Alarm di Menara Harapan, sebutan untuk Menara tertinggi dan terbesar milik Bangsa Lemurian berdering—pertanda ada yang menerobos masuk ke ruangan terlarang tempat disimpannya darah suci Lemurian pertama.
Bangsa Lemurian telah menganggap darah itu sangat sakral dan tidak boleh disentuh oleh siapapun—karena bila darah leluhur Lemurian itu sampai tercemar, maka akan menimbulkan malapetaka pada Bangsa Lemurian yang telah menjadi Bangsa paling superior di alam semesta.
Lerenia tak menyangka ruangan terlarang ternyata telah dipasang sistem keamanan tinggi, padahal ia telah berpura-pura menjadi Pelayan Suci agar bisa memasuki Menara Harapan.
“Sial! Sial! Kenapa bisa menjadi seperti ini?” gerutu Lerenia segera berbaur dengan para Pelayan Suci dan botol kecil berisi darah leluhurnya kini ia selipkan di ketiaknya agar tetap hangat.
Detak jantung Lerenia berdegup kencang saat Puluhan Prajurit Lemurian melewati rombongan Pelayan Suci yang hendak di evakuasi ke tempat aman—agar mereka tidak dijadikan sebagai sandera oleh pencuri yang memicu alarm di ruangan terlarang.
Pria Sepuh dengan telinga runcing dengan kulit gelap mirip Dark Elf dari cerita fantasi sedang merapalkan mantera Suci, kemudian dari jubahnya muncul merpati putih—yang segera terbang ke arah Lerenia.
Semua mata menatap tajam padanya dan para Pelayan Suci disekitarnya langsung menjauh, memberikan ruang untuk para Prajurit mengepungnya.
“Wanita terkutuk! Kenapa kamu mencuri darah leluhur? Apa kamu ingin menghancurkan Bangsa Lemurian!” bentak Pria Sepuh yang dipanggil Pemimpin Suci dan dianggap sebagai perantara antara Lemurian dengan Roh leluhur yang pertama yang menciptakan Bangsa Lemurian.
Lerenia tidak menjawab pertanyaan Pemimpin Suci, tetapi ia justru membangkitkan kekuatan terpendamnya. Sepasang sayap berwarna hitam muncul di punggungnya, kakinya berubah seperti kaki burung elang.
Dia kemudian mengepakkan sayapnya dan mencoba terbang meninggalkan Menara Harapan. Namun, Prajurit Lemurian yang juga telah membangkitkan kekuatan terpendam mereka segera menghentikan langkahnya.
Salah satu Prajurit Lemurian bertransformasi menjadi Lemurian yang dipenuhi kobaran api. Dia kemudian menyemburkan Api dari mulutnya; seperti laser, sehingga sayap kiri Lerenia terbakar dan ia tidak bisa terbang dengan stabil.
“Tidak! Tidak! Aku tidak ingin tertangkap!” gerutu Lerenia memaksa tetap terbang, walaupun pada akhirnya ia tetap menukik jatuh ke hutan dekat Menara Harapan.
Pemimpin Suci menghela nafas panjang saat melihat Lerenia berhasil kabur dari Prajurit Lemurian. “Cepat temukan dia dan kembalikan darah leluhur ke ruangan terlarang!”
“Kami pasti akan mendapatkannya, Pemimpin Suci!” sahut Fafian—Komandan yang bertanggungjawab atas keamanan Menara Harapan. Fafian kemudian menatap para Prajurit Lemurian dan berkata, “Wanita terkutuk itu harus ditangkap hidup atau mati! Jangan membuat kesalahan lagi!” bentaknya.
“Baik, Komandan!” sahut para Prajurit Lemurian.
Mereka kemudian menggunakan Nie yang merupakan kendaraan terbang yang mirip dengan sepeda motor. Namun, Nie tidak perlu bahan bakar untuk mengendarainya—karena Nie akan menyerap energi alam sebagai bahan bakarnya.
Nie juga tidak mengeluarkan suara saat melaju, sehingga sangat cocok digunakan dalam misi pengintaian atau berburu Manusia saat berada di Bumi.
