NovelToon NovelToon

Batalyon Cinta Mas Tentara

1. Lima menit di angkot.

"Nggak bisa jemput Pa?" tanya Dinar pada sang Papa.

"Nggak bisa ndhuk, Papa di luar kota masih banyak pekerjaan" jawab Papa.

"Naik angkot berani khan?" tanya Papa.

"Berani sih, tapi takut" jawab Dinar.

"Laah.. piye? berani apa takut? Apa minta di jemput om-om Taja?" tanya Papa lagi.

"Nggak usah deh. Masa anak tentara nggak berani" jawab Dinar pasrah.

...

Pukul 20.35 Dinar naik angkot seorang diri dan hanya dia sendiri saja. Tak lama ada rombongan supporter bola yang menaiki angkot tersebut. Diani terjebak dan terjepit di sudut angkot, ia sangat takut karena semuanya adalah pria.

Tepat saat itu ada dua orang lagi yang menyusul. Satu orang pria memakai pakaian loreng, sedangkan pria yang satu lagi memakai pakaian biasa, memakai topi, sandal jepit, celana belah di lutut dan terselip rokok di bibirnya.

"Keluar kamu, saya di dalam..!!" perintah pria berbaju loreng pada seisi angkot. Para supporter segera bongkar muat dan saling bergeser agar pak tentara bisa duduk di dalam.

"Kamu pindah duduk di pintu, saya duduk di depan..!!" perintah pria berpakaian bebas semaunya sendiri itu.

"Ii_iya Pak" pria yang awalnya duduk di depan segera beralih pindah duduk di bagian pintu angkot.

Dinar melihat om tentara dengan pangkat balok merah di lengannya. Pria itu terus menatap wajah Dinar sedangkan Dinar hanya menunduk tak berani berkutik lagi.

Suasana begitu bising karena para supporter bola saling berbincang bahkan sebagian dari mereka mencoba menggoda Dinar.

"Diam.. diam.. diam.. berisik sekali kalian" tegur pria berbaju loreng.

Seketika para supporter yang memenuhi angkot menjadi terdiam.

Di bagian depan, seorang pria mengotak atik kaca spion.

"Jangan pak, nanti rusak" kata sopir angkot.

"Saya ganti kalau rusak" jawab pria itu tapi pandangan matanya melirik dari kaca spion.

"Stooopp paaak..!!" teriak salah seorang penumpang yang juga supporter.

Angkot pun berhenti dan seluruh penumpang supporter turun.. tak terkecuali pria yang duduk di depan tadi tapi ternyata, dia hanya pindah tempat saja dan duduk di bangku belakang. Kini kedua pria tersebut duduk berhadapan dengan Dinar.

"Sendirian aja dek? nggak ada yang jemput?" tanya pria berbaju loreng.

"Nggak om.. Papa sibuk"

Pria berbaju kaos dan berjaket kulit hitam tiba-tiba mengulurkan tangannya.

"Saya Ares, nama adek siapa?"

"Saya Dinar" jawab Dinar.

Tak lama Pria berbaju loreng juga ikut mengulurkan tangan.

"Saya Hasdin"

Ares melihat jam tangannya.

"Abang hampir sampai.. boleh minta nomer telepon?" tanya Ares

Entah kenapa Dinar bisa langsung percaya pada pria yang baru saja di kenalnya.

"Boleh.. 08XXXXXXXXXX"

Ares kembali menyimpan ponselnya karena Hasdin sudah mencatatnya.

"Kiri Pak.. Pos Batalyon" perintah Ares pada sopir angkot.

"Sudah Abang bayar ya dek. Hati-hati di jalan" pesan Bang Ares.

"Maaf merepotkan Bang, terima kasih banyak" jawab Dinar.

"Sama-sama" jawab kedua pria itu berbarengan.

...

Bang Ares dan Bang Hasdin terburu-buru mengganti seragam mereka. Malam ini usai IB para anggota remaja harus apel tertib.

"Mana nomer cewek tadi Has..!!" pinta Bang Ares.

"Naksir?" tanya Bang Hasdin.

