Ribuan tahun yang lalu sang Dewi kehidupan, sang Dewi tertinggi mencipta alam dan berbagai kehidupan di dalamnya seperti tumbuhan, hewan dan berbagai ras untuk menduduki mulai dari ras manusia, raksasa, siluman dan berbagai kehidupan laut seperti putri duyung, siren, ikan dan berbagai makhluk lainnya untuk laut.
Awalnya mereka hidup damai saling mendukung dan membantu, tetapi sikap itu lama lama memudar. seiring waktu berjalan mereka saling mementingkan dirinya sendiri dan saling membunuh, terutama di daratan.
Ras raksasa yang paling besar dan kuat, merasa dirinya sebagai penguasa, memiliki sikap yang tamak dan arogan sehingga menyatakan perang dengan ras manusia dan ingin menaklukkannya.
Ras manusia tidak diam saja sehingga mereka juga menyatakan perang.
di Padang pasir daerah tengah, kedua ras itu perkumpulan dan melakukan peperangan selama 1 tahun karena ras manusia lebih kecil dan hanya mengandalkan senjata seadanya akhirnya ras raksasa lah yang keluar sebagai pemenang dan ras manusia mengalami kekalahan yang sangat jauh dan akhirnya mereka yang tersisa harus melarikan diri.
Setelah peperangan itu daerah tengah di kenal sebagai Padang Kematian karena ribuan orang mati di sana tanpa di kubur.
Ras raksasa tidak diam saja, mereka melakukan pemburuan, memakan dan menjadikan budak setiap manusia yang di jumpainya.
Perburuan manusia itu berlangsung ratusan tahun hingga ras manusia hampir punah dan selama itu juga ras manusia menderita, banyak di antara mereka yang dimakan dan di bunuh
Ras manusia yang tersisa selalu di hantui rasa takut dan khawatir terhadap diri mereka sendiri sehingga mereka memohon keadilan dalam kehidupan mereka.
Sang Dewi mendengarkannya lalu turun.
“Aku akan menurunkan ilmu sihir untuk kalian wahai ras manusia dan gunakanlah sebaik baiknya” Ucapnya dengan suara yang lembut dan bergema ke seluruh alam.
Berbagai kehidupan di dunia terkagum kagum mendengarnya. ras manusia merasa senang sedangkan ras raksasa merasa iri dengan mereka tetapi tidak bisa melakukan apa – apa.
Sang Dewi mengangkat tangannya. dari telapak tangannya muncul setitik cahaya kuning yang terang, yang membutakan mata sesaat.
Lalu dengan nafasnya yang harum ia meniupnya hingga cahaya itu terbang dan menyinari langit selama tujuh hari, tujuh malam dan selama itu juga langit tidak mengalami malam.
Para ras di dunia yang melihatnya begitu kagum terutama ras manusia, mereka merasa ketidak adillan akan sirna dan kebahagiaan akan mendatangi mereka.
Di samping itu berbagai ras merasa bahagia dan senang karena dapat mendengar perkataan sangat Dewi yang begitu indah apalagi sepanjang hidup mereka baru pertama kalinya mendengar.
Mulai sejak saat itu ras manusia memiliki kekuatan sihir yang dapat di gunakan untuk bertarung.
Selama ratusan tahun Mereka mengembangkannya hingga tahap yang begitu mengagumkan. mereka hidup damai, tetapi ras raksasa yang melihatnya merasa iri dan melakukan penyerangan kepada ras manusia terus menerus.
Puluhan tahun pun berlalu berbagai daerah menjadi kekaisaran yang damai karena mereka bisa mengembangkan kekuatan sampai tahap yang tinggi sedangkan daerah memiliki ahli petarung yang lemah akhirnya menjadi budak raksasa.
Sang Dewi yang melihatnya merasa iba Karena belum bisa mendamaikan dan menyeimbangkan kehidupan di bumi lalu ia pun lagi lagi turun dan pertama kalinya memperlihatkan sosok ilahinya.
