SAH, SAH!
Suara para saksi dan kerabat terdengar ditelingaku begitu asing.
Semua perempuan pasti menginginkan pernikahan dalam hidupnya.
Namun saat kata SAH terdengar ditelingaku, hanya bulir air mata membasahi pipiku.
Ku pandang sekilas pria yang kini menjadi suamiku.
Suami! begitu asing rasanya mendengar kata-kata itu.
Berbeda cerita jika aku menikah dengah pria yang kucintai, tapi kini pria asing yang tidak kuketahui telah SAH menjadi suamiku.
Kedua orang tua dan adikku tampak begitu senang atas pernikahanku, namun tidak sedikitpun rasa bersalah kepadaku atas perjodohan ini.
Pernikahan yang terjadi antara aku dengan pria asing yang berstatus sebagai suamiku terjadi karena balas budi.
Ayah menukar aku sebagai pelunasan hutangnya pada pria dingin itu.
Aku menatap sekilas pria itu. Pria itu sedang melihat kearahku dengan tatapan penuh benci dengan senyum menyeringai.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana nasibku kedepannya.
Sementara Ayah, Ibu dan Adikku bersenang-senang diatas penderitaanku.
Perusahaan Ayah terlilit hutang kepada Pria berwajah dingin itu.
Hingga Ayah tidak bisa membayarnya. Maka Ayah menjadikan aku jaminan dengan menikahkan aku dengan pria itu.
Gaya hidup Ibu dan Adikku yang selalu berfoya-foya membuat Ayah tidak bisa mengontrol keuangannya.
Meski aku anak keduanya, aku diperlakukan berbeda dengan adikku.
Ayah dan Ibu selalu membela dan mendukung adikku meski salah.
Namun hal itu tidak berlaku bagiku. Ibu selaly menyalahlan dan menyudutkanku.
Sama hal nya saat perusahaan Ayah terlilit hutang, dengan mudahnya ibu menyuruh Ayaha menyerahkan aku untuk melunasi hutang.
Aku tidak bisa berpikir apapun mengingat saat ibu dan adikku kompak meminta Ayah untuk menyerahkanku pada pria dingin itu sebagai alat penulas hutang.
Ayahku juga lebih memilih mendukung ibu dan adikku dan dengan gampangnya menjadikan aku sebagai jaminannya.
Aku memang menyadari sejak kecil orang tuaku lebih menyayangi adikku.
Semula aku berpikir kalau orang tuaku bersikap seperti itu karena aku putri sulung mungkin mereka sengaja mendidikku agar mandiri dan menjadi contoh untuk adikku.
Aku mengusap airmataku yang terus mengalir dipipi. Tak terasa kini aku sudah berstatus istri.
Seharusnya malam ini adalah malam terindah bagj pengantin baru sepertiku.
Tapi bagiku ini adalah malam pertama di neraka yang akan menghiasa hidupku.
Seolah sudah tidak membutuhkanku, mereka meninggalkan aku dirumah yang sama sekali asing bagiku.
Rumah ini memang besar bak istana. Pria dingin itu memang benar orang kaya.
Aku tak bergeming dengan kekayaan dan status baruku sebagai istrinya.
Aku hanya tahu aku hanyalah alat melunasi hutang orang tuaku.
"Tuhan, mengapa kau uji diriku ini lagi dan lagi?"kataku meratapi diri.
Srekkkk!
Kulihat Pria dingin itu memasuki kamar dan mendekati aku yang kini duduk ditepi ranjang besar.
Tatapan matanya yang tajam dan menusuk membuat aku takut dan ngeri.
"Tuhan, selamatkan aku!Pria ini sepertinya akan berlaku sadis padaku."gumam hati kecilku.
"Baca! dan tanda tangani!".Pria dingin itu melempar map kearahku.
Kubuka dan kubaca isi dari lembaran kertas yang begitu detail dan rinci.
"Kontrak Pernikahan?"aku menatap pria itu menanyakan maksud dirinya memberikan aku dokumen tersebut.
"Kau Bodoh atau Idiot! Dengarkan Baik-baik, Kau tandatangani Kontrak Pernikahan itu. Kita menikahan 100 hari, setelah itu kau akan kuceraikan!"Pria dingin itu mengcengkram daguku dengan begitu keras dan mengakitkan.
