NovelToon NovelToon

Hidden Baby

Hidden Baby 1

SELAMAT DATANG DI NOVEL HIDDEN BABY semoga kalian suka dengan cerita receh ini.

Sebelum itu jangan lupa dukungannya ya 😊

Beri Rate bintang 5

Favoritkan

Like

Beri komen jika berkenan

Tabur hadiah bunga/kopi syukur kalian sawer 😊😊

SELAMAT MEMBACA ...

Bagaikan jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib yang sedang menimpa Viena, gadis cantik yang baru saja beberapa bulan menyandang gelar mahasiswa di sebuah Universitas ternama. Karena satu kesalahan fatal, Vie harus dikeluarkan dari kampus tersebut.

Vie yang dinyatakan hamil oleh seorang dokter merasa sangat shock, begitu juga dengan para teman dan dosen. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akhirnya Vie harus keluar dari kampus.

"Katakan, siapa ayah dari anak haram yang sedang kamu kandung!" bentak Sam, sang ayah.

Vie masih terdiam. Percuma saja jika dia mengatakan siapa sosok ayah dari janin yang dikandungnya karena lelaki itu tidak ada di Indonesia.

"Kamu benar-benar sudah mencoreng nama baik keluarga, sekarang kemasi pakaianmu dan pergi dari hadapanku!"

Vie mendongak sambil meneteskan air matanya. Ia pun berlutut di kaki sang ayah untuk memohon ampun.

"Ayah, maafkan Vie. Jika ayah usir Vie, Vie akan tinggal dimana, ayah."

Kaki Sam segera menghindar. Kasih sayang yang ia berikan selama ini kepada sang putri luntur seketika saat mengetahui anak semata wayangnya hamil di luar nikah. Selama belasan tahun Sam merawat dan membesarkan anaknya seorang diri karena sang istri telah meninggal. Berperan sebagai ayah sekaligus ibu tidaklah mudah bagi Sam saat itu. Demi cintanya untuk sang anak Sam rela tidak mencari ibu sambung untuk Vie karena berbagai alasan.

"Itu urusan kamu. Ayah benar-benar sangat kecewa, Vie. Pergilah!" usir sang ayah.

Vie semakin terisak mana kala sang ayah sudah tak memperdulikan dirinya lagi. Semua ini gara-gara cinta satu malam, dimana Vie menyerahkan mahkota kesuciannya kepada kekasihnya di malam perpisahan sekolah.

Vie menyusuri jalanan di bawah terik mentari yang sangat menyengat kulit. Saat ini tujuan hanya mencari tempat untuk bernaung sambil memikirkan bagaimana ia harus tetap bertahan demi nyawa yang sedang hidup di dalam perutnya.

Vie sama sekali tidak merasa marah atau benci kepada janin yang sudah membuatnya kehilangan segalanya. Mengingat malam panas yang penuh gairah dan rasa cintanya kepada sosok penamaan bibit premium, Vie akan tetap mempertahan atas dasar cinta mereka.

*

*

*

Setelah mendapatkan tempat untuk bernaung, sekarang Vie harus memutar pikiran bagaimana dia bisa mencari pekerjaan dengan selembar kertas ijazah tamatan SMA.

Tak ada rasa putus asa, beberapa kali Vie harus kecewa dengan keputusan tempat yang ia datangi. Hampir semuanya menolak lamaran kerja Vie hingga kini ia berhenti di depan sebuah kantor yang besar. Seorang satpam berdiri diambang gerbang untuk menjaga keamanan. Sekilas Vie melihat selembar kertas yang menempel dengan tulisan sedang membutuhkan karyawan. Bibir Vie sedikit mengembang, berharap ini adalah bantuan dari Tuhan.

Vie akhirnya mengucapkan seribu kata syukur saat dirinya diterima kerja meskipun hanya sebagai cleaning servis, setidaknya Vie punya penghasilan untuk membiayai hidupnya dan calon anaknya.