"Nggak juga, pengen kenal saja" jawab Bang Ares.

"Ambil saja, tuh ponselku" tunjuk Bang Hasdin dengan bibirnya.

Bang Ares segera menyalinnya.

"Oke thanks.. ayo apel..!!"

...

Jam menunjukan pukul 21.45 . Dinar sudah mengantuk dan hampir tertidur tapi tiba-tiba ponselnya bergetar.

"Nomer nggak di kenal, siapa ya?" Dinar segera membukanya.

A : Selamat malam, maaf ganggu tidurnya adek. Ini Abang Ares. Di save ya nomer Abang.

"Bang Ares itu yang mana? Yang pakai seragam atau jaket hitam?" gumam Dinar sudah lupa karena ia hanya terfokus pada wajah tampan Abang berbaju loreng.

D : Oohh iya Bang. Nanti Dinar save.

A : Adek kok masih lanjut melewati pos Batalyon. Berarti bapaknya anggota ya?" tanya Bang Ares.

D : Iya Bang, bapak anggota. Apa Abang anggota juga?"

A : Hanya pegawai serabutan dek.

D : Oohh.. Dinar kira tentara.

A : Kalau nggak tentara.. nggak mau kenalan nih?

D : Ya mau, berteman khan sama siapa saja Bang.

~

Bang Ares tersenyum. Ia melihat foto profil Dinar.

Kowe mangan opo to dek, kok iso ayu tenan. Maha suci Allah yang sudah menciptakan gadis secantik kamu.

//

Bang Hasdin pun memperhatikan foto Dinar, ia tersenyum lalu mengusapnya.

Sungguh baik Allah ciptakan gadis semanis kamu. Kamu mau nggak.. berteman sama Abang.

***

Pagi ini Dinar tertegun memperhatikan layar ponselnya.. semalam Bang Ares sudah menghubunginya tapi pagi ini pria itu sudah menghubunginya lagi.

"Kerja dimana ya Bang Ares kalau di sekitar sini." gumam Dinar karena berada dalam wilayah asrama tentara.

"Hmm.. ngomong-ngomong om tentara yang kemarin ganteng juga"

...

Dinar memakai sepatunya usai sarapan. Hari masih pagi.. sekitar pukul lima pagi.

"Tumben hari ini magangnya masuk pagi sekali Din?" tanya Mama.

"Ada gedung yang di sewa untuk acara pernikahan ma, makanya yang magang di minta bantu kakak karyawan di hotel jam enam pagi" jawab Dinar.

"Hmm.. kalau kamu pulang jam siang ini, Papa nggak bisa jemput lagi" kata Papa.

"Dinar naik angkot saja" sambar Dinar.

"Sudah ya ma.. pa, Dinar berangkat dulu" pamit Dinar.

Tak lama ada suara om-om Taja berlari mengelilingi asrama, rumah Dinar pun pastinya tidak terlewatkan sampai ia melihat sosok pria yang di lihatnya semalam. Om-om berbaju loreng yang ia ingat jelas wajahnya. Om tersebut tersenyum padanya tapi sosok pria di belakang om loreng itu yang menyapanya.

"Dinar.. apa kabar dek" sapa seorang pria.

Dinar hanya membalas senyum sambil mengingat-ingat.

"Yang menghubungiku semalam tuh Bang Ares khan. Jadi.. Bang Ares itu yang depan atau yang belakang?" celoteh nya bingung.

.

.

.

.

2. Baru dalam hidupku.

Malam tiba.

Dinar pulang dari acara hotel. Suasana malam cukup sepi tapi sepi itu berubah menjadi ricuh saat segerombolan orang berlarian membawa b****i, c*****t dan b**u.

Tak lama ada beberapa truk polisi dan tentara yang berhenti di lokasi tersebut dan mengamankan suasana.

Seorang pria berlari sampai akhirnya menabrak Dinar hingga ia terjungkal masuk parit. Untung masih di raih, ada tangan menggenggam nya.

"Terima kasih" ucap Dinar pada pria yang menolongnya.

"Dinar??"

