NovelToon NovelToon

Calon Istriku Musuhku

Arya Gunadi Aksa

Seorang pria begitu bahagia mendorong kopernya setibanya ia di tanah air. Seminggu yang lalu, ayah kandungnya memintanya untuk pulang. Di sambut sang mama dan adik perempuannya di bandara.

Arya Gunadi Aksa selama ini menempuh pendidikan dan bekerja di negeri Eropa, ia memilih tinggal di sana.

Sebelas tahun di negeri orang sekali saja dia pulang, itu karena ibu dari papanya meninggal.

Alasan dia bekerja di luar negeri, karena papanya lebih mempercayai perusahaan kepada kakak kandungnya. Arya hanya dianggap anak kecil yang tidak mampu menjalankan bisnis.

"Apa kabar, Nak?" Rita memeluk putra keduanya itu dengan hati senang.

"Baik, Ma!" Arya membalas pelukan sang ibu. Ia juga menoleh ke arah sang adik.

"Kakak, aku rindu!" Sasha juga memeluk Arya

"Apa sekarang kau sudah berani tidur sendiri?" tanya Arya menyindir.

"Kakak mengejekku saja!" gerutu Sasha, gadis 22 tahun itu.

Arya melihat kanan dan kiri mamanya, "Papa dan Kak Aryo tidak ikut?"

"Mereka lagi sibuk!" sahut Sasha.

"Mereka selalu begitu, tidak pernah ada waktu untuk melihatku di sana!" keluh Arya.

"Ayo, kita pulang. Mama sudah masak makanan kesukaanmu!" ajak Rita. Mereka bertiga meninggalkan bandara menuju kediaman utama keluarga Gunadi.

Sesampainya di rumah, Arya pergi ke kamar miliknya yang selalu bersih karena sang ibu yang menyuruh pelayan membersihkannya.

Arya membersihkan diri sebelum ia menikmati makanan kesukaan buatan mamanya.

Setengah jam kemudian, mereka bertiga berkumpul di meja makan. Menikmati makan siang bersama sambil bercanda.

Menjelang malam, Aryo dan Gunadi pulang dari kantor. Mereka menumpang mobil yang sama. Gunadi tersenyum melihat putra keduanya menuruti permintaannya untuk pulang.

"Aku senang kau telah kembali!" sambut Gunadi memeluk Arya.

"Aku pergi ke kamar dulu!" Aryo melangkah ke kamarnya untuk membersihkan diri ia tak mau menyapa adiknya.

Kini mereka berlima berada di meja makan untuk menikmati makan malam yang jarang mereka lakukan selama beberapa tahun ini.

Hal ini membuat Rita begitu senang karena ia bisa berkumpul dengan anak-anaknya.

"Ada apa Papa menyuruhku pulang?" tanya Arya di sela-sela makan malam.

"Setelah makan temui Papa di ruang kerja!" titah Gunadi.

Arya pun mengiyakan.

-

Selesai makan malam, Arya menemui Gunadi di ruangan kerja miliknya yang ada di dalam rumah. Arya duduk di sofa tamu begitu juga dengan Gunadi.

Gunadi melempar sebuah foto di atas meja.

Arya mengambilnya dan melihat foto tersebut. "Papa ingin menjodohkan ku?"

"Kalau bisa Papa akan menjodohkan kau dengan dia!" jawab Gunadi.

"Lalu foto ini untuk apa?" tanya Arya.

"Kau harus mendekatinya!" perintah Gunadi.

"Maksud Papa apa?" Arya meletakkan foto itu kembali di atas meja.

"Namanya Rania , gadis itu putri pewaris HK Grup, mereka pesaing kita. Jadi kau harus membuat dia jatuh cinta!" jawab Gunadi percaya diri kalau putranya itu mampu meluluhkan Rania.

"Papa menyuruh aku pulang hanya untuk mendekati wanita ini!" Arya menunjuk foto Rania dengan jari telunjuknya.