...***...
1 Januari 2100, Bangsa Lemurian berhasil mendeteksi bahwa ada kehidupan di Planet Bumi. Kemudian mereka langsung mengirim Menara Kutukan yang merupakan jalan pintas yang terhubung secara langsung ke Menara Harapan.
Menara Kutukan muncul di kota-kota besar di seluruh Dunia dan menjadi topik hangat ditengah-tengah masyarakat, baik itu di media sosial maupun platform berita.
Para Ilmuwan dikirim ke dekat Menara Kutukan yang dijaga oleh militer dibawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, para Ilmuwan tersebut tidak sanggup menganalisa Menara Kutukan; dari mana datangnya atau apa tujuan dari Menara Kutukan tersebut.
2 Januari 2100, Jutaan Prajurit Lemurian keluar dari Menara Kutukan dan menangkap apa yang mereka sebut sebagai ternak, karena mereka membutuhkan tubuh manusia untuk dimakan dan darahnya dijadikan sebagai persembahan pada Menara Harapan agar tetap memberikan berkah pada mereka.
Manusia terkejut dengan kedatangan Bangsa Lemurian yang kekuatannya tampak tak masuk akal, mereka seperti superhero dalam dunia Fantasi saja. Ada yang bisa menyemburkan Api, menjadi Manusia Besi, berubah menjadi hewan dan masih banyak bentuk aneh lainnya.
Negara-Negara besar segera menggunakan nuklir untuk melawan Bangsa Lemurian. Namun, itu tetap sia-sia saja. Lemurian malah makin ganas dan dalam satu minggu saja—hanya sepersepuluh Manusia yang tersisa di Bumi, dan itu pun harus survival di hutan atau tempat terpencil agar tidak tertangkap oleh Prajurit Lemurian.
...***...
Bonar Syamsuddin Siregar berhasil kabur dari tempat yang disebut oleh para Lemurian sebagai kandang ternak, dan tempat itu sangat luas karena menampung seluruh Manusia yang mereka tangkap—serta tempat tersebut dikelilingi tembok tinggi yang tidak sanggup di panjat oleh Manusia.
Bonar sangat beruntung bisa kabur setelah ditangkap oleh Prajurit Lemurian dan dikirim ke tempat antah-berantah yang mataharinya selalu redup dan tidak pernah malam—karena saat itu terjadi kerusuhan di gerbang masuk kandang ternak yang mengakibatkan ribuan Manusia kabur dari sana.
Namun, harga yang dibayar agar bisa kabur dari kandang ternak adalah puluhan ribu Manusia tewas akibat perlakuan keras oleh Prajurit Lemurian yang marah.
“Apa itu?” gumam Bonar terkejut melihat sosok yang mirip burung jatuh dari langit dan lokasinya jatuhnya hanya beberapa meter darinya.
Bonar yang sangat lapar tentu pergi ke sana untuk melihatnya, apakah burung raksasa itu bisa di makan atau tidak. Bonar juga berharap dengan meminum darah burung tersebut ia bisa berevolusi seperti Manusia lain—yang berevolusi setelah meminum darah Lemurian.
Manusia yang berevolusi menjadikan sangat kuat seperti superhero dalam film atau cerita fantasi.
Namun, untuk mendapatkan darah Lemurian itu sangat sulit dan tidak semua darah Lemurian dapat membuat Manusia berevolusi. Bahkan beberapa tubuh manusia tidak sanggup menahan kekuatannya sendiri setelah berevolusi—yang mengakibatkan tubuhnya hancur berkeping-keping.
Bonar memperhatikan mahkluk aneh yang mirip burung tetapi memiliki wajah mirip wanita Lemurian tergeletak di tanah. Sayap kirinya terluka dan ia mengerang kesakitan.
Sesaat kemudian sayap dan kaki burungnya menghilang serta berubah menjadi wanita Lemurian.
Bonar segera meraih kayu di dekatnya dan segera mengayunkan kayu tersebut ke arah kepala Wanita Lemurian itu, karena keberadaannya tidak boleh diketahui oleh mereka. Itu bisa mengakibatkannya diburu seperti babi hutan oleh Prajurit Lemurian.