Sang Dewi berwujud wanita cantik yang besar, tinggi dan anggun, wajahnya sangat cantik dengan kulit seputih susu dan lembut, rambutnya hitam panjang dan begitu berkilauan menari nari karena angin, dari balik rambutnya terpancar 7 Cahya yang terang.
Ia memakai gaun kuning panjang yang berkilauan.
Kedua tangan dan kakinya memakai gelang emas dan gelang di kedua kakinya terselip lonceng kecil.
kedua tangannya di letakan di depan sambil memegang bunga teratai dua warna yaitu putih dan hijau, putih melambangkan kesucian dan hijau melambangkan keasrian.
Selendang kuning panjang terselip di lehernya dan menari nari karena angin.
Setiap kukunya menampilkan cermin yang indah dan di dalam cermin itu terlihat berbagai elemen di dunia.
Jika seseorang yang berada di sekitarnya ia akan menghirup wewangian yang sangat harum, tetapi tidak menyengat ataupun memusingkan kepala.
Tetapi wewangian itu membuat semua orang tenang dan larut dalam kebahagiaan.
“aku akan menurunkan seorang bisa memimpin kalian, yang akan membuat alam ini menjadi damai, dan saat dia turun akan ada sesuatu yang begitu hebat terjadi sebagai penyambutannya...” suara sang Dewi begitu lembut dan bergema ke seluruh alam
“Dia akan menjadi baik , tergantung bagaimana kalian mengurusinya. dia juga bisa menjadi begitu jahat jika dia salah didikan.”
Ras di bumi merasa senang mendengar dan melihatnya tetapi ada juga yang tidak senang.
Ratusan tahun pun berlalu beberapa daerah telah di kuasai ras raksasa dan beberapa daerah kekaisaran tumbuh dan berkembang, tetapi masih saja keseimbangan belum tercapai.
Para ras raksasa tidak suka di perintah oleh ras lain, Mereka Hanya menganggap raja mereka lah yang harus menjadi pemimpin, maka mereka selalu mengawasi setiap perkembangan manusia. mereka juga bekerja sama kepada manusia yang tidak suka. walaupun pengumuman itu sudah berlalu sangat lama, mereka masih khawatir akan kelahiran anak yang di katakan itu, jika anak itu lahir maka ras raksasa ingin membunuhnya atau menjadikannya budak meski itu anak yang di turunkan Dewi.
Sedangkan ras manusia sangat menantikan kelahiran anak itu sambil membayangkan bagaimana rupanya, apakah ia tampan, bijaksana ataupun yang lainya —memikirkan saja membuat mereka bahagia.
Puluhan tahun berlalu anak itu belum lahir, membuat mereka perlahan lahan tidak percaya lagi dan menganggap itu bohong akan tetapi pada suatu hari terjadi fenomena alam yang aneh di langit.
Awah awan berterbangan menuju satu titik. awalnya orang-orang menganggap itu sesuatu yang biasa akan tetapi awan itu berubah menjadi hitam dan sangat hitam membuat mereka takut. awan awan hitam itu bergerak menjadi pusaran di atas salah satu rumah di kekaisaran, rumah itu terletak di pinggir sungai yang deras.
Awan awan membentuk spiral semakin lama semakin cepat.
Langit menjadi gelap bagaikan malam seolah olah itu lah hari kiamat.
“jeder.” Suara gemuruh yang disertai petir yang merambat seperti akar ke sana sini menambah ketakutan.
Di dalam rumah seorang wanita yang sedang melakukan proses melahirkan.
“Hiyaaa.” Teriak wanita itu menahan sakit di perutnya. kedua tangannya memegang pinggir ranjang dengan erat. wajahnya di selimuti keringat yang banyak. Nafasnya tersengal-sengal.
“ayo bu sedikit lagi.” Ucap wanita yang membantunya sambil melihat bayi yang akan keluar.
Beberapa menit suara teriakan berlangsung.
Di halaman rumah seorang pria paruh baya sedang berjalan bolak baik sesekali melihat ke arah rumah, wajahnya di penuhi kekawatiran.
Pria itu memiliki wajah yang biasa biasa saja dengan rambut kuning Pirang dan sebuah pedang di pinggangnya dan pria itu bernama Toru.