"Iya Bang. Abang kenapa disini?" tanya Dinar.

"Harusnya Abang yang tanya.. kenapa malam begini kamu ada di tempat seperti ini?" Bang Ares balik bertanya.

"Magang Bang" jawab Dinar.

"Hasdin.. tolong antar Dinar, aku nggak bisa tinggalin lokasi" perintah Bang Ares.

"Siap..!!"

"Ayo dek, Abang antar" kata Bang Hasdin.

Dinar dan Bang Ares saling sejenak saling menatap hingga genggaman tangannya terlepas.

"Jagain ya Has..!!" pinta Bang Ares sekali lagi.

"Siap..!!"

"Hati-hati ya kamu dek" kata Bang Ares.

"Iya Bang"

:

"Tak ada percakapan berarti di antara Bang Hasdin dan Dinar sampai akhirnya Bang Hasdin membuka percakapan di antara mereka.

"Kuliah di perhotelan dek?" tanya Bang Hasdin.

"Iya Bang, Abang baru kah disini Sepertinya Dinar baru lihat Abang?"

"Abang baru satu bulan disini"

"Sama Bang Ares?" tanya Dinar lagi.

"Iya.. kok kamu tau?" Bang Hasdin mengerutkan keningnya.

"Semalam Dinar sudah ngobrol sama Bang Ares." jawab Dinar.

Bang Hasdin mengangguk, raut wajahnya terlihat datar.

Ares masih sama Vani. Apa kira-kira Ares mau mendua? Tapi dengan Vani.. Ares selalu ribut.

"Ada masalah Bang?"

"Nggak ada" jawab Bang Hasdin.

...

Bang Ares meletakan senjatanya. Wajahnya terlihat lelah sekali.

"Sudah kamu antar?" tanya Bang Ares

"Sudah.. ternyata dia putri Pak Yasin" Bang Hasdin duduk bersandar dengan senyumnya.

"Haaahh.. yang benar lu? Makanya kemarin pagi Dinar nunggu angkot nggak jauh dari rumah Pak Yasin" jawab Bang Ares cukup kaget karena Dinar putri seorang perwira rohani di Batalyon.

"Menurutmu.. kalau aku naksir Dinar, gimana bro?" tanya Bang Hasdin tertawa lebar.

"Tak jungkir wolak-walik.. berani sama atasanmu?" ledek Bang Ares.

"Tapi aku sahabatmu" sambar Bang Hasdin.

"Dalam persahabatan.. tidak kenal kata uang dan perempuan.. keduanya bisa buat pecah, geger geden"

"Sepertinya aku naksir Dinar Bro" kata Bang Hasdin sambil menghisap rokoknya.

Bang Ares menepuk pundak sahabatnya sembari menyunggingkan senyum.

...

Dinar tersenyum mengingat dua pria yang sibuk dengannya tadi.

"Kalau Bang Ares itu anggota.. kenapa aku tidak pernah melihatnya? Dia warga sipil biasa, anggota seperti Bang Hasdin atau jangan-jangan... Intel?" gumam Dinar bingung. Ia hanya berguling memikirkan hal yang tidak penting.

***

"Hasdin itu pangkatnya Pratu, sedangkan Ares Letda. Mereka memang seperti kembar karena mereka sahabat"

"Ooohh.. jadi pangkat mereka beda pa? Dinar kira tamtama semua" kata Dinar kemudian melanjutkan makannya.

"Kenapa? Naksir Hasdin?? Atau Ares??" tanya Pak Yasin.

"Nggak kok Pa" jawab Dinar malu-malu.

"Naksir juga nggak apa-apa ndhuk, lupakan Mahmudi.. Papa nggak sreg kamu sama dia" kata Pak Yasin.

"Mas Mahmudi baik kok Pa"

"Kalau baik.. dia tidak akan seperti itu sama kamu Ndhuk." Papa Yasin mengusap rambut Dinar.

Dinar terdiam. Rasanya ia ingin menangis saja bila mengingat tentang Mas Mahmudi.. prianya yang saat ini masih menjadi kekasihnya. Pria itu sebenarnya baik, hanya terkadang cemburunya membuat pria itu sangat temperamen.

