NovelToon NovelToon

Bumi Tanpa Senja

1. Pertemuan Pertama

Siang itu sebuah mobil mini cooper berwarna putih melesat laju di jalan. Mobil mewah itu dikemudikan oleh seorang wanita cantik berusia 22 tahun yang memiliki kulit putih mulus dan rambut hitam tebal yang panjangnya melebihi pundak. Wanita itu bernama Cahaya Senja Wijaya atau yang sering dipanggil Senja. Ia adalah putri tunggal pasangan Andika Wijaya dan Liliana yang merupakan konglomerat di kota itu. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga mereka.

Senja baru saja pulang dari luar negeri seminggu yang lalu setelah menamatkan kuliahnya di bidang bisnis dan ekonomi. Dia salah satu mahasiswi lulusan terbaik di kampusnya. Ia memang sangat pintar seperti Papanya yang merupakan pengusaha terkenal. Berbeda dengan mamanya yang lebih senang dengan dunia masaknya, kalau bicara selalu ceplas ceplos sesuka hatinya.

Triingg triiingg.

Handphone-nya berdering. Ia lihat di layar pipih itu, tertulis nama sahabatnya, Viona, disana. Ia pun segera menjawab panggilan itu dan meletakkan di kuping dengan satu tangan, sementara tangan satu lagi tetap fokus menyetir.

“Halo, Vio,” sapa Senja.

“Halo, Senja. Kau dimana? Aku sudah di restoran,” tanya Viona.

“Aku sedang dalam perjalanan. Kau tunggu disana, ya,” jawab Senja sambil tetap mengemudikan mobilnya.

“Iya. Tapi cepat, ya. Riko sudah ada disini dari tadi dengan pacarnya. Entah pacarnya atau selingkuhannya,” kata Vio yang sekarang sedang mengawasi Riko di restoran.

“Iya, iya, baiklah. Ini juga sudah cepat. Kau tetap awasi mereka, ya,” sahut Senja.

“Iya, ini kan lagi aku awasi. Jangan lama-lama,  aku sudah eneg melihat mereka yang tidak tau malu bermesraan di depan umum. Itu apalagi. Eh, eh, eh, apa itu? Riko mencium pipi wanita itu,” kata Viona yang membuat Senja terkejut mendengarnya.

“Apaaa?”

Ciiitttttttttt bruuukkk.

Senja yang terkejut mendengar kabar dari Viona secara spontan mengerem mobilnya mendadak. Karena perbuatannya itu, sebuah mobil rolls royce di belakangnya tidak sengaja menabrak bagian belakang mobilnya.

Panggilan telepon dari Viona terputus begitu saja saat handphone Senja terpelanting jatuh ke bawah akibat benturan tadi. Syukurnya Senja tidak apa-apa. Benturan dari mobil di belakangnya tidak begitu keras. Sepertinya pengemudinya masih sempat menginjakkan rem mobilnya.

“Mati aku. Apa yang sudah aku lakukan?” gerutu Senja seorang diri sambil melihat mobil di belakangnya lewat spion.

“Ya ampun, itu kan mobil mahal. Huft, tabunganku akan habis untuk mengganti kerusakannya. Apa sebaiknya aku kabur saja, ya?”

Saat Senja masih berkutat dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pria dengan setelan jas hitam lengkap dengan dasi keluar dari pintu depan mobil. Pria berbada tinggi itu mengetuk pintu mobil Senja.

Yah, tidak bisa kabur. Baiklah, aku harus menghadapinya. Jangan jadi pengecut, Senja! Kau harus tanggung jawab. Batin Senja.

Senja membuka pintu mobil dengan perlahan. Kemudian ia keluar dan berdiri di depan pria tadi.

“Ternyata seorang wanita, ya. Apa Nona baru belajar mengendarai mobil? Kenapa Nona berhenti mendadak? Nona sudah membahayakan nyawa orang lain,” kata pria itu panjang lebar.

Pria itu bernama Jefri. Ia adalah asisten dari seorang pengusaha terkaya di kota itu. Bahkan kekayaannya melebihi kekayaan keluarga Senja.