“Tungguuuuuu! Jangan bunuh aku, aku di pihak yang sama denganmu!” seru Lerenia dengan panik. Detak jantungnya berdegup kencang dan langsung berkeringat dingin.
Bonar tak jadi memukulnya, tetapi ia tetap waspada karena bisa saja Wanita Lemurian itu diam-diam akan menyerangnya saat dia lengah.
“Anda adalah Lemurian, kenapa kita bisa di pihak yang sama?” tanya Bonar dengan menatap tajam pada Lerenia.
“Sumpah! Aku juga sedang diburu oleh Prajurit Lemurian!” sahut Lerenia—ketakutan.
Senyum cerah terpancar di sudut bibir Bonar, “Kalau begitu tolong biarkan aku mencicipi darahmu agar aku bisa terbang ke Bumi!”
Bonar menjulurkan lidahnya dan mendekati Lerenia yang langsung mengerutkan keningnya. Dia juga telah mendengar desas-desus kalau ternak mereka bisa berevolusi setelah meminum darah Lemurian. Namun, kabarnya dibutuhkan darah yang sangat banyak agar evolusi itu berjalan lancar. Membayangkannya saja membuat tubuh Lerenia menggigil.
“Tungguuuuuu!”
Lerenia mendorong wajah Bonar dengan telapak tangannya.
“Kenapa kamu menolak? Aku tidak akan membunuhmu seperti yang dilakukan oleh Bangsa Lemurian kalian!” sahut Bonar—tidak senang dengan penolakan yang dilakukan Lerenia.
Dia kemudian berpikir mungkin lebih baik membunuhnya saja, supaya ia bisa meminum darah wanita Lemurian ini dengan tenang tanpa ada gangguan.
Lerenia tidak menjawab pertanyaan Bonar, tetapi ia justru mengambil sesuatu dari ketiaknya dan menyerahkan botol kecil berisi darah Leluhur Bangsa Lemurian.
Bonar menerima botol kecil tersebut, tetapi ia mengerutkan keningnya. “Ini tidak akan cukup! Kau kira aku bodoh, ya? Butuh sepertiga darahmu untuk membuat tubuhku berevolusi!”
Lerenia takut Manusia di hadapannya itu akan menggigit lehernya dan segera berkata, “I-itu adalah darah yang kucuri dari Menara Harapan dan kabarnya milik Lemurian Pertama. Aku yakin darah itu pasti akan memberikan kekuatan yang hebat untukmu!”
“Lemurian Pertama?” Mata Bonar berbinar-binar menatap botol kecil tersebut. “Sepertinya ia tidak berbohong!” gumamnya memperhatikan ekspresi wajah Lerenia.
Tanpa meminta petunjuk aturan pakai pada Lerenia, Bonar langsung menenggak Darah Lemurian Pertama tersebut. Namun, tiba-tiba ia merasa dadanya sangat panas seperti terbakar saja.
“Kau Lemurian sialan! Seharusnya kumakan kau. bulat-bulat Begu (Jin) kampret!” umpat Bonar mengarahkan jati telunjuknya pada Lerenia yang mundur selangkah sembari memegang tangan kirinya yang patah—karena saat ia berubah wujud menjadi Manusia Burung Hitam, tangan kiri itulah yang menjadi Sayapnya yang terkena tembakan laser api dari Prajurit Lemurian.
Tubuh Bonar menggeliat di tanah dan berguling-guling seperti cacing yang disiram air panas. Teriakan sangat keras sekali dan memancing kedatangan Prajurit Lemurian yang sedang mencari keberadaan Lerenia.
“Sial! Kalau mau mati, jangan ngajak-ngajak orang dong!” gerutu Lerenia menyumpal mulut Bonar dengan dedaunan dan memeluknya dengan erat agar tidak menggeliat, karena ada Nie yang ditunggangi Prajurit Lemurian mendekati mereka.
Nie menembakkan sinar inframerah melacak apakah ada makhluk hidup bersembunyi di balik pepohonan.