"Apakah hutang keluargaku akan lunas jika aku menyetujuinya?"aku memastikan hal itu walaupun sakit dihatiku terhadap kelakuan keluargaku yang menjualku.
"Dasar gadis sampah! Kau dan keluargamu memang rendahan! Baiklah aku akan menganggap lunas hutang itu jika kau mau menandatanganinya dan menuruti semua keinginanku.Mengerti!"Pria dingin itu berteriak sambil mencengkram bahuku dan melemparku dengan kasar.
Kutandatangani dengan segera. Pria itu menyeringai puas. Aku pasrah dengan keadaan yang kualami nanti.
Akupun pasrah jika mungkin saja aku akan mati ditangan pria itu.
...****************...
"Apa yang akan terjadi setelah ini pada nasibku."batinku menangis setelah menandatangani kontrak pernikahan itu.
Pria dingin itu tersenyum mencibir dan kini ia mendekatiku, tatapan menyudutkan itu kini begitu dekat.
"Mulai detik ini hidupmu adalah milikku!Jangan sekali-kali kau membantah perintahku!Atau aku akan membuatmu sengsara!"Pria itu berbicara sambil menunjuk-tunjuk dihadapan wajahku.
"Satu lagi, Aku tidak sudi seranjang denganmu, Kau Tidur dilantai!"Pria itu menunjuk lantai kamar yang dingin sebagai tempat tidurku.
Aku yang hanya bisa menerima nasib buruk ini menimpa diriku, betapa aku membenci perbuatan kedua orang tuaku terhadapku.
Sejak kecil aku selalu diperlakukan tidak adil. Aku harus berjuang untuk hidupku ketika kecil, menjadi loper koran, kerja part time, kurir antar dan pekerjaan lain untuk mencukupi hidupku sehari-hari.
Ibu akan marah jika tahu Ayah memberiku uang jajan. Ia akan merampas uang itu dariku.
Kini, aku dijadikan jaminan melunasi hutang keluargaku.
Sebenci itukah orang tuaku pada ku?
Aku dikurung dikamar dan dijaga oleh bodyguard.
Tampak sekeliling rumah penuh penjagaan yang ketat.
Entah bagaimana hidupku nanti.
Tubuhku lelah. Sejak kemarin aku tidak makan dan minum.
Aku dikurung dikamar ini dan tak tahu sampai kapan.
Aku membaringkan tubuhku dilantai marmer yang dingin dikamar ini.
Kepalaku terasa berputar-putar, tubuhku lemas, dan mual hebat.
Sayup-sayup aku melihat seseorang masuk ke dalam lamar dan beteriak memanggilku, namun aku sudah hidak mampu mendengar apa yang orang itu katakan.
"Nyonya!bangun!"suara itu menyadarkanku.
Aku membuka mataku perlahan.
Kulihat sekelilingku.
Aku berusaha menegakkan tubuhku namun kepalu terasa pusing.
"Nyonya sudah siuman?"Suara itu memanggilku sepertinya.
"Badanku lemas, seakan tidak bertenaga. Aku .erasakan haus dan mulutku pahit.
"Haus."suara itu yang pertama aku keluarkan.
Tampak seorang asisten rumah tangga memberikan kuminum sambil membantu menegakkan tubuhku.
"Nyonya saya akan melapor pada Tuan Muda bahwa Nyonya sudah siuman."
Aku melihat tangan kananku dipasang infus.
Seorang pemuda menuju kearahku.
"Bagaimana keadaan Nyonya?"Pria berpakaian hitam itu bertanya padaku.
Aku tak menjawab. Tak satupun ditempat ini orang yang kukenali.
Aku pun tak melihat Pria dingin itu.
Aku memilih memejamkan mata kembali.
Berharap ini mimpi yang akan segera berakhir ketika aku bangun.
"Ya, aku sedang bermimpi. Sebaiknya aku tidur dan lekas bangun pada kenyataan."gumamku sebelum mata mulai kembali terpejam.
Dalam tidurku seorang wanita cantik melambaikan tangannya padaku, wanita itu digandeng seorang pria berwajah tampan.
Pria itu tersenyum padaku kemudian mengajak wanita cantik itu pergi.