“Kenapa memangnya kalau seorang wanita? Anda tidak boleh mendiskreditkan seorang wanita, ya. Aku tau aku salah. Aku kan tidak sengaja. Aku akan minta maaf.” balas Senja dengan ketus.

“Maaf saja tidak cukup, Nona. Nona pikir mobil Tuan saya itu murah? Itu harganya milyaran, Nona. Nona harus tanggung jawab,” kata Jefri.

“Iya aku tau itu mobil mahal. Papaku juga pakai mobil seperti itu tau. Mana kerusakannya biar aku lihat dulu,” kata Senja sambil berjalan ke arah mobil yang dibawa Jefri.

Senja berdiri di depan mobil itu dan memperhatikan bekas lecet yang ada disana. Karena terlalu menunduk, rambutnya yang digerai itu jatuh menutupi wajahnya. Senja menyelipkan rambutnya yang menutupi wajahnya itu ke belakang telinganya. Ia tak sadar dari dalam mobil ada seorang pria yang memperhatikan setiap gerak-geriknya.

Cantik. Ucap Bumi dalam hati.

Ya, pria itu adalah Bumi Langit Dirgantara atau yang sering dipanggil Bumi. Dia adalah pengusaha paling kaya di kota itu. Dia adalah satu-satunya pewaris tunggal perusahaan ayahnya, Tuan Bima Dirgantara. Bumi dikenal sebagai pria dingin yang tak banyak bicara.

Dulunya ia tidak seperti itu. Ia adalah anak yang ramah dan ceria. Tapi sejak kematian ibunya saat ia berusia 10 tahun, ia lebih banyak mengurung diri di kamar dan tidak banyak bicara. Saat ia berusia 15 tahun ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu bernama Veronica.

Ayahnya mengira dengan adanya Veronica dan anaknya Dimas akan membuat Bumi lebih ceria, tapi ternyata tidak. Justru Bumi tidak suka kalau ayahnya menikah lagi. Bagi Bumi itu artinya ayahnya sudah mengkhianati mendiang ibunya. Karena itulah Bumi tidak terlalu dekat pada ibu dan saudara tirinya itu.

Dari dalam mobil Bumi melihat Senja dan asistennya berdebat tidak habis-habis. Ia melirik jam tangannya, ia sudah hampir terlambat menghadiri undangan makan siang salah satu rekan bisnisnya. Akhirnya Bumi pun keluar dari mobil itu untuk menyudahi perdebatan mereka.

“Jef, aku sudah hampir terlambat. Biarkan saja wanita ini pergi jika tidak ingin tanggung jawab,” kata Bumi dengan suara beratnya.

Saat itu posisi Bumi berada di belakang Senja. Mendengar ada suara di belakangnya, Senja pun memutar badannya untuk melihat siapa yang berbicara.

Senja membalikkan badannya diiringi rambut hitam panjangnya yang tergerai indah tertiup angin. Angin itu memberantaki rambut Senja sehingga ia harus merapikan rambutnya di depan Bumi dengan satu tangannya.

Lagi-lagi Senja berhasil membuat Bumi terkesima. Sekarang ia dapat melihat wajah Senja dari jarak dekat. Wajah yang cantik alami tanpa riasan yang berlebihan. Bulu mata yang hitam dan lentik, serta bibir mungil yang merah jambu.

Sangat cantik.

Senja pun tak kalah terkesima melihat Bumi. Pria dengan bertubuh tinggi dan bentuk badan atletis. Rambutnya tersisir rapi. Bola matanya berwarna coklat terang. Bulu-bulu halus yang menghiasi pinggiran wajahnya membuatnya terlihat sangat maskulin.

Sangat tampan.

Beberapa detik kemudian Senja tersadar dari lamunannya. Ia berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya. Lalu ia teringat tadi Bumi menyebutnya wanita yang tidak ingin bertanggung jawab.

