Pada malam hari di sebuah kamar yang sederhana, seorang gadis yang tetidur pulas tiba-tiba saja terbangun oleh suara keras mendobrak pintu kamar.
Dalam kegelapan, dia ingin mencari tahu apa yang terjadi. Gadis bergaun selutut itu turun dari tempat tidur, mengambil tongkat putih yang ada tak jauh darinya lalu keluar kamar dengan tergesa-gesa.
Ada rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya, tapi tidak menghalangi dirinya untuk berjalan meski sedikit tertatih-tatih.
"Siapa yang memasuki rumah?" tanyanya sedikit berteriak seraya menentukan di mana keberadaan tangga.
Meskipun matanya terbuka dan tampak baik-baik saja, gadis itu telah buta sejak lahir. Tidak tahu bagaimana warna pelangi atau bahkan indahnya pantai.
Suara pelayan yang tampak ingin berteriak tiba-tiba saja menjadi sunyi. Ada beberapa keributan di lantai bawah yang membuatnya ingin segera turun.
Lalu terdengar suara langkah berat menaiki tangga.
Gadis yang memegang tongkat putih itu sedikit ketakutan, memiliki firasat buruk di hatinya. Dia segera mundur dan mencoba untuk mencari tempat persembunyian.
"Apakah kamu Nona Nola Neilson?" Terdengar suara seorang pria yang tidak dingin atau hangat, tapi Nola dapat merasakan jika pihak lain sudah ada di depannya.
"Siapa kamu?" tanyanya.
"Kakek Jefford memintaku untuk menjemputmu. Mulai sekarang, kamu akan tinggal di keluarga Jefford," jawab pihak lain.
"Kakek Jefford?" gumamnya tidak percaya. "Bagaimana kamu tahu kakek Jefford? Apakah kamu membohongiku? Kamu ingin menculikmu 'kan?"
Gadis bergaun putih selutut itu bernama Nola Neilson. Gadis buta berusia dua puluh tahun yang hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang lain selama hidupnya. Kulitnya putih bersih, rambut kecokelatan sedikit bergelombangnya membuat wajah cantiknya tampak murni dan bersih.
Keluarga Neilson tidak pernah mengakui Nola sebagai bagian dari keluarga. Selain karena kebutaannya, juga disebabkan karena mendiang ibu Nola yang tidak dicintai. Bahkan nyaris menikah karena syarat bagi ayah kandungnya untuk mendapatkan harta warisan.
Pria di depan Nola saat ini adalah seorang pria berjas hitam dengan rambut pirang yang disisir rapi. Wajah khas negara barat terlihat jelas. Dia memiliki mata biru yang indah serta perawakan pria dewasa lainnya.
Dia meminta anak buahnya untuk membawa Nola.
Sebelum Nola bisa menolak atau menanyakan alasan, dua pria berjas dan berkacamata hitam segera memaksa Nola untuk keluar dari rumah. Sedangkan para pelayan yang mengurusnya di rumah tersebut selama ini tergeletak di lantai, tak sadarkan diri.
Ketika Nola dimasukkan ke mobil dengan paksa, salah satu bawahan pria berambut pirang itu meminta perintah lebih lanjut.
"Bos, apa yang akan kita lakukan dengan para pelayan ini?" tanyanya.
Pria permabut pirang itu menyesap rokoknya yang tinggal setengah. "Biarkan saja. Pergi ke keluarga Neilson untuk melakukan formalitas. Mulai saat ini, Nola Neilson akan menjadi milik keluarga Jefford." Nada bicaranya masih dingin dan acuh tak acuh.
Bawahannya mengangguk. Mereka segera meninggalkan halaman rumah kecil yang tampak terpencil dari kehidupan sosial.
Di dalam mobil, Nola yang tampak ketakutan dan pucat kini mencoba untuk menjauh dari pihak lain. Dia semakin meringkuk di sudut saat pihak lain sepertinya duduk tak jauh darinya.
Pria berambut pirang itu menatapnya tanpa ekspresi apapun. Namun mencoba untuk melihat sebagian tubuhnya yang terhalangi gaun.