"Anak baru, ya?" sapa wanita yang usianya lebih tua dari Vie.

"Iya, Kak. Mohon bimbingannya, ya."

"Masih muda dan cantik kenapa mau kerja kayak gini?"

Vie terdiam sesaat. Jika bukan karena keadaan, Vie juga enggan untuk bekerja menjadi seorang cleaning service, mengingat dirinya yang selalu unggul dalam mata pelajaran. Namun, Vie terlalu lemah dengan rasa cintanya.

"Oh, maaf jika kata-kataku menyinggung mu," ujar Jane.

"Tidak apa-apa."

Sejak itu, Vie dan Jane menjadi teman akrab. Jane yang ternyata datang dari desa untuk mengadu nasibnya di ibukota dan siapa sangka hanya menjadi seperti cleaning service di sebuah perusahaan meski pernah berharap bisa salah satu karyawan tetap.

"Oh iya Vie. Kamu tinggal dimana?" tanya Jane saat mereka hendak pulang.

"Aku tinggal di kost putri."

Jane mengangguk pelan tanpa ingin bertanya lebih, bisa saja Vie juga sama seperti dirinya yang sedang merantau.

🌹🌹To Be Continue 🌹🌹

Mohon dukungan untuk karya Othor ya 🙏

Hidden Baby 2

Vie melewati harinya dengan baik. Bahkan saat pihak perusahaan tidak keberatan saat mengetahui Vie sedang hamil. Saat ini usia kandungan Vie sudah memasuki bulan ke 8, namun berhubung perutnya yang tipis dan sering mengenakan pakaian besar membuat kehamilan tak terlihat.

Jane sebenarnya penasaran dengan kondisi Vie yang memaksakan tetap bekerja meski usia kandungan sudah hampir memasuki waktu persalinan.

"Vie, sebenarnya kamu … " Jane menahan ucapan.

Vie menatap Jane penuh arti. "Iya, aku hamil di luar nikah."

Jane menutup mulutnya. Berharap Vie tidak tersinggung atas apa yang Jane ucapkan. "Maaf Vie, aku tidak bermaksud untuk menyinggung perasaanmu. Aku hanya penasaran dan ingin tau."

"Itu hal yang wajar, Jan. Pasti semua orang akan bertanya seperti itu jika melihat keadaanku saat ini."

"Kamu yang sabar ya, Vie."

Pihak perusahaan yang memang memperhatikan semua karyawan tanpa diminta, Vie ternyata diberikan cuti tiga bulan mulai dari sekarang.

Wajah bahagia dan berbinar tak bisa Vie sembunyikan. Sebelum berpamitan dengan Jane, Vie samar samar mendengar suara yang menggetarkan hatinya dari salah satu ruangan. Namun, hati Vie segera menepisnya. Banyak suara yang sama di dunia ini, bukan hanya suara kekasihnya saja yang serak-serak basah seperti itu.

"Kamu jaga kesehatan, ya. Kalau udah mules-mules segera hubungi aku atau bidan Mesti yang ada di kontak ini." Jane memberikan sebuah nomor di ponsel Vie.

"Iya, iya. Aku jalan duluan ya."

Rasa bahagia yang baru saja mekar di hati Vie karena baru saja mendapatkan cuti hamil tiba-tiba sirna seketika saat melihat ibu kost telah mengeluarkan barang-barang milik Vie dari dalam kamarnya. Vie merasa bingung dengan perlakuan ibu kost yang tanpa konfirmasi terlebih dahulu untuk mengeluarkan barang-barang miliknya. Jika untuk masalah pembayaran, Vie merasa tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi karena Vie telah membayar selama enam bulan ke depan.

"Bu, ada apa ini?"

"Ini uang sewa kamu aku kembalikan. Sekarang pergi dari kos-kosan saya!" Sang pemilik indekos melemparkan sejumlah uang ke wajah Vie.