“Hei, Tuan. Tadi kau bilang apa? Aku tidak mau tanggung jawab? Aku akan tanggung jawab tapi sekarang aku sedang terburu-buru. Aku sudah memberitahu supirmu agar membawa mobilmu ke bengkel, nanti tagihannya aku yang bayar. Tapi dia tidak percaya padaku,” kata Senja menjelaskan panjang lebar.

Bumi tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan bibir Senja yang bergerak-gerak mengoceh. Lalu ia pun membalikkan badan pergi meninggalkan Senja.

Senja terkejut dengan perlakuan Bumi. Ia pun menarik tangan Bumi dan memaksanya untuk menghadap ke arahnya.

“Hei, kenapa malah pergi? Aku sedang bicara padamu, malah main pergi saja. Itu tidak sopan,” kata Senja dengan ketus.

Lagi-lagi Bumi tidak mengatakan sepatah katapun.

“Nona, lepaskan tangan anda. Biarkan Tuan Muda pergi,” kata Jefri yang sudah ketat ketir melihat Senja berbuat seenaknya pada Bumi.

“Tuan Muda? Wahhhh terdengar sombong sekali. Pantas saja tidak mau bicara denganku. Tidak usah berlagak kaya, masih ada keluarga Dirgantara yang lebih kaya darimu,” sindir Senja yang tidak tau pria di depannya adalah pewaris tunggal keluarga Dirgantara.

Jefri ingin berbicara lagi tapi Bumi mengangkat tangannya, memberi kode agar Jefri tak bicara apapun.

“Aku sudah terlambat. Jadi, ku maafkan kesalahanmu. Kau tidak perlu tanggung jawab kalau tidak mau,” kata Bumi dengan datar.

“Hei, sudah ku bilang aku akan bertanggung jawab tapi sekarang aku sedang buru-buru. Biar ku bayar tagihan kerusakan mobilmu, Tuan Muda yang sombong,” kata Senja dengan berani. Ia geram dibilang tidak mau bertanggung jawab.

Bumi sepertinya mulai gerah mendengar perkataan Senja yang menyakitkan telinganya.

“Bertemu denganmu hanya membuang-buang waktuku. Aku berharap, aku tidak pernah bertemu denganmu lagi lain waktu, bahkan di dunia selanjutnya,” kata Bumi dengan ketus.

“Aku juga berharap begitu. Kalau pun bertemu, aku akan berpura-pura tidak mengenalmu,” balas Senja.

Bumi tidak membalas lagi. Ia segera masuk ke dalam mobilnya. Jefri pun ikut masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobilnya meninggalkan Senja sendiri disana.

Tuan Muda yang sombong! Dia pikir dia pewaris tunggal keluarga Dirgantara! Hanya Tuan Muda Dirgantara yang boleh begitu. Umpat Senja dalam hati sambil memandangi mobil Bumi yang bergerak menjauh darinya.

2. Kejadian di Restoran

Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya sampailah Senja di restoran tempat dimana Viona sudah menunggunya. Dari pintu masuk Senja sudah celingak celinguk ke kanan dan kiri untuk mencari dimana temannya itu berada.

“Hei, kenapa baru sampai?” tanya Viona yang menepuk pundak Senja dari samping secara tiba-tiba.

“Ya ampun, kau mengagetkan saja. Bisa copot jantungku kalau begini,” kata Senja sambil mengelus-elus dadanya.

“Masih muda sudah jantungan. Ayo kita kesana. Riko ada di meja VIP,” kata Viona.

“Benarkah? Ya sudah, ayo! Aku sudah tidak sabar mau mengerjainya. Setelah itu akan aku laporkan ke mamaku bagaimana kelakuan Riko sebenarnya, biar mamaku sadar dan tidak menjodohkanku dengannya lagi,” kata Senja dengan berapi-api.

Riko adalah pria yang rencananya mau dijodohkan mamanya dengan dirinya. Riko adalah anak sahabat dari mama Senja. Yang keluarganya tau Riko adalah anak yang baik dan sopan, padahal aslinya Riko ini suka main perempuan, kasar dan dia juga suka balapan motor dengan perempuan sebagai taruhan. Senja memang tidak tau banyak soal Riko karena ia baru pulang dari luar negeri, tapi sahabatnya Viona kenal betul siapa Riko karena mereka sempat satu kampus waktu kuliah dulu.

