saya Citra, boleh saya bicara dengan nyonya Malika?" Tanya Rania pada pria itu.
"Ini bukan nomor mami aku, tolong telepon langsung ke ponselnya." Ujar pria itu lalu mematikan ponselnya secara sepihak.
"What?" bisa nggak sih orang itu sopan sedikit padaku?" Ujar Rania kesal.
Rania lalu melihat lagi kartu nama yang diberikan oleh Nyonya Malika kepadanya.
"Haikal?" Jadi yang mengangkat teleponku tadi putranya nyonya Malika dan ini bukan nomor nyonya Malika melainkan putranya.
"Ya Allah, Bagaimana caraku menghubungi nyonya Malika sedang nomor ponselnya saja aku tidak tahu." Rania menghempaskan lagi tubuhnya di kasur.
Tiba-tiba, Rania ingat sesuatu, ia lalu tersenyum dan berpikir untuk langsung ke perusahaan nyonya Malika.
"Ah, mungkin saja perusahaan putranya sama dengan perusahaan nyonya Malika. Sebaiknya besok pagi aku langsung ke sana." Gumamnya perlahan.
Keesokan harinya, Rania sudah berada di perusahaan milik Tuan Haikal. Dengan rasa percaya diri ia masuk ke lift setelah menanyakan nama Tuan Haikal pada resepsionis perusahaan.
Rania mengetuk pintu ruang kerja Tuan Haikal berkali-kali, namun tidak ada jawaban dari dalam. Ia memberanikan diri masuk ke ruangan itu dan ternyata tuan Haikal sedang menikmati vodka sambil mendengarkan musik dari ponselnya.
"Dasar!" Pantasan saja nggak dengar saya mengetuk pintu, orang ini sedang meneguk air neraka." Ucap Rania.
Gadis itu memberanikan diri menggebrak meja Haikal membuat Haikal terperanjat dari duduknya dan mengernyitkan dahinya menatap wajah cantik Rania yang tertutup cadar.
"Hei, siapa anda, hingga berani menggebrak mejaku? tanya Haikal menatap tajam mata Rania.
"Apakah anda putranya nyonya Malika?" Tanya Rania.
"Ini bukan perusahaan ibuku, tapi ini perusahaan milikku." Ucap Haikal lalu kembali meneguk Vodka yang ada di tangannya.
"Ternyata kamu hanya seorang pemabuk yang menyedihkan. Entah apa masalahmu hingga kamu menyiksa dirimu dengan minuman laknat itu.
Sepertinya kamu merasa hidupmu sendiri telah berakhir, padahal masih banyak orang di luar sana yang lebih menderita dari padamu, di kasih kemewahan tapi tidak pernah merasa bersyukur." Ucap Rania lalu melangkahkan kakinya menuju pintu hendak meninggalkan ruang kerja milik Haikal.
Mendengar ocehan Rania membuat pria tampan itu nampak termangu. Iapun bangkit hendak meraih pergelangan tangan Rania.
Dalam sekejap pinggang Rania sudah berada dalam cengkraman Haikal.
"Siapa kamu berani menasehatiku?" Tanya Haikal dengan satu tangan masih membelenggu pinggang Rania makin kencang.
"Apakah kelakuan seorang lelaki terhormat seperti ini dalam memperlakukan seorang wanita?" Rania menatap tajam wajah Haikal tanpa berusia melepaskan rangkulan tangan Haikal pada pinggangnya.
Haikal melepaskan lingkaran tangannya dari tubuh Rania.
Rania melanjutkan langkahnya dan membuka pintu ruang kerja Haikal.
"Kantor mamiku bukan di sini tapi di kawasan Kuningan, jika kamu mau aku akan mengantarmu ke sana." Ucap Haikal menawarkan diri untuk mengantar Rania ke perusahaan milik ibunya.
"Tidak perlu!" Rania berjalan melenggang menuju lift utama.
"Sialan!" Belum pernah seorang gadis pun memperlakukan aku seperti ini. Berani-beraninya tuh cewek bersikap dingin padaku." Haikal menggerutu sendiri di dalam ruang kerjanya.
Rania kembali menuju resepsionis hendak menanyakan alamat perusahaan nyonya Malika, namun tangannya langsung ditarik oleh Haikal menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan lobby.
"Ikuti aku!" Ujar Haikal tanpa melepaskan genggaman tangannya pada tangan Rania.
"Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa sendiri Tuan!" Bentak Rania tanpa takut sedikitpun pada Haikal.
Haikal membuka pintu mobil dan meminta Rania untuk masuk ke mobilnya.
"Masuk!"
"Tidak mau!" Rania menolak tawaran Haikal.
"Atau kamu mau aku peluk lagi tubuhmu di hadapan orang?" Haikal mengancam Rania.
Rania melangkah pergi tanpa menoleh ke arah Haikal.
"Aku tidak ingin mendengar penolakan nona atau kamu mau aku bersikap kasar padamu, hmm!" Haikal menghentikan langkah kakinya Rania.
Rania berbalik lalu menatap wajah tampan Haikal dengan mendengus nafasnya dengan kesal.
Rania akhirnya masuk ke mobil milik Haikal lalu menghenyakkan tubuhnya di jok mobil.
Tawa Haikal pecah dalam mulutnya. Ia tidak menyangka akan berhadapan dengan lelaki tengil hari ini, yang baru saja menghabiskan satu botol vodka yang dilihatnya di atas meja.
"Orang ini baru saja mabuk-mabukkan, bagaimana mungkin mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk seperti itu." Gumam Rania kesal.
"Apakah anda sedang melamar pekerjaan pada mamiku?" Tanya Haikal ketika mobil itu sedang melaju.
"Anggap saja begitu karena aku sedang membutuhkan pekerjaan dan kebetulan nyonya Malika memberikan tawaran padaku untuk menjadi asisten pribadinya. Itulah sebabnya mengapa aku bersikeras ingin bertransaksi dengan beliau." Ucap Rania tanpa menengok ke arah wajah tampan Haikal.
Setibanya mereka di perusahaan milik nyonya Malika, lagi-lagi Haikal memperlakukan Rania seperti putri raja. Ia membukakan pintu mobil untuk Rania, gadis yang belum ia ketahui namanya.
Keduanya sudah berada di depan pintu ruang kerja nyonya Malika.
Cek.. lek..
Pintu dibuka oleh Haikal. Keduanya masuk ke dalam ruang kerja nyonya Malika.
"Mami, ada yang mencarimu." Ucap Haikal seraya mengecup pipi maminya.
"Astaga!" Citra mengapa kamu sampai bisa bersama dengan putraku?" Tanya Nyonya Malika heran ketika melihat Haikal datang bersama dengan Rania.
"Gadis ini menyangka kalau perusahaanku adalah perusahaan mami." Ucap Haikal.
"Maaf Nyonya Malika, anda memberikan kartu nama putra anda, bukan milik anda, makannya saya mendatangi perusahaan yang tertera di alamat kartu nama ini." Ucap Rania seraya menyerahkan kartu nama yang dipegangnya kepada nyonya Malika.
"Sorry Citra!" kemarin saya terburu-buru, jadi tidak melihat lagi, kartu yang saya berikan kepadamu. Oh iya, apakah kalian sudah berkenalan?" Tanya Nyonya Malika kepada dua orang yang ada di hadapannya saat ini.
"Belum mami" Ucap Haikal sambil melirik Rania yang begitu acuh padanya.
"Citra kenalkan ini putraku Haikal dan Haikal ini nona Citra yang sudah menolong mami kemarin ketika bertemu dengan Tuan Dimitri. Gadis ini menggantikan Lilis yang tidak bertanggung jawab itu. Kami berkenalan secara kebetulan. Saat mami sangat tegang mencari seorang penerjemah bahasa Rusia, gadis ini menawarkan diri untuk menolong mami.
Karena dia sedang membutuhkan pekerjaan, maka mami menawarkan dia untuk menjadi asisten pribadi mami karena Asisten Nurul sedang cuti melahirkan." Ucap Nyonya Malika.
Haikal mengulurkan tangannya ke arah Rania, namun gadis ini hanya mengatupkan kedua tangannya di atas dadanya dengan anggukan kepala.
Haikal lupa jika gadis bercadar ini sedang menjaga jarak dengan lelaki yang bukan muhrimnya.
"Baiklah mami, kalau begitu Haikal balik lagi ke perusahaan."
"Ok sayang, hati-hati di jalan!" Terimakasih sudah mengantarkan asisten pribadi mami ke sini." Ucap Nyonya Malika lalu mengecup pipi putranya.
"Terimakasih Tuan Haikal, hati-hati di jalan!" Ucap Rania santun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!