"Iya," Gunadi tanpa mengatakannya.

"Kenapa tidak menyuruh Kak Aryo saja?"

"Rania mengenal Aryo, lagian juga kakakmu itu sudah memiliki kekasih," jawab Gunadi.

Arya menarik sudut bibirnya, "Aku pikir Papa akan memberikan jabatan di perusahaan ternyata untuk mendekati putri dari pesaingnya."

"Jika berhasil, Papa akan menempati dirimu di posisi wakil direktur!" janji Gunadi.

"Aku tidak mau menjadi wakil, ku mau posisi Presdir!" pinta Arya.

"Tidak bisa!" tolak Gunadi.

"Kalau begitu, aku tidak mau melakukan perintah Papa!" ancam Arya.

"Baiklah, Papa akan memberikan jabatan itu!"

......................

Gedung Aksa Grup

Hari ini Arya bekerja di kantor milik papanya yang bergerak di bidang periklanan. Gunadi memberikan posisi dirinya sementara sebagai manajer pemasaran.

Walau ketiganya bekerja di kantor yang sama, namun mereka tak pernah pergi bersama. Arya memilih mengendarai mobilnya sendiri.

Selama di kantor Aryo dan Arya tak pernah terlihat bersama, mereka terlihat bukan seperti saudara kandung.

"Tuan Aryo meminta anda untuk membuat laporan!" ucap seorang wanita yang merupakan sekretaris dari Aryo.

"Baiklah!" Arya pun mengerjakan tugas yang diberikan kakaknya itu.

Sebuah notifikasi masuk ke gawai Arya, ia membuka dan membacanya. Gunadi mengirimkan pesan kepada putranya untuk melakukan pekerjaannya.

Tak lama sebuah foto muncul di gawai Arya, seorang wanita dengan ekspresi tersenyum berada di sebuah kafe. Gunadi menyuruh putranya itu untuk segera ke tempat tersebut.

Arya akhirnya menyerahkan tugasnya kepada teman kantornya, ia juga mengirimkan pesan kepada kakak kandungnya tidak mengerjakan apa yang ia minta.

Mobil Arya melaju ke kafe, di mana Rania dan teman-temannya menikmati makan siang.

Sesampainya di sana Arya mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang di maksud.

Saat matanya bertemu yang ia cari, Arya menyunggingkan senyumnya. "Ternyata cantik juga!" batinnya.

Arya memilih duduk tak jauh dari Rania dan teman-temannya. Ia menatap ke arah meja para wanita itu sambil menikmati kopi dan kentang goreng.

"Sepertinya pria itu melihat kita saja!" ucap Irma, salah satu teman Rania.

"Ya, apa kalian mengenalnya?" tanya Rania pada ketiga temannya.

"Tidak!" ketiganya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa aku jadi takut? Jangan-jangan dia pria yang kerjaannya mengincar para wanita berduit," jelas Irma.

"Bisa jadi!" sahut Ria.

"Ayo, kita pergi dari sini saja!" ajak Irma.

"Aku tidak bisa ikut kalian," tolak Rania.

"Kenapa?" tanya Dian pada temannya itu.

"Aku lagi menunggu Ayah!" jawabnya.

"Kalau begitu kami duluan, kau hati-hati 'ya!" ucap Irma.

"Kalian tenang saja!" Rania mencoba menenangkan teman-temannya agar tak khawatir.

Kini ketiga temannya pergi dari kafe, tinggallah Rania. Pria itu pun mendekati Rania dengan tersenyum.

"Saya tidak butuh teman duduk, silahkan cari tempat yang lain!" ucap Rania sebelum Arya melancarkan rayuannya.

"Baiklah!" Arya pun kembali ke tempat duduknya.

Tak lama, Reno datang ke kafe menemui putrinya. Ia mencium pipi Rania lalu duduk di hadapannya.

