NovelToon NovelToon

BLUE MOON

DIMINTA UNTUK DATANG

Malam ini terlihat bintang-bintang di atas langit tengah bertaburan dengan indahnya, flavia mendongakan kepalanya dan memandangi langit itu sambil menaikan tangannya seakan ingin mengambil bintang itu.

 

Flavia menoleh ke pintu masuk, ke Grand ball room tempat  pesta acara amal yang akan diselenggarakan oleh Keluarga Lin.

 

Dengan malas dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam, selama ini Keluarga Gu tidak membiarkan Flavia untuk berbaur dengan kalangan kenalan keluarga Gu. Tapi kali ini justru malah Flavia yang di minta pergi untuk menggantikan kehadiran Olivia.

 

Teringat mendiang ayahnya yang begitu menyayanginya, jadi kali ini dia bersedia datang demi menjaga nama baik ayahnya itu.

 

“Undangannya?” tanya salah satu penjaga pintu.

 

Flavia memberikan undangannya, dan juga kartu identitasnya “Nona Muda Gu,” baca petugas itu, melihat data  nama yang berbeda petugas itu pun bertanya. “ Apakah anda Nona Olivia?”

 

“Bukan, tapi aku diminta untuk datang ke sini, menghadiri acara ini,” jawab Flavia.

 

Petugas itu terdiam sesaat, lalu Flavia berkata, “Oh ayolah berbaik hati sedikit kepadaku, aku sudah di sini, dan ini adalah sebuah acara amal. Apa kau tega mau melempar aku keluar?’ bujuk Flavia.

 

Petugas itu pun akihrnya mencatat nama Flavia sebagai perwakilan dari keluarga Gu, dan membiarkan dia masuk. Di dalam Grand Ball Room, satu pun tidak ada yang mengenali Flavia Gu, jadi mereka mengacuhkannya, tidak menyapanya.

 

Flavia tidak mempedulikan semua itu, baginya dia kesini hanya menganggap karena ingin makan enak saja, tidak berminat untuk berkenalan dengan kalangan yang kebanyakan terdiri dari orang-orang munafik.

 

Flavia memilih tempat agak di sudut, menikmati sepotong kue kejunya, lalu seorang wanita cantik menghampirinya, “Bisakah membantu aku?”

 

“tali bra-ku lepas, bisakah membantu untuk memasangkannya?” tanya wanita itu.

 

“Ah ya tentu saja,” jawab Flavia sambil berdiri.

 

“Jika begitu maaf telah merepotkan,” ujar manis wanita itu.

 

Flavia pun ikut masuk ke dalam ruang ganti, baru saja ingin menurunkan resleting gaun. Namun ponsel wanita itu berdering dia lalu berkata, “Sebentar aku akan menjawab telpon ini dulu,” ujar wanita asing itu.

 

Flavia mengangguk, lalu memperhatikan sekeliling, merasa sedikit aneh karena melihat mengapa bunga di ruangan ini semuanya adalah  rangkaian bunga melati, ‘Bukankah ini wewangian yang disukai oleh ular?’ pikirnya.

 

Terdengar bunyi pintu di kunci dari luar. Flavia langsung saja berlari kearah pintu, “Dasar sial, harusnya aku lebih wasapada,” gumam kesalnya.

 

Sedang berusaha membuka pintu, tiba-tiba kakinya terasa perih, dia baru saja di gigit oleh ular. Seketika saja dia pun merasa panik, ‘Mengapa ada ular di tempat sebagus ini' pikirnya.

 

Flavia pun mentertawai dirinya sendiri, karena sudah benar-benar terjatuh pada permainan keluarga Gu, dalam remang-remang, dia kehilangan kesadarannya. Dia pun berjanji dalam hati akan membalas satu persatu perbuatan mereka semua yang selalu membulinya selama ini.

 

Dalam sebuah kamar, Flavia membuka samar-samar matanya, kepalanya terasa berputar-putar, tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Dia melihat wanita memakai baju berwarna merah berdiri sambil bersedekap.

 

Wanita itu memakai baju yang sama persis dengan yang dia pakai, dia juga mendengar percakapan antara kedua wanita itu, “Jika anak sial ini sudah menunaikan tugasnya, maka kau harus masuk dan menggantikan dirinya.” ujarnya.

 

“Jika sudah begitu, maka kau akan dipastikan menjadi tunangan tuan muda Lin,” ujar wanita berbaju hitam yang berdiri di sebelah Olivia Gu yang memakai baju merah itu.