Viona sudah memesan meja VIP juga di restoran itu, tapi ia mengambil jarak aman dari meja Riko. Kini Senja dan Viona sudah duduk di meja yang dipesan. Dari jauh Senja bisa melihat Riko sedang bermesraan dengan wanita lain. Bahkan beberapa kali mereka terlihat saling menyuapi.

“Cih, menjijikkan!” ucap Senja yang melihat ke arah Riko.

“Kau baru datang saja sudah bilang begitu. Bagaimana aku yang dari tadi disini,” gerutu Viona.

“Aku harus cari cara mengerjai mereka. Si Riko itu kalau di depan mamaku seperti kucing manis yang malu-malu saat ditawari ikan. Eeh aslinya malah begitu. Padahal wajahnya biasa saja, malah lebih tampan.....”

Perkataan Senja terputus saat wajah Bumi muncul dalam ingatannya.

Ya, pria tadi lebih tampan. Tapi siapa namanya, ya? Eh, kenapa aku jadi memikirkannya? Tidak, tidak. Dia itu pria sombong. Aku tidak boleh memikirkannya.

“Lebih tampan siapa?” tanya Viona sambil menyikut Senja.

“Hmmm itu, itu, itulah pokoknya,” jawab Senja asal.

Tak lama minuman yang dipesan Senja pun datang. Ia memesan jus buah naga. Tiba-tiba ide licik pun muncul di kepalanya.

“Kau tunggu disini, ya,” kata Senja.

“Kau mau kemana?” tanya Viona.

“Sudah diam saja,” jawab Senja sambil berdiri dan mengambil jus nya.

Viona hanya melihat Senja berjalan ke arah Riko. Apa Senja akan menyapanya? Viona setengah mati penasaran dibuat Senja.

Sementara Riko sendiri belum sadar akan keberadaan Senja. Ia terlalu sibuk dengan wanita di sebelahnya. Semakin lama semakin dekat jarak Senja ke meja Riko. Setelah berada tepat di samping meja itu, Senja berpura-pura terpeleset dan menumpahkan jus buah naga yang dia bawa ke arah wanita yang bersama Riko.

“Aaaahhhhhh...” pekik Senja yang pura-pura terjatuh.

Riko dan wanita itu membelalakkan matanya. Mereka tidak menyangka akan mendapat serangan seperti itu. Mereka berdua secara spontan langsung berdiri. Senja pun kini sudah berdiri dengan memasang wajah memelas.

“Ya ampun, maaf. Maaf, ya. Aku tidak sengaja,” ucap Senja.

“Enak saja bilang maaf. Kau merusak gaunku. Lihat ini, gaunku merah semuanya!” bentak wanita yang bersama Riko saat melihat gaun putihnya sudah berubah warna menjadi merah akibat jus buah naga.

“Hei, kau! Kau berani menumpahi pacarku dengan jusmu!” hardik Riko pada Senja.

Saat Riko melihat wajah Senja, ia jadi terdiam sejenak. Dia baru ingat kalau wanita di depannya ini adalah wanita yang mau dijodohkan dengannya.

“Se-se-senja?” tanya Riko dengan terbata.

“Riko? Oh, jadi ini pacarmu. Maaf ya pacarnya Riko, aku tidak sengaja,” ucap Senja dengan nada yang dibuat-buat.

“Kau mengenalnya?” tanya wanita itu.

“Dia.....”

“Tentu saja kami saling kenal. Bahkan kami hampir dijodohkan. Tapi sayang sepertinya aku tidak sudi menerima perjodohan itu. Kau ambil saja pria brengsek ini,” jawab Senja dengan ketus sambil melihat ke arah Riko.

“Apa maksudmu berkata seperti itu? Apa kau sengaja datang kesini untuk melabrakku?” tanya Riko yang mulai curiga pada Senja.