Arya menatap pria paruh baya begitu dekat dengan Rania. "Apa dia ayahnya?" batinnya bertanya.

Rania memesankan makanan untuk Reno yang sedang berpamitan ke toilet. Arya kembali mendekati Rania.

"Ada apa?" tanya Rania sinis.

"Apa dia Ayahmu?" tanya Arya sambil tersenyum.

"Bukan!"

"Lalu?"

"Bukan urusan anda!" Rania menatap tajam pria yang berdiri di dekatnya.

"Oh, baiklah. Semoga kita bertemu lagi, Nona!" Arya melambaikan tangannya kemudian berlalu.

"Dasar pria aneh!" ucapnya lirih.

"Siapa yang aneh, Nak?" tanya Reno yang kembali duduk bersama putrinya.

"Hanya pria iseng, Yah."

"Di mana dia? Biar Ayah kasih pelajaran telah menganggu putriku yang cantik ini," ucap Reno.

Rania tersenyum menatap ayahnya. "Dia sudah aku usir, Yah!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hai, semua!

Ini karyaku selanjutnya, semoga kalian menyukainya.

Ini lanjutan dari novel aku yang berjudul 'Salah Jatuh Cinta'.

Bagi kalian yang belum membacanya, silahkan baca terlebih dahulu biar nyambung.

Terima Kasih..

Selamat Membaca 🌹

Menjadi Asisten Pribadi

Arya masih mengawasi Rania dari dalam mobilnya. Setengah jam kemudian ayah dan anak itu keluar dari kafe. Mereka berpisah di parkiran kafe karena keduanya membawa mobil masing-masing.

Arya perlahan mengikuti Rania, mobil wanita itu memasuki halaman gedung perkantoran. Pria itu melihat dari kejauhan dan menarik sudut bibirnya.

Setelah mengikuti ke kantor Rania, ia berniat kembali ke perusahaan. Namun di tengah perjalanan, Arya mulai merasakan lapar. Tadi ia tak sempat memakan nasi malah minum kopi. Arya pun mengarahkan mobilnya ke pedagang kaki lima yang berjualan gado-gado.

Pukul 2 siang ia kembali ke kantor, sesampainya ia di suruh menghadap Aryo di ruangannya.

"Ada apa Kakak memanggilku?" Arya duduk di sofa.

"Dari mana kamu?" Aryo tak menatap adiknya tetap fokus dengan laptopnya.

"Aku sedang melakukan perintah Papa," jawab Arya santai.

"Perintah apa?" Aryo melihat ke arah adiknya.

"Papa ingin aku mendekati Rania Hadinata," jawabnya.

Aryo mengernyitkan keningnya mendengar nama wanita itu.

"Kak Aryo mengenalnya?" tanya Arya.

"Sangat mengenalnya," jawabnya.

"Harusnya Kakak yang mendekatinya bukan aku!" ucap Arya.

"Kakak tidak mengerti dengan ucapanmu."

"Aku di suruh membuat wanita itu jatuh cinta lalu menikahinya setelah itu mencampakkannya!" jelas Arya.

"Papa benar keterlaluan!" Aryo merasa kesal, ia beranjak dari kursinya.

"Kakak mau ke mana?" tanya Arya.

"Mau menemui Papa dan membatalkan rencana anehnya," jawab Aryo.

"Jangan, Kak!" cegah Arya. "Aku tidak bisa mendapatkan posisi Kakak saat ini," ungkapnya.

"Papa memberikan menjanjikan kamu dengan imbalan Presdir?"

"Ya, kalau aku berhasil menghancurkan perusahaan HK Grup," jawab Arya berdiri dan berjalan ke meja kakaknya.

"Kenapa kamu mau menuruti perintah Papa?"

"Karena aku ingin yang ada padamu, Kak. Papa tidak pernah berlaku adil padaku," ujar Arya.

"Aku siap melepaskan ini semua agar kamu membatalkan rencana itu," ucap Aryo tegas.