 

Ucapan yang begitu menusuk hati itu bergema melewati telinga Flavia Gu, sehingga hatinya terasa tercengkram erat. Ternyata mereka mengirim dirinya untuk menghadiri acara amal ini hanyalah sebagai ajang pertukaran peran saja, peran di atas ranjang dan sengaja ingin mempermalukan juga merusak hidupnya.

 

Flavia merasa sangat bodoh karena telah menganggap ini hanyalah sebuah satu kebaikan yang ingin keluarga Gu lakukan kepada dirinya, membolehkannya berbaur dengan kalangan atas. Dia pun mentertawai dirinya sendiri lagi, bahkan saat ini dia ingin membalikan dirinya pun dia tidak berdaya.

 

Di Grand Ball Room, telah ramai dengan orang yang berbisik-bisik. Tuan Muda Lin Telah datang. Malam ini banyak anak gadis dari keluarga terpandang datang dan memberikan penampilan terbaik mereka hanya untuk menjerat Tuan Muda Lin.

 

[Lihatlah dia begitu tampan]

 

[Dan dia masih saja melajang]

 

[Malam ini salah satu dari kita harus bisa mengambil hati dan perhatiannya]

 

Tuan muda Lin adalah sesosok pria yang sangat menarik perhatian, wajahnya sangat tampan seperti di ukir dengan baik oleh Tuhan, raut wajahnya tampak dingin, pandangan matanya sedalam lautan, hidungnya mancung dan bibirnya merah, penampilan menarik yang tidak dapat di deskripsikan.

 

Tinggi badannya melewati seratu delapan puluh sentimeter, bentuk tubuhnya yang proposional itu dibalut  dengan setelan jas yang pas di badannya, dia terksesan tinggi besar disertai dengan sikap yang dingin. Terkesan jika Tuan Muda Lin adalah pria yang sulit dihadapi dan di taklukan.

 

Ahli waris keluarga Lin yang satu ini, beda dengan pria-pria lain yang ada di keluarga Lin. Jika yang lainnya hanya bergelut di dunia bisnis, maka Eryk Lin bergelut di dunia bisnis dan dunia forensik. Salah satu dunia yang sangat menarik perhatiannya dan dia memiliki alasan tersendiri untuk terjun di dunia forensik, karena dia ingin sembuh dari sindrom Mysophobia yang menderanya. Meski begitu dia sangat serius menekenuni. Sampai-sampai lupa jika ada mahluk yang bernama wanita. Satu-satunya wanita yang berhasil menempati hatinya hanyalah Nyonya besar Lin, ibunya.

“Tuan Muda Lin,” sapa salah satu gadis dari keluarga Bangsawan.

 

Eryk Lin nampak menaikan satu alisnya dengan tegas. Namun, tetap menjawab sapaan mereka dengan sopan. Sebagai keluarga teratas dan ternama, Eryk terbiasa sopan dengan lawab bicara sekalipun dia tidak menyukainya, karena ini semua demi menjaga nama baik keluara Lin.

 

Di kamar, Olivia dan Gu Yun yan mematikan lampu dan hanya meninggalkan sedikit cahaya yang menyala. Mereka berdua ini telah menyelidiki jadwal Eryk, karena itu barulah bisa menjalankan rencana pertukaran peran ini.

 

Malam ini Eryk telah menyewa kamar di hotel ini, karena besok pagi harus segera terbang untuk perjalanan bisnis ke Dubai. Dan Hotel ini dekat dengan bandara, karena itu memutuskan untuk tidur di hotel.

 

Flavia masih memiliki sedikit kesadarannya, berusaha bergerak. Namun percuma, itu hanya semakin membuat pakaiannya tersibak dan memperlihatkan betis indahnya itu. Pesta amal di Grand Ball Room pun akhirnya selesai.

 

Eryk Lin segera saja menuju ke kamarnya, langkahnya dihentikan oleh Lin Feiwei, “Kak, aku dan teman-teman ingin merasakan tidur di kamar suite. Jadi kita bertukar kamar ya,” rengek adik sepupu Eryk Lin itu.

 

Merasa sedang malas berdebat dengan adik sepupunya yang manja ini, maka Eryk pun mengambil kunci kamar tersebut. Melihat nomor kamarnya lalu segera pergi ke sana. Dia menempelkan kartu itu di pintu dan seketika saja itu pun terbuka.   