Di atas rumahannya sosok naga hitam terlihat begitu besar sesekali meraung dengan keras Membuat tanah bergetar dan disertai udara dingin yang begitu hebat menyebar membuat toru terkejut “ apa yang terjadi?” gumamnya sambil merajut alis karena merasakan suhu begitu dingin dan tekanan secara mendadak
Selama ia hidup tidak pernah ada fenomena seperti itu, selama hidupnya juga ia selalu berlatih bela diri dan sudah mencapai tingkat surgawi bintang 5, tetapi kekuatannya tidak mengerikan yang ia lihat sekarang.
“Uweek, uweeek.” Sura tangisan bayi terdengar, wajah Toru menjadi cerah lalu bergegas masuk tanpa memikirkan apa yang ada di langit.
Setelah Toru masuk di langit naga itu lagi lagi meraung dengan keras lalu menghilang seketika seolah olah tidak ada sebelumnya bahkan langit pun menjadi cerah seketika.
Saat membuka pintu, Toru melihat anaknya sudah berada di kedua pangkuan tangan wanita yang membantu persalinan yang bernama Adya. wajah Toru sangat ceria dan bahagia menghampiri anaknya yang baru lahir.
“Selamat tuan anak Anda laki laki.” Ujar Adya.
Adya menyerahkan bayi itu kepada Toru.
Toru tersenyum memandang anaknya yang sudah tidur begitu lelap dan lucu lalu mendekati wanita yang ada di ranjang.
“Anak kita akan menjadi pemuda yang tampan.” Ucap Toru kepada istrinya yang berbaring lemas sambil tersenyum memandang suaminya.
“iya.” Ucapnya lirih sambil tersenyum.
Sementara itu di atas atas bukit yang berdekatan dengan rumah itu.
Seorang pria tua yang gagah berdiri. sorot matanya sangat ganas, memiliki tubuh kekar dan lengkap dengan zirah.
Ia memiliki rambut putih dan kumis yang panjang
“Hahahaha, akhirnya dia lahir juga, Nayaka, Rani, Dara habisi mereka dan bawa bayi itu kemari!” ujar pria itu kepada 2 orang pria dan satu wanita di belakangnya.
“Baik tuan.” Ucap mereka bersamaan dan menghilang.
“Emm, aku harus memilikinya.”
“hey kalian para raksasa, jika berani melangkah lagi maka nyawa kalian yang menjadi taruhannya.” Ujar pria itu berbalik memandang puluhan raksasa yang ada.
Raksasa adalah ras terbesar yang ada di daratan, mereka biasanya memiliki tubuh 10 meter, tubuhnya berwarna merah dan sepasang taring di wajahnya serta taring itulah biasanya mereka gunakan untuk mengoyak daging buruan.
“chih, memangnya siapa kau!” ujar raksasa yang memimpin kelompok tersebut.
“Aku sudah memperingatkan kalian.” Pria tua itu berbalik.
Merasa di acuhkan wajah raksasa itu menjadi marah. “ semuanya bunuh dia!” ujar sambil menunjuk dengan papan kayu dengan ribuan paku menghiasinya.
Semua raksasa yang ada meraung keras dan berlari.
“kalian terlalu bodoh.” Pria itu berbalik, ia mengangkat tangannya dengan telunjuk dan jari tengah terlentang lalu menurunkannya dengan cepat.
“Deng.” Suara pedang yang begitu besar tepat jatuh di atas kepala raksasa membuat salah satu raksasa mati dengan tragis.
Pedang yang memiliki besar setara dengan dinosaurus dan memiliki berat 2 ton, pedang yang berwarna merah darah dengan aura kematian yang mencekam.
Beberapa raksasa memperlihatkan ekspresi ketakutan, dengan perlahan -lahan mundur.
“hey, kalian kenapa mundur!” ujar pemimpin kelompok, tetapi mereka tidak menggubris nya dan tetap mundur berlari ketakutan.
“chih.” Raksasa itu kesal.
Pria itu ter senyuman dingin mengangkat tangannya dan mengarahkan pedang besarnya.
