NovelToon NovelToon

Assalamu'Alaikum Ukhti

Ukhti 1

🎶 Urip sun lagi ketiban lintang.

🎶 Gemerlap cahya sinare terang.

🎶 Dasar nasib sun lagi kaberan.

🎶 Di demeni ning juragan empang.

Sebait nada lagu tarling menggema memenuhi gedung serba guna di sebuah kota kecil. Pesta rakyat yang di tutup dengan acara dangdutan lokal itu terlihat meriah. Berbagai kalangan berbondong bondong berbaur ikut merayakan kemeriahan acara puncak pesta rakyat yang diselenggarakan tahunan tersebut.

Dan diantara para pengunjung tersebut nampak di salah satu pojok gedung tersebut sedang menikmati acara dangdut dengan menenggak botol botol minuman keras.

"Beli tiga botol lagi!" perintah seorang pria kepada rekannya.

Wajah pria itu terlihat sangat memerah. Dan sudah dipastikan dia benar benar dalam pengaruh alkohol tingkat tinggi dari beberapa botol minuman yang sudah dia habiskan bersama teman temannya.

Bagi dia, menikmati acara dangdut dengan menenggak minuman keras adalah hal wajib yang tidak bisa dia pisahkan. Makanya banyak warga yang tidak heran, Karena dimana ada acara dangdutan pasti ada pria itu bersama teman temannnya berpesta miras.

Pria berusia dua pulu lima tahun yang akrab dipanggil Raja itu memang terkenal sebagai pria pemabok dan pria yang selalu membuat masalah yang sering meresahkan warga. Itu semua terjadi saat dia dalam pengaruh minuman keras. Udah banyak masalah yang dia timbulkan karena kebiasaannya itu.

Berbeda saat dia dalam keadan sadar. Raja adalah sosok pria tampan yang terkenal baik dan ramah. Apalagi dia punya usaha sendiri. Meski usaha kecil namun dia bangga dengan usaha budidaya ikan bandeng yang dia kembangkan sejak dia lulus sekolah.

Di kampungnya yang letaknya dekat dengan pesisir pantai, sosok Raja lebih dikenal dengan julukan juragan empang. Julukan itu pantas dia sandang karena dia memang memegang puluhan empang tempat budidaya bandeng dan udang.

Meski Raja dipandang sebagai pria yang sukses di kampungnya, namun dia pria yang kurang sukses dalam masalah percintaan. Wajah diatas rata rata, badan atletis mempesona. Ekonomi sangat mandiri. Meski banyak wanita yang mengejar cintanya namun dia sendiri sangat susah jatuh cinta dan sekalinya jatuh cinta, wanita itu malah membencinya. Meski Raja seorang pemabuk, dia paling anti tidur dengan wanita tanpa ikatan halal.

Dulu dia pernah mengejar satu wanita, namun karena kelakuannya yang keterlaluan, wanita itu menolaknya dan memilih pergi belajar agama di salah satu pondok. Karena penolakan itulah dia tidak pernah menjalin asmara dengan wanita mana pun. Dihatinya cukup ada satu wanita yang selamanya akan dia kejar. Karena dia cenderung kesulitan dalam hal pendekatan kepada wanita yang dia suka, maka dari itu dia saat ini lebih memilih melajang. Dia mempunyai kakak perempuan yang sudah menikah dan adik perempuan yang masih kuliah.

"Mana ini yang beli minuman? Lama amat!" teriak Raja. Dia benar benar sudah dalam keadaan mabuk berat.

"Tunggu, Juragan. Sabar. Lagi di jalan." jawab salah satu rekannya yang juga sudah dalam keadaan yang sama dengan juragannya.

"Baiklah." Raja menyesap rokok yang ada di jarinya. Arah pandangnya yang sudah buyar, menatap lurus ke arah sang biduan yang sedang bergoyang bagai kerasukan setan.

"Cantik dan seksi, tapi sayang, bukan seleraku." gumam Raja sembari tersenyum sinis.

Sementara sang biduan yang merasa sedang di tatap Raja malah salah tingkah kecentilan. Sambil menyuarakan lagu, biduan tersebut terus menatap Raja dengan penuh damba.

"Ini siapa sih yang beli? Lama amat!" hardik Raja sudah tidak sabar.

"Aryo, Gan. Bentar lagi mungkin sampai." jawab salah satu rekannya lagi.

"Bahh! Kelamaan! Awas minggir! Aku mau ke toilet." Bentaknya dan seketika dengan langkah gontai dia berjalan sempoyongan menuju toilet sebuah gedung dimana acara dangdut itu berlangsung.