"Apa ... Apa yang kamu lakukan? Jangan sentuh aku! Kumohon, Tuan, jangan sentuh aku. Katakan apa yang kamu inginkan, selama bukan meminta tubuhku, aku pasti akan memberimu keberuntungan. Aku bisa memberimu keberuntungan," ujar Nola panik dan mencoba untuk menghindari tangan pihak lain yang ingin menyentuh dadanya.
"Keberuntungan? Tidak ada keberuntungan di dunia ini."
Pria berambut pirang itu tidak peduli. Dia akhirnya bisa melihat beberapa memar dan bekas cambukan di tubuhnya. Ekspresi wajahnya sedikit berubah.
"Keluarga Neilson benar-benar baik," gumamnya.
Nola akhirnya menyadari jika pria yang suaranya terdengar bagus itu ingin memeriksa memar di tubuhnya. Dia akhirnya terdiam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di sebuah rumah besar bergaya Eropa yang mewah, Nola masih memegang tongkat putihnya ketika digiring ke dalam rumah. Pria berambut pirang memimpin, memasuki aula utama dan bertemu dengan tatapan seorang pria tua yang sedikit memiliki poin sama pada wajahnya.
Ekspresi pria tua berpakaian formal itu jelas tidak baik saat melihat pria muda berambut pirang.
"Aku memintamu untuk membawanya baik-baik dengan cara yang baik dan etika yang baik! Bukan berperilaku seperti penjahat yang sedang menculik gadis cantik untuk dijual! Halbert, apakah kamu masih tidak bisa membiasakan diri?" Suara Kakek Jefford menggema, menatap cucunya yang selalu acuh tak acuh.
Pria berambut pirang itu—Halbert, adalah cucu Kakek Jefford. Namanya Halbert Jefford. Dia tidak menjalani kehidupan sebagai CEO sombong yang mendominasi, tapi menjadi raja mafia dunia bawah yang selama ini ditakuti beberspa pihak.
Jika bukan karena Kakek Jefford ingin membawa Nola untuk dirawat dengan baik, Halbert tidak perlu repot-repot kembali jauh-jauh dari Negara Y ke Negara A. Dia telah menunda banyak pekerjaannya hanya untuk ini.
Tapi Halbert selalu sopan pada Kakek Jefford dan kebanyakan tidak banyak menolak permintaannya, selama itu masih batas wajar.
Saat ini, Halbert tidak mengatakan apa-apa. Dia bingung kenapa kakeknya meminta dia menjemput gadis tunanetra ini secara langsung alih-alih menyuruh anak buahnya.
Kakek Jefford tidak bicara banyak dan menenangkan Nola yang saat ini masih berwajah pucat. Jika bukan karena cucunya yang menakut-nakuti Nola, dia mungkin sudah menembaknya di tempat.
"Nola, jangan takut. Halbert mungkin agak kasar saat membawamu, tapi dia tidak jahat. Kakek yang memintanya untuk membawamu ke sini. Mulai sekarang, kamu akan tinggal di sini bersama Kakek, bagaimana?" Kakek Jefford membujuk Nola dengan baik. Ekspresinya berbeda jauh daripada saat bicara dengan Halbert.
Nola menatap Kakek Jefford seperti sedang ingin mencari tahu sesuatu. Iris mata kelabunya sedikit meredup. "Apakah keluarga Neilson tidak menginginkanku?" tanyanya.
Kakek Jefford tidak langsung menjawab. Dia mendapatkan kabar dari orang-orang yang mengawasi rumah tempat gadis itu tinggal selama ini. Dia sempat khawatir gadis itu akan marah dan kehilangan akal saat disiksa oleh anggota keluarga Neilson. Jadi segera membawanya keluar dari lubang api terlebih dahulu.
"Kamu juga harus tahu alasan ibumu menikahi keluarga Neilson dan kenapa kamu dilahirkan."