...Jangan tinggalkan aku, bawa aku bersama kalian. Aku tidak mau sendiri! aku berteriak menahan kepergian keduanya namun keduanya pergi semakin menjauh....
Byurrrrr!
Aku terbangun merasakan siraman air diwajahku.
Aku mengusap wajah basahku dan berusaha membuka mataku dan perlahan aku bangkit.
Kulihat Pria dingin itu memegang gelas kosong dan dan menyeringai dihadapanku.
"Bangun!Aku tidak menyuruhmu bermalas-malasan!"Pria dingin itu berteriak padaku.
Aku perlahan menuruni kasur dan berdiri.
Meski masih lemas aku mampu berdiri.
"Kau bisu! jawab!"Pria Dingin membentakku.
"Iya Pak."aku bergetar takut.
"Panggil Saya Tuan Muda!"pria dingin meminta dengan suara lantangnya.
"Baik Tuan Muda."jawabku singkat.
"Dengarkan aku baik-baik. Tugasmu setiap hari adalah sama seperti pembantu dirumahku. Bangun jam 5 pagi kau harus siapkan air hangat untukku mandi. Siapkan pakaian kantorku, Sediakan aku sarapan. Mengantarkan aku bekerja. Menyambutku pulang kerja. Selama aku bekerja kau tidak boleh keluar dari rumah ini. Tugasmu seperti pembantuku menyelesaikan pekerjaan rumah. Mengerti!"Tuan muda menjelaskan apa yang harus aku kerjakan.
"mengerti Tuan Muda."jawabku pelan.
Tuan muda pergi meninggalkan kamar itu.
"Ya Tuhan, cobaan apalagi kali ini. Aku dinikahi untuk dijadikan pembantu dan budaknya."aku meratapi nasibku.
...****************...
Abimanyu kini duduk di sebuah club menikmati minumannya. Didampingi sekretaris Jo yang merupakan tangan kanan Tuan Muda.
Abimanyu mengingat bagaimana dulu saat kedua orsng tuanya memohon dan mengemis agar tempat tinggal mereka tidak digusur paksa oleh perusahaan milik Herman yang tidak lain adalah Ayah dari perempuan yang kini dinikahinya.
"Firman, Akan kubalaskan segala perlakuanmu terhadap kedua orang tuaku. Kupastikan putrimu akan menderita dan sengsara merasakan penderitaan yang sama!"Abimanyu menyeringai dan kembali menghabiskan minumannya.
Abimanyu memang sejak lama ingin membalaskan dendam kedua orang tuanya pada Firman.
Abimanyu adalah anak dari orang tua yang miskin. Mereka hidup disebuh bangunan yang sangat jauh dari kata layak.
Untuk makan sehari-hari Abimanyu membantu Ayahnya mencari kardus-kardua, botol bekas layaknya pemulung dan menjualnya untuk bisa makan.
Jangankan bersekolah saat itu, untuk makan saja susah.
Sampailah tiba penggusuran besar-besaran namun entah apa yang terjadi, malam itu ketika ia sedang tidur dalam pelukan ibunya.
Terdengar suara mesin buldoser merobohkan rumah mereka.
Ayah Abimanyu berusaha kerasa menghalanginya dan mencoba bernegosiasi.
Naas, Ayah Abimanyu justru dipukuli secara massal hingga tewas. Melihat itu Ibu Abimana meminta ia bersembunyi.
Ibu menghampiri Ayah yang sudah tak bernyawa. Ibu menangis memeluk tubuh Ayah. Ibu mencoba melawan. Namun kekuatan Ibu tentu kalah oleh penjaga-penjaga berbadan besar.
Seketika Ibu dibuat tidak bernafas dan dilemparkan diatas jasad Ayah.
Abimanyu kecil melihat itu sangat ketakutan. Ia tidak berani keluar dari persembunyiannya.
Abimanyi melihat jasad kedua orang tuanya dibawa entah kemana.
Abimanyu keluar dari persembunyiannya setelah keadaan kosong tidak ada orang.
Abimanyu menangis sejadi-jadinya. Ia meneriakan Ayah dan Ibunya.
Abimanyu kecil tidak tahu harus apa dan bagaimana.
Abimanyu berjalan gontai menyusuri lorong-lorong dan berjalan tanpa adah tujuan.