"Bang Raja! Mau kemana? Aku temenin ya?" ucap salah satu perempuan dengan genitnya menghampiri Raja

Raja bukannya senang, dia malah memberi ludah kepada perempuan berpakaian minim tersebut hingga perempuan itu terkejut dan juga beberapa orang yang melihatnya ikut terkejut juga.

"Nggak sudi aku sama perempuan kayak kamu!" bentak Raja dan seketika perempuan itu langsung pergi membawa rasa malu.

Seperti itu lah Raja. Dia tidak akan segan segan berkata kasar pada perempuan yang sengaja menghampirinya dan memamerkan kemolekan tubuhnya. Tapi entah kenapa, seburuk buruknya Raja, justru banyak wanita yang mengejarnya.

Dengan pandangan yang sudah semakin kabur, Raja terus melangkah menuju toilet yang letaknya masih dia ingat. Hingga tak lama kemudian, sampai lah dia di toilet yang dia tuju.

Raja yang pandangannya sudah kabur malah salah memasuki ruang toilet. Dia masuk ke toilet khusus perempuan.

Kepala yang berat serta rasa mual yang sudah tak tertahankan membuat dia tak sabar memasuki toilet tersebut. Dengan tergesa dia masuk dan mencari toilet kosong.

Dan pada saat bersamaan, keluarlah seorang perempuan berhijab dari dalam toilet. Perempuan itu seketika membulatkan matanya. Di saat dia hendak berteriak memanggil seseorang, Raja yang memang dalam kondisi mabuk berat dengan kepala pusing luar biasa, segera saja melangkah menuju ke toilet dimana wanita itu berdiri dan

Srakk!

Raja terpeleset dan jatuh tepat mengenai tubuh perempuan hingga mereka jatuh kelantai bersama.

"Howekk!"

Mata wanita itu membelalak. Bajunya kotor terkena muntahan Raja dan seketika perempuan itu berteriak.

"Tolong! Ada pria mesum!"

...@@@@@@...

Hai Hai Hai, Othor kembali lagi, mencoba sesuatu yang sedikit beda. Semoga kalian suka ya. Mohon dukungannya.

Ukhti 2

"Tolong! Ada pria mesum!" teriak perempuan itu. Dirinya benar benar merasa sial. Udah kejatuhan pria mabuk dan baju gamisnya terkena muntahan pria mabuk tersebut.

"Siapa yang pria mesum!" bentak Raja setengah sadar.

Merasa tak terima karena dibentak, perempuan itu segera saja mengepalkan tangannya terus.

Bugh! Bugh!

Dipukulnya pipi dan pinggang Raja sekuat tenaga hingga pria itu mengerang dan menyingkirkan badannya.

Mendengar ada yang berteriak dari toilet perempuan, beberapa orang segera saja memasuki tiolet tersebut.

Mata mereka seketika membulat begitu melihat seorang wanita dengan entengnya berkali kali menampar pipi pria yang tergelak di lantai.

"Sania!" pekik beberapa perempuan yang memang kenal dengan sosok yang sedang menghajar pria mabuk tersebut.

"Kamu lagi ngapaian? Hentikan!" pekik salah seorang sembari menarik tangan Sania. Dan mau tidak mau, perempuan itu menghentikan aksinya dengan muka merah padam.

"Lihat nih lihat! Dia seenaknya masuk toilet cewek dan muntah di bajuku. Mana bau alkohol banget lagi." ucap Sania berang.

Sementara Raja terkapar di lantai tak sadarkan diri akibat pengaruh minuman keras.

"Mending kita cepet pulang, biar kita tidak dapat masalah baru." ajak rekan Sania sembari menarik tangan Sania.

"Ngapain pulang? Emang masalah baru apaan?" tanya Sania bingung dengan temannya.

"Udah, ceritanya nanti. Kita pulang dulu." jawab rekan yang lainnya dan segera saja mereka bertiga pergi disaat Raja sedang berusaha di tolong oleh orang lain.

Beberapa pria yang sedari tadi menunggu sang juragan tak kunjung datang, nampak begitu terkejut saat salah seorang menghampiri mereka dan menceritakan apa yang terjadi di toilet.

"Juragan!" pekik beberapa laki laki dan seketika mereka mengambil alih tubuh Raja dan membawanya ke halaman gedung yang terbuka.

"Ini, pipi juragan Raja kenapa? kok merah gini? Dan bibirnya berdarah?" tanya salah satu rekan setia nampak begitu heran.

"Tadi ada perempuan yang menampar dia berkali kali di toilet." jawab salah seorang saksi mata.