"Maksud ibu apa?" Lagi-lagi Vie tidak mengerti.

"Saya tidak sudi menampung wanita ja.la.ng seperti kamu yang telah hamil di luar nikah. Sekarang angkat kakimu dari sini."

Air mata yang sudah hampir mengering, kini kembali menetes kembali. Vie menyeret kopernya untuk meninggalkan tempatnya bernaung selama hampir lebih lima bulan.

Tidak ada pilihan lagi kecuali untuk menghubungi Jane, karena hanya Jane satu-satunya orang yang ia miliki saat ini. Berharap dalam situasi seperti ini Jane bisa membantu dirinya.

*

*

*

Jane sangat khawatir saat mendengar kabar dari Vie dan memilih segera meminta izin untuk pulang dengan alasan yang mendesak. Beruntunglah, alasan Jane bisa di terima oleh sang manager.

"Vie kamu kenapa? Ayo masuk."

Vie yang sudah menunggu di teras rumah kontrakan Jane menahan air matanya sambil mengelus perut besarnya.

Jane segara membawa Vie ke dalam dan bergegas mengambilkan air putih untuk Vie.

"Minum dulu." Jane menyodorkan gelas kepada Jane.

"Makasih, Jane."

Jane merasa sangat prihatin atas nasib yang sedang menimpa Vie. Gadis yang malang, di usianya yang masih muda sudah harus menelan kepahitan hidup yang tak semestinya dihadapi andai saja ia tidak hamil di luar nikah.

"Kamu gak usah kemana-mana, tinggal disini aja. Kita besarkan sama-sama anak kamu."

Jane memeluk tubuh Vie, bukan tanpa alasan Jane sangat peduli kepada Vie. Jika melihat keadaan Vie saat ini, seketika Jane teringat akan sang ibu yang mempunyai nasib yang hampir sama seperti Vie, berjuang sendiri saat sedang hamil lantaran sang ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Vie merasa sangat bersyukur bisa mengenal Jane, awalnya Vie mengira bahwa Jane adalah wanita yang angkuh dan judes, nyatanya prasangka ya salah besar. Jane adalah wanita yang baik.

Suatu malam Vie merasakan perutnya mules seperti ingin buang air besar namun, saat berada di kamar mandi mules itu hilang sejenak. Semakin lama mules itu semakin beraturan dan semakin sakit. Jane merasa bahwa Vie akan segera melahirkan pun segera menghubungi bidan Neti yang biasa Vie datangi untuk memeriksakan kandungan.

"Vie, tahan ya."

Keringat jagung bercucuran di wajah Vie di malam yang dingin.

Satu jam telah berlalu, Vie berhasil melahirkan anaknya dengan selamat. Meskipun ia harus mendapatkan beberapa jahitan akibat vaginal tear.

Jane merasa sangat bersyukur dan segera menggendong bayi mungil tersebut.

🌹🌹To Be Continue 🌹🌹

Mohon dukungannya ya 🙏

Hideen Baby 3

4 Tahun kemudian …

Vie tengah sibuk mempersiapkan bekal untuk jagoan kecilnya untuk berangkat ke Playgroup. Vie baru mulai aktif bekerja lagi saat anaknya sudah berusia satu tahun. Selama itu semua biaya kehidupan Jane yang menanggung, sehingga Vie merasa sangat tidak enak hati 

"Bunda … Alga di lumah saja." Bocah berusia empat tahun itu masih bermalas-malasan di atas tempat tidurnya.

"Lho, kenapa?" 

"Temen-temen Alga jahat. Meleka bilang Alga gak punya ayah. Memegangnya ayah Alga kemana, Bun? Alga pengen punya ayah."

Saat itu juga Vie langsung membeku. Seakan jantungnya ingin berhenti detik itu juga. Ketakutan yang selama ini Vie bayangkan akhirnya detik ini terjadi juga saat sang anak menanyakan keberadaan ayahnya. 