Nola tidak berkata apa-apa lagi. Dia menyetujui pengaturan lelaki tua itu. Semua barang-barangnya sudah dikemas saat ini dan akan tiba beberapa saat lagi.
Kakek Jefford masih meyakinkannya. "Jangan khawatir. Karena aku telah menjaga ibumu di masa lalu, aku juga akan menjaga keturunannya tetap aman. Nola, Kakek ingin kamu menikah dengan cucuku."
Setelah Kakek Jefford mengutarakan keinginannya, Nola terkejut. Bahkan wajahnya lebih pucat dari sebelumnya. Dia hanya menunduk dan pikirannya penuh dengan berbagai alasan. Namun dia masih menggelengkan kepala.
Bahkan Halbert sendiri tidak menyangka jika kakeknya akan menjodohkan dirinya sendiri dengan gadis tunanetra ini. Dia tidak merasa terhina, hanya saja ....
"Ini tidak mungkin!" Halbert segera menolaknya. "Kakek, kali ini tidak mungkin untuk menikahinya."
Alasan Halbert melakukan ini karena identitasnya sendiri berbahaya. Dia seorang mafia. Hampir setiap waktu membunuh musuh dan mencuci tangannya dengan darah. Dia tidak bisa menempatkan gadis polos tunanetra ini di samping.
Namun Kakek Jefford sepertinya tidak peduli dan menatap Halbert. "Hanya Nola yang cocok untukmu. Dia tidak selemah yang kamu bayangkan. Kamu jangan merendahkan dia karena buta!"
"Aku tidak merendahkannya," ujar Halbert tidak berdaya. "Kakek, identitasku yang berbahaya tidak cocok untuknya."
"Kamu tahu apa?! Aku lebih tahu banyak darimu. Pokoknya kamu dan Nola harus menikah. Besok, pergilah ke keluarga Neilson untuk memberi kabar ini dan katakan bahwa Nola akan menjadi bagian dari keluarga Jefford ku!"
Namun sepertinya Nola juga menolak keputusan ini. Dia meraih lengan Kakek Jefford dan membujuknya. "Tidak Kakek, aku tidak mau menjadi beban untuk Tuan Halbert. Cukup bagiku untuk hidup dengan baik, di mana pun itu asal bukan di keluarga Neilson. Aku ... Aku merasa akan kehilangan akal kapan saja jika terus di sana. Tapi aku juga tidak ingin pernikahan paksa ini," jelasnya.
Kakek Jefford sepertinya sudah membulatkan keputusannya. "Nola, justru dengan menikahi cucuku kamu bisa hidup aman. Dengan identitasnya, tidak akan ada anggota keluarga Neilson yang berani macam-macam. Aku juga melakukannya yang terbaik untukmu. Daripada menikahi pria acak di luar, lebih baik dengan Halbert. Ini lebih aman."
"Aku—" Nola tidak tahu harus membuat alasan apa lagi. Dia melirik Halbert sebentar dan menunduk.
"Halbert, apakah kamu mendengarku?" Kakek Jefford menatap cucunya lagi.
Halbert sedikit kesal malam ini dan enggan untuk menikahi Nola. Dia bahkan tidak menyangka akan menikahi wanita muda ini. Usia keduanya cukup jauh. Delapan tahun lebih tua dari Nola.
"Biarkan aku memikirkannya lebih dulu. Jangan khawatir, keluarga Neilson tidak berani menyakitinya sekarang. Tapi dia memiliki banyak memar di tubuhnya. Lebih baik panggil dokter keluarga untuk merawatnya." Halbert hampir saja lupa dengan tubuh Nola yang penuh memar dan juga bekas cambukan.
Akhirnya Kakek Jefford pun terkejut dan tanpa sadar melihat jejak biru keunguan di lengan Nola yang terhalangi oleh lengan gaun hingga ke siku.
"Keluarga Neilson benar-benar berani! Aku bahkan sudah memberi tahu mereka untuk tidak macam-macam, tapi berani mendengarkan perkataan ku seperti angin! Halbert, bawa Nola ke kamar yang telah disiapkan. Aku akan menelpon dokter keluarga."