 

TATO NAGA HITAM

Eryk Lin masuk ke kamarnya, melihat ada wanita tiba-tiba ada di ranjang adalah hal biasa, selama ini berapa banyak wanita yang ingin naik ke ranjangnya. .Namun, tidak pernah dia sentuh, karena dia memiliki Mysophobia.

Karena jika dia tidur dengan wanita sudah bisa dipastikan wanita itu akan menjadi wanita pertamanya, dan ini jelas akan menjadi senjata untuk menodong Tuan Muda Lin agar menikahi wanita yang baru saja dia tiduri.

Keluarga Lin, sangat putus asa karena penyakit aneh dari Eryk itu, mereka harus memiliki ahli waris untuk generasi seterusnya. Jika Eryk selalu menolak dekat dengan wanita maka keinginan kuluarga Lin tidak akan pernah terjadi.  Karena itu mereka suka melakukan ini, meletakan wanita cantik di ranjangnya, wanita yang mereka pilih haruslah dari wanita kalangan keluarga terhormat dan masih perawan juga.

Eryk Menyeringai, dia selalu berpikir jika wanita yang bersedia mengikuti mau keluarganya adalah wanita yang mudah dibeli dengan uang.

“Kita lihat kali ini dari keluarga mana,” gumam Eryk sembari mengambil sebuah berkas.”

“Olivia Gu,” gumam Eryk Lagi.

Eryk membaca berkas itu di temani dengan temaran cahaya berwaran orange. Dia melempar berkas itu, berdiri lalu mengendurkan dasinya.

Eryk masih bisa mentolerir apa yang keluarganya lakukan, karena mereka bersikap adil. Tidak ada obat perangsang yang diberikan secara sembunyi-sembunyi kepadanya. Semua murni diserahkan Kembali ke tangannya.

Jika dia tidak mau menyentuh wanita itu, maka esok hari. Kapan waktu lagi, keluarga Lin akan melakukan hal yang serupa lagi. Mereka bertekad tidak akan berhenti sampai keinginan mereka mendapatkan ahli waris berhasil.

Eryk mengendurkan dasinya dengan satu tangan, gerakannya begitu elegan. Kontur wajahnya terlihat tegas dan dingin. Menampilkan sosok yang acuh tkj acuh, tidak mudah didekati dan ditaklukan.

“Emm …” gumam flavia yang terdengar mendengar suara seksi padahal sedang menahan sakit yang menjalar di tubuhnya.

Setelah pingsan, olivia dan Gu Yun Yan memberikan pertolongan pertama pada flavia, agar masih memiliki kekuatan jika Eryk merengkuhnya. Flavia memandangi Ery dengan mata sayu, lalu berkata “K-kau … jangan sentuh,” ujarnya dengan suara memohon yang malah terdengar seperti suara yang sedang menggoda Eryk.

Eryk pun tertawa, “Hei! Wanita jangan bersandiwara lagi. Kau bisa di atas ranjangku pun aku tahu karena alasan apa,” jawab Eryk.

Cahaya berawarna orange itu menutupi wajak cantik flavia, yang terdengar hanyalah suara halus

menggoda dari Flavia. Dia berusaha bangun dari ranjang, tapi malah menyingkap gaunnya dan semakin memperlihatkan tubuh indahnya.

Eryk menelan salivanya ketika melihat flavia bergerak gemulai menggoda, padahal dia sedang bergerak untuk melarikan diri dari Eryk.

Eryk membuka kancing lengan kemejanya, melepas dasinya dan melepas satu kancing kemejanya, wajahnya mulai memerah, seperti banyak darah terpompa ke wajahnya. Sebagai manusia, sudah sewajarnya jika manusia menatap sesuatu yang menarik baginya. Itu juga berlaku untuk Eryk  Lin.

Pupil mata Eryk pun membesar ketika memandangi Flavia yang seperti itu. Pupil mata yang membesar menunjukkan bahwa ada ketertarikan lebih terhadap Flavia dan tiba-tiba saja Eryk seperti menginginkan wanita yang tengah ada di atas ranjangnya itu.

Tanpa sadar Eryk merendahkan suaranya yang terdengar maskulin dan magnetis itu, “Olivia,” panggilnya.

Eryk duduk di sisi ranjang besarnya itu, tangannya mulai megelus betis indah flavia, pupil Eryk semakin membesar. Nafasnya pun mulai menderu, pada saat ini Eryk telah lupa jika dia adalah seorang yang Mysophobia.