Vie segera memeluk tubuh mungil seraya mengecup kepalanya. "Sayang, dengerin bunda, ya. Ayah Arga itu kerjanya jauh, jadi pulangnya lama. Kamu yang sabar ya, ayah pasti akan segera pulang," dusta Vie.

"Jadi ayah Alga kerjanya jauh?" 

"Iya. Makanya sekarang Arga berangkat ya. Pasti Miss Queen  udah nungguin," bujuk Vie.

Anak yang masih polos akan dengan mudah mempercayai apa yang dikatakan oleh orang lain. 

Setelah mengantarkan Arga ke  Playgroup, Vie langsung menemui salah satu mis pengajar sekaligus penjaga Arga saat Vie belum pulang kerja. 

Vie sengaja memilih Playgroup yang sekaligus menyediakan jasa penitipan anak karena Vie harus bekerja. Beruntung semua Mis di sana mengerti akan keadaan Vie.

"Miss nitip Arga ya."

"Bunda tenang saja, Arga aman bersama kami."

*

*

*

Akibat membujuk Arga akhirnya Vie harus terlambat sampai ke kantor. Vie sangat bersyukur, pihak perusahaan memberikan pekerjaan layak untuk Vie. Saat itu Vie mengikut tes seleksi calon pegawai baru dan alhamdulillah berkat kepintaran yang Vie miliki, Vie dinyatakan lulus. Vie saat ini adalah karyawan tetap di perusahaan tersebut.

Masih dengan deru nafas yang memburu Vie segera menuju ruang kerjanya. Namun, ada yang berbeda dengan pandangannya kali ini. 

"Kalian kenapa? Dipecat?" Vie melihat beberapa rekan kerjanya membereskan meja kerja mereka.

"Vie, kamu kemana aja? Kamu gak ikut rapat tadi pagi ya?"

"Maaf, aku telat."

"Ya ampun Vie … kamu tau gak, Direktur kita udah ganti dan semua pekerjaan kita semua berubah total karenanya. Nyebelin banget gak, sih?"

"Jane mana?" tanya Vie mencari keberadaan Jane yang tidak ada di ruang kerjanya. Padahal Vie hanya telah tiga puluh menit dan dengan waktu yang sesingkat itu Vie ketinggalan update pagi ini.

"Jane yang paling beruntung diantara kita, katanya karena dia adalah pegawai lama maka jabatan Jane naik satu tingkat menjadi manajer pemasaran."

"Apa?" Vie terkejut.

Belum juga Vie duduk di meja kerjanya ia mendengar suara dipanggil seseorang. Vie menoleh, dan ternyata itu adalah suara pak Haikal.

"Vie, kamu dipanggil oleh pak Dir baru kita. Semoga nasib baik memihak kepada dirimu ya."

Vie semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh pak Haikal, tapi sepertinya ini adalah masalah yang serius. Siapa sih sebenarnya Direktur baru ini? Mengapa berani-beraninya dia merubah total kinerja yang sudah ada. 

"Iya, Pak."

Vie menuju ruangan Direktur. Meskipun dia Direktur baru, tetapi ruangannya masih ruangan lama. Tidak mungkin dalam waktu 30 menit bisa membangun ruangan baru untuk Direktur baru.

Vie menghembuskan nafas beratnya. Sebelum masuk, Vie berdoa penuh agar Vie tidak dipecat akibat kesalahan karena Vie sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Tok … tok … tok …

"Masuk." Suara dari dalam membuat Vie memberikan diri untuk membuka pintu.

"Maaf, Pak. Bapak memanggil saya?"

Direktur muda, tampan dan mempesona. Itulah kata yang terdengar oleh  Vie sebelum mendatangi ruangan ini. Namun, Vie belum bisa melihat wajahnya karena sang Direktur duduk dengan membelakangi dirinya sambil membaca sebuah map.