"Kakak bisa melepaskannya tapi tidak dengan Papa," tutur Arya. "Berbagai cara ia lakukan untuk memenuhi ambisinya," lanjutnya menjelaskan.

"Kakak mohon padamu, jangan sakiti Rania!" pinta Aryo.

Arya menyunggingkan senyumnya. "Kenapa, Kak? Apa Kakak menyukainya?"

"Tidak mungkin aku berpaling dari Nadia," jawab Aryo.

"Seandainya kalau tidak ada Nadia, Kakak juga akan mengejar wanita itu!" tebaknya.

Aryo terdiam mendengar perkataan adiknya.

"Kalau begitu, aku mau melanjutkan pekerjaan. Kakak jangan beri tahu Papa atau pun wanita itu!" Arya pun kembali ke ruang kerjanya.

Aryo menjatuhkan tubuhnya di kursi dan memijit keningnya. "Kamu akan menyesal jika menyakiti Rania, Arya!" ucapnya lirih.

......................

Pagi-pagi sekali Arya sudah keluar rumah, ia mengendarai mobil menyusuri jalan kota. Ia akan mengawasi gerak-gerik Rani, demi sebuah jabatan ia harus bertindak konyol.

Mobil Rania keluar dari halaman rumahnya, Arya mengikutinya tetap dengan jarak agar wanita itu tidak curiga.

Rania berhenti di sebuah kafe, ia bertemu dengan seorang pria paruh baya. Tapi bukan pria yang Arya lihat kemarin.

Arya memakai kacamata hitam dan topi duduk tak jauh dari Rania. "Kenapa dia selalu menemui pria tua?" tanyanya dalam hati.

Rania dan pria paruh baya itu hanya mengobrol sambil menikmati kopi dan bercanda. Setelah itu keduanya meninggalkan kafe. Arya kembali mengikuti wanita itu.

"Selera dia saja pria tua begitu, bagaimana aku bisa menaklukkannya?" tanyanya pada diri sendiri.

Rania sampai di kantornya dan Arya memutar arah kendaraannya menuju kantor papanya.

Arya terlambat lagi, dengan santai ia berjalan ke ruangannya. Gunadi telah menunggunya. Ia melihat arloji di tangannya lalu menatap putranya itu.

"Papa perlu bicara padamu!" Gunadi mendekati Arya.

Dengan malas Arya mengikuti langkah Gunadi di ruangannya. "Ada apa, Pa?" tanyanya.

"Menurut laporan beberapa karyawan di sini, kau sering terlambat masuk ke kantor," jawab Gunadi.

"Aku hanya menjalankan keinginan Papa, bukankah itu juga pekerjaan," ucap Arya santai.

"Tapi, tidak harus menggangu jam kerja!"

"Wanita itu hanya bisa di temui di jam kerja, kemarin aku mengawasinya malam tapi dia tak kunjung keluar," ujar Arya.

"Cari cara lain agar kau bisa memantau wanita tanpa harus mengganggu pekerjaan di kantor," pinta Gunadi.

"Ada satu cara sih', Pa!" Arya memberikan usul.

"Apa?"

"Aku harus melamar menjadi karyawan Rania," jawab Arya.

"Bagaimana jika mereka tahu kau adalah putraku?"

"Mereka hanya tahu putra Papa itu Kak Aryo, jadi tidak mungkin mereka tahu," jelas Arya.

"Terserah, apa yang akan kau lakukan tapi ingat jangan sampai mereka tahu!" Gunadi memberikan peringatan.

"Papa tenang saja, siapkan kursi Presdir padaku!"

...----------------...

Seminggu kemudian..

Gedung HK Grup

"Saya ingin bertemu dengan Nona Rania," ucap Arya pada karyawan resepsionis.

"Apa sudah janji?"

"Saya di panggil untuk menjadi asisten pribadi Nona Rania," jawabnya.