Eryk melepaskan kancing kemejanya sendiri sembari menatapi Flavia yang sebagian wajahnya tertutup oleh rambut panjang hitamnya. Dia pun naik ke ranjang dan mengunci tubuh Flavia dengan kedua pahanya.

“Karena kau yang meminta ini, maka aku akan memberikannya,” ujar Eryk mulai menciumi tulang selangka Flavia.

Dengan tenaga yang tak seberapa, Flavia mencoba mendorong tubuh Eryk Lin, “j-jangan … lepaskan …” gumam pelan Flavia.

Entah mengapa tadi ketika tercium aroma lembut Flavia yang menyeruak di penciumannya, dirinya mulai tidak bisa mengendalikan diri dan hatinya. Di tambah mendengar suara Flavia yang menggemaskan rasa itu pun semakin menggenggam erat di hati.

“Bukankah ini yang kau mau! Harta dan tahta,” bisik Eryk Lin.

“Brengsek! Lepaskan aku,” gumam kesal flavia lagi.

Pertama kalinya di panggil brengsek, itu seperti ada yang terpompa di jantungnya, seperti ada sebuah bom yang akan meledak. Eryk tidak ingin bersikap lembut, dia langsung saja dengan kasar menikmati tubuh Flavia yang sedang mengerang kesakitan di bawahnya.

Selesai mengentaskan inginnya atas tubuh Flavia, Eryk segera berdiri. Memakai pakaiannya lalu pergi begitu saja meninggalkan flavia. Di dalam mobil dia merutuki dirinya sendiri karena tadi kehilangan kendali. Entah mengapa hatinya mengatakan jika wanita yang tadi dia tiduri terasa berbeda dengan wanita-wanita yang selama ini disuguhkan kepadanya. Hatinya seperti tertarik daya magnet yang besar sehingga tidak bisa menolak pesona flavia tadi.

Begitu melihat Eryk Lin pergi dari kamar, petugas kebersihan masuk dengan membawa troli besar berisi peralatan kebersihan. Begitu masuk Olivia keluar dari bawah troli itu lalu segera memindahkan tubuh Flavia Gu ke bawah troli itu. , segera saja keluar dari persembunyiannya di kamar itu. Mereka segera memindahkan tubuh flavia, memasukannya ke bawah Troli. Sementara Olivia tidur di ranjang, menggantikan posisi Flavia.

“Kau hati-hati, membawanya. Ingat jangan sampai ada yang mengetahui tentang hal ini!” perintah olivia kepada orangnya.

“Baik Nona,” ujarnya.

Petugas kebersihan itu membawa Flavia keluar dari kamar itu, tanpa diketahu jika di bawah troli itu ada seorang wanita yang sedang tidak sadarkan diri.  Petugas itu membawa flavia ke parkiran, lalu memasukannya ke mobil Van kebersihan.

Flavia di bawa pergi juga malam itu, kemudian di jalan yang sepi. Tubuhnya dibuang begitu saja di pinggir jalan. Flavia masih tidak sadarkan diri, beberapa jam terdampar di jalan sepi. Sebuah mobil berhenti.

Pria itu pun turun, lalu memeriksa keadaan flavia, “Masih hidup,” ujar pria bertato Naga hitam di lengan sebelah kanannya.

“Bawa dia pergi!” ujarnya kepada pengawalnya.

Pria tua itu, melihat flavia di pinggir jalan karena warna baju merah menyalanya. Ketika melihat Flavia dia pun menitikan air matanya, teringat akan cucunya yang waktu itu ditemukan mati di pinggir jalan dengan tubuh penuh luka.

Sesampainya di mansion Mo, para pelayan tengah berbaris menundukan kepalanya memberi hormat. Sementara tangan kanan Tuan Mo menggendong flavia menuju kamar tamu. Dokter pun segera datang untuk mengecek keadaan Flavia.

Mengetahui jika ada tanda-tanda keracunan di tubuh Flavia, dia segera saja bertindak untuk menyelamatkan nyawanya. Setelah itu melihat tanda-tanda jejak merah di sekujur tubuh Flavia, dokter itu beranggapan jika gadis ini baru saja di perkuasai oleh pria asing.

NODA MERAH

Keesokan paginya, keluarga Lin datang mengecek ke kamar hotel. Mereka memandangi Olivia Gu, lalu memintanya berdiri untuk melihat apakah ada jejak noda merah atau tidak.