"Viena Lestari, 24 tahun status menikah. Kamu nikah  dengan siapa?"

Direktur itu tak lain adalah Dirgantara Wiraguna, lelaki yang sangat Vie kenali sebelumnya.

Tiba-tiba Vie menunduk gugup saat menghadapi lelaki yang menjabat sebagai Direktur barunya. Badannya terasa gemetar dan terasa lemas saat melihat Dirga ada di depan matanya.

"Dirga," lirih Vie.

Dirga pun menatap Vie dengan tatapan tajam.

"Maaf, maksud saya pak Dirga," ralat Vie.

"Jelaskan, kamu menikah dengan siapa? Bukankah kamu sudah berjanji untuk menunggu kepulangan ku?" Nada Dirga meninggi satu tingkat membuat Vie sedikit ketakutan.

Dengan rasa kecewa, Dirga menggusar rambut kasar.

"Kamu saya pecat!" lanjut Dirga.

Vie terbelalak. Tidak boleh, Vie tidak boleh kehilangan pekerjaan ini mengingat dia tidak memiliki ijazah sekolah yang bisa melamar pekerjaan di perusahaan.

"Maaf Pak. Saya salah tapi tolong jangan pecat saya." Vie memohon.

"Saya bos di sini sekarang. Memangnya kamu tahu apa kesalahanmu?"

"Iya, Pak maaf saya tahu saya salah. Saya sudah datang terlambat."

Dirga tertawa sinis sambil menatap kekasihnya dahulu sebelum ia tahu data pribadi Vie yang mengatakan Vie telah menikah.

"Salah besar! Sebenarnya saya tidak tahu bagaimana papa ku merekrut kamu yang tidak memilih pengamalan kerja dan ijazah. Jangan-jangan kamu merayu papa ku 'kan?"

Vie merasa tidak terima atas penghinaan yang Dirga tuduhkan untuk dirinya. Selama ini Vie menjaga cintanya berharap suatu saat Dirga bisa kembali seperti dulu, mencinta dirinya.

"Cukup pak Dirga yang terhormat. Saya memang tidak mempunyai pendidikan yang bagus bahkan saya tidak memiliki ijazah sarjana tapi saya bekerja dengan kerja keras saya sendiri,  tidak seperti yang anda tuduhkan."

Tanpa berbasa-basi Vie memilih meninggalkan ruangan Dirga dengan sejuta amarah. Lelaki yang sangat ia tunggu kedatangan ternyata malah menjatuhkan tuduhan yang buruk terhadap dirinya. 

Sambil mengusap jejak air mata, Vie mengemasi perlengkapan kerja. Vie pun sadar, jika bukan karena kebaikan Direktur Wira mungkin Vie saat ini masih menjadi seorang cleaning service.

"Vie, kamu kenapa?" Jane melihat Vie tengah berkemas.

"Aku dipecat, Jane." Vie berusaha menahan linangan air mata.

Vie terbelalak dengan tubuh membeku. Jika semua orang naik jabatan, mengapa Vie malah dipecat. Apakah karena Vie datang terlambat.

"Kenapa bisa Vie?  Kamu gak memberi alasan yang tepat? Ya udah biar aku yang bilang sama pak Dirga."

"Gak usah, Jane. Percuma. Lagian aku juga sudah lelah bekerja," timpal Jane.

"Terus kamu mau menyerah? Gimana masa masa depan Arga, Vie?"

"Aku pikirkan nanti. Aku pergi dulu ya." 

Jane tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tapi, ini semua tidak adil untuk Vie. Jane harus berbicara empat mata dengan direktur Dirga untuk tidak memecat Vie.

Tepat pukul 10 pagi, Vie sudah berada di Playgroup dimana Arga berada. Ini adalah kali pertama Vie menjemput Arga tepat waktu sebelum pulang sekolahnya. Wajah Arga berbinar saat melihat bunda yang sudah menunggu dirinya.

"Bunda …."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!