Halbert tidak mau dan ingin segera pergi untuk mengurus sesuatu. Tapi melihat tatapan kakeknya lagi, Halbert akhirnya menyerah. Dia menyentuh pundak gadis itu dns menuntunnya naik ke lantai dua.
Nola memegang tingkat putih dengan sedikit berkeringat. Dia patuh naik ke lantai dua bersama Halbert.
Sesampainya di kamar yang dimaksud, Nola tidak banyak bicara. Dia bisa mencium bau rokok dan maskulinitas dari pria di dekatnya. Dia mencoba memberanikan diri untuk bicara.
"Tuan Halbert ... Masalah pernikahan yang dibicarakan kakek, tolong jangan terlalu dipikirkan. Tidak apa-apa jika menolak, aku tidak merasa terhina. Selama keluarga Neilson tidak terus mendatangiku," jelas Nola agak takut-takut.
Halbert menyipitkan mata birunya. "Apakah kamu takut padaku?" tanyanya.
Keduanya baru saja bertemu tapi Nola ini sepertinya sudah tahu seperti apa dirinya. Hal ini membuat Halbert ragu, apakah gadis ini buta atau hanya pura-pura.
Nola dengan cepat menggelengkan kepala. Meski dia merasa bahwa Halbert menakuti batinnya, tidak mungkin untuk mengakuinya secara terbuka bukan? Dia khawatir Halbert akan memiliki ide gila terhadap dirinya.
Melihat bola menggelengkan kepala dan tidak bicara lagi, Halbert merasa bosan.
Setelah setengah jam menunggu, dokter keluarga Jefford akhirnya datang. Seorang pria paruh baya berjas putih, membawa kotak medis dan menyapa Kakek Jefford. Akhirnya naik ke lantai dua untuk menemui pasien yang maksud.
Saat tiba di kamar, dokter keluarga akhirnya melihat Halbert dan seorang gadis yang diperkirakan masih berusia dua puluh tahunan.
"Tuan muda ...," sapanya.
Halbert tidak terlalu peduli. "Periksa dia."
"Ya." Dokter Arnold mengangguk.
Serangkaian pemeriksaan kecil dilakukan. Mulai dari memar-memar di tubuhnya, bekas cambukan hingga kondisi matanya saat ini. Semuanya tidak ada yang kurang.
Kemudian, Dokter Arnold menggelengkan kepala, merasa kasihan dengan gadis di depannya. Kenapa begitu banyak memar dan bekas cambukan? Belum lagi, gadis cantik ini buta.
Setelah selesai memeriksa, Dokter Arnold memberikan sebotol krim untuk mengobati memar di tubuhnya. Sedangkan untuk bekas cambuk, dia harus mencarinya dulu di rumah sakit.
Halbert tahu ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Dokter Arnold, jadi dia berkata ada Nola. "Kamu istirahat dulu malam ini. Aku akan memanggil pelayan untuk membantumu di sini."
Nola mengangguk patuh. "Terima kasih Tuan."
Halbert dan Dokter Arnold segera meninggalkan kamar baru Nola dan pergi ke ruang tamu yang ada di lantai bawah. Kakek Jefford sudah tidak ada karena ada urusan lagi yang membutuhkan dirinya.
"Apakah dia buta?" tanya Halbert lebih dulu.
"Ya. Dia buta. Ini adalah kebutaan permanen yang biasanya sudah ada sejak lahir. Tapi aku tidak tahu penyebabnya." Dokter Arnold mengangguk. Iris mata Nola berwarna kelabu. Meski dia bukan dokter mata, tapi dilihat dari lapisan luar iris nya aja sudah tahu jika Nola buta permanen.
"Tidak apa-apa jika itu benar-benar buta." Halbert akhirnya meyakinkan dirinya jika Nola buta.
Dokter Arnold merasa heran. "Apakah ... Dia benar-benar calon istrimu?"
"Masih dipikirkan."
"Apakah diperkenalkan kakekmu?"
"Ya." Halbert tidak bisa berpikir dua kali lagi tentang ini.