...

"Dimana dek? Abang jemput ya?" tanya Bang Hasdin.

"Di hotel yang kemarin Bang. Memangnya Abang nggak ada kerjaan bisa jemput?"

"Abang free, turun piket" jawab Bang Hasdin.

...

Bang Hasdin mengajak Dinar makan bakso di daerah sekitar puncak, ada senyum di balik wajah tampannya. Dinar bukanlah tipe wanita pemilih seperti yang ia takutkan. Gadis itu amat sederhana dan apa adanya.

"Enak nggak baksonya?" tanya Bang Hasdin.

"Enak kok Bang. Malah enak banget.. Terima kasih sudah kenalkan Dinar di tempat seperti ini" jawab Dinar.

"Maaf.. Abang hanya kuat jajanin kamu disini" kata Bang Hasdin sambil melanjutkan makannya.

"Memang.. harusnya jajan dimana Bang? Begini saja sudah lebih dari cukup" Dinar tersenyum menikmati semangkok bakso yang cukup pedas.

"Biasanya perempuan itu.. kalau di ajak laki-laki makan, paling anti dan ogah makan di pinggir jalan. Nggak bersih lah.. nggak enak lah" entah mengapa Bang Hasdin sampai bisa mengatakan hal itu di hadapan Dinar.

"Mungkin ada yang begitu.. tapi Dinar tidak begitu Bang. Dinar ini perempuan yang masih suka nyemil gorengan dan makanan pinggir jalan.. hobby makan.. makan.. dan makan. Abang ilfeel nggak?" tanya Dinar.

"Sama sekali nggak. Makanlah sepuasmu kalau sama Abang. Abang malah malu kalau Abang bawa perempuan sampai kelaparan" jawab Bang Hasdin.

Mereka berdua saling menatap dan melempar senyum, kemudian melanjutkan acara makan mereka lagi.

.

.

.

.

3. Serius.

Bang Ares menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Hari ini dirinya begitu lelah usai mengerjakan tugas dari kantor.

"Dinar lagi apa ya? Seharian ini aku sama sekali belum menghubungi dia" gumamnya kemudian menyambar ponsel di sampingnya.

A : Dinar lagi apa? besok kita ketemu ya..!!

***

"Maaf Abang jemput pakai motor" kata Bang Ares sengaja membawa motor tuanya untuk mengajak Dinar jalan-jalan.

"Memangnya kenapa kalau pakai motor? Dinar nyaman saja kok Bang" jawab Jihan.

"Nggak takut kulitmu gosong?" tanya Bang Ares.

"Dinar lebih takut tidak di cintai Bang. Sekarang banyak sekali pria yang tidak setia" Dinar menunduk menyunggingkan senyum kecut.

"Abang rela mencintai satu wanita, asalkan selama bersama Abang.. dia tidak pernah melanggar ucapan Abang dan melawan kodratnya sebagai seorang wanita" jawab Bang Ares.

"Apakah kamu bersedia jika Abang melamarmu?" tanya Bang Ares tanpa memberi Dinar persiapan sedikit pun.

"Aa_apa Bang?" Dinar mendekatkan wajahnya di dekat bahu Bang Ares.

"Kamu.. Abang lamar ya?"

Dinar sedikit mundur tak percaya pendengarannya.

"Baiklah.. Abang memberimu waktu satu minggu untuk menjawabnya" kata Bang Ares sambil mengatur kaca spion untuk melihat reaksi Dinar yang mengangguk antara kaget dan bingung.

"Nggak usah tegang. Di lamar itu artinya meninggikan harga diri wanita, mengikatnya dalam suatu alasan untuk menjadikannya halal.

"Dinar.. masih punya pacar Bang"

"Dia sudah melamarmu?" tanya Bang Ares santai dan tidak menunjukan reaksi berlebihan.

"Belum Bang" jawab Dinar.

"Ini Abang melamarmu.. tentukan sendiri keputusanmu. Insya Allah Abang akan menerimanya dengan lapang dada."