Beberapa raksasa berlari terbirit-birit karena takut.
“Aku tidak akan mundur!” Raksasa pemimpin kelompok itu berlari dengan memegang senjatanya dengan erat.
Pria itu tersenyum meremehkan, dia langsung mengarahkan pedang besarnya.
Denngg.
Wajah toru yang membopong anaknya menjadi pucat setelah mendengar suara pertarungan di luar, meskipun Suara itu kecil, tetapi dengan tingkat kultivasinya sekarang ia dapat mendengar Suara yang sangat jauh bahkan ratusan kilometer dari tempatnya sekarang berada serta orang yang bertarung adalah orang yang sangat kuat dan juga jumlahnya tidak hanya satu.
“ada apa?” tanya istrinya yang bernama Dira dengan khawatir melihat wajah suaminya mendadak berubah pucat dan Dira juga tidak menyadari adanya pertarungan karena Suara sungai yang deras serta tidak memiliki tingkatan kultivasi.
“Cepat pergi ke belakang dan bawa anak ini pergi.” Ujar Toru mendekat dan memberikan anaknya kepada dira yang sudah duduk.
“kenapa?” tanya istrinya bingung dan mengerutkan kening. Sepanjang hidupnya ia mengetahui suaminya memiliki tingkat kultivasi yang tinggi dan hebat selain itu ia pandai dalam mengatur strategi serta tidak mudah kalah, tetapi mengapa suaminya bersikap seperti ini? yang membuatnya bertanya tanya.
“Nanti aku jelaskan.”
“tapi..” istrinya ingin Sekali mengetahuinya.
“Sudah, cepat pergi.”
Setelah mendengar jawaban toru, mau tidak mau Dira harus mengikuti perintah suaminya Walaupun ia ingin sekali mengetahui jawabannya dan juga setelah mendengar jawaban suaminya ia mengetahui bahwa situasinya sangat berbahaya. Dengan wajah bingung, heran dan sedih Dira dan Adya keluar berlayar dengan perahu kecil yang terletak di belakang rumah.
Mereka berdua samar samar mendengar suara pertarungan membuat mereka takut dan berusaha lebih cepat. Dira yang mengetahuinya tidak begitu terkejut karena ia sudah memprediksinya sedangkan Adya mengetahuinya dengan sekuat tenaga mendayung perahu.
Di dalam ruangan toru menarik pedang dan bersiap untuk bertarung. Sebenarnya ia sudah mengetahui tiga orang sudah memasuki rumahnya, tetapi karena rumahnya di lindungi membuat mereka harus menghancurkannya terlebih dahulu sedangkan Toru memanfaatkan waktu itu untuk menyuruh istrinya pergi.
“kalian keluarlah!” ujar Toru menantang.
Bommm. Suara pintu hancur memperlihatkan Nayaka muncul dari pintu, tanpa berkata apa pun dengan cepat berlari dan mengayunkan pedangnya— sepertinya ia menerima tantangan dari Toru.
Trangkkk
Nayaka tersenyum. “kau hebat juga.” Toru menahan serangan Nayaka dengan santai namun serang itu sebenarnya sangat kuat dan cepat hanya saja di mata Nayaka itu terlihat lambat.
“Maaf keberuntunganmu sampai di sini saja.” rani muncul dari belakang dalam sekejap mata.
“Trengkkk.” rani mengayunkan pedangnya, tetapi di tahan oleh Toru dengan pedang yang muncul di tangan kirinya, kini Toru menahan serangan Nayaka di depan dan Serangan Rani di belakangnya.
Rani dan Nayaka terkejut, setahu mereka hanya seseorang yang memiliki ilmu bela diri yang tinggi saja yang bisa melakukannya, tentu saja akan memiliki tekanan yang begitu kuat di sekitarnya, apalagi sepanjang pengalaman mereka aura dan tekanan adalah salah satu hal yang selalu di tunjukan oleh seseorang, tetapi aneh jika seseorang menyembunyikannya.
Rani dan nayaka melompat ke belakang karena ada satu temanya lagi
“Duggg.” Sebuah pilar jatuh tepat mengenai Toru membuat lubang besar di langit langit dan teras rumah.