Tubuh anak laki-laki berusia 6 tahun tersebut berjalan gontai tanpa tahu kemana.
Dalam lelah perjalanannya, Abimanyu tanpa sadar didepannya ada mobil yang melintas.
Suara klakson dan silau lampu yang mengagetkan Abimanyu lalu iya pingsan dan tidak sadar.
"Dad bagaimana kalau anak ini meninggal?"suara perempuan cemas.
"Dia masih bernafas Mom, kita doakan saja."pria berjas menenangkan istrinya.
Abimanyu kecil membuka matanya perlahan.
Nuansa putih mendominasi pandangan matanya.
Lalu lalang orang berjas putih dan perempuan berseragam putih terlihat hilir mudik.
Suara tersebut menyadarkan Abimanyu yang baru sadar.
"Boy, are you ok?"Pria berjas memegang bahu Abimanyu.
Dokter memeriksa Abimanyu dan mengajukan beberapa pertanyaan.
"Nak, apa yang kamu rasakan? katakan." Dokter menanyakan.
"Kepalaku sakit, tubuhku lemas."Abimanyu lemas.
"Baiklah kalau begitu nanti Dokter akan memberikan obat dan vitamin. Jangan lupa kamu harus makan dan minum agar tubuhmu cepat pulih."Dokter beranjak.
"Son, mau minum?"Wanita berpenampilan elegan itu tersenyum menawarkan Abimanyu air.
Abimanyu mengangguk dan menerima air pemberian wanita itu.
Abimanyu memperhatikan wanita itu. Wanita itu mengusap kepala Abimanyu kecil dengan penuh kasih sayang.
Pria berjas itu datang menghampiri, mendekat pada Abimanyu kemudian memegang tangan Abimanyu.
"Son, dimana rumahmu? Aku akan mengantarkan kamu pulang sekaligus meminta maaf kepada orang tuamu setelah apa yang terjadi padamu."Pria berjas itu berbicara lembut pada Abi.
Abimanyu kembali teringat kedua orang tuanya yang telah tiada.
Abi kecil histeris akan hal itu.
Tentu saja membuat kedua suami istri itu bingung.
Kemudian Dokter datang untuk memeriksa keadaan Abimanyu yang kembali pingsan.
Keesokan harinya Abimanyu siuman.
Tampak disisi ranjangnya berbaring kedua suami istri tersebut menatap dengan senyum saat Abi membuka mata.
"Son, are you ok?"pria berjas memegang bahu Abi.
Abi bangkit dan bersandar pasa ranjang RS.
Ditatapnya kedua suami istri tersebut.
Abi kembali menangis teringat akan kedua orang tuanya.
Wanita elegan itu segera memeluk Abi kecil dan menepuk-nepuk punggung Abi menenangkannya.
"Don't cry boy, Mommy here."Suara wanita itu menentramkan Abi.
2 minggu Abimanyu dirawat di RS. Setiap hari Wanita elegan itu menemani Abi dan mengurus Abi.
Abi merasakan kasih sayang mereka.
Hari ini Abi diperbolehkan pulang. Namun Abi bingung ia harus kemana. Orang tua tiada rumahpun tak punya.
Pria berjas itu mendekati Abi yanh kini sedang dirangkul oleh istri pria itu.
"Son, apakah kamu bersedia ikut bersama kami? tinggal bersama kami, menjadi anak kami?"pria berjas itu menatap lembut pada Abi.
Abi menatap sejenak kepada pria dan wanita itu.
Abi tidak punya siapa-siapa. Ketika ada orang yang mau merawatnya Abi menerima dengan senang hati.
"Siapa namamu Son?"Pria itu bertanya.
"Abimanyu Tuan."Abi menjawab.
"Nama yang bagus Son."wanita itu mengusap kepala Abi.
"Bersediakan Abi tinggal bersama kami dan menjadi anak kami?"Pria itu meminta izin Abi.
"Abi hanya yatim piatu miskin Tuan, orang tua Abi telah meninggal."Abi menunduk sedih.
"Panggil Daddy dan Mommy. Lupakan masa lalumu, mulai saat ini jadilah anakku, seterusnya kau adalah Abimanyu Satria Nugraha."Pria berjas itu memeluk Abi.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!