"Apa! Nampar Juragan empang?"

Sementara itu di saat yang bersamaan, teman teman Sania terlihat begitu gugup dan ketakutan setelah mengetahui apa yang Sania lakukan.

"Kalian kenapa sih? Kok terlihat panik gitu?" tanya Sania heran begitu dia sampai rumah.

"Gimana nggak panik, bentar lagi kamu pasti bakalan dapat masalah, San." jawab Lita salah satu teman akrab Sania.

"Masalah apaan?" tanya Sania makin heran sembari mengambil pakaian buat ganti karena baju yang dia pakai kotor terkena muntahan orang mabuk. Dia pun segera saja masuk ke kamar mandi.

"Kamu nggak tahu, pria yang barusan kamu tampar dalam keadaan mabuk?" kini giliran perempuan bernama Mita yang bersuara.

"Mana aku tahu, orang aku aja baru pulang dari pondok." jawab Sania sedikit berteriak dari dalam kamar mandi.

Mita dan Lita saling tatap. Sebenarnya Sania kenal lelaki itu, mungkin karena dia lama tidak pulang, jadi dia merasa asing dengan laki laki yang dia tampar. Sejak lulus SD, Sania memutuskan menuntut ilmu di salah satu pondok terkenal di jawa timur. Sania tumbuh dari keluarga seorang ustad. Dia jarang pulang karena selain belajar, di pondok dia juga diberi kesempatan untuk mengajar dan membagi ilmunya.

Awalnya Sania ingin mengabdikan dirinya menjadi pengajar di pondok tersebut. Namun karena permintaan orang tuanya yang menginginkan Sania agar mau membagi ilmu agamanya di kampung halaman, mau tak mau Sania pun menuruti titah orang tuanya kembali ke tempat asalnya.

Sebenarnya Sania tadi tidak sengaja berada di acara dangdutan. Dia ada perlu dengan seorang rekan yang rumahnya kebetulan dekat dengan lokasi acara tersebut.

Tak butuh waktu lama, Sania sudah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia menghampiri teman temannya yang sedang duduk menunggu di atas ranjang.

"Emang kenapa dengan pria tadi?" tanya Sania enteng sedangkan kedua temannya dahinya berkerut.

"Semoga dia tidak ingat dengan kejadian malam ini deh, San. Bisa susah hidupmu berurusan dengan pria tersebut." jawab Lita dengan wajah panik.

"Emang dia siapa? Kok kalian begitu terlihat ketakutan?" tanya Sania semakin heran.

"Pria yang kamu tampar itu, pria yang nggak akan melepaskan orang orang yang bikin masalah dengan dia, San. Dia itu juragan, makanya dia bisa semena mena dan suka bikin onar di kampung kita." jelas Mita membuat dahi Sania berkerut.

"Juragan? Juragan apa?" tanya Sania penasaran.

"Juragan empang, Namanya Raja" dahinya Sania semakin mengkerut.

"Raja?" tanya Sania nampak berpikir. Di kampung ini hanya ada satu nama Raja yang dia ingat.

"Apa nama panjangnya Raja wicaksana?"

Kedua mata sahabat Sania seketika membulat.

"Kamu kenal Raja, San?"

Deg.

...@@@@@...

Ukhti 3

"Akh!" pekik seorang pria saat dia tersadar dari rasa mabuknya. Mata pria itu terpejam dengan tangan yang memegangi kepala karena masih terasa pusing. Pria itu mencoba bangkit dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Dia merasa rahangnya perih saat dia menguap. Seketika tangannya memijat rahang dan juga pipinya.

"Kenapa ini sangat pegal? Seperti habis terkena pukulan?" keluh pria berusia dua puluh enam tahun itu.

Saat pria itu asyik berkeluh kesah sendirian, pintu kamarnya ada yang membukanya dan masuklah perempuan paruh baya dengan wajah di tekuk dan kepala yang di gelengkan.

"Tiap pulang mabuk, tiap pulang mabuk, Apa kamu nggak cape? Hidup mabuk mabukan terus." omel perempuan itu sembari duduk di tepi ranjang yang lain.

"Apaan sih, Bu! Orang baru bangun malah diomelin." gerutunya sembari membaringkan kembali tubuhnya karena masih terasa pusing.

"Kamu itu yang apa apaan! Udah tua, bukannya berubah lebih baik malah makin parah! Pantas saja nggak ada perempuan yang mau sama kamu. tiap hari kerjanya mabuk terus kayak nggak punya tujuan hidup aja." cibir sang ibu yang terlihat sangat kesal. Matanya menatap sengit sang anak yang masih tengkurap membelakanginya.