 

Begitu melihat ada noda merah di sprei putih itu, orang dari keluarga Lin itu pun menyampaikan kabar berita itu. Di Mansion Lin, nampak semua keluarga tengah menunggu kedatangan Eryk.

 

Begitu dia sampai di ruang makan, semua mata memandang kepadanya. Lalu Tetua Lin berkata “Segera urus pernikahan dengan Putri dari keluarga Gu!” perintahnya.

 

Malam itu, Di kamar itu cahaya terlihat remang di dominasi gelap. Namun, tidak mengaburkan lekuk tubuh Flavia yang begitu menggoda. Karena itulah Eryk merasa seperti tengah ditarik oleh magnet yang tidak dia bisa tolak daya tariknya, meski tidak melihat wajah Flavia dengan jelas, karena temaran cahaya dikamar itu telah diatur untuk mengaburkan wajah jelas Flavia. 

 

Merasa telah melakukan, maka Eryk pun menerima konsekuensinya. Menikah dengan Olivia Gu. Dia meninggalkan semua orang tanpa berkata, yang memberi isyarat jika dirinya menyetujui tentang pengaturan dari para tetua Lin.  Sementara itu di Mansion Mo, Nampak Flavia masih terbaring lemas, sambil membuka matanya dengan perlahan.

 

Flavia menangis tanpa suara, dari sudut matanya terlihat butiran air bening yang terjatuh. Masih mengingat betul dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Dia memaksakan diri untuk bangun lalu berjalan ke sana kemari. Merasa asing dengan tempat ini, kamar ini. Ketika di keluarga Gu bahkan kamarnya tidak seindah ini. Terdengar suara pintu terbuka, Flavia menoleh.

 

“Nona, saatnya sarapan pagi,” ujar kepala pelayan sembari meletakan nampan berisi sarapan di atas nakas.

 

“A-aku di mana … Siapa kau …? Tanya Flavia.

 

“Nona tenanglah, makan saja dulu … nanti aku akan membawa Nona bertemu dengan tuan," jawab Kepala pelayan itu.

 

“Tuan …” gumam pelan Flavia.

 

Berpikir jika tuan yang di maksud adalah yang menguasainya tadi malam, maka Flavia semakin gusar. Begitu Kepala pelayan keluar, dia mencoba membuka pintu kamarnya. Namun, terkunci dari luar.

 

“Sial,” gumam Flavia.

 

Kamar yang Flavia tinggali sekarang sangat luas dan bernuansa hitam putih, dia melihat kearah jendela tinggi lalu mencoba membukanya, “Tidak dikunci,” gumamnya sedikit melega.

 

Merasa tidak ingin dipecundangi lagi seperti tadi malam, Flavia menyusun rencana untuk melarikan diri dari Mansion Mo. Meski merasa tubuhnya masih lemah. Namun, nyawanya diatas segalanya.

 

Flavia meminum seteguk jus jeruk yang ada di atas nakasnya, “Untuk menambah tenaga," ujarnya. 

 

Selesai tegukan terakhir, Flavia langsung saja mencopot sprei putih besar yang ada di ranjangnya itu. Dia mengikat ujung sprei itu dengan ikat simpul yang kuat, lalu mengikatnya ke pilar balkon di kamar itu.

 

 Flavia turun dengan cepat ke bawah, “Huffh …”

 

Dia melihat ke sekeliling, ini begitu luas kearah mana dia harus pergi, “Ok ke sana saja,” ujarnya sembari mengambil beberapa langkah cepat. Namun, langkah larinya terhenti ketika melihat ada beberapa pria berjas hitam.

 

Flavia menggigit bibirnya merasa panik, mencoba berlari kearah lain. Namun, lagi-lagi dia mendapati ada beberapa pria tegap di sisi itu, “Apa-apaan ini,” gumamnya dengan panik.

 

“Nona,“ sapa salah satu dari mereka dengan sopan.

 

“Kalian siapa?” tanya Flavia lagi.

 

“Kami akan membawa Nona bertemu dengan Tuan kami, silahkan ikuti kami,” jawab salah satu dari mereka lagi.

 

Flavia menatapi mereka dengan curiga. Namun, pada akhirnya dia pergi mengikuti langkah para pria tinggi tegap itu. Mereka membawanya ke sebuah ruangan kerja. Ruangan itu nampak besar dan elegan meski bernuansa arsitektur kerajaan kuno tiongkok.

 

Banyak terlihat ukiran-ukiran naga  berwarna hitam yang terdapat di pilar-pilar yang ada di ruangan itu. Flavia berjalan dengan sungkan, merasa ini semua terasa aneh. Hatinya semakin berdegup kencang memikirkan tentang semua hal yang menimpanya ini.