"Oh, begitu. Saya akan tunjukkan ruangan beliau," karyawan tersebut menemani Arya ke ruangan kerja Rania.

Karena sudah di berikan izin oleh Rania melalui karyawannya, Arya masuk sambil tersenyum.

Rania terkejut calon asisten pribadinya itu pria menyebalkan yang ia temui beberapa hari yang lalu.

"Hai, kita jumpa lagi!" Arya tersenyum melambaikan tangannya.

"Aku tak butuh, asisten sepertimu!" tolak Rania.

"Nona, saya sudah menandatangani kontrak kerja. Anda tidak bisa seenaknya memutuskan begitu saja. Apalagi saya belum bekerja," ucap Arya santai.

"Kau sengaja 'kan melamar pekerjaan di sini?"

Arya tertawa mendengar pertanyaan Rania. "Aku tidak tahu kalau ini adalah perusahaan milikmu!" jawabnya asal.

Rania menatap kesal, pria yang duduk didepannya.

"Sekarang jelaskan, apa saja tugasku?"

"Buatkan aku kopi!" titahnya.

"Anda menyuruh saya membuat kopi?" Arya menunjuk dirinya

"Ya, tugasmu membuat aku minuman. Mengantar ke mana saja aku pergi," jelasnya.

"Baiklah aku akan melakukan untuk anda!" Arya lalu berdiri. "Nona, mau kopi pakai gula atau tidak?" tanyanya.

"Pakai susu jangan terlalu banyak, pastikan kopinya jangan terlalu encer. Airnya harus benar-benar panas dan satu lagi belikan roti di toko kue langganan di depan kantor ini. Aku tidak mau kau menyuruh karyawan ku yang lain, semua kau yang lakukan!" perintah Rania.

"Banyak sekali tugasku!" protes Arya.

"Kau hanya melakukan dua pekerjaan saja, membuat kopi dan membeli roti. Ku tak mau ada kesalahan," Rania memberikan peringatan.

"Baiklah!" Arya pun pergi ke pantry kantor.

Sesampainya di pantry, Arya kelihatan bingung. Seorang pria petugas kebersihan menegurnya. "Tuan, anda sedang mencari apa?"

"Saya ingin membuat kopi untuk Nona Rania," jawab Arya.

"Biar saya saja yang membuatkannya," tawar pria itu.

"Tidak, biar saya saja."

"Apa Nona juga meminta roti?" tanya pria itu.

"Ya, dia minta roti!" jawab Arya.

"Biar saya saja yang mengambilnya," tawar pria itu lagi.

"Tidak, biar saya saja yang ke sana sekarang!" Arya meninggalkan pantry lalu ke toko kue depan kantor.

Membahas Pernikahan

Arya memasuki toko yang menjadi tempat langganan Rania. Ia melihat beberapa kue dan roti yang ada di etalase.

"Anda yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita bertubuh gemuk sekitar usia 35-an.

"Saya mencari roti yang biasa di pesan Nona Rania," jawab Arya.

"Nona yang bekerja di gedung sana!" tunjuk wanita itu ke arah kantor Rania.

"Ya!"

"Apa anda karyawan baru?" tanyanya lagi sambil menyerahkan kantong kertas berisi roti pesanan Rania.

"Ya."

"Anda tak pantas jadi karyawan Nona Rania, tapi menjadi kekasihnya," ujar wanita itu.

Arya tersenyum simpul. "Sebentar lagi dia akan jadi milikku," batinnya berucap. " Ini berapa?" tanyanya.

"Tidak perlu bayar, Tuan!"

Arya mengernyitkan keningnya.

"Ini toko milik keluarga Nona Rania," ucap wanita itu.

"Wah, wanita itu sungguh kaya," Arya tersenyum senang.

-

Arya berjalan memasuki gedung membawa roti pesanan Rania. Ia pergi ke pantry untuk membuat kopi yang di pesan atasannya.