“Ehehe.” Wajah Dara tersenyum sambil menelangkupkan kedua tangannya karena tidak merasakan pergerakan apa pun, tetapi
“Kau terlalu awal.” wajah dara menjadi terkejut setelah mendengar dan merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir di bawah pilar, ia ingin melompat, tetapi
Boooom.” Energi berwarna putih begitu kuat keluar dari tubuh toru membuat rumah hancur berkeping-keping membuat semuanya berantakan dan hancur.
Rani, Nayaka dan dara terlempar beberapa meter dan akhirnya terhenti tanpa menghantam apa pun meskipun begitu tubuh mereka mengalami luka luka.
Pilar yang mengenai Toru juga ikut hancur berkeping keping.
“kita harus bekerja sama.” Ujar Nayaka yang Merasakan energi dan tekanan yang begitu kuat. Nayaka sedikit kecewa pada dirinya yang sebagai seorang pemimpin yang tidak mencari tahu kemampuan musuh sebelum menyerang, ia mengira musuh yang di hadapi akan mudah untuk di lawan karena memasang pelindung dan juga tidak merasakan aura apa pun di sekitarnya, tetapi ternyata ia menyembunyikannya sehingga Nayaka harus menyiapkan kemampuan terkuat mereka.
Rani dan Dara mengangguk.
“ayo pergi!” Ujar Nayaka dan langsung berlari begitu pun Rani dan dara.
Mereka mengeluarkan energi merah seperti nyala api dan mulai menyerang.
Nayaka mengayunkan pedang beberapa kali sebagai serangan pertama
Dara menyerang dengan melempar pilar yang baru lalu terakhir Rani menyerangnya, serangan dilakukan terus seperti itu.
Beberapa menit pertarungan terjadi, Nayaka, rani dan Dara menghujani Toru berbagai jurus dan teknik, tetapi Toru selalu mampu menahannya membuat mereka harus mundur beberapa meter karena kelelahan.
“ah, ah, ah,” Suara nafas mereka bertiga berdiri tidak jauh dari Toru.
Toru tersenyum puas karena bisa menahan mereka. sebenarnya ia ingin mengalahkan mereka dengan cepat, tetapi mereka bisa di bilang sulit untuk di kalahkan dan apalagi kerja sama yang di tunjukan terlalu baik.
Maka Toru memutuskan untuk berusaha melawan mereka sebelum melawan orang yang ada di bukit dan berharap para raksasa memberikan perlawanan yang sengit untuk menguras tenaganya.
“nayaka apa yang harus kita lakukan?” tanya rani yang sudah tidak tahu apa yang harus di lakukan, serangan mereka sebelumnya adalah sebuah serangan gabungan yang sangat kuat bahkan seseorang tingkat yang tinggi saja tidak akan mudah menghindarinya, tetapi pria yang bernama Toru di depan mereka mampu melakukannya membuat mereka terkejut, heran dan bertanya tanya tingkat apakah ia sekarang.
Nayaka adalah pria yang memiliki wajah tampan dengan rambut kuning Pirang, selain tampan ia juga ahli strategi dan pengamatan, pengamatan adalah hal yang akan ia lakukan sebelum menyerang biasanya ia melakukannya sebelum melakukan pertarungannya, tetapi sekarang ia harus melakukannya secara terang tegangan.
Nayaka mengamati Toru yang tidak kelelahan, membuatnya terkejut, Toru sungguh kuat, baru kali ini ia bertarung dengan seseorang yang begitu kuat apalagi tiga lawan satu dan hanya satu yang perkirakan Nayaka bahwa Toru berada di tingkat surgawi atau di atasnya.
“Bersatu!” ujar Nayaka.
Rani dan Bara mengangguk dengan cepat berdiri di belakang Nayaka dan mengalirkan energi berwarna merah.
“kalian terlalu awal melawanku!” Toru mengangkat pedangnya, samar samar energi biru begitu kuat menyelubungi pedang itu yang semakin lama semakin besar seperti api biru yang besar membakar pedang itu.