“Cih, seperti tidak ada kerjaan lain saja,” jawab Senja acuh.

“Kau tidak akan bisa membatalkan perjodohan itu karena mamamu sangat suka padaku dan menurutnya aku pantas untukmu,” kata Riko dengan penuh percaya diri.

“Cih, mimpi! Aku akan membongkar kelakuan aslimu pada mamaku biar dia tau siapa kau sebenarnya,” ancam Senja.

Sayangnya yang diancam malah tertawa lucu seolah itu hanya gertakan saja baginya.

“Senja, Senja, apa kau lupa sepolos apa mamamu? Aku tinggal bilang saja itu semua rekayasamu karena tidak mau dijodohkan denganku. Paling mamamu akan langsung percaya padaku, karena mamamu gampang dibodohi.”

Plaaakkkk.

Sebuah tamparan mendarat keras di pipi Riko. Senja tidak terima mamanya dikatai seperti itu oleh Riko. Seisi ruangan melihat ke arah mereka berdua tak terkecuali Viona yang ternganga melihat keberanian Senja menampar wajah Riko.

Di sebuah meja lain, ada sepasang mata yang menyipit melihat Senja. Sepertinya ia pernah bertemu wanita itu. Ya, itu wanita yang berhenti mendadak di jalan tadi. Dan pria yang melihat Senja itu adalah Bumi. Ternyata Bumi juga sedang makan siang di restoran itu bersama rekan bisnisnya.

Wanita itu menampar seorang pria? Apa pria itu kekasihnya yang sedang selingkuh? Jadi ini yang dia maksud sedang terburu-buru?

Entah kenapa Bumi jadi penasaran dengan Senja. Padahal dia adalah manusia cuek yang tidak suka ikut campur urusan orang lain. Apalagi orang yang baru ia temui.

“Kau mungkin bisa membohongi mamaku, tapi tidak papaku. Kalau kau berani macam-macam, aku pastikan papaku akan membuat perusahaan orang tuamu bangkrut,” ancam Senja.

Setelah mengatakan itu, Senja pun angkat kaki dari hadapan Riko. Ia berniat untuk pergi dari restoran itu. Tapi siapa sangka, tak lama setelah Senja pergi, Riko mengikutinya dari belakang dengan wajah penuh amarah.

Kau berani mempermalukanku, akan ku buat kau menyesal, Senja.  Aku mau lihat, apa nanti kau masih bisa menamparku saat kau berada di bawah kungkunganku. Gumam Riko dalam hati dengan senyum smirk sambil mengikuti Senja dari belakang.

3. Melindungimu

Senja berjalan cepat menuju ke mobilnya. Ia tidak ingin bertemu dengan Riko lagi dan berencana langsung pulang ke rumah. Ia ingin mengadukan perbuatan Riko kepada mamanya. Saat sudah berada di depan mobilnya, ia baru teringat kalau tasnya masih tertinggal di dalam.

“Ya ampun, kenapa aku sampai lupa mengambil tasku dan meninggalkan Viona disana? Ini semua gara-gara si Riko brengsek itu,” umpat Senja sambil menepuk jidatnya.

Saat ia membalikkan badan hendak kembali lagi ke restoran, tiba-tiba Riko sudah muncul di depannya dengan wajah menyeringai. Senja agak terkejut dengan keberadaan Riko, tapi dia berpura-pura untuk tetap tenang.

“Siapa tadi yang kau bilang brengsek?” tanya Riko dengan menatap tajam ke arah Senja.

“Siapa lagi kalau bukan kau!” jawab Senja ketus.

“Wah, wah, wah, kau wanita pertama yang mengataiku. Aku jadi semakin penasaran denganmu, Senja,” ucap Riko sambil memperhatikan Senja dari atas hingga bawah, membuat Senja memutar bola matanya dengan malas.

“Aku tidak ada urusan lagi denganmu, jadi lebih baik menyingkir dari hadapanku!” titah Senja.