Sepuluh menit kemudian, Arya tiba di ruangan kerja Rania. "Nona, ini pesanan anda!" Ia menyajikan kepada wanita itu, ia rela menjadi pelayan hanya untuk mendekatinya.

Rania melihat jam di dinding. "Saya tidak ingin meminumnya!"

"Apa!"

"Iya, saya tidak ingin meminumnya!" Rania berucap sekali lagi.

"Saya sudah capek pergi ke toko kue lalu membuat kopi, anda tidak ingin meminumnya," keluhnya.

"Aku curiga dengan minuman yang kau buat itu!" tuding Rania.

"Nona, saya di sini bekerja mencari uang bukan masalah. Tidak mungkin mencelakakan anda!" ucap Arya.

"Oh, ya. Pesaing bisnis Papaku banyak, bisa jadi kau suruhan mereka," tuduh Rania.

"Apa dia tahu tentangku?" Arya tampak mulai khawatir.

"Kenapa diam? Duduklah!" Rania mempersilakan asisten pribadinya itu.

Arya menarik kursi lalu ia duduk.

"Minumlah!" Rania menggeser gelas kopinya di hadapan Arya.

"Saya yang minum?" tanya Arya.

"Iya!"

"Baiklah," Arya meminum kopinya dan memakan roti.

"Bagaimana enak?" tanya Rania.

"Enak!"

"Totalnya seratus ribu," Rania mengulurkan tangannya meminta.

"Harus bayar sekarang?" Arya masih mengunyah roti.

"Iya!"

"Saya baru saja bekerja," ujar Arya dengan wajah sedih.

"Aku tidak mau tahu, bayar sekarang!" paksa Rania.

Arya meletakkan uang seratus di tangan Rania.

Wanita itu tersenyum. "Tak ada yang gratis, silahkan keluar!"

Arya membawa gelas dan roti, di luar ruangan kerja. "Saat ini kau bisa dengan seenaknya menyuruhku, suatu saat aku akan membuatmu menderita!" batinnya tersenyum.

Siang harinya, Rania akan makan siang bareng Reno. Ia berjalan ke parkiran, diikuti Arya yang bertugas menjadi asistennya.

"Mau ke mana kita hari ini, Nona?" tanya Arya.

"Ke restoran Mischa," jawab Rania.

Arya mengantar Rania ke restoran tujuan. Begitu sampai, pria paruh baya yang pertama kali Arya lihat di kafe memeluk Rania.

"Ayah sudah lama di sini?"

"Baru saja, Nak!" Reno melirik pria yang ada di samping putrinya. "Dia siapa?" tanyanya.

"Bukankah Papa menyuruhku untuk mencari asisten pribadi?"

"Oh, ya. Jadi ini asisten pribadinya, Ayah melakukan ini juga demi kamu. Ayah tak bisa selalu menjagamu," jawab Reno. Ia juga mengajak Arya ikut makan siang bersama.

"Ayah, jangan berkata begitu. Aku akan baik-baik saja," ucap Rania sambil berjalan ke dalam restoran.

"Nak, pesaing bisnis kita ada dan tak suka dengan apa yang kita lakukan. Ayah hanya ingin seseorang yang bisa menjagamu dan melindungimu," jelas Reno.

"Apa Papa juga akan melakukan hal yang sama pada Sasha seperti Ayah Rania," Arya membatin.

Kini mereka bertiga duduk, di meja yang sama. Menikmati makan siang bersama.

"Ini adalah restoran milik mamanya Rania," ucap Reno pada Arya.

"Oh, jadi Bibi sekarang di mana?" tanya Arya.

"Mama sudah meninggal saat aku lahir," jawab Rania.

Arya sejenak terdiam, "Maaf!" ucapnya lirih.

"Ya, sekarang kami hanya tinggal berdua. Waktu Rania bayi yang mengasuhnya Ibu kandung Paman," jelas Reno.