"Perempuan yang mau sama aku banyak, Bu. Cuma akunya aja yang tidak tertarik. Mereka matre semua." bantahnya.

"Gimana nggak matre! Kamunya tiap hari pamer duit, pesta miras tiap malam, menghambur hamburkan uang yang nggak ada gunanya. Entar giliran miskin aja, nggak ada yang mau dekat dengan kamu." omel ibu tanpa henti.

"Ya ampun, Bu. Doanya kejem banget. Padahal kan uang yang aku hasilkan tuh halal dan ibu juga ikut menikmati." ucap pria itu masih membela diri.

"Susah ngomong sama kamu. Selalu bisa aja ngebantah omongan ibu." ucap Ibu semakin kesal namun sang anak malah tersenyum senang.

"Bu, semalam aku pulang diantar siapa? Kok aku nggak ingat apa apa?" tanya pria bernama Raja sembari mengangkat tubuhnya dan duduk bersandar ujung ranjang.

"Aturan nggak perlu diantar pulang. Biarin aja tidur di toilet gedung. Udah suka mabuk, mesum lagi." ucap sang ibu yang semakin kesal.

"Mesum?" tanya Raja dengan dahi berkerut.

"Iya lah mesum. Berani beraninya masuk toilet cewek dan menjatuhkan tubuh mabukmu diatas perempuan. Untung itu cewek teriak. Kalau nggak, ibu bakalan malu seumur hidup." oceh Ibu masih dengan nada sengit.

"Apa! Maksud ibu, aku melecehkan perempuan?" tanya Raja tak percaya.

"Iya lah. Udah gempar tuh di warung warung dan tetangga tentang kelakuan kamu." jawab ibu semakin kesal.

"Yang bener, Bu? Nggak mungkin ah!" ucap Raja tak percaya.

"Sini kepalamu mendekat, biar ibu jitak agar kamu ingat. Orang di kasih tahu. Tuh keluarga Ustad Mudin lagi menunggu i'tikad baikmu." mendengar nama ustad Mudin di sebut, Raja langsung terperanjat.

"Ustad Mudin? Apa hubungannya?" tanya Raja bingung.

"Benar benar harus di getok kepalanya ini bocah. Perempuan yang kamu lecehkan semalam itu anak Ustad Mudin yang baru pulang dari pondok." ucap Sang ibu berang.

"Apa! Perasaan Ustad Mudin tidak punya anak gadis?" tanya Raja semakin bingung.

"Benar benar ya nih bocah. Wajarlah kamu nggak tahu sama anak perempuan Ustad Mudin. Dia perempuan yang nggak doyan ngejar laki laki. Apalagi laki lakinya doyan mabuk kayak kamu. Dia pasti makin jijik." jawab sang ibu benar benar sadis. Namun sang putra hanya menanggapi sang ibu dengan cengengesan.

"Kamu ngerasa nggak pipimu sakit? Katanya anak Ustad Mudin berkali kali menampar dan nonjok pipi kamu." ucap Ibu lagi dan hal itu sukses membuat Raja terkejut.

"Jadi pipi dan rahangku sakit karena dipukul sama perempuan? Ah sial! Nggak terima aku!" ucap Raja mendadak geram dan sang ibu malah mengernyitkan dahinya.

"Ya orang kamu udah lecehin dia, wajar dong dia mukul kamu. Kamunya aja yang nggak tahu diri. Udah salah malah ngotot." balas Ibu.

"Siapa sih, Bu? Nama anak Ustad Mudin? Bikin harga diriku runtuh aja." dumel Raja.

"Namanya Sania. Mau apa emangnya?"

Raja tertegun mendengar ucapan ibu menyebut nama perempuan dan mencoba mengingatnya.

"Siapa, Bu? Sania?" tanya Raja agak ragu.

"Iya, kenapa?" tanya ibu heran.

"Sania udah pulang dari pondok, Bu?" tanya Raja, kali ini matanya sedikit berbinar. Raja baru ingat nama anak perempuan ustad Mudin. Wajah yang tadinya emosi seketika berubah jadi riang.

"Kenapa emangnya? Katanya nggak kenal?" tanya ibu heran.

"Nggak bu, Nggak apa apa. Udah lah aku mau tidur lagi." sang ibu hanya mencebikkan bibirnya dan menggelengkan kepala beberapa saat kemudian dia melangkah keluar kamar.

Raja kembali membenamkan kepalanya sembari mengulas senyum.

"Dedek Sansan. Kali ini kamu harus aku dapatkan!" Harus!"

...@@@@@...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!