"Gadis itu sepertinya baik. Meski dia buta dan tampak tidak berdaya, tapi rasanya sudah terbiasa dengan luka atau memar di tubuhnya. Mungkinkah kekerasan anak di dalam rumah tangga?"
"Dia anak terbuang dari keluarga Neilson," jawab Halbert tidak menyembunyikannya.
Dokter Arnold telah setiap pada keluarga Jefford selama dua puluh tahun terakhir. Ini bukan waktu yang singkat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya, Nola terbangun dari mimpi buruk yang menyebabkannya banjir keringat sepanjang malam. Gaun tidur yang dipakainya sedikit basah dan wajahnya pucat. Dia bisa merasakan sinar matahari menghangatkan tubuhnya saat ini.
Seorang pelayan muda sedang membuka gorden dan menyapa Nola.
"Selamat pagi Nona," sapanya.
"Pagi." Nola sedikit canggung. Lagi-lagi mimpi yang sama setiap malam. Dia merasa akan depresi kapan saja.
"Nona, aku diperintahkan untuk melayani Nona pagi ini."
"Baiklah, merepotkanmu," kata Nola tidak menolak.
Pelayan muda segera membantu Nola untuk mandi dan mempersiapkan gaun selutut yang pas untuknya. Lalu membawanya ke rumah makan untuk sarapan.
Kakek Jefford sudah ada di sana, namun tuan muda mereka belum muncul.
Saat melihat Nola datang, Kakek Jefford memberikan koran pada pelayan di belakang.
"Di mana Halbert? Kenapa dia belum turun untuk sarapan?" tanyanya. Ini hari pertama Nola dan Halbert sarapan di meja yang sama. Tentu saja Kakek Jefford tidak bisa melewatkannya.
Kepala pelayan akhirnya datang. "Pak Tua, tuan muda berkata akan sarapan nanti. Dia sedang menyelesaikan sesuatu."
Kakek Jefford tidak senang. "Apakah anak ini menghindari sarapan bersama Nola?"
"Ini ... tidak seperti itu." Kepala pelayan juga bingung menjelaskannya. Halbert tidak memberi alasan atau perintah lain jadi tidak tahu kebenarannya.
Nola yang duduk tenang tak jauh dari Kakek Jefford pun menggelengkan kepala. "Kakek, tidak apa-apa. Mungkin tuan Halbert benar-benar sibuk. Tidak masalah," katanya.
Jika Halbert benar-benar tidak menyukainya, itu tidak masalah. Lagi pula, Nola sudah lama dibenci banyak orang bahkan keluarga Neilson sendiri. Dia sudah terbiasa diejek sebagai gadis buta atau anak terbuang keluarga Neilson.
Jika ada yang bersimpati, mereka pasti akan bilang jika kelahiran Nola adalah batu pijakan Tuan Neilson untuk mewarisi bisnis keluarga. Setelah digunakan, lalu dibuang.
"Kamu harus memanggilnya Halbert di masa depan. Jangan terasing seperti itu. Dia tidak akan keberatan," kata Kakek Jefford yang tahu jika Nola tampaknya canggung dengan Halbert. Cucunya yang melajang sebelum tua itu, kapan akan menangkap seorang istri ini?
Nola hanya tersenyum kecil. Bagaimana mungkin dia bisa memanggilnya seperti itu? Jelas dia tidak mau dikatakan mencari perhatian pada Halbert. Lebih baik berperilaku seperti tamu di sini.
Akhirnya, Nola dan Kakek Jefford sarapan lebih awal tanpa menunggu Halbert. Di rumah besar yang sangat indah ini, hanya ada Kakek Jefford dan Halbert yang menjadi tuan.
Orang tua Halbert meninggal akibat pembunuhan di masa lalu dan tidak ada sanak keluarga lain di keluarga Jefford. Namun semenjak hari berdarah itu, Halbert sendiri menjadi sosok yang kejam dan berdarah dingin.
Akhirnya menjadi sosok yang sekarang, seorang mafia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!