"Maaf, Paman tidak menikah lagi?" tanya Arya.

Reno menggelengkan kepalanya.

"Ternyata Ayah Rania, pria yang setia juga," batinnya Arya.

"Ayo, silahkan di makan!" Reno mengajak Arya.

"Iya, Paman!"

"Paman ingin sekali Rania segera menikah, namun belum ada pria yang berani melamarnya," tutur Reno.

"Wah, kesempatan bagus!" gumam Arya.

"Ayah, aku belum mau menikah," ucap Rania.

"Kau sudah cukup dewasa, Ayah juga sudah tua. Ayah ingin ada yang mencintaimu dengan tulus," harap Reno.

"Yah, masalah pernikahan lain waktu saja kita bahas. Lagian aku malu ada Arya, dia masih orang baru di lingkungan kita," ungkap Rania melirik asisten pribadinya.

Di perjalanan pulang, Rania duduk di bangku penumpang sambil memainkan ponselnya. Arya memperhatikannya dari kaca spion.

"Memangnya usia Nona berapa?" tanyanya padahal sebenarnya ia tahu.

"Kenapa kau bertanya tentang usiaku?"

"Dari wajah anda kelihatan sih' kalau usia Nona sekitar di atas tiga puluh," jawab Arya.

"Apa aku kelihatan tua?" Rania mendongakkan kepalanya.

"Tidak juga, Nona sebenarnya cantik masa tidak ada pria yang berani mendekat," ujar Arya.

"Kenapa kau jadi membahas itu? Apa kau juga ingin berniat mendekatiku?" tanyanya kesal.

"Tidak, Nona!"

"Baguslah!" Rania kembali memainkan ponselnya.

Setibanya kantor, seorang pria sudah menunggunya di lobi. Pria tersebut melemparkan senyumnya ke arah Rania.

"Kak Aryo!" sapa Rania.

"Apa kabar?" tanya Aryo sambil melirik pria yang ada di belakang tubuh Rania.

"Baik, Kak. Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Rania.

"Aku cuma ingin mengundangmu di acara pertunangan ku besok malam," ucap Aryo menyodorkan sebuah kertas undangan.

"Pasti Kak Aryo sengaja mengundang Rania, agar ia tahu kalau aku ini adiknya," batin Arya.

"Pasti aku akan datang," ucap Rania tersenyum.

"Aku tunggu kedatanganmu," harap Aryo.

Aryo sengaja berjalan, menyenggol bahu Arya sambil tersenyum.

Setelah kakaknya pergi, Arya mensejajarkan posisi jalannya dengan Rania. "Apa Nona akan menghadirinya?"

"Besok temani aku ke sana!" ajak Rania.

"Baik, Nona!"

-

Kediaman Keluarga Gunadi

Arya menemui Aryo di kamarnya, ia ingin menanyakan alasan kakaknya itu mengundang Rania.

"Kakak sengaja mengundang Rania agar ia tahu siapa aku," tuduh Arya.

Aryo menarik sudut bibirnya, "Kamu takut?"

"Ya, tidak juga!" jawabnya sedikit khawatir.

"Kalau aku tidak mengundangnya, dia pasti akan bertanya. Lebih baik kamu cari cara agar ia tak curiga," ucap Aryo tersenyum.

"Kakak bikin aku repot saja!" protes Arya.

"Kakak ingatkan padamu, jangan sampai kamu jatuh cinta padanya!" ucap Aryo menyindir.

"Tidak mungkin, Kak. Dia bukan tipe wanita yang ku inginkan," ungkap Arya.

"Kakak pegang janjimu!" ujar Aryo. "Keluarlah dari kamar ini dan mulailah berpikir untuk mencari cara agar wanita incaran kamu tidak curiga!" lanjutnya lagi.

Arya berdecak kesal, ia lalu keluar dari kamar kakak kandungnya. "Semoga saja besok berjalan lancar!" gumamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!