Energi merah dalam tubuh Nayaka meledak menjadi lebih kuat, pedangnya menjadi lebih besar dengan aliran petir di sekitarnya bahkan tanah tanah di sekitarnya berterangan dan hancur seketika.
Rani dan bara mendorong punggung Nayaka.
“hiyaaaa!” Nayaka berlari sambil memegang pedangnya erat erat, ia bergerak sangat cepat, tanah tanah di sekitarnya hancur seketika saat di lewati.
“Kau masih lemah!” Toru ikut berlari, meskipun saat ia berlari tidak sedahsyat yang di timbulkan nayaka bisa di bilang sangat rapi, tetapi bagi yang berpengalaman akan mengetahui bahwa semua energi berkumpul dengan padat di pedangnya.
“Bomm!!” Ledakan energi begitu kuat pun terjadi, angin di sekitar menjadi keras, pemohon pepohonan tumbang, rani dan bara yang tidak jauh berusaha tetap berdiri dengan kekuatan yang tersisa
“Kau masih lemah!” ujar Toru menahan serangan Nayaka dan ia menahannya dengan mudah.
“ma-sih belum!Hiyaaa!”teriak Nayaka mengobarkan semangat mendorong pedangnya dengan sekuat tenaga, tetapi hanya bisa mendorong Toru beberapa centimeter saja bahkan pedang Toru tidak bergerak sedikit pun.
“Aku bilang kau masih lemah!” ujar Toru lalu menepis dengan mudah membuat Nayaka terpental dan membentur pohon yang ada di bawah bukit.
“Nayaka!” ujar rani dan Bara bersamaan.
“dia memang kuat.” Ucap pria tua yang ada di pegunungan yang tidak jauh dari sungai.
“Tapi bagaimana dengan ini.” Pria itu mengangkat tangannya dengan cepat menurunkannya.
“Dengggg.” Sebuah pedang besar tepat mendarat di atas toru tetapi toru berhasil menahannya, tentu saja serangan itu baginya dapat di lacak dengan mudah.
“tuan.” Ucap rani dan bara bersamaan sambil memegang Nayaka kepada pria yang memerintahkan mereka.
“kalian pergilah”
Ekspresi Toru menjadi lebih serius. Ia tidak menyangka akan secepat ini dan jika saja ada waktu lebih lama maka ia bisa membunuh mereka bertiga, tetapi sekarang ia harus melawan orang yang ada di depannya, orang yang memiliki kekuatan yang setara dengan nya dengan kekuatan yang tersisa Toru berusaha menghancurkan pedang yang menahannya.
Mereka mengangguk dan menghilang.
“Bommm.” Pedang itu pecah dan menghilang, Toru menjadi sedih karena istrinya yang baru melahirkan harus berusaha lari dari tiga orang itu. Di dalam hatinya ia berharap semoga tuhan melindungi istri dan anaknya.
“aku hanya ingin mengambil putramu, kenapa kau harus bertarung ?” ujar orang itu entah apa yang membuatnya berkata seperti itu.
“Hanya orang bodoh saja yang ingin membiarkan anaknya di ambil.” Ujar Toru yang memperlihatkan ekspresi dingin, tajam dan mematikan, tatapannya terlihat seperti memandang orang yang sangat ia benci.
“Seperti itu kah? Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu untuk melindungi anakmu.” Ujar pria itu yang dengan tenang berkata seperti itu.
Beberapa pedang besar muncul di atas melayang-layang mengarah Toru.
Dira dan adya berusaha terus mendayung kapal mengikuti arus sungai, wajah mereka sangat khawatir dan berharap semuanya akan baik baik saja.
Untungnya malam begitu cerah sehingga mereka dapat melihat sungai dengan baik.
Setiap keringat yang keluar dengan cepat mereka sekat. sorot mata mereka tidak pernah diam; selalu saja melihat sekitar.
“adya, ke mana kita akan pergi?” tanya Dira sambil membopong anaknya dengan erat, meskipun ia khawatir dengan semua yang terjadi dan ingin menyelamatkan diri dan anaknya, tetapi ia juga tidak mau pergi tanpa tujuan
“aku juga tidak tahu, yang pasti kita akan pergi sangat jauh.”jawab Adya sambil mendayung.