***

Bang Hasdin membuang nafas kasar melihat surat perintah tugasnya. Ia harus berangkat berdinas di daerah Ambon. Pikirannya berantakan memikirkan Dinar. Entah kenapa wajah Dinar terus berputar dalam kepalanya.

Dari Jauh Bang Hasdin melihat Bang Ares yang begitu sibuk mengurus ini dan itu dan tiba-tiba perasaannya tidak enak.

"Ares bukan pria yang mudah jatuh cinta. Hanya saja..............."

"Tapi apa dia akan jatuh cinta pada Dinar? Apa lebih baik aku harus melamar Dinar saja?" gumamnya mulai bimbang.

***

Dua hari setelah perintah tugas itu turun.. Bang Hasdin mengajak Dinar keluar lagi. Ia ingin berpamitan pada gadis yang sungguh menarik perhatiannya itu.

~

"Oohh.. kalau begitu hati-hati di jalan ya Bang" kata Dinar.

"Pasti dek.. tunggu Abang kembali ya..!!"

"Iya Bang, tiga bulan juga nggak lama" jawab Dinar.

"Alhamdulillah.. kamu mau Abang bawakan oleh-oleh apa nanti?" tanya Bang Hasdin.

"Abang kembali sehat saja Dinar sudah senang" Jihan menundukan pandangan tak berani menatap mata Bang Hasdin dan itu semakin membuat Bang Hasdin gelisah dan terus ingin dekat dengan Dinar.

"Itu pasti, demi kamu yang cantik.. Abang pasti akan baik-baik saja" semangat Bang Hasdin tersungging dalam senyumnya yang tampan.

***

Tiga hari kemudian Bang Hasdin berangkat tugas ke Ambon. Tak ada ucap semangat selamat bertugas dari Dinar tapi Bang Hasdin tetap semangat mengingat Dinar akan menunggu nya.

"Mikir apa?" tegur Bang Ares melihat sahabatnya melamun.

"Kamu ada kontak sama Dinar nggak?" tanya Bang Hasdin.

"Memangnya kenapa? Biasa saja" jawab Bang Ares.

"Menurutmu.. sekembalinya aku dari Ambon, bagaimana kalau aku melamarnya?" tanya Bang Hasdin lagi.

Bang Ares cukup kaget, tapi ia berusaha tersenyum dan menyembunyikan perasaan.

"Kalau Dinar mau ya silakan saja. Semua keputusan ada di tangan dia" Bang Ares menepuk pundak Bang Hasdin memberikan dukungan semangat.

"Oke lah.. kuputuskan begitu saja" Bang Hasdin berucap mantap.

...

Bang Ares duduk merokok. Perasaannya tak tega kalau harus membohongi sahabatnya.. tapi soal hati, segalanya tidak bisa di cegah atau di paksakan.

"Aku harus yakin dan tak mengingat Vani lagi. Apalagi yang mau aku perjuangkan." gumam Bang Ares.

"Aku harus temui Pak Yasin besok pagi."

***

"Piye mas, ada masukan?" tanya Pak Yasin.

"Siap.. ijin.. saya mau membicarakan hal pribadi dengan bapak" jawab Bang Ares.

"Tentang apa?" kening Pak Yasin berkerut karena tidak ada hal yang mungkin penting untuk di bicarakan berdua.

"Saya mau melamar putri Bapak.. Dinar" ucap Bang Ares serius.

"Hahaha.. jangan bercanda Mas, Dinar itu masih bodoh. Belum tau apa-apa, masak saja masih suka keasinan" jawab Pak Yasin.

"Saya serius.. ijinkan saya melamar Dinar" pinta Bang Ares.

"Tunggu mas..!!" Pak Yasin menoleh ke sekeliling karena cemas ucapan Bang Ares hanya gurauan belaka.

"Saya serius.. ingin menikahi Dinar..!!"

.

.

.

.

Mohon maaf Sayap Perwira 2 terlambat atau off dulu ya, Nara ada kesibukan yang tidak bisa di tinggalkan 🙏🙏🙏🙏.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!