Lerenia menarik tubuh Bonar yang masih menggeliat ke dalam kubangan lumpur di dekatnya dan keduanya bergulung di lumpur.
Nie kemudian muncul di atas mereka dan sinar inframerah bersinar di dekat mereka, sehingga detak jantung Lerenia berdebar-debar tak karuan. Hidupnya pasti akan berakhir seperti para ternak Manusia dan darahnya akan dijadikan persembahan untuk Menara Harapan.
Sinar inframerah hampir mengenai dirinya, tetapi tiba-tiba Cerberus—makhluk asli di daratan Lemurian tiba-tiba menembakkan bola api dari mulutnya.
Prajurit Lemurian yang mengendarai Nie segera menghindari serangan Cerberus dan langsung melompat ke arah pepohonan.
Cerberus yang memiliki tiga kepala dengan bentuk mirip Serigala tersebut—langsung kehilangan Prajurit Lemurian yang memiliki kemampuan berkamuflase dengan benda apa saja yang disentuhnya. Ini mirip dengan kemampuan yang dimiliki hewan Bunglon di Bumi.
Ketiga Kepala Cerberus memiliki kemampuan Air, Api dan penciuman tajam—makanya ia muncul di sini, karena ia mencium aroma darah yang sangat disukai oleh hewan yang mirip seperti monster dalam cerita fantasi tersebut.
Darah yang memicu kedatangan Cerberus berasal dari darah Leluhur Lemurian yang ditelan oleh Bonar. Namun, tiba-tiba Cerberus itu kehilangan jejak darah itu, karena Lerenia membawa Bonar masuk ke dalam kubangan lumpur.
Prajurit Lemurian menahan nafasnya, sehingga Cerberus tidak bisa mengendus keberadaannya. Dia kemudian membidik Cerberus dengan Senapan Laser bertenaga Nuklir yang pelurunya hanya berdiameter satu centimeter saja.
Namun, saat peluru itu mengenai Cerberus, tiba-tiba tubuh Cerberus hancur berkeping-keping oleh ledakan yang menghancurkan hutan seluas lapangan sepak bola. Untung saja Bonar telah selesai berevolusi dan tiba-tiba lumpur disekitar mereka mengeras dan tidak hancur oleh ledakan Nuklir tersebut.
Nie kemudian terbang ke arah Prajurit Lemurian dan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Bonar, sehingga ia tidak tahu apa yang sedang dikatakan oleh Prajurit Lemurian itu. Namun, kemudian ia segera pergi ke arah lain tanpa memeriksa apakah ada korban jiwa oleh ledakan Nuklir tersebut.
Lumpur yang mengeras di tubuh Bonar dan Lerenia segera menghilang.
Bonar yang awalnya kurus karena kekurangan gizi selama di Bumi,—akibat terus berpindah-pindah tempat untuk menghindari patroli Prajurit Lemurian yang memburu Manusia seperti ternak. Namun, akhirnya ia ditangkap di Gunung Sinabung dan di bawa ke kandang ternak, sebelum akhirnya kabur dan bertemu Lerenia—akhirnya kini memiliki tubuh atletis.
“Alamak! Tampan kali aku kurasa, bah!” Bonar memegang perut kotak-kotaknya. “Macam mana kau lihat? Ganteng nggak?” Bonar tersenyum cerah menatap Lerenia yang masih takut padanya.
Bonar menyadari sesuatu yang salah, dia seharusnya berbicara dengan bahasa Inggris saja—karena Bangsa Lemurian hanya mengerti bahasa Inggris sebagai bahasa persatuan di Bumi dan mereka mempelajari itu agar bisa berkomunikasi dengan Manusia.
“Ehmmm!” Bonar berdehem. “Apa yang dikatakan oleh mahkluk terkutuk tadi?” tanyanya pada Lerenia yang secara tak sadar sebenarnya mengutuk wanita di hadapannya itu juga.
“Dia mengatakan ....” Lerenia ragu-ragu menjawabnya. Namun, Bonar melotot menatapnya, “Umm, intinya mereka kehilangan jejakku yang telah mencuri darah Leluhur Lemurian!”