Mendengar itu dira tidak berbicara lagi karena dari nada bicara Adya ia mengetahui Adya pasti akan mencarikan tempat yang terbaik.
Di tepat lain, tidak jauh dari sungai beberapa raksasa berjalan dengan kesal karena tidak dapat menyelesaikan misi mereka bahkan ketua mereka harus merenggut nyawa dalam hal itu.
Salah satu raksasa menyadari adanya seseorang melintasi sungai dengan cepat ia berkata, “eh bukankah itu yang kita cari?” tanyanya sambil menunjuk ke sungai.
Kelompok Raksasa itu berada di bawah kerimbunan pepohonan yang rindang.
“Kau benar.” Jawab yang lainya.
“Semuanya berhenti!, Kita harus menyelesaikan misi ini.”
“ah.” Jawab raksasa lainya yang tidak percaya.
“lihat, itu adalah istrinya dan pasti sedang membawa anaknya.” Ujar raksasa tadi sambil menunjuk.
“Sekarang tidak ada suaminya pasti akan dengan mudah kita membunuhnya. Ayo!”
Mereka mengangguk lalu berlari menuju sungai.
“suara apa itu?” tanya Dira sambil memandang ke sumber suara.
“Itu.” Adya memicingkan matanya karena di pinggir hutan sangat gelap. “oh tidak.” ia terkejut melihat puluhan raksasa mendekat dengan cepat ia menepikan perahunya di seberang.
“ada apa Adya?”
“Cepat pergi dari sini!”
“apa yang —.”
“Nanti aku jelaskan.”potong Adya.
Dira melihat ekspresi wajah adya yang khawatir dengan cepat berlari, meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi itu pasti bukan sesuatu yang baik.
Dengan sekuat tenaga ia berlari ke tengah hutan.
Setelah melihat Dira menjauh Adya berbalik. “aku tidak akan membiarkan kalian mendekatinya!” tangan Adya bercahaya mengeluarkan pedang panjang.
“Hiyaaa.” Adya berlari menuju kerumunan raksasa itu sambil melayang.
Adya menyerang Raksasa dengan mengayunkan pedangnya yang sangat cepat, beberapa raksasa dengan mudah ia bunuh , tetapi jumlah Raksasa terlalu banyak membuatnya kelelahan, apalagi tubuh Raksasa begitu keras dan tidak mudah untuk di bunuh membuatnya kelelahan dan harus mundur beberapa meter.
“menyingkirlah Kau tidak akan bisa mengalahkan kami!” ujar Raksasa.
“Meskipun aku tidak bisa mengalahkan kalian, setidaknya aku bisa menahan kalian lebih lama.” Adya berlari.
“kau sungguh bodoh.” Raksasa itu dengan cepat mengayunkan balok kayunya.
Sebelum mencapai raksasa itu Adya mengambil sebuah pil dari saku celananya dan langsung memakannya.
“Oh tidak!” ujar Raksasa itu menyadari Adya melakukan bunuh diri, namun jarak mereka sudah dekat dan tidak mungkin untuk menghindarinya.
“boomm!”
...****...
Di dalam hutan, Dira berlari sekuat tenaga, menuju pedalaman, ia tidak lagi peduli dengan hewan buas yang mengancam, tersesat ataupun terluka baginya sekarang anaknyalah yang sangat berharga dan harus di selamatkan meski ia harus mengorbankan nyawanya.
“Sungguh malam nasib mu nak.” Gunanya dengan lirih sambil memandang anaknya yang tertidur pulas.
“Berhenti!” seorang yang tidak terlihat berteriak.
Dira mempercepat larinya, meskipun ia sangat kelelahan ia terus berusaha berlari sekuat tenaga, namun ia salah melangkah di depannya ada jurang yang begitu dalam.
Saat hendak berlari ke arah lain tiga orang menghampirinya mereka adalah bara, Nayaka dan rani.
“Serahkan bayi itu!” ujar Nayaka.