Tapi bukan Riko namanya kalau dia menuruti permintaan Senja. Semakin galak Senja, malah semakin tertantang dirinya untuk mendekati Senja.

“Bicara denganmu hanya buang-buang waktu,” kata Senja lagi lalu berencana pergi dari hadapan Riko.

Saat Senja baru melangkahkan kakinya, Riko tiba-tiba menarik tangan Senja dengan kasar. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Senja meronta minta dilepaskan, tapi permintaannya tidak digubris oleh Riko.

“Lepaskan aku! Aku bisa berteriak biar orang-orang memukulimu,” ancam Senja.

“Silahkan saja, aku akan bilang kau pacarku yang sedang ngambek. Gampang kan? Lagipula kalau kau teriak-teriak disini apa kau tidak malu kalau mereka tau kau putri Tuan Andika Wijaya?”

“Aku tidak peduli.  Lepaskan aku atau aku akan benar-benar berteriak sekarang!”

Bukannya melepaskan malah Riko makin erat mencengkeram pergelangan tangan Senja hingga memerah. Sampai akhirnya ada suara yang menghampiri mereka.

“Lepaskan dia!”

Senja dan Riko menoleh ke sumber suara. Ternyata itu adalah suara Bumi yang meminta Riko melepaskan Senja. Bumi mendekati mereka dan menatap Riko dengan penuh intimidasi.

“Aku tidak suka mengulang perkataanku. Jadi lepaskan dia dan kau pergi sekarang!” titah Bumi.

Loh, dia kan pria tadi? Kenapa dia ada disini juga? Kenapa dia ikut campur urusanku dengan Riko? Apa dia ingin melindungiku? Tanya Senja dalam hati.

“Kau pikir kau siapa? Jangan ikut campur urusanku dan dia! Dia ini calon istriku,” kata Riko.

“Tidak. Kau jangan mengarang cerita! Jangan mimpi punya calon istri sepertiku!” bantah Senja dengan cepat.

Bumi melihat Riko masih memegang tangan Senja dengan erat sampai wanita itu meringis kesakitan. Tanpa banyak bicara lagi, Bumi menepis kasar tangan Riko hingga cengkeramannya terlepas lalu menarik Senja dengan sebelah tangannya dan merangkulnya.

Gerakan Bumi sangat cepat hingga membuat Senja yang sekarang berada dalam dekapannya jadi tercengang. Senja dapat menghirup aroma maskulin yang harum dari Bumi. Aroma itu sungguh menenangkannya. Ia merasa nyaman berada dalam dekapan Bumi. Tanpa sadar ia melingkarkan tangannya di pinggang Bumi.

Deg. Bumi agak terkejut saat merasakan tangan Senja yang melingkar di pinggangnya. Ini kali pertama ia dipeluk oleh seorang wanita selain ibunya. Tapi ekspresi wajahnya biasa saja. Mungkin Senja hanya sedang ketakutan, pikirnya.

Riko sendiri dibuat bingung dengan dua manusia di depannya. Bisa-bisanya sekarang Senja berpindah dalam dekapan Bumi. Setaunya Senja baru pulang dari luar negeri dan tidak punya kekasih. Lalu siapa pria yang dia peluk itu?

“Hei kau! Dia calon istriku. Jangan ikut campur urusan kami!” teriak Riko.

Bumi hanya mendengus mendengar ucapan Riko. Riko makin kesal dengan perlakuan Bumi kepadanya. Dia merasa diacuhkan. Riko yang selalu merasa hebat tidak terima dirinya diperlakukan seperti itu. Ia pun mencengkeram kerah jas Bumi dengan satu tangannya dengan sangat kuat.

Senja terkejut lalu mengeratkan tangannya di pinggang Bumi. Bumi dapat merasakan ketakutan Senja. Ia pun membalasnya dengan mengeratkan dekapannya. Seolah sedang memberikan ketenangan untuk Senja.

Begitu Riko terlihat mencengkeram kerah jas Bumi, dengan gerakan cepat lima orang bodyguard Bumi yang bertubuh tinggi dan berbadan kekar mengelilingi mereka. Dan salah satu di antara mereka adalah Jefri sang asisten Bumi.