“Oh, ternyata cuma itu,” sahut Bonar memejamkan matanya membayangkan sepasang sayap muncul di punggungnya.
Lerenia langsung tercengang melihat Sayap Putih yang sangat indah muncul di punggung Manusia di hadapannya, bukan di tangan seperti miliknya.
“Ini seperti sayap Malaikat dalam cerita fantasi,” gumam Bonar tersenyum bahagia. “Baiklah! Kau boleh pergi dan jangan sampai mereka menangkapmu. Oh, ya! Berapa jauh dari tanah Lemurian ini dari Bumi?”
“Itu sangat jauh, saking jauhnya sulit untuk mengukurnya. Kalau kamu ingin kembali ke Bumi, maka harus melalui Menara Harapan atau mencari Menara Kutukan, karena semua Menara Kutukan terhubung ke Menara Harapan dan secara otomatis Anda bisa langsung menuju Bumi!” sahut Lerenia. “To-tolong bawa aku bersamamu!” katanya lagi.
Karena ia tidak memiliki tempat bersembunyi dari kejaran Prajurit Lemurian, maka ia memutuskan mengikuti Manusia di hadapannya ini saja, dan yakin Manusia ini akan menjadi makhluk yang sangat kuat karena berhasil menyatu dengan darah Leluhur Lemurian Pertama.
Bonar terkejut mendengar jawaban Lerenia dan permintaan anehnya yang ingin ikut bersama Ras yang dianggap ternak oleh Bangsanya tersebut.
“Baiklah, sepertinya memiliki penerjemah juga sangat bagus di negeri antah-berantah ini!” sahut Bonar meraih pinggang Lerenia dan membawanya terbang. Namun, ia bingung apa yang harus ia lakukan selanjutnya. “Apakah ada Kota yang dekat dari sini?”
Bonar akhirnya memutuskan mencari keberadaan Manusia yang telah berevolusi—memiliki kekuatan super dan berencana mengajak mereka bekerjasama untuk merebut salah satu Menara milik Bangsa Lemurian—agar mereka bisa kembali ke Bumi.
“20 Km ke tenggara ada sebuah Kota kecil di sana,” sahut Lerenia.
“Baiklah, kita ke sana dulu mencari informasi!” Bonar langsung terbang ke arah tenggara yang ditunjuk oleh Lerenia tersebut.
...***...
Visual Lerenia (sumber dari pinterest)
“Kenapa kalian mempersembahkan darah Manusia pada Menara Harapan? Apakah kalian juga melakukan hal yang sama dengan Ras lain?”
Bonar telah memikirkan itu dalam waktu yang lama, apalagi Menara Harapan bisa membawa Bangsa Lemurian terhubung ke seluruh tempat di alam semesta ini, mereka seperti Dewa-Dewa dalam cerita mitologi saja—menganggap Ras lain sebagai Ras rendahan dan menjadikannya sebagai ternak untuk di makan.
“Aku tidak tahu banyak tentang itu, tetapi setahuku Menara Harapan harus diberikan darah segar untuk bisa mengoperasikan pintu teleportasi yang terhubung ke Menara Kutukan di beberapa Planet yang telah Bangsa Lemurian taklukkan,” sahut Lerenia.
Bonar mengangguk pelan, ia sudah mengerti sedikit tentang Menara Harapan ini dan juga baru menyadari ternyata banyak Planet di alam Semesta yang berpenghuni seperti di Bumi. Namun, gara-gara Bangsa Lemurian semua makhluk hidup akan terancam punah—karena mereka harus rutin memberikan persembahan darah pada Menara Harapan.
Bonar pun penasaran, apakah Menara Harapan itu adalah makhluk hidup yang memiliki kekuatan seperti Tuhan atau jangan-jangan Menara Harapan itu adalah tempat bersemayamnya Tuhan bagi Bangsa Lemurian.
Kalau seperti ini bisakah ia menaklukkan Menara Harapan, bila yang ia lawan adalah kekuatan yang memegang alam semesta ini dan menganggap makhluk hidup di dalamnya hanya sebagai ternak untuk dimakan.
Lerenia melihat Bonar melamun seperti memikirkan sesuatu. “Oh, ya. Kita belum berkenalan. Aku Lerenia dan mohon lindungi aku kedepannya he-he-he!”
“Bonar!” sahutnya hanya memberitahu nama panggilannya saja. “Aku juga penasaran, apakah kalian memiliki Tuhan untuk disembah juga?”
Kalau bangsa Lemurian memiliki Tuhan, seharusnya mereka tidak bertindak kejam begini. Membunuh setiap mahkluk hidup dan membuat kerusakan di alam semesta.
“Tuhan kami adalah Lemurian Pertama, Dia adalah Rataka Yang Agung!” Lerenia menaruh tangan kanannya di dada dan menengadah menatap langit.
“O, ternyata Dia adalah Tuhan kalian,” sahut Bonar dan seringai tipis terpancar di sudut bibirnya—sehingga Lerenia merasa keheranan. “Mulai sekarang, kamu harus menyembahku karena darah Tuhanmu mengalir padaku. Maka secara tak langsung Aku adalah Tuhan kalian!” canda Bonar.
Lerenia mengerutkan keningnya, sebagai bagian bangsa Lemurian—ucapan Bonar itu adalah bentuk penghinaan pada keyakinannya. Namun, ia tidak berani memarahi Bonar karena saat ini Bonar adalah satu-satunya rekan yang melindunginya dari kejaran Prajurit Lemurian.
Lima Ratus meter dari Kota Sirte, Bonar segera mendarat dan memutuskan berjalan kaki menuju Kota—karena ia tidak ingin terlihat mencolok. Namun, kini ia memiliki masalah dengan penampilannya yang tidak mirip dengan Bangsa Lemurian, kalau begini ia pasti dengan mudah dikenali sebagai ternak yang melarikan diri.
“Apa ada masalah?” tanya Lerenia melihat wajah Bonar tampak cemas.
“Tentu saja kita memiliki masalah!” gerutu Bonar. “Masalahnya adalah bagaimana menyembunyikan ketampananku ini, aku takut nanti orang-orang Lemurian malah mengejar-ngejarku karena terpesona!”
Lerenia menghela nafas dalam-dalam, apakah ia sebenarnya telah salah memilih teman? Takutnya nanti Pria dari Bumi ini sering melakukan tindakan yang sembrono ke depannya.
Lerenia kemudian mengeluarkan kota persegi dengan sisi 5×5 Centimeter saja.
“Apa itu?” tanya Bonar penasaran.
“Lihat saja dan jangan sampai tercengang, ya!” sahut Lerenia dengan senyum cerah dan kemudian Kotak tersebut berubah menjadi besar, dengan luas 10×10 Meter Persegi.
Lerenia menaruh telapak tangannya di dinding Kotak, kemudian sebuah pintu terbentuk secara otomatis. Di dalam kotak itu ada banyak barang-barang milik Lerenia.
“Ini seperti Kantung Sihir dalam cerita Fantasi,” kata Bonar—kagum melihatnya.
Lerenia mengambil jubah besar yang memiliki tudung penutup kepala, serta sebuah masker berwarna hitam dan kaca mata hitam juga tentunya. “Semua barang-barang ini berasal dari Planet yang kami ... eh, maksudnya aku pungut di beberapa tempat!”
Lerenia hampir mengatakan bahwa ia ikut dalam beberapa ekspedisi penaklukan terhadap beberapa Planet bersama Prajurit Lemurian.
Bonar melihat merk yang tertulis di kotak kacamata dan itu adalah Made in Indonesia. “Hmm, ternyata ini berasal dari Bumi!” gumamnya. “Baiklah, ayo kita memasuki Kota Sirte!”
“Tunggu, perangkat ini harus dipasangkan di otakmu agar kamu memahami bahasa Lemurian, karena bila kamu tidak bisa bahasa kami maka Lemurian di Kota akan mencurigai kamu adalah ternak yang kabur!” seru Lerenia—sembari mengeluarkan jarum suntik dan botol kecil berisi cairan berwarna emas. “Kami menggunakan ini saat berada di Bumi agar bisa memahami bahasa Inggris dan efek obat ini bisa timbal balik. Kamu akan memahami bahasa Lemurian!” jelasnya lagi.
Bonar langsung menganggukkan kepala, walaupun agak ragu jangan-jangan Lerenia ingin membunuhnya. Namun, ia segera menepis pikiran itu karena saat ini Lerenia juga menjadi buronan paling dicari oleh Prajurit Lemurian karena telah mencuri darah Leluhur Pertama Bangsa Lemurian.
Lerenia kemudian menyuntikkan cairan emas itu ke dalam otak Bonar yang kembali menjerit kesakitan. Rasa sakit ini sama seperti saat ia menelan darah Leluhur Pertama Bangsa Lemurian.
“Sial! Untuk menjadi over power saja kenapa harus menderita rasa sakit berkali-kali, sih!” gerutu Bonar mengepal tangannya dan menggertak kan giginya.
Lima menit kemudian, rasa sakit dan pusing di kepalanya menghilang dan Lerenia langsung berkomunikasi menggunakan bahasa Lemurian dan ajaibnya Bonar langsung mengerti, bahkan ia dengan fasih bisa menggunakan bahasa Lemurian.
“Aku iri dengan Bangsa Lemurian, teknologi kalian itu seperti dalam cerita Fantasi. Pantas saja kalian dengan mudah menaklukkan Ras lain walaupun mereka melakukan perlawanan sengit, bahkan senjata Nuklir dari negara-negara besar di Bumi tidak bisa menandingi kehebatan kalian!”
Bonar berkata sembari menghela nafas dalam-dalam, karena teringat masa-masa kelam yang hanya berlangsung dalam satu hari saja Bumi telah ditaklukkan oleh Bangsa Lemurian.
“Apa kalian tidak memiliki teknologi penyamaran gitu? Tapi jangan operasi Plastik, aku tidak suka dengan wajah Lemurian. Wajah kalian jelek sekali!” kata Bonar yang membuat ekspresi wajah Lerenia mengkerut.
“Sudahlah ayo kita masuk ke dalam Kota Sirte dan mencari informasi yang kamu butuhkan!” sela Lerenia yang merasa pembicaraan mereka lama-lama ngelantur jauh.
Keduanya memasuki Kota dan tanpa ada rintangan yang menghadang mereka.
“Pertama kita ke klinik kesehatan terlebih dahulu untuk mengobati tanganku ini,” kata Lerenia—berhenti di depan Klinik Kesehatan. “Tunggu sebentar, ya. Jangan pergi jauh-jauh!” Lerenia langsung masuk ke dalam.
Namun, Bonar melihat ada dealer Nie—kendaraan bermotor yang bisa terbang di sebelah Klinik Kesehatan yang dimasuki Lerenia. “Sepertinya lebih bagus mengendarai Nie itu dari pada terbang menggunakan kekuatan bawaanku yang mungkin memiliki batasan dalam penggunaannya,” gumamnya, tetapi masalahnya ia tidak memiliki uang untuk membelinya.
Tak berselang lama Lerenia pun keluar dan melihat Bonar telah memasuki Dealer Nie.
“Apa yang dilakukannya di sana, apa ia tidak takut ketahuan kalau ia adalah ternak yang kabur!” gumam Lerenia menepuk jidatnya—kemudian menghampiri Bonar.
Melihat Lerenia memasuki Dealer Nie, Bonar langsung mendekatinya.
“Belikan satu untuk kendaraan kita!” bisik Bonar sembari menyenggol bahu Lerenia yang langsung risih oleh ulahnya. “Hei, aku sekarang adalah Bosmu, cepat lakukan! Kau harus sering-sering membuatku senang agar aku membawamu ke Bumi!”
Lerenia ingin menangis saat ini juga, karena uang dalam rekeningnya hanya 10.000 Tael emas, sementara harga Nie adalah 8.000 Tael emas. Mungkin ke depannya ia harus mengajak Bonar merampok Bank saja untuk kelangsungan hidup mereka. Toh, keduanya saat ini adalah buronan Prajurit Lemurian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!