 

Flavia merasa lelah dan sedikit pusing, dia pun duduk di salah satu kursi kayu  yang ada di ruangan itu, kursi itu pun memiliki ukiran naga hitam di pegangan tangan kursinya. Seorang pria  berjas rapi masuk, lalu diikuti dengan seorang pria tua yang memakai pakaian tradisional Tang Suit .

 

Setelan Tang adalah sejenis jaket bergaya China dengan kancing bagian depan. Dengan kerah Mandarin atau kerah pita dan ada kancing katak (kenop yang berbentuk dari tali yang diikat rumit).  

 

“Pendekar,” gumam pelan Flavia yang melihat Tuan Mo masuk.

 

Tuan Mo berdiri di depan Flavia dengan tatapan sedikit marah, karena tadi gadis yang sedang menatapinya ini baru saja membahayakan nyawa sendiri dengan terjun dari atas balkon hanya dengan menggunakan sprei saja. Assisten sekaligus pengawal utama Tuan Mo berkata, “Nona saat ini kau sedang berada di Mansion Mo.”

 

Tuan Mo duduk dengan tenang dan aura kegagahannya tetap masih bisa terlihat jelas di wajahnya meski sudah menua. Asisten Ye menjelaskan tentang kejadian waktu mereka menemukan flavia di pinggir jalan.

 

“T-tuan … apakah itu betul?” tanya Flavia sambil gemetar.

 

“Nona apa kau memiliki musuh?” tanya Tuan Mo.

 

Flavia menggelengkan kepalanya, dalam sepanjang hidupnya ini dia selalu berusaha bersikap baik kepada siapa pun, bahkan kepada orang yang membencinya sekalipun, seperti contohnya kepada keluaga Gu.

 

Meski mereka tekah menjahatinya selama ini, dia pun tetap menganggap jika mereka masihlah keluarganya, Flavia pun berkata, “ini semua karena kebodohanku saja, lain kali tidak akan begini lagi,” ujarnya sambil tertawa getir.

 

“Apa kau memiliki tempat tujuan?” tanya Tuan Mo.

 

Flavia menggelengkan kepalanya, lalu Tuan Mo bilang jika Flavia bisa tinggal di Mansion Mo ini. Merasa tidak ingin jadi benalu yang hanya menumpang hidup maka flavia pun memberikan pengajuannya, “Aku bersedia tinggal di siini, hanya saja jika Tuan membiarkan aku bekerja untuk Tuan.

Tuan Mo tersentak dan tersenyum senang, lagi-lagi dia teringat dengan cucu perempuannya, pernah mengatakan hal yang sama, “Katakan Nona, apa yang bisa kau lakukan untuk kami?”

 

“Aku bisa memasak, aku akan memasakan makanan sehat untuk kalian. Aku juga  mengerti pengobatan modern dan juga tradisional, meracik obat dan akupuntur”  jelasnya.

Ketika di kediaman keluarga Gu, perpustakaan di sana sudah seperti rumah ternyaman bagi Flavia. Semua jenis buku di lahapnya. Semua dibaca, dipahami, dan di praktekan. 

 

“Aku juga hobi bermain games,” tambahnya  lagi sambil tertawa,

 

“Jika begitu kau resmi bekerja kepadaku.”

 

Flavia hanya tercengang mendengar perkataan Tuan Mo dan menatapi kepergiannya. Dia menoleh kepada asisten He, lalu bertanya  kepadanya “Aku akan bekerja sebagai apa?”

 

“Untuk saat ini sebaiknya Nona beristirahat saja dulu,” ujar sopan asisten He.

 

Kepala pelayan masuk dan mengantarkan Flavia kembali ke kamar. Namun kali ini Tuan Mo telah memerintahkan agar menempatkannya di kamar yang ada di lantai satu. Khawatir jika Flavia akan bermain lompat terjun seperti tadi.

 

Di rungan lain, Asisten He menemui Tuan Mo ingin bertanya kira-kira akan menempatkan Nona Flavia bekerja sebagai apa. Karena ini benar-benar di luar perkiraannya, jika tuannya ini malah akan mengadopsi seorang gadis untuk benar-benar dijadikan cucu perempuannya.

 

“Tempatkan dia di salah satu hotel kita. Lihat kemampuan memasaknya seperti apa,” jawab Tuan Mo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!