Riko tercekat melihat sudah banyak pria bertubuh kekar yang mengelilinginya. Ia menelan salivanya dengan berat. Tapi ia berusaha untuk tidak takut dan tetap tenang.

“Lepaskan tangan kotormu dari jas Tuan Muda! Pergi dari sini kalau kau masih sayang nyawamu!” kata Jefri dengan penuh intimidasi.

“Kau pikir aku takut dengan kalian? Hah? Aku juga punya anak buah yang mampu menghabisi kalian,” kata Riko balik mengancam tapi cengkeramannya di jas Bumi sudah mengendur.

Bumi dapat merasakan bahwa Riko sudah mulai ketakutan. Dengan satu tangan ia menepis tangan Riko dari jasnya. Riko tidak melawan. Dia hanya diam saja diperlakukan seperti itu.

“Ini kali kedua aku memperingatimu untuk pergi,” kata Jefri lagi.

Sial*n! Aku kalah jumlah dari mereka. Bisa babak belur nih kalau aku tidak pergi sekarang juga. Batin Riko.

“Baiklah kali ini aku pergi. Tapi lain kali jangan harap aku akan melepaskanmu, Senjaku,” ucap Riko dengan nada mengancam.

Jadi namanya Senja. Batin Bumi.

Riko melirik lagi Bumi sekilas lalu ia pun pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa dendam di hatinya. Sudah dua kali dia dipermalukan. Pertama di dalam restoran oleh Senja. Kedua di parkiran oleh Bumi dan bodyguardnya.

Setelah Riko pergi, Senja masih saja mendekap Bumi dengan erat. Ia terlalu nyaman dengan posisi seperti itu.

“Ekhem.” Bumi berdehem mencoba menyadarkan Senja. Tapi yang disindir masih tetap dalam posisinya.

Jefri tau Tuan Mudanya itu sedang memberi kode. Tapi Senja malah tidak peka. Jefri pun bingung harus bagaimana. Ia sendiri cukup kaget ada wanita yang berhasil memeluk Tuan Mudanya itu.

“Apa pelukanku terlalu nyaman sampai kau tidak mau melepasnya?”

Akhirnya Bumi mengatakannya secara langsung. Senja tersadar lalu mendongak ke atas. Di saat yang sama Bumi juga menengok ke bawah. Tatapan mereka pun saling bertemu.

Bumi dapat melihat wajah Senja dari jarak yang lebih dekat dari sebelumnya. Ia menyelami kedua bola mata Senja yang sangat indah baginya. Kecantikan wajah Senja berhasil menghipnotisnya.

Begitupun dengan Senja, ia terpana melihat ketampanan yang sempurna dari Bumi. Tatapannya yang tajam mampu menyihir Senja hingga tak bisa berkata apa-apa.

Beberapa detik mereka terdiam dalam posisi seperti itu. Para bodyguard jadi saksi keromantisan di antara mereka berdua.

“Sudah puas memandangiku?” tanya Bumi.

Senja mengedipkan matanya beberapa kali seolah baru tersadar dari lamunan panjangnya. Kemudian ia sadar sudah memeluk Bumi. Ia pun melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Bumi.

“Ka-kau, kenapa kau ikut campur urusanku dan Riko? Apa kau mengenalnya juga?” tanya Senja tiba-tiba.

Bumi tidak menjawab. Ia malah membalikkan badannya hendak pergi dari tempat itu. Lagi-lagi Senja berteriak menghentikannya.

“Tunggu! Aku sedang bicara padamu. Kenapa kau suka sekali meninggalkanku begitu saja, sih? Aku bertanya kenapa kau tadi ikut campur urusanku?” tanya Senja lagi.

“Untuk melindungimu,” jawab Bumi tanpa menoleh ke arah Senja. Lalu Bumi kembali melanjutkan langkahnya diikuti para bodyguardnya meninggalkan Senja sendirian disana.

“Melindungiku?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!