“Tidak!” ujar Dira sambil memegang erat anaknya dan terus mundur hingga mencapai pinggir tebing.
“kau sudah tidak bisa lari lagi.” Ucap Rani.
Dira memandang ke dalam jurang yang dalam. ia tidak rela anaknya di ambil, tetapi ia sekarang tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat anaknya aman dan hanya ada satu cara terakhir yang dapat ia lakukan
Dengan air matanya menetes dan memegang erat anaknya, ia menjatuhkan dirinya sambil memeluk anaknya dan meletakkannya di atas.
Nayaka, bara dan rani terkejut melihatnya, mereka tidak menyangka ia nekat menjatuhkan diri.
“apa yang harus kita lakukan?” tanya Rani, mereka tidak berani terjun ke bawah jurang itu.
Jurang itu sangat berbahaya, katanya bila seseorang yang jatuh ke sana tidak akan pernah kembali hidup hidup, bukan hanya jurang itu dalam, tetapi ada monster di dalam sana, orang orang yang pernah melihatnya sangat ketakutan dan tidak akan berani lagi ke sana dan monster itu memiliki bentuk yang beragam.
Mereka juga mendengar ada seorang petarung tingkat tinggi yang masuk ke dalam, tetapi ia tidak pernah kembali.
“Huh.” Tarikan nafas Nayaka pasrah. “kita kembali saja.”
“bagaimana bisa.”ucap Bara, ia sangat mengkhawatirkan reputasi mereka yang tidak pernah gagal dalam menjalankan misi, apalagi misi seperti ini, itu akan membuat reputasi mereka turun drastis.
“Kita tidak bisa melakukan apa apa.” Ujar Nayaka.
“ayo kembali.”
Mereka semua menghilang dalam sekejap mata.
...****...
Dira terjatuh sambil memegang anaknya dengan erat. air matanya tidak pernah berhenti menetes, sungguh kesedihan yang mendalam yang ia rasakan sekarang dan merasa enggan untuk meninggalkan anaknya yang baru beberapa jam di lahirkan, ia sungguh berharap jika suaminya akan datang dan menyelamatkannya tepat waktu.
Beberapa kali ia merasakan kesakitan akibat menghantam tebing tebing batu yang menjulang, dia tetap memegang anaknya dengan menempatkannya di atas dan memeluknya dengan erat.
Setelahnya, tubuhnya tergores gores berbagi cabang yang sangat tajam ia tetap melindungi anaknya dan tetap tidak menjerit; ia tetap bertahan, dan melindungi anak dalam pelukannya.
Byurrr. Tubuhnya terjatuh menghantam danau air Tawar yang dingin.
Perlahan lahan ia melayang-layang jatuh, kedua kaki dan satu tangannya di gerakan untuk berusaha naik ke permukaan, tetapi ia terlalu lemah dan kelelahan untuk naik ke permukaan.
ia sangat bersedih, jika dirinya tidak bisa selamat maka anaknya akan tidak akan selamat juga.
ia melihat anaknya yang masih tertidur, tidak ada gerakan apa pun, membuatnya khawatir.
Siapa saja tolonglah! Teriaknya dalam air meskipun itu mungkin adalah hal yang sia sia, namun ia tetap melakukannya.
Dari bawah, air menggelembung gelembung membentuk tangan yang besar lalu bergerak ke atas.
Dira merasa takut akan anaknya yang baru lahir, ia memegang anaknya dengan erat.
Tubuhnya perlahan lahan terangkat. Dira sangat lega dan bahagia, tangannya menyentuh hidung anaknya memeriksa apakah ia masih hidup.
hatinya merasa bahagia merasakan nafas anaknya yang masih hidup, tetapi saat ia melihat ke bawah, ia sangat ketakutan.
“Jangan takut.” Suara wanita yang lembut dan bergema dari belakangnya.
Dira berbalik, wajahnya sangat terkejut, melihat wajah wanita air yang cantik dan besar memperlihatkan ekspresi lembut dan penuh dengan keindahan. tubuhnya hanya sebagian di atas air dan penuh dengan air
“S–siapa kau!